Ibu-ibu orangtua murid TK Riko sudah memesan seluruh restoran itu, saat ini mereka duduk di meja panjang, mendiskusikan berbagai urusan anak-anak mereka untuk pergi ke luar negeri.Saat semua orang melihat Reina masuk, mereka berhenti mengobrol dan menoleh.Reina berpakaian sederhana dan wajahnya dirias tipis. Meski ada bekas luka yang parah di sisi kanan wajahnya, kecantikan dan keanggunannya tetap tidak tertutupi.Mereka semua adalah wanita yang sudah pernah melahirkan. Tentu mereka iri melihat lekuk tubuh Reina yang masih sempurna, lengkap dengan wajah yang cantik.Meski sudah merawat diri, kulit mereka tetap tidak semulus Reina. Untung saja wajah Reina cacat."Halo semuanya." Reina menyapa dengan ramah, dia melihat jam dan ternyata belum terlambat.Reina melihat sekeliling dan tatapannya berhenti pada Melisha.Tommy dan Riko adalah teman sekelas, wajar kalau Melisha juga datang ke acara ini.Melisha duduk di kursi depan, berpura-pura tidak melihat Reina dan menyesap tehnya.Melihat
Ibu-ibu lain menunggu Reina dipermalukan, dalam hati mereka pikir barusan Reina tidak benar-benar menghitung berapa biaya kurang yang butuh sponsor.Tidak disangka, Reina menjawab acuh tak acuh, "Iya."Reina mengeluarkan sebuah kartu bank dari tasnya dan menaruhnya di atas meja, "Aku bayar sekarang."Bagi Reina sekarang, uang 12 miliar bukan jumlah yang besar.Alasan kenapa dia tidak memakai baju mahal atau membawa tas mahal cuma karena dia tidak menyukainya, bukan karena dia tidak punya uang untuk membelinya.Awalnya hari ini Melisha mengundang Reina untuk mempermalukannya. Dia sama sekali tidak menyangka ternyata malah dirinya sendiri yang dipermalukan.Reina seorang ibu yang baru bergabung dalam komite ini langsung menyumbang sebanyak 12 miliar, sedangkan dirinya sendiri sebagai ketua Komite Orangtua Murid hanya menyumbang tiga miliar.Melisha tersenyum lembut dan berkata, "Mama Riko benar-benar murah hati ya."Pandangan ibu-ibu terhadap Reina pun seketika berubah saat melihat Reina
Mama Diera terkejut dengan gagasan Reina.Dia membawa Reina ke sudut yang sepi dan berkata, "Mama Riko, kamu tahu nggak kenapa Melisha bisa jadi ketua Komite Orangtua Murid?""Setiap tahun, Keluarga Sunandar menyumbangkan 200 miliar ke TK ini.""Aku tahu kamu juga menantu dari Keluarga Sunandar, tapi suamimu ...."Mama Diera tidak mengucapkan kata 'buta' ....Reina sudah bisa menebak apa yang ingin mama Diera katakan. Dia tidak tersinggung dan berkata, "Gimana kalau aku bisa menyumbang lebih banyak?"Mama Diera masih menggeleng, "Ketua Komite Orangtua Murid itu keputusan kepala sekolah, yaa ... beberapa ibu-ibu juga ikut andil dalam pemilihan suara sih, tapi cuma sebagian kecil. Kamu 'kan baru bergabung, mereka pasti nggak akan milih kamu.""Lagian, siapa yang berani menyinggung Keluarga Sunandar?""Orang-orang seperti kita ini selalu berjuang untuk menjilat Melisha supaya kami bisa ikut acara keluarganya. Asal Melisha bersedia membantu, urusan perusahaan suami kami pasti akan selesai.
Menjadi seorang ibu artinya harus menjadi wanita yang kuat. Reina sudah bertekad, jadi dia akan mulai bersiap-siap.Reina langsung menghubungi kepala sekolah TK Riko dan mengatakan ingin berinvestasi. Kepala sekolah pun langsung setuju.Setelah itu Reina bersiap membaur ke dalam kelompok ibu-ibu. Pertama-tama dia tidak melakukan apa pun dan hanya diam-diam meninjau informasi diri dan mencari tahu kebutuhan para ibu-ibu dalam komite.Saat sibuk, waktu berlalu sangat cepat. Riki mengusap matanya yang baru bangun tidur dan berseru memanggilnya, "Ma, waktunya makan.""Oke."Reina mematikan komputer dan turun ke bawah.Saat makan, Riki sengaja membuat Reina dan Maxime duduk bersebelahan."Ma, duduk di seberangku ya."Di seberang Riki ada Maxime.Reina melirik Maxime dan melihat pria itu tidak berkomentar, dia pun duduk.Sekarang pembantu yang menyiapkan makanan sehingga Maxime akhirnya tidak perlu makan wortel.Maxime tidak nafsu makan, dia hanya makan seadanya.Karena duduk berdekatan, len
Malam ini, Riki menolak untuk langsung tidur, "Ma, Papa dan Mama bacain aku dan kakak cerita dong ....""Riki mau dengar cerita apa? Nanti Mama ceritain."Reina menjawab dengan lembut, tapi ada maksud tersembunyi dalam kalimat ini. Ya, Reina hendak mengatakan dia bisa mendongengkan anak-anak sendirian, tidak perlu Maxime.Maxime mengangkat alisnya sembari menyahut, "Aku suruh robot AI aja yang bacakan cerita untuk kalian."Riki terdiam. Ayah bajingannya ini sungguh tidak romantis.Maxime menepati omongannya, tidak lama kemudian datanglah seorang pelayan membawakan robot AI paling mutakhir zaman ini. Robot itu bukan hanya bisa menceritakan dongeng anak-anak, tetapi juga bisa menemani mereka mengerjakan PR, bisa juga melakukan beberapa pekerjaan rumah sederhana dan sebagainya.Ternyata robot itu sangat menyenangkan. Riki dan Riko langsung masuk ke kamar untuk bermain dan mempelajari robot itu.Melihat betapa cepatnya kedua anak itu terbujuk, Reina tiba-tiba merasa kalau dulu Maxime berse
Reina juga melihat status WhatsApp mama Diera di mana wanita ini selalu memamerkan putrinya. Isi statusnya lebih ke arah perannya seperti ibu rumah tangga, dia tidak punya pekerjaan, tidak punya penghasilan sendiri dan suka konflik dengan ibu mertua yang tinggal serumah dengannya.Saat menelusuri status teman-teman WhatsApp-nya, Reina kebetulan melihat posting di grup orangtua murid."Siapa yang hari Minggu ada kosong? Yuk ngumpul di rumahku," tulis Melisha.Biasanya kalau Melisha tidak bepergian ke luar negeri, dia akan mengajak para ibu-ibu berkumpul di rumahnya. Pertama, karena dia bosan dan yang kedua untuk memuaskan hatinya karena dia bisa pamer di hadapan orangtua lainnya.Dan dalam undangan Melisha kali ini, dia sengaja men-tag Reina.Karena hari ini dia tidak berhasil mempermalukan Reina, dia berniat mempermalukan Reina di rumahnya, itu pun kalau Reina bersedia datang.Mama Diera adalah orang pertama yang membalas pesan ini, "Oke Bu Ketua, kita ketemu besok ya!"Sekarang sudah
Padahal awalnya Reina pikir dia akan kesulitan memperoleh semua saham di TK ini, ternyata tidak sampai sehari semuanya beres karena Reina membayar harga tiga kali lebih tinggi dari harga pasar.Sekarang Reina memegang saham sebesar 54% dan menjadi pemegang saham terbesar di TK ini.Sesudah menyelesaikan semua formalitas, kepala sekolah sendiri yang mengantarkan Reina.Setelah itu, Deron mengantarnya ke kediaman utama Keluarga Sunandar.Yang tinggal di kediaman utama Keluarga Sunandar adalah Tuan Besar Latief dan keluarga ayah Maxime di rumah sisi timur dan putra sulung Tuan Besar Latief tinggal di sisi barat.Sesampainya Reina di sana, dia diantar oleh pelayan ke rumah sisi barat, tempat tinggal Melisha.Butuh waktu sekitar sepuluh menit dengan mobil untuk mencapai kediaman Melisha dan Rendy.Di kejauhan, terdapat beberapa paviliun yang mewah.Saat sampai, Reina turun dari mobil dan melihat berbagai makanan dan minuman sudah disiapkan di halaman luar. Ibu-ibu juga datang dengan mengena
Wajah mama Diera langsung pucat, padahal dia cuma jujur. Tommy memang lebih unggul dibanding murid biasa, tapi kalau dibanding Riko, jelas tertinggal jauh.Dia masih belum berani menyinggung perasaan Melisha, jadi dia menjelaskan sambil tersenyum, "Bu Ketua kok mikirnya ke arah situ? Semua anak-anak kita itu cerdas."Jawaban ini menenangkan hati para ibu-ibu.Karena jelas, tidak ada seorang ibu yang rela anak-anaknya dinilai buruk oleh orang lain.Reina bisa memahami sifat mama Diera. Wanita ini tidak ingin menyinggung orang lain dan ingin disukai semua orang.Di dunia ini, satu-satunya hal yang bisa disukai semua orang adalah harta dan kuasa.Pesta pun berlangsung.Ibu-ibu mulai membicarakan tentang suami dan anak-anaknya, pokoknya seputar keluarga.Reina tidak banyak berkomentar, Reina tidak bisa mengingat semua orang satu persatu, dia bukan Maxime punya daya ingat kuat dan bisa mengingat semua dalam sekali lihat.Mama Diera mendekatinya, "Mama Riko nggak usah kecil hati. Wajar kalau
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba