Setelah membacanya, Maxime langsung menelepon balik si pengirim pesan.Maxime yang kesal langsung menghapus pesan itu.Sesampainya di Vila Magenta.Reina sudah tidur.Setelah Maxime mandi, dia memeluk Reina.Berpikir bahwa Jovan punya anak, dia menciumnya erat.Reina tidak bisa menolak sama sekali.Malam berlalu, Reina bangun dari tempat tidur keesokan paginya, mendengarkan suara air gemercik dari kamar mandi.Reina mengenakan pakaian biasa, setelah mencuci muka, dia meletakkan tas kecilnya di punggungnya dan menunggu Maxime turun.Tidak lama kemudian, Maxime keluar kamar dengan memakai baju santai, dia terlihat lembut dan tidak setegas biasanya.Waktu keduanya berangkat, gerimis mulai turun dan angin dingin mulai berhembus.Dalam perjalanan ke Vila Mata Air, ponsel Maxime berdering karena ada panggilan masuk dari Marshanda.Reina tahu siapa yang menelepon Maxime dan melihat pria itu menutup ponselnya.Tidak lama kemudian, masuklah sebuah pesan, "Kak Max, boleh angkat teleponnya nggak?
Saat ini, Revin dan temannya Erik sedang minum di sebuah gedung tinggi tidak jauh dari sana, bersiap untuk menonton pertunjukan.Erik merasa Revin benar-benar nekad menyinggung Maxime demi seorang wanita."Kak, kita susah bersaing di skala nasional kalau begini."Revin menatapnya, "Memangnya sekarang gampang?"Erik tersenyum lirih.Ya, Maxime hampir memblokir semua jalan menuju Revin.Untung, Maxime tidak tahu bahwa dia dan Revin berada dalam kelompok yang sama, kalau tidak, Erik tidak akan selamat."Aku nggak sabar melihat kekalahan Maxime. Marshanda ini juga benar-benar menyebalkan."Erik berbeda dari pria lain, dia punya agensi sendiri dan tidak suka aktris yang mengambil kesempatan untuk menjadi terkenal.Tepat pukul 10, acara peluncuran dimulai.Banyak orang terpandang yang diundang sehingga para awak media memberitakannya dan menyiarkan secara langsung.Banyak penggemar dan penonton yang datang.Waktu Maxime datang, sensasi dan spekulasi pun timbul.Begitu Marshanda melihat kedat
Tepat pukul 10, acara dimulai.Saat ini Reina sudah naik pesawat dibantu oleh orang-orang Revin, jadi Reina tidak bisa menonton pertunjukkan yang begitu dinantikannya dengan matanya sendiri.Di pusat kota industri film.Acara peluncuran film baru ini harusnya dijelaskan oleh sutradara, namun karena campur tangan Marshanda, malah dia yang jadi sorotan utama.Sutradara sebenarnya tidak menyukai aktris seperti Marshanda yang tidak memiliki kemampuan akting, namun dia tidak punya pilihan.Marshanda mengenakan gaun keluaran butik ternama dan berjalan ke atas panggung untuk mulai menjelaskan film ini. Matanya tidak lepas memandang Maxime.Marshanda bahkan tidak sadar ada Roy yang berjalan menghampirinya sambil memegang karangan bunga besar.Roy mengenakan setelan jas dan ketika melihat ke arah Marshanda, matanya tidak lagi memiliki kekaguman yang sama seperti sebelumnya.Akhirnya, waktu Roy berjarak 10 meter darinya, Marshanda baru sadar.Marshanda segera melihat sekeliling, mencari pengawal
