Wajah mama Diera langsung pucat, padahal dia cuma jujur. Tommy memang lebih unggul dibanding murid biasa, tapi kalau dibanding Riko, jelas tertinggal jauh.Dia masih belum berani menyinggung perasaan Melisha, jadi dia menjelaskan sambil tersenyum, "Bu Ketua kok mikirnya ke arah situ? Semua anak-anak kita itu cerdas."Jawaban ini menenangkan hati para ibu-ibu.Karena jelas, tidak ada seorang ibu yang rela anak-anaknya dinilai buruk oleh orang lain.Reina bisa memahami sifat mama Diera. Wanita ini tidak ingin menyinggung orang lain dan ingin disukai semua orang.Di dunia ini, satu-satunya hal yang bisa disukai semua orang adalah harta dan kuasa.Pesta pun berlangsung.Ibu-ibu mulai membicarakan tentang suami dan anak-anaknya, pokoknya seputar keluarga.Reina tidak banyak berkomentar, Reina tidak bisa mengingat semua orang satu persatu, dia bukan Maxime punya daya ingat kuat dan bisa mengingat semua dalam sekali lihat.Mama Diera mendekatinya, "Mama Riko nggak usah kecil hati. Wajar kalau
Tidak lama kemudian, mama Diera menerima kabar bahwa Melisha memintanya menghadap.Mama Diera berkata dengan nada meminta maaf pada Reina, "Aku pergi ke sana dulu ya, kita ngobrol lagi nanti."Daripada menyenangkan Reina, yang lebih penting baginya sekarang adalah tidak menyinggung perasaan Melisha.Reina yang paham situasi juga tidak mempersulitnya.Jadi hampir sepanjang pesta, Melisha bergosip dengan para ibu-ibu sedangkan Reina duduk sendirian di pojokan."Bu Ketua, katanya suamimu membayar beberapa miliar ya buat beli saham grup supaya bisa memonopoli bisnis pasar?"Melisha menyesap tehnya, lalu mengoreksinya, "Bukan beberapa miliar, tapi sepuluh triliun. Lagian ini masih investasi tahap awal, nggak tahu deh ke depannya masih butuh berapa banyak."Jika ingin memonopoli suatu bisnis, mana bisa hanya dengan uang miliaran?10 triliun?Sekarang juga baru seminggu berlalu dari terakhir kali Rendy membeli saham itu.Semua orang terkesan.Bisnis sampingan Keluarga Sunandar memang bisa men
Melisha tidak menyangka Reina lagi-lagi mencuri pusat perhatian di pesta yang diadakan di rumahnya kali ini. Melisha langsung mengganti topik dan menceritakan beberapa rencana reformasi TK anak-anak mereka.Begitu membahas topik ini, para ibu-ibu pun mulai fokus dan tidak ada lagi yang mengomentari Reina.Anak-anak mereka saat ini sedang ditahap perkembangan otak. Di TK Riko, mereka mulai diajarkan berbagai bahasa, matematika dan berbagai ekstrakurikuler lainnya.Supaya anak-anak mereka mendapat pendidikan yang lebih baik dibanding anak-anak lainnya, para ibu berusaha menyenangkan hati Melisha.Yang membuat Reina terkejut adalah ternyata Melisha sendiri yang mengatur posisi duduk anak-anak.Satu kelas Riki berjumlah 20 orang. Meski bukan kelas besar, namun posisi depan dan tengah semua diduduki oleh anak-anak yang ibunya berhasil menyenangkan hati Melisha.Melisha pun berkata pada Reina, "Mama Riko, nilai Riko 'kan sudah bagus, jadi dia nggak perlu duduk di barisan depan seperti anak-a
"Ini semua keputusan kepala sekolah demi menjaga keamanan anak-anak dan kebersihan wilayah sekolah. Kalian tahan aja ya, lagian ibu-ibu anak-anak kelas lain juga sama, 'kan?""Kalau kalian nggak terima, silakan ngomong langsung sama kepala sekolah."TK internasional anak-anak mereka punya wilayah yang lebih besar dari area SD dan SMA sekolah biasa. Poin terpentingnya adalah sekolah mereka punya tingkat pendidikan yang terbaik di Kota Simaliki.Ibu Bobby tentu tidak ingin pendidikan anaknya terganggu hanya karena perkara tempat parkir."Ya sudah nggak apa-apa. Biar Bobby bangun lebih pagi dan menyuruhnya jalan sendiri aja."Di mulut dia memang bisa berkata demikian, tapi sebenarnya sebagai seorang ibu dengan seorang bayi yang belum genap berumur setahun dan anak yang baru masuk TK, pasti dia sangat sibuk.Reina bersimpati padanya.Dia tahu betapa sulit posisi mama Bobby karena dia sendiri sudah membesarkan dua anak sekaligus.Setelah pesta usai.Beberapa ibu-ibu buru-buru minta foto ber
Reina menoleh dan melihat Maxime menggandeng Riki berdiri di depan pintu."Ma, aku takut tidur sendirian, jadi aku ngajak Papa tidur bertiga lagi."Alam bawah sadar Reina ingin menolak, bagaimanapun juga dia dan Maxime masih dalam perang dingin.Maxime sendiri tidak sungkan. Dia melangkah masuk sambil menggendong Riki, lalu setelah membaringkan Riki di kasur, dia sendiri langsung tidur."Ayo tidur, besok aku harus kerja."Maxime bersikap seperti seorang pemimpin di perusahaan.Karena Riki ada di antara mereka berdua dan Maxime sepertinya tidak ingin mengobrol dengannya, Reina pun tidak mengusir mereka. Dia meletakkan ponselnya dan ikut tidur.Malam itu, Reina bermimpi.Dalam mimpinya, dia seperti sebuah perahu kecil di laut yang terombang-ambing oleh ombak.Dia mengerang tidak nyaman.Suara inilah yang membuatnya terbangun.Dalam keadaan setengah sadar, Reina bisa merasakan sosok pria tegap memeluknya erat, napas hangat pria itu berhembus di keningnya dan membuat tubuh Reina ikut teras
"Jadi? Kalau menurutmu sendiri gimana?" tanya Riko."Aku mau terus temenan sama kamu, tapi aku takut sama mama. Kalau kamu mau, kita temenan diem-diem gimana?" Alfian menatap Riko dengan tatapan memelas karena takut Riko tidak bersedia.Dalam hati Riko membatin, "Ternyata aku nggak salah menilai orang, anak ini cukup baik. Nggak sia-sia aku buang waktu ajarin dia matematika.""Oke," jawab Riko.Setelah mendengar jawaban ini, Alfian langsung tersenyum sumringah.Alfian masih ingin mengobrol dengan Riko, tapi suara Tommy terdengar, "Alfian, kamu ngobrolin apa sama dia di sini?"Tommy datang bersama sekelompok anak-anak."Ah, nggak ada apa-apa." Alfian bukan takut pada Tommy, tapi takut pada mamanya.Mamanya sudah berpesan kalau Keluarga Crisie tidak boleh sampai cari ribut dengan Keluarga Sunandar dan Tommy adalah si kecil kesayangan Keluarga Sunandar.Kalau Alfian menyinggung Tommy dan Tommy melaporkannya pada Tuan Besar Sunandar, bisa-bisa bisnis Keluarga Crisie akan terkena imbasnya.
Grup itu pun penuh dengan tuduhan dan makian.Reina juga membacanya, tapi dia tidak langsung membalas karena tidak paham apa yang terjadi.Reina memutuskan untuk pergi ke TK sekarang juga dan tidak menelepon Riko."Riki, Mama mau pergi ke TK kakak sebentar ya. Kamu sama papa daftar di TK-mu ya." Reina membungkuk sambil berkata pada Riki.Riki bertanya bingung, "Ma, apa terjadi sesuatu sama kakak di sana?""Nggak ada apa-apa kok, Bu Guru cuma minta mama datang," jawab Reina sambil mengelus kepala mungil Riki.Riki tahu mamanya ini sama sekali tidak bisa bohong pada anak-anak. Kalau tidak terjadi apa-apa, mana mungkin seorang guru meminta orangtua murid datang ke sekolah?Pasti terjadi sesuatu, hanya saja mamanya tidak bisa menceritakan padanya."Ya sudah aku dan Papa berangkat dulu ya, dadah!""Dadah!"Reina memperhatikan Riki yang pergi dengan Maxime.Ekki sudah menunggu di luar. Dia menatap Maxime yang berjalan dengan Riki."Bos, Tuan Muda." Sopir membukakan pintu mobil untuk mereka.
Semua orang yang menonton siaran langsung terhenyak.Satu per satu penonton pun memposting komentar."Mukul orang lain itu memang salah, cuma apa maksud ibu tadi? Kasta rendahan apa? Keluarga cacat apanya?""Padahal wajar lho anak-anak berkelahi, ucapan ibu-ibu ini agak keterlaluan.""Selama ini Riko sering ngasih tahu kita cara ngajar anak-anak belajar, mana mungkin dia anak jahat? Ada apa ini?"Netizen masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, jadi mereka hanya bisa menonton terus.Saat ini, ayah seorang anak yang dipukuli Riko pun berdiri dan berkata, "Kamu masih punya muka minta diperlakukan adil setelah menghajar anakku? Kamu bercanda?""Bersujud pada anakku dan minta maaf, atau aku akan menghajarmu sekarang juga." Pria paruh baya itu mulai mengangkat tinjunya.Pria ini adalah suami ibu-ibu yang baru saja menghina Riko dari kasta rendahan.Riko menegakkan punggungnya dan menatap pria itu dengan dingin.Ditatap seperti ini membuat pria itu merasa telah dihina seorang anak kecil
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba