Reina juga melihat status WhatsApp mama Diera di mana wanita ini selalu memamerkan putrinya. Isi statusnya lebih ke arah perannya seperti ibu rumah tangga, dia tidak punya pekerjaan, tidak punya penghasilan sendiri dan suka konflik dengan ibu mertua yang tinggal serumah dengannya.Saat menelusuri status teman-teman WhatsApp-nya, Reina kebetulan melihat posting di grup orangtua murid."Siapa yang hari Minggu ada kosong? Yuk ngumpul di rumahku," tulis Melisha.Biasanya kalau Melisha tidak bepergian ke luar negeri, dia akan mengajak para ibu-ibu berkumpul di rumahnya. Pertama, karena dia bosan dan yang kedua untuk memuaskan hatinya karena dia bisa pamer di hadapan orangtua lainnya.Dan dalam undangan Melisha kali ini, dia sengaja men-tag Reina.Karena hari ini dia tidak berhasil mempermalukan Reina, dia berniat mempermalukan Reina di rumahnya, itu pun kalau Reina bersedia datang.Mama Diera adalah orang pertama yang membalas pesan ini, "Oke Bu Ketua, kita ketemu besok ya!"Sekarang sudah
Padahal awalnya Reina pikir dia akan kesulitan memperoleh semua saham di TK ini, ternyata tidak sampai sehari semuanya beres karena Reina membayar harga tiga kali lebih tinggi dari harga pasar.Sekarang Reina memegang saham sebesar 54% dan menjadi pemegang saham terbesar di TK ini.Sesudah menyelesaikan semua formalitas, kepala sekolah sendiri yang mengantarkan Reina.Setelah itu, Deron mengantarnya ke kediaman utama Keluarga Sunandar.Yang tinggal di kediaman utama Keluarga Sunandar adalah Tuan Besar Latief dan keluarga ayah Maxime di rumah sisi timur dan putra sulung Tuan Besar Latief tinggal di sisi barat.Sesampainya Reina di sana, dia diantar oleh pelayan ke rumah sisi barat, tempat tinggal Melisha.Butuh waktu sekitar sepuluh menit dengan mobil untuk mencapai kediaman Melisha dan Rendy.Di kejauhan, terdapat beberapa paviliun yang mewah.Saat sampai, Reina turun dari mobil dan melihat berbagai makanan dan minuman sudah disiapkan di halaman luar. Ibu-ibu juga datang dengan mengena
Wajah mama Diera langsung pucat, padahal dia cuma jujur. Tommy memang lebih unggul dibanding murid biasa, tapi kalau dibanding Riko, jelas tertinggal jauh.Dia masih belum berani menyinggung perasaan Melisha, jadi dia menjelaskan sambil tersenyum, "Bu Ketua kok mikirnya ke arah situ? Semua anak-anak kita itu cerdas."Jawaban ini menenangkan hati para ibu-ibu.Karena jelas, tidak ada seorang ibu yang rela anak-anaknya dinilai buruk oleh orang lain.Reina bisa memahami sifat mama Diera. Wanita ini tidak ingin menyinggung orang lain dan ingin disukai semua orang.Di dunia ini, satu-satunya hal yang bisa disukai semua orang adalah harta dan kuasa.Pesta pun berlangsung.Ibu-ibu mulai membicarakan tentang suami dan anak-anaknya, pokoknya seputar keluarga.Reina tidak banyak berkomentar, Reina tidak bisa mengingat semua orang satu persatu, dia bukan Maxime punya daya ingat kuat dan bisa mengingat semua dalam sekali lihat.Mama Diera mendekatinya, "Mama Riko nggak usah kecil hati. Wajar kalau
Tidak lama kemudian, mama Diera menerima kabar bahwa Melisha memintanya menghadap.Mama Diera berkata dengan nada meminta maaf pada Reina, "Aku pergi ke sana dulu ya, kita ngobrol lagi nanti."Daripada menyenangkan Reina, yang lebih penting baginya sekarang adalah tidak menyinggung perasaan Melisha.Reina yang paham situasi juga tidak mempersulitnya.Jadi hampir sepanjang pesta, Melisha bergosip dengan para ibu-ibu sedangkan Reina duduk sendirian di pojokan."Bu Ketua, katanya suamimu membayar beberapa miliar ya buat beli saham grup supaya bisa memonopoli bisnis pasar?"Melisha menyesap tehnya, lalu mengoreksinya, "Bukan beberapa miliar, tapi sepuluh triliun. Lagian ini masih investasi tahap awal, nggak tahu deh ke depannya masih butuh berapa banyak."Jika ingin memonopoli suatu bisnis, mana bisa hanya dengan uang miliaran?10 triliun?Sekarang juga baru seminggu berlalu dari terakhir kali Rendy membeli saham itu.Semua orang terkesan.Bisnis sampingan Keluarga Sunandar memang bisa men
Melisha tidak menyangka Reina lagi-lagi mencuri pusat perhatian di pesta yang diadakan di rumahnya kali ini. Melisha langsung mengganti topik dan menceritakan beberapa rencana reformasi TK anak-anak mereka.Begitu membahas topik ini, para ibu-ibu pun mulai fokus dan tidak ada lagi yang mengomentari Reina.Anak-anak mereka saat ini sedang ditahap perkembangan otak. Di TK Riko, mereka mulai diajarkan berbagai bahasa, matematika dan berbagai ekstrakurikuler lainnya.Supaya anak-anak mereka mendapat pendidikan yang lebih baik dibanding anak-anak lainnya, para ibu berusaha menyenangkan hati Melisha.Yang membuat Reina terkejut adalah ternyata Melisha sendiri yang mengatur posisi duduk anak-anak.Satu kelas Riki berjumlah 20 orang. Meski bukan kelas besar, namun posisi depan dan tengah semua diduduki oleh anak-anak yang ibunya berhasil menyenangkan hati Melisha.Melisha pun berkata pada Reina, "Mama Riko, nilai Riko 'kan sudah bagus, jadi dia nggak perlu duduk di barisan depan seperti anak-a
"Ini semua keputusan kepala sekolah demi menjaga keamanan anak-anak dan kebersihan wilayah sekolah. Kalian tahan aja ya, lagian ibu-ibu anak-anak kelas lain juga sama, 'kan?""Kalau kalian nggak terima, silakan ngomong langsung sama kepala sekolah."TK internasional anak-anak mereka punya wilayah yang lebih besar dari area SD dan SMA sekolah biasa. Poin terpentingnya adalah sekolah mereka punya tingkat pendidikan yang terbaik di Kota Simaliki.Ibu Bobby tentu tidak ingin pendidikan anaknya terganggu hanya karena perkara tempat parkir."Ya sudah nggak apa-apa. Biar Bobby bangun lebih pagi dan menyuruhnya jalan sendiri aja."Di mulut dia memang bisa berkata demikian, tapi sebenarnya sebagai seorang ibu dengan seorang bayi yang belum genap berumur setahun dan anak yang baru masuk TK, pasti dia sangat sibuk.Reina bersimpati padanya.Dia tahu betapa sulit posisi mama Bobby karena dia sendiri sudah membesarkan dua anak sekaligus.Setelah pesta usai.Beberapa ibu-ibu buru-buru minta foto ber
Reina menoleh dan melihat Maxime menggandeng Riki berdiri di depan pintu."Ma, aku takut tidur sendirian, jadi aku ngajak Papa tidur bertiga lagi."Alam bawah sadar Reina ingin menolak, bagaimanapun juga dia dan Maxime masih dalam perang dingin.Maxime sendiri tidak sungkan. Dia melangkah masuk sambil menggendong Riki, lalu setelah membaringkan Riki di kasur, dia sendiri langsung tidur."Ayo tidur, besok aku harus kerja."Maxime bersikap seperti seorang pemimpin di perusahaan.Karena Riki ada di antara mereka berdua dan Maxime sepertinya tidak ingin mengobrol dengannya, Reina pun tidak mengusir mereka. Dia meletakkan ponselnya dan ikut tidur.Malam itu, Reina bermimpi.Dalam mimpinya, dia seperti sebuah perahu kecil di laut yang terombang-ambing oleh ombak.Dia mengerang tidak nyaman.Suara inilah yang membuatnya terbangun.Dalam keadaan setengah sadar, Reina bisa merasakan sosok pria tegap memeluknya erat, napas hangat pria itu berhembus di keningnya dan membuat tubuh Reina ikut teras
"Jadi? Kalau menurutmu sendiri gimana?" tanya Riko."Aku mau terus temenan sama kamu, tapi aku takut sama mama. Kalau kamu mau, kita temenan diem-diem gimana?" Alfian menatap Riko dengan tatapan memelas karena takut Riko tidak bersedia.Dalam hati Riko membatin, "Ternyata aku nggak salah menilai orang, anak ini cukup baik. Nggak sia-sia aku buang waktu ajarin dia matematika.""Oke," jawab Riko.Setelah mendengar jawaban ini, Alfian langsung tersenyum sumringah.Alfian masih ingin mengobrol dengan Riko, tapi suara Tommy terdengar, "Alfian, kamu ngobrolin apa sama dia di sini?"Tommy datang bersama sekelompok anak-anak."Ah, nggak ada apa-apa." Alfian bukan takut pada Tommy, tapi takut pada mamanya.Mamanya sudah berpesan kalau Keluarga Crisie tidak boleh sampai cari ribut dengan Keluarga Sunandar dan Tommy adalah si kecil kesayangan Keluarga Sunandar.Kalau Alfian menyinggung Tommy dan Tommy melaporkannya pada Tuan Besar Sunandar, bisa-bisa bisnis Keluarga Crisie akan terkena imbasnya.
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re
Keesokan harinya, Reina terbangun karena sebuah pesan di ponselnya. Dia mengambil ponselnya dan melihat bahwa ada pesan grup yang masuk.Dia membuka pesan itu dan ternyata Hanna yang mengirimnya."Kak, harusnya aku mendengarkanmu dan nggak ikut campur. Adrian nyalahin aku karena ikut campur ....""Aku sangat kesal sekarang, kenapa dia malah menyalahkanku dan bukannya berterima kasih padaku?""Apa aku benar-benar melakukan sesuatu yang salah?"Ketika Hanna mengirim pesan itu, waktu masih menunjukkan jam enam pagi dan semua orang masih tidur.Reina dengan mengantuk melihat pesan itu, kemudian mengetik, "Kenapa dia nyalahin kamu?"Sebenarnya Reina sudah punya tebakan, tetapi dia masih tidak yakin."Dia nggak bilang. Dia cuma memintaku nggak ikut campur dan berhenti memberikan uang pada orang tua angkatnya."Reina melihat pesan itu, menganalisanya, lalu membalas, "Hanna, menurutku ada satu kemungkinan, lihat saja nanti. Kalau kamu memberikan uang kepada orang tua asuhnya, mungkin orang tua
"Hanna, mending kamu bilang sama Adrian terkait masalah ini, takut ada hal yang nggak diinginkan." Reina dengan ramah mengingatkan.Hanna mengetik balasan, "Hmm, ya, aku akan melakukannya nanti."Reina tidak membaca pesan itu lagi dan bergegas pergi.Setelah mandi dan kembali ke kamar, Reina melihat Maxime bermain dengan dua anak mereka, sementara dua anak mereka yang lain ada di kamar. Mereka terlihat sangat bahagia.Pemandangan ini jatuh ke mata Reina. Dia merasa sangat bahagia, merasa semuanya sudah cukup."Mama akhirnya sudah selesai mandi?"Riki melihat Reina seperti melihat seorang penyelamat. Dia beranjak dari kursinya dan berlari ke arahnya.Begitu Riki bangun, Reina menyadari bahwa mereka tidak sedang bermain, tetapi Maxime sedang mengawasi pekerjaan rumah Riki.Riki memeluk Reina."Mama, hidup ini melelahkan sekali, hiks."Sebelum Reina sempat menghiburnya, suara dingin Maxime terdengar dari kejauhan."Riki, kamu salah menjawab dua pertanyaan lagi. Kamu nggak sadar?"Riki ber
Di dalam clubhouse.Adrian berdiri di belakang Hanna, satu tangan menutupi luka di dahinya, tampak bingung.Hanna menoleh ke arahnya. "Ayo ke rumah sakit buat balut lukanya."Namun, Adrian menatapnya dengan bingung, lalu berkata, "Nggak perlu, ini hanya luka kecil."Hanna mengerutkan kening, "Kepalamu robek begitu, mana mungkin itu cuma luka kecil?"Sambil berbicara, dia mengeluarkan tisu dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Adrian."Ini, bersihkan."Adrian melihat tangan putih dan mulus di depannya. Setelah cukup lama, dia baru tersadar dan mengambil tisu itu."Terima kasih.""Sama-sama." Hanna tersenyum sumringah.Dia mengira setelah kejadian ini, Adrian tidak akan bersikap dingin lagi padanya. Namun, setelah Adrian mengambil tisu itu, Adrian dengan santai menyeka darah di tangannya dan hendak pergi."Aku mau lanjut kerja."Setelah mengatakan itu, Adrian berbalik dan berniat untuk pergi.Hanna langsung menghentikannya, "Kamu terluka begitu masih mau kerja? Istirahat saja."Lang
Diego mendengar gumaman mereka dan merasa tidak bisa memojokkan Adrian lagi. Jadi, dia berkata sambil menunjuk ke arahnya, "Kita lupakan masalah terakhir kali. Lain kali, pikirkan baik-baik kalau mau bertindak. Ini pelajaran untukmu."Dia melemparkan botol anggur yang pecah, yang terkena darah Adrian.Diego tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi, jadi dia akan pergi.Namun, tiba-tiba ada sesosok tubuh yang menghalangi di depannya."Kamu sudah memukulnya dan sekarang mau pergi begitu saja?"Sebuah suara yang jelas dan bagus terdengar di depannya.Diego memusatkan pandangannya dan menyadari bahwa Hanna sudah ada di depannya entah sejak kapan."Hanna?"Hanna menyela dengan dingin, "Tuan Diego, lebih baik panggil Nona Hanna saja, kita nggak seakrab itu."Jika sebelumnya Hanna tidak begitu yakin apakah Diego memiliki niat buruk terhadapnya, sekarang dia benar-benar yakin.Bukankah kali ini Diego memukuli Adrian karena Adrian sudah mengganggu rencananya terakhir kali?Diego tidak menyang
Sejak bertemu dengan Adrian, Hanna langsung merasa bahwa orang ini cukup menarik.Adrian adalah satu-satunya pelayan yang tidak mencoba mendekatinya, apalagi dia juga tampan.Hanna sudah sering menanyakan tentang Adrian. Sebenarnya, dia punya banyak kesempatan untuk didekati oleh wanita-wanita kaya yang glamor. Namun, dia menolak semuanya.Jika dia menerima salah satu wanita kaya itu, dia tidak perlu bekerja keras di dalam bar.Saat ini di dalam Bar Eurios.Adrian sedang sibuk bekerja.Dia tidak menyadari kemunculan sosok yang tidak asing lagi di depan pintu. Orang ini tidak lain adalah Diego.Meskipun sekarang Diego telah memutuskan untuk bersama Sophia, dia selalu ingat bahwa pelayan yang bernama Adrian sudah merusak rencananya.Bukan dia kalau tidak membalaskan dendam.Diego masuk dan memanggil seorang pelayan, lalu menunjuk ke arah Adrian dan berkata, "Suruh dia ke sini."Mendengar itu, pelayan segera pergi memanggil Adrian.Dia merendahkan suaranya, "Adrian, hati-hati. Pria itu da
Begitu Diego menyebutkan kata cicit, Nyonya Liz langsung mengubah pendapatnya tentang Sophia. Dia tertawa dan mengatakan, "Ya, bagus sekali. Kamu harus punya beberapa anak laki-laki, dengan begitu masa depan keluarga masih bisa dilanjutkan. Jangan seperti kedua Om mu itu, anak mereka perempuan semua. Lihatlah, dia sampai diusir sama mertuanya. Bikin malu saja."Diego mengangguk berulang kali."Ya, Nenek tenang saja."Nyonya Liz mengalihkan pikirannya untuk berbicara dengannya tentang hal lain. "Oh ya, kalau kamu sama dia, bagaimana dengan Hanna?"Nyonya Liz tidak melupakan putri tunggal dari keluarga kaya ini.Diego juga ingin menikahi Hanna. Selama dia menikahinya, dia tidak perlu terlalu bekerja keras dalam beberapa tahun. Namun, kenyataan terlalu kejam. Orang tua Hanna tidak menyukainya."Lupakan saja, nona kaya sepertinya sulit buat dilayani, Sophia jauh lebih baik darinya."Nyonya Liz menganggukkan kepalanya berulang kali. "Ya, nona kaya memang sulit dilayani. Lebih baik sama wani
Keheningan yang mencekam menyelimuti ruangan.Diego takut Sophia akan marah kepadanya, jadi dia langsung berjanji, "Sophia, masa lalu sudah berlalu, aku sudah benar-benar berubah sekarang. Jangan khawatir, aku nggak akan pernah mengecewakanmu, aku juga nggak akan pernah melakukan semua hal buruk itu lagi."Mendengar itu, Sophia berkata, "Aku sudah setuju untuk bersamamu, jadi aku nggak akan mempermasalahkan hal-hal yang pernah kamu lakukan sebelumnya.""Aku marah sama dirimu yang sekarang.""Sekarang aku kenapa memangnya?"Diego tidak mengerti."Bagaimana mungkin kamu meminta kakakmu buat kasih izin buat kita melangsungkan pernikahan di sana? Itu 'kan rumah dia dan suaminya," kata Sophia."Cuma karena masalah ini?" Diego tidak habis pikir. "Dia kakakku, hal sekecil ini bukan masalah baginya."Melihat sikap keras kepalanya, Sophia makin marah, "Jangan nggak peduli begitu. Aku kasih tahu, setelah kita bersama, kamu nggak boleh minta tolong apa pun lagi sama kakakmu. Jangan menganggap rem