Kalau ini benar, masa depan Marshanda pasti berakhir.Marshanda berada di ambang kehancuran, semua yang akhirnya diperolehnya dirusak oleh Roy!Marshanda jadi kalap, "Bajingan! Kamu pantas ditipu, kenapa nggak mati aja sana?""Seorang pria yang nggak kompeten, nggak tanggung jawab sepertimu sama sekali nggak layak untukku!""Kamu tahu nggak video ini menghancurkan hidupku? Kenapa bisa-bisanya aku punya mantan tidak tahu diri kayak kamu? Hah, aku sudah tertipu!"Marshanda menangis, tapi dia tidak lupa menyalahkan Roy.Dia protes dan menatap tidak berdaya ke arah Maxime.Para penggemar di dunia maya pun mulai berkomentar."Kalau aku jadi Marshanda, aku nggak mau mengakui mantan kayak gitu. Menjijikkan!""Iya, bilang aja putus dan sekarang dia lagi balas dendam."Meskipun perhatian sebagian orang teralihkan, masih ada yang bisa berpikir logis.Kalau apa yang dikatakan Roy benar, Marshanda yang sudah berbuat kejahatan pasti bisa mengulangi berbuat jahat.Marshanda yang awalnya terlihat pol
Berita ini menggelegar di telinga Maxime."Sudah suruh orang cari dia?""Sudah kami cari ke mana-mana tapi nggak ketemu."Maxime mencengkeram ponselnya erat-erat. Saat ini, semua kerinduannya telah lenyap.Setelah menutup telepon, dia tampak dengan tenang berkata pada sopir, "Nyetir lebih cepat!""Ya."Sebelum si sopir menyadari ada sesuatu yang tidak beres, dia sudah diusir dari mobil oleh Maxime dalam waktu kurang dari satu menit.Maxime mengemudikan mobilnya sendiri, menginjak pedal gas dalam-dalam, menuju ke arah Vila Mata Air.Dalam perjalanan dia tidak lupa memerintah pengawalnya, "Cari Reina sampai ketemu!""Kalau nggak ketemu, kalian semua akan mati!"Meski aslinya hanya 20 menit perjalanan, kali ini Maxime merasa jaraknya sangat jauh.Dia menelepon nomor Reina berulang kali, tapi tidak ada jawaban.Mata Maxime memerah.Sesampainya di Vila Mata Air, Maxime langsung bergegas masuk.Bibi pengasuh Riki dengan ketakutan menyerahkan sepucuk surat dan dua lembar tes golongan darah pa
Ekki menatap Maxime dengan rasa khawatir dan takut.Dia terpaksa menghiburnya, "Bos, jangan khawatir, Nona Reina dan Riki mungkin keluar untuk jalan-jalan. Mereka pasti pulang."Ekki seperti bohong pada anak kecil.Tapi Maxime percaya."Aku tahu dia nggak mungkin tega ninggalin aku."Hanya matanya yang merah dan cekung akibat tidak tidur sepanjang malam yang terlukis di wajah Maxime sekarang.Ekki hanya bisa mengangguk setuju.Maxime berjalan melewati tumpukan daun, sosoknya yang tinggi terlihat sangat kesepian.Setelah berjalan beberapa langkah, dia kembali menatap Ekki, "Reina bilang dia salah orang."Ekki tidak mengerti."Apa maksudnya?"Maxime tidak menjawab, dia membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.Maxime duduk di dalam mobil sendirian, lalu kembali membaca surat Reina."Kamu dan aku sama-sama tahu kita nggak saling cinta. Kenapa kita harus terus saling menyakiti?""Aku nggak benci dan nggak salahin kamu karena dulu kamu nggak cinta sama aku, karena aku tahu ternyata aku salah
Ketika seseorang memutuskan untuk meninggalkanmu, sekeras apa pun kamu mencarinya, dia tidak akan pernah muncul.Maxime sangat memahami hal ini.Hanya saja kali ini tidak seperti sebelumnya, Maxime sangat tenang, bahkan terlalu tenang, sangat tenang.Ekki mengikutinya kembali ke Vila Magenta dan mengawasinya memasuki kamar Reina.Di dalam kamar, semuanya seperti sebelumnya, tidak ada tumpukan hadiah yang dibuka.Maxime tidak mengatakan apa-apa. Dia berjalan mendekat dan membuka hadiah satu per satu. Entah berapa banyak usaha yang dia habiskan untuk membeli pakaian klasik yang diinginkan Reina di masa lalu dan barang-barang mewah terkenal di masa lalu."Ekki, suruh orang simpan semua barang ini. Aku mau dia bisa lihat semuanya waktu pulang nanti.""Ya."Ekki langsung memanggil bawahannya.Maxime membuka hadiah itu dan bertanya lagi, "Jadi gimana perkembangan pembangunan gedung kantor utama Grup Andara?""Dua bulan lagi selesai," jawab Ekki."Apa bisa selesai sebelum dia pulang?" Maxime
Kalau bukan karena pengakuan Reina, Maxime mungkin tidak akan pernah mengira bahwa penyelamat ibunya adalah palsu.Tentu saja karena dia tidak memeriksanya!Maxime tidak peduli dengan kehidupan pribadi Marshanda.Marshanda diseret pergi, hatinya hancur dan sepertinya akan menggila.Ekki berdiri di lantai dua, menatap sosok Marshanda yang tidak berdaya untuk pertama kalinya.....Di Vila Samore.Riko bosan seharian hanya bisa tinggal di kamar.Dia sudah tahu bahwa Mama dan adiknya sudah pergi dari Kota Simaliki, sayangnya Jovan masih tidak mau melepaskannya.Karena Jovan mati-matian mengakui Riko sebagai putranya. Ya sudah, biarkan saja dia menikmati perasaan menjadi seorang ayah selama beberapa hari."Dor!" Tiba-tiba terdengar suara dari lantai dua.Jovan yang mengobrol dengan Ethan di ruang tamu di lantai bawah pun terkejut.Belum juga Jovan sempat bereaksi, dia kembali mendengar suara tembakan berkali-kali.Ethan memicingkan matanya dan tersenyum, "Punya anak sungguh beda."Jovan mel
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa
Sudut mulut Imran bergerak pelan, apakah itu kabar baik?"Lalu bagaimana sekarang?"Mereka berharap bisa bertemu dengan calon menantu mereka hari ini, tetapi tidak disangka semuanya tidak seperti yang mereka bayangkan.Retno berpikir sejenak, lalu menjawab, "Karena anak kita lebih suka yang sudah menikah, kenapa kita nggak carikan janda saja untuknya?"Raut wajah Imran terlihat makin aneh."Kamu nggak lagi bercanda?""Di zaman sekarang ini, bercerai bukanlah masalah besar." Retno berpikiran terbuka. "Yang penting anak kita bisa cepat menikah dan memberi kita cucu."Imran tidak menolak atau membantah.Dia hanya diam saja.Retno menganggapnya sebagai jawaban persetujuan darinya."Ayo. Karena ini salah paham, kita pulang saja." Imran berdiri.Pada saat itulah dia tiba-tiba mendengar Ari berkata lagi, "Bu Reina, apa kamu dan Tuan Maxime rujuk? Kamu sudah yakin nggak mau mempertimbangkan yang lain?"Reina sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu."Kenapa kamu tanya begitu?""Mak
Reina dan Maxime tiba di dalam restoran sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Maxime menerima telepon dan keluar sebentar.Melihatnya dari kejauhan, Ari langsung berjalan cepat ke arahnya.Setelah sampai di tempat itu, dia melihat sekeliling dan bertanya, "Katanya Tuan Maxime datang juga, di mana dia?""Oh, dia keluar sebentar buat jawab telepon," jawab Reina.Mendengar itu, Ari mengangguk dan duduk di seberang Reina.Dia tidak menyadari bahwa saat ini orang tuanya sedang duduk di ruang sebelah.Orang tua Ari senang saat melihat orang yang ditemui putra mereka adalah seorang wanita dan memiliki penampilan yang khas."Ternyata dia sudah punya pacar, tapi menyembunyikannya dari kita," kata Imran.Retno bertanya bingung, "Apa kamu nggak merasa wanita ini agak familier? Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat."Sebelumnya, Ari dan Reina pernah digosipkan dan berita keduanya menjadi pemberitaan hangat.Pada waktu itu, Retno sempat melihat foto profil Reina di berita."Memang n
Ibu kota.Keluarga Yinandar sangat meriah seperti biasa, Naria takut kedua orang tua itu kesepian, jadi meminta Reta untuk kembali lebih awal untuk menemani mereka merayakan Tahun Baru.Begitu Reina dan yang lainnya tiba, keduanya terlihat sangat gembira.Keempat cicit kecil itu memanggil mereka, kemudian mereka memberi keempatnya hadiah.Reina melihat bahwa mereka tidak bisa memegang semua hadiah itu dengan tangan mereka."Kakek, Nenek, kenapa beli banyak hadiah begini?""Kami senang karena mereka datang. Setiap kali kami melihat sesuatu yang bagus dan menyenangkan, kami berpikir untuk membelinya dan menyimpannya untuk mereka."Reina tidak berkata apa-apa lagi saat mendengar ini.Reina meminta keempat anaknya bermain bersama kakek dan neneknya, kemudian dia dan Maxime bisa keluar jalan-jalan, lalu sorenya menemui Ari....Rumah Ari.Ayah dan ibunya memegang banyak foto perempuan cantik dan menyerahkannya kepadanya. "Coba lihat."Ari hanya melirik mereka dan mengalihkan pandangannya."
"Ya."Riko mengiakan dengan sangat patuhDia menguap dan menyuruh ketiga adiknya untuk bangun.Kedua adiknya yang paling kecil langsung bangun, tetapi Riki yang selalu bersikap malas tidak mau bangun."Hoaam, Kak, aku masih ingin tidur. Kamu balik dulu saja, aku mau tidur sambil peluk Mama."Reina tidak bisa menahan tawa saat melihat adegan ini."Ya, kalian istirahat di sini dulu saja." Reina tidak tega berpisah dengan beberapa anak.Rasanya sangat bahagia bisa bersama anak-anak.Namun, Maxime berkata dengan tidak sabar, "Cepatlah."Riki beranjak dari lantai dengan gusar saat mendengar suara marah papanya."Ayo pergi." Dia menepuk lipatan di tubuhnya. Ternyata dia sudah bangun sejak tadi, dia hanya sengaja tidak ingin meninggalkan tempat itu.Reina melihat tanpa daya saat keempat anaknya pergi. Lalu, dia menggerutu kepada Maxime, "Kamu kenapa, sih? Kenapa ngusir mereka begitu?"Maxime bergegas menghampirinya dan memeluknya."Kalau ada mereka, bagaimana kita bisa punya waktu berdua?"".
Ketika Morgan pergi, dia melewati ruang tamu, melewati Aarav dan Daniel."Kamu baru pulang, apa sudah mau pergi lagi?" Daniel bertanya saat melihat Aarav akan keluar rumah."Hmm," jawab Morgan singkat.Daniel mengerutkan keningnya. "Jangan pergi, tunggu sampai makan nanti."Morgan tidak sependapat, bersikap seakan tidak mendengar perkataannya dan terus melangkahkan kakinya keluar rumah.Sikapnya membuat Daniel merasa canggung.Aarav yang berada di sampingnya memperhatikan semuanya dalam diam. Dia menyesap tehnya, lalu berkata, "Anak-anak sudah besar, jadi suka memberontak. Rendy juga sering membuatku kesal, jadi jangan ambil pusing.""Hmm." Daniel mengangguk."Kalau nggak ada yang lain, kami akan pulang dulu. Aku minta tolong kepadamu untuk bicara dengan Max terkait kerja sama ini." Aarav berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bagaimanapun juga, kamu itu ayah Max, kepala keluarga.""Kak, jangan khawatir."Daniel mengantarnya pergi.Sebenarnya Daniel tidak bodoh, mana mungkin dia tidak ta
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim