Ibu-ibu lain menunggu Reina dipermalukan, dalam hati mereka pikir barusan Reina tidak benar-benar menghitung berapa biaya kurang yang butuh sponsor.Tidak disangka, Reina menjawab acuh tak acuh, "Iya."Reina mengeluarkan sebuah kartu bank dari tasnya dan menaruhnya di atas meja, "Aku bayar sekarang."Bagi Reina sekarang, uang 12 miliar bukan jumlah yang besar.Alasan kenapa dia tidak memakai baju mahal atau membawa tas mahal cuma karena dia tidak menyukainya, bukan karena dia tidak punya uang untuk membelinya.Awalnya hari ini Melisha mengundang Reina untuk mempermalukannya. Dia sama sekali tidak menyangka ternyata malah dirinya sendiri yang dipermalukan.Reina seorang ibu yang baru bergabung dalam komite ini langsung menyumbang sebanyak 12 miliar, sedangkan dirinya sendiri sebagai ketua Komite Orangtua Murid hanya menyumbang tiga miliar.Melisha tersenyum lembut dan berkata, "Mama Riko benar-benar murah hati ya."Pandangan ibu-ibu terhadap Reina pun seketika berubah saat melihat Reina
Mama Diera terkejut dengan gagasan Reina.Dia membawa Reina ke sudut yang sepi dan berkata, "Mama Riko, kamu tahu nggak kenapa Melisha bisa jadi ketua Komite Orangtua Murid?""Setiap tahun, Keluarga Sunandar menyumbangkan 200 miliar ke TK ini.""Aku tahu kamu juga menantu dari Keluarga Sunandar, tapi suamimu ...."Mama Diera tidak mengucapkan kata 'buta' ....Reina sudah bisa menebak apa yang ingin mama Diera katakan. Dia tidak tersinggung dan berkata, "Gimana kalau aku bisa menyumbang lebih banyak?"Mama Diera masih menggeleng, "Ketua Komite Orangtua Murid itu keputusan kepala sekolah, yaa ... beberapa ibu-ibu juga ikut andil dalam pemilihan suara sih, tapi cuma sebagian kecil. Kamu 'kan baru bergabung, mereka pasti nggak akan milih kamu.""Lagian, siapa yang berani menyinggung Keluarga Sunandar?""Orang-orang seperti kita ini selalu berjuang untuk menjilat Melisha supaya kami bisa ikut acara keluarganya. Asal Melisha bersedia membantu, urusan perusahaan suami kami pasti akan selesai.
Menjadi seorang ibu artinya harus menjadi wanita yang kuat. Reina sudah bertekad, jadi dia akan mulai bersiap-siap.Reina langsung menghubungi kepala sekolah TK Riko dan mengatakan ingin berinvestasi. Kepala sekolah pun langsung setuju.Setelah itu Reina bersiap membaur ke dalam kelompok ibu-ibu. Pertama-tama dia tidak melakukan apa pun dan hanya diam-diam meninjau informasi diri dan mencari tahu kebutuhan para ibu-ibu dalam komite.Saat sibuk, waktu berlalu sangat cepat. Riki mengusap matanya yang baru bangun tidur dan berseru memanggilnya, "Ma, waktunya makan.""Oke."Reina mematikan komputer dan turun ke bawah.Saat makan, Riki sengaja membuat Reina dan Maxime duduk bersebelahan."Ma, duduk di seberangku ya."Di seberang Riki ada Maxime.Reina melirik Maxime dan melihat pria itu tidak berkomentar, dia pun duduk.Sekarang pembantu yang menyiapkan makanan sehingga Maxime akhirnya tidak perlu makan wortel.Maxime tidak nafsu makan, dia hanya makan seadanya.Karena duduk berdekatan, len
Malam ini, Riki menolak untuk langsung tidur, "Ma, Papa dan Mama bacain aku dan kakak cerita dong ....""Riki mau dengar cerita apa? Nanti Mama ceritain."Reina menjawab dengan lembut, tapi ada maksud tersembunyi dalam kalimat ini. Ya, Reina hendak mengatakan dia bisa mendongengkan anak-anak sendirian, tidak perlu Maxime.Maxime mengangkat alisnya sembari menyahut, "Aku suruh robot AI aja yang bacakan cerita untuk kalian."Riki terdiam. Ayah bajingannya ini sungguh tidak romantis.Maxime menepati omongannya, tidak lama kemudian datanglah seorang pelayan membawakan robot AI paling mutakhir zaman ini. Robot itu bukan hanya bisa menceritakan dongeng anak-anak, tetapi juga bisa menemani mereka mengerjakan PR, bisa juga melakukan beberapa pekerjaan rumah sederhana dan sebagainya.Ternyata robot itu sangat menyenangkan. Riki dan Riko langsung masuk ke kamar untuk bermain dan mempelajari robot itu.Melihat betapa cepatnya kedua anak itu terbujuk, Reina tiba-tiba merasa kalau dulu Maxime berse
Reina juga melihat status WhatsApp mama Diera di mana wanita ini selalu memamerkan putrinya. Isi statusnya lebih ke arah perannya seperti ibu rumah tangga, dia tidak punya pekerjaan, tidak punya penghasilan sendiri dan suka konflik dengan ibu mertua yang tinggal serumah dengannya.Saat menelusuri status teman-teman WhatsApp-nya, Reina kebetulan melihat posting di grup orangtua murid."Siapa yang hari Minggu ada kosong? Yuk ngumpul di rumahku," tulis Melisha.Biasanya kalau Melisha tidak bepergian ke luar negeri, dia akan mengajak para ibu-ibu berkumpul di rumahnya. Pertama, karena dia bosan dan yang kedua untuk memuaskan hatinya karena dia bisa pamer di hadapan orangtua lainnya.Dan dalam undangan Melisha kali ini, dia sengaja men-tag Reina.Karena hari ini dia tidak berhasil mempermalukan Reina, dia berniat mempermalukan Reina di rumahnya, itu pun kalau Reina bersedia datang.Mama Diera adalah orang pertama yang membalas pesan ini, "Oke Bu Ketua, kita ketemu besok ya!"Sekarang sudah
Padahal awalnya Reina pikir dia akan kesulitan memperoleh semua saham di TK ini, ternyata tidak sampai sehari semuanya beres karena Reina membayar harga tiga kali lebih tinggi dari harga pasar.Sekarang Reina memegang saham sebesar 54% dan menjadi pemegang saham terbesar di TK ini.Sesudah menyelesaikan semua formalitas, kepala sekolah sendiri yang mengantarkan Reina.Setelah itu, Deron mengantarnya ke kediaman utama Keluarga Sunandar.Yang tinggal di kediaman utama Keluarga Sunandar adalah Tuan Besar Latief dan keluarga ayah Maxime di rumah sisi timur dan putra sulung Tuan Besar Latief tinggal di sisi barat.Sesampainya Reina di sana, dia diantar oleh pelayan ke rumah sisi barat, tempat tinggal Melisha.Butuh waktu sekitar sepuluh menit dengan mobil untuk mencapai kediaman Melisha dan Rendy.Di kejauhan, terdapat beberapa paviliun yang mewah.Saat sampai, Reina turun dari mobil dan melihat berbagai makanan dan minuman sudah disiapkan di halaman luar. Ibu-ibu juga datang dengan mengena
Wajah mama Diera langsung pucat, padahal dia cuma jujur. Tommy memang lebih unggul dibanding murid biasa, tapi kalau dibanding Riko, jelas tertinggal jauh.Dia masih belum berani menyinggung perasaan Melisha, jadi dia menjelaskan sambil tersenyum, "Bu Ketua kok mikirnya ke arah situ? Semua anak-anak kita itu cerdas."Jawaban ini menenangkan hati para ibu-ibu.Karena jelas, tidak ada seorang ibu yang rela anak-anaknya dinilai buruk oleh orang lain.Reina bisa memahami sifat mama Diera. Wanita ini tidak ingin menyinggung orang lain dan ingin disukai semua orang.Di dunia ini, satu-satunya hal yang bisa disukai semua orang adalah harta dan kuasa.Pesta pun berlangsung.Ibu-ibu mulai membicarakan tentang suami dan anak-anaknya, pokoknya seputar keluarga.Reina tidak banyak berkomentar, Reina tidak bisa mengingat semua orang satu persatu, dia bukan Maxime punya daya ingat kuat dan bisa mengingat semua dalam sekali lihat.Mama Diera mendekatinya, "Mama Riko nggak usah kecil hati. Wajar kalau
Tidak lama kemudian, mama Diera menerima kabar bahwa Melisha memintanya menghadap.Mama Diera berkata dengan nada meminta maaf pada Reina, "Aku pergi ke sana dulu ya, kita ngobrol lagi nanti."Daripada menyenangkan Reina, yang lebih penting baginya sekarang adalah tidak menyinggung perasaan Melisha.Reina yang paham situasi juga tidak mempersulitnya.Jadi hampir sepanjang pesta, Melisha bergosip dengan para ibu-ibu sedangkan Reina duduk sendirian di pojokan."Bu Ketua, katanya suamimu membayar beberapa miliar ya buat beli saham grup supaya bisa memonopoli bisnis pasar?"Melisha menyesap tehnya, lalu mengoreksinya, "Bukan beberapa miliar, tapi sepuluh triliun. Lagian ini masih investasi tahap awal, nggak tahu deh ke depannya masih butuh berapa banyak."Jika ingin memonopoli suatu bisnis, mana bisa hanya dengan uang miliaran?10 triliun?Sekarang juga baru seminggu berlalu dari terakhir kali Rendy membeli saham itu.Semua orang terkesan.Bisnis sampingan Keluarga Sunandar memang bisa men
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re
Keesokan harinya, Reina terbangun karena sebuah pesan di ponselnya. Dia mengambil ponselnya dan melihat bahwa ada pesan grup yang masuk.Dia membuka pesan itu dan ternyata Hanna yang mengirimnya."Kak, harusnya aku mendengarkanmu dan nggak ikut campur. Adrian nyalahin aku karena ikut campur ....""Aku sangat kesal sekarang, kenapa dia malah menyalahkanku dan bukannya berterima kasih padaku?""Apa aku benar-benar melakukan sesuatu yang salah?"Ketika Hanna mengirim pesan itu, waktu masih menunjukkan jam enam pagi dan semua orang masih tidur.Reina dengan mengantuk melihat pesan itu, kemudian mengetik, "Kenapa dia nyalahin kamu?"Sebenarnya Reina sudah punya tebakan, tetapi dia masih tidak yakin."Dia nggak bilang. Dia cuma memintaku nggak ikut campur dan berhenti memberikan uang pada orang tua angkatnya."Reina melihat pesan itu, menganalisanya, lalu membalas, "Hanna, menurutku ada satu kemungkinan, lihat saja nanti. Kalau kamu memberikan uang kepada orang tua asuhnya, mungkin orang tua
"Hanna, mending kamu bilang sama Adrian terkait masalah ini, takut ada hal yang nggak diinginkan." Reina dengan ramah mengingatkan.Hanna mengetik balasan, "Hmm, ya, aku akan melakukannya nanti."Reina tidak membaca pesan itu lagi dan bergegas pergi.Setelah mandi dan kembali ke kamar, Reina melihat Maxime bermain dengan dua anak mereka, sementara dua anak mereka yang lain ada di kamar. Mereka terlihat sangat bahagia.Pemandangan ini jatuh ke mata Reina. Dia merasa sangat bahagia, merasa semuanya sudah cukup."Mama akhirnya sudah selesai mandi?"Riki melihat Reina seperti melihat seorang penyelamat. Dia beranjak dari kursinya dan berlari ke arahnya.Begitu Riki bangun, Reina menyadari bahwa mereka tidak sedang bermain, tetapi Maxime sedang mengawasi pekerjaan rumah Riki.Riki memeluk Reina."Mama, hidup ini melelahkan sekali, hiks."Sebelum Reina sempat menghiburnya, suara dingin Maxime terdengar dari kejauhan."Riki, kamu salah menjawab dua pertanyaan lagi. Kamu nggak sadar?"Riki ber
Di dalam clubhouse.Adrian berdiri di belakang Hanna, satu tangan menutupi luka di dahinya, tampak bingung.Hanna menoleh ke arahnya. "Ayo ke rumah sakit buat balut lukanya."Namun, Adrian menatapnya dengan bingung, lalu berkata, "Nggak perlu, ini hanya luka kecil."Hanna mengerutkan kening, "Kepalamu robek begitu, mana mungkin itu cuma luka kecil?"Sambil berbicara, dia mengeluarkan tisu dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Adrian."Ini, bersihkan."Adrian melihat tangan putih dan mulus di depannya. Setelah cukup lama, dia baru tersadar dan mengambil tisu itu."Terima kasih.""Sama-sama." Hanna tersenyum sumringah.Dia mengira setelah kejadian ini, Adrian tidak akan bersikap dingin lagi padanya. Namun, setelah Adrian mengambil tisu itu, Adrian dengan santai menyeka darah di tangannya dan hendak pergi."Aku mau lanjut kerja."Setelah mengatakan itu, Adrian berbalik dan berniat untuk pergi.Hanna langsung menghentikannya, "Kamu terluka begitu masih mau kerja? Istirahat saja."Lang
Diego mendengar gumaman mereka dan merasa tidak bisa memojokkan Adrian lagi. Jadi, dia berkata sambil menunjuk ke arahnya, "Kita lupakan masalah terakhir kali. Lain kali, pikirkan baik-baik kalau mau bertindak. Ini pelajaran untukmu."Dia melemparkan botol anggur yang pecah, yang terkena darah Adrian.Diego tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi, jadi dia akan pergi.Namun, tiba-tiba ada sesosok tubuh yang menghalangi di depannya."Kamu sudah memukulnya dan sekarang mau pergi begitu saja?"Sebuah suara yang jelas dan bagus terdengar di depannya.Diego memusatkan pandangannya dan menyadari bahwa Hanna sudah ada di depannya entah sejak kapan."Hanna?"Hanna menyela dengan dingin, "Tuan Diego, lebih baik panggil Nona Hanna saja, kita nggak seakrab itu."Jika sebelumnya Hanna tidak begitu yakin apakah Diego memiliki niat buruk terhadapnya, sekarang dia benar-benar yakin.Bukankah kali ini Diego memukuli Adrian karena Adrian sudah mengganggu rencananya terakhir kali?Diego tidak menyang
Sejak bertemu dengan Adrian, Hanna langsung merasa bahwa orang ini cukup menarik.Adrian adalah satu-satunya pelayan yang tidak mencoba mendekatinya, apalagi dia juga tampan.Hanna sudah sering menanyakan tentang Adrian. Sebenarnya, dia punya banyak kesempatan untuk didekati oleh wanita-wanita kaya yang glamor. Namun, dia menolak semuanya.Jika dia menerima salah satu wanita kaya itu, dia tidak perlu bekerja keras di dalam bar.Saat ini di dalam Bar Eurios.Adrian sedang sibuk bekerja.Dia tidak menyadari kemunculan sosok yang tidak asing lagi di depan pintu. Orang ini tidak lain adalah Diego.Meskipun sekarang Diego telah memutuskan untuk bersama Sophia, dia selalu ingat bahwa pelayan yang bernama Adrian sudah merusak rencananya.Bukan dia kalau tidak membalaskan dendam.Diego masuk dan memanggil seorang pelayan, lalu menunjuk ke arah Adrian dan berkata, "Suruh dia ke sini."Mendengar itu, pelayan segera pergi memanggil Adrian.Dia merendahkan suaranya, "Adrian, hati-hati. Pria itu da
Begitu Diego menyebutkan kata cicit, Nyonya Liz langsung mengubah pendapatnya tentang Sophia. Dia tertawa dan mengatakan, "Ya, bagus sekali. Kamu harus punya beberapa anak laki-laki, dengan begitu masa depan keluarga masih bisa dilanjutkan. Jangan seperti kedua Om mu itu, anak mereka perempuan semua. Lihatlah, dia sampai diusir sama mertuanya. Bikin malu saja."Diego mengangguk berulang kali."Ya, Nenek tenang saja."Nyonya Liz mengalihkan pikirannya untuk berbicara dengannya tentang hal lain. "Oh ya, kalau kamu sama dia, bagaimana dengan Hanna?"Nyonya Liz tidak melupakan putri tunggal dari keluarga kaya ini.Diego juga ingin menikahi Hanna. Selama dia menikahinya, dia tidak perlu terlalu bekerja keras dalam beberapa tahun. Namun, kenyataan terlalu kejam. Orang tua Hanna tidak menyukainya."Lupakan saja, nona kaya sepertinya sulit buat dilayani, Sophia jauh lebih baik darinya."Nyonya Liz menganggukkan kepalanya berulang kali. "Ya, nona kaya memang sulit dilayani. Lebih baik sama wani
Keheningan yang mencekam menyelimuti ruangan.Diego takut Sophia akan marah kepadanya, jadi dia langsung berjanji, "Sophia, masa lalu sudah berlalu, aku sudah benar-benar berubah sekarang. Jangan khawatir, aku nggak akan pernah mengecewakanmu, aku juga nggak akan pernah melakukan semua hal buruk itu lagi."Mendengar itu, Sophia berkata, "Aku sudah setuju untuk bersamamu, jadi aku nggak akan mempermasalahkan hal-hal yang pernah kamu lakukan sebelumnya.""Aku marah sama dirimu yang sekarang.""Sekarang aku kenapa memangnya?"Diego tidak mengerti."Bagaimana mungkin kamu meminta kakakmu buat kasih izin buat kita melangsungkan pernikahan di sana? Itu 'kan rumah dia dan suaminya," kata Sophia."Cuma karena masalah ini?" Diego tidak habis pikir. "Dia kakakku, hal sekecil ini bukan masalah baginya."Melihat sikap keras kepalanya, Sophia makin marah, "Jangan nggak peduli begitu. Aku kasih tahu, setelah kita bersama, kamu nggak boleh minta tolong apa pun lagi sama kakakmu. Jangan menganggap rem