Begitu Rendy mengucapkan kata-kata ini, ekspresi Tuan Besar Latief langsung berubah.Dia menatap Reina, "Benarkah?"Reina menatap tatapan tajam lelaki tua itu tanpa rasa takut."Jadi Riki boleh diperlakukan nggak adil karena dia bukan cicit dari Keluarga Sunandar?"Melisha pun mencibir, "Apa seorang anak haram layak dibandingkan dengan Tommy?"Kata "anak haram" langsung membuat Reina marah.Dia menatap Melisha dengan tajam.Melisha jadi ingat tendangan Reina barusan, dia pun mundur selangkah."Ngapain melototin aku? Memangnya aku salah? Kalau terjadi sesuatu pada Tommy, kupastikan kamu dan anakmu mati!"Reina mengepalkan tangannya.Tiba-tiba, terdengar sebuah suara pria berwibawa. "Lalu kalau anakku yang kenapa-kenapa? Kamu mau apa?"Semua orang menoleh ke arah sumber suara dan melihat Maxime datang bersama pengawalnya.Maxime berjalan di depan. Wibawa yang terpancar dari tubuhnya membuat Melisha dan Rendy takut untuk mengatakan apapun.Tuan Besar Latief langsung memasang muka suram sa
"Riki anak kandungmu. Hasil tes tiga instansi sama persis."Ekki merendahkan suaranya saat bicara pada Maxime.Riki ... anak kandungnya?Artinya ... Riki dan Riko anak kandung Maxime?Mata tenang Maxime kali ini terlihat sangat terkejut.Reina menghilang bersama anaknya selama lima tahun!Maxime tidak mengucapkan sepatah kata pun. Yang lain tidak tahu apa yang sedang terjadi dan terus menghujat Reina dan Riki.Maxime berkata pada Ekki, "Bawa hasil tes DNA-nya."Tes DNA?Bukan cuma orang lain yang terkejut, Reina juga membelalak tidak percaya.Sejak kapan Maxime melakukan tes DNA?Reina pikir karena dulu Maxime tidak melakukan tes DNA, sekarang juga tidak mungkin.Tuan Besar Latief melihat laporan itu terlebih dulu, lalu Joanna.Saat keduanya melihat hasil tes DNA membuktikan kecocokan sebesar 99%, ekspresi dingin di wajah seketika lenyap tak bersisa."Riki keturunan Keluarga Sunandar," kata Joanna sambil tersenyum.Rendy dan Melisha membelalak tidak percaya, "Mana mungkin? Waktu lahirn
"Anak itu mendapat pertolongan tepat waktu dan sudah melewati masa kritis. Kami akan terus mengawasi kondisinya dan perlu mengadakan beberapa tes lain untuk memastikan dia tidak terkena dampak hiportemia," jelas dokter.Melisha menghela napas lega."Baik, terima kasih dokter."Dia dan Rendy langsung pergi ke kamar rawat untuk menemui Tommy.Melihat dokter tidak menyebut Riki, Reina pun bertanya, "Dokter, kondisi Riki gimana?"Dokter menghela napas."Anak itu menderita leukemia. Kondisinya makin memburuk, jadi dia perlu dirawat di rumah sakit untuk observasi dan pengobatan."Kondisinya memburuk ....Reina baru sadar kalau dia tidak sadar kondisi Riki memburuk.Sebagai seorang ibu, dia sungguh tidak kompeten.Joanna dan Tuan Besar Latief membelalak kaget, "Riki menderita leukemia?""Kalian 'kan keluarganya, masa nggak tahu?" tanya dokter.Joanna terdiam.Setelah itu, mereka pergi ke kamar rawat untuk memeriksa kondisi Riki dan Tommy.Tubuh Riki dipenuhi dengan peralatan medis. Waktu bang
Reina masih diam dan hanya menggenggam erat tangan mungil Riki.Dia sangat takut anaknya akan pergi dari sisinya begitu saja.Melihat Reina tetap diam, Maxime kehilangan kesabarannya."Keluar sebentar," ucap Maxime.Reina menatap Maxime, dia sadar sudah berutang penjelasan pada pria ini.Reina ikut Maxime keluar dari kamar rawat Riki.Di luar kamar sangat sepi, hanya ada mereka berdua."Kamu nggak mau ngomong apa-apa ke aku?"Reina menundukkan kepalanya, "Kamu sudah tahu semuanya, nggak ada lagi yang harus kujelaskan."Maxime mendengus dingin mendengar perkataan Reina.Maxime mengepalkan tinjunya erat-erat sampai tulangnya bergemeretak, "Kamu bawa anak-anakku kabur selama lima tahun, lalu kamu kembali dan bilang mereka anak orang lain. Lalu sekarang, kamu bilang nggak ada yang perlu dijelaskan?"Reina tidak menyesali keputusannya.Dengan mata yang memerah, Reina menyahut dengan dingin, "Kalau aku nggak pergi waktu tahu aku hamil, memangnya kamu bakal izinin aku melahirkan mereka?""Mak
Kenapa dia menangis?Bukannya harusnya Maxime yang nangis?Jantung Maxime rasanya seperti dihujam ribuan belati yang tajam, dia menahan rasa sakit ini dan mengucapkan sebuah kalimat yang penuh dengan penekanan."Reina, sekarang aku baru sadar ternyata kamu lebih kejam dariku.""Kamu senang sudah membawa anakku pergi dan membiarkan mereka memanggil pria lain 'Papa'?""Siapa yang kasih kamu izin jauhin anak-anak dari ayah kandungnya? Apa aku bahkan nggak berhak tahu?"Reina tidak bisa menjawab semua pertanyaan Maxime, berkomentar pun tidak bisa."Maaf." Reina mendongak dan menatap wajah Maxime, "Aku akan ganti rugi.""Gimana caranya ganti rugi?" tanya Maxime."Kamu sebut aja butuh uang berapa.""Kamu pikir urusan kayak gini bisa selesai sama uang?"Maxime menjadi makin marah.Reina yang tidak tahu harus berbuat apa hanya bisa berdiri diam di tempat.Angin dingin menerpa mereka berdua, tapi tak satu pun dari mereka merasakan hawa dingin.Keheningan di antara keduanya baru pecah oleh kehad
Akhirnya Ekki hanya diam dan tidak berani berkomentar.Suasana di mobil sangat sunyi di tengah angin malam yang dingin.Melihat sepertinya Maxime akan tinggal di mobil sepanjang malam, Ekki pun mengirimkan pesan pada pacarnya dan minta maaf karena malam ini tidak bisa menemaninya.Benar saja, Maxime tidak meninggalkan mobil sepanjang malam.Keesokan paginya Maxime menjenguk Riki dan menanyakan kondisinya pada dokter. Setelah mendapat konfirmasi dari dokter bahwa putranya baik-baik saja, barulah dia meninggalkan rumah sakit.Saat berjalan di koridor, mereka berpapasan dengan Reina yang hendak melihat kondisi Riki. Ekki pun memanggilnya, "Nyonya."Reina mengangguk.Maxime diam saja dan malah mempercepat langkahnya.Meski merasa aneh, Ekki tidak berani bertanya. Jadi dia hanya diam dan berjalan mengikuti Maxime.Reina tiba di depan kamar Riki dan seperti yang diduga, Reina tidak bisa masuk.Dia cuma bisa melihat Riki dari kejauhan dan setelah memastikan Riki baik-baik saja, Reina kembali
Joanna mengenakan kebaya modern yang indah dan membuatnya terlihat sangat muda.Begitu melihat Riki, dia jadi teringat sosok Maxime waktu kecil."Riki, aku Nenekmu."Joanna membungkuk dan ingin memeluk Riki.Riki menghindar, "Nenek, kamu salah orang, aku bukan cucumu."Joanna tercekat.Ini adalah pertama kalinya dia menjadi seorang nenek yang sesungguhnya, jadi dia tidak tahu harus berbuat apa.Dia langsung meminta anak buahnya meletakkan hadiah yang dibawa ke hadapan Riki."Riki, Nenek beliin hadiah ini buatmu."Ada lagi yang memberinya hadiah.Riki menoleh dan melihat barisan pengawal yang masing-masing memegang mainan terbaru, lengkap dengan patung resin, mobil anak-anak sungguhan dan hadiah lainnya ....Sekali lihat juga Riki tahu betapa mahal harga semua mainan ini.Ternyata nenek jahat yang satu ini cukup kaya dan murah hati. Setidaknya jauh lebih murah hati daripada Treya dan terlihat lebih ramah pada anak kecil."Maaf Nek, kata mama nggak boleh terima barang dari orang asing."
Lagi-lagi Joanna dibuat terhenyak."Apa?"Riki menghela napas, "Aku kangen Papa sama Mama, mereka juga pasti kangen sama aku.""Nenek 'kan juga punya anak laki-laki. Kalau anakmu dirawat di rumah sakit dan Nenek sebagai orang tua nggak boleh jenguk, memangnya Nenek nggak sedih?"Setelah Riki tidak melihat mamanya sepanjang hari, akhirnya dia bertanya pada pengawal dan mendapati kalau ayah bajingannya yang tidak memperbolehkan siapapun menengoknya tanpa seizinnya.Riki mulai membenci ayah bajingannya.Joanna merasa senang sekaligus marah saat mendengar semua ucapan masuk akal Riki yang tak ada habisnya.Dari ucapannya, sepertinya Riki belum tahu bahwa ayahnya adalah Max.Joanna diam-diam mengepalkan tinjunya dan makin muak pada Reina."Riki, Om Maxime itu ayah kandungmu."Riki sekarang mengerti tujuan kedatangan Joanna, "Cih, nggak mungkin."Riki pun memutuskan untuk tidak meladeni Joanna lagi. Dia mengambil mainan pemberian Joanna dan mulai melemparkan ke arah Joanna satu per satu.Joa
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba