Riko sudah dua hari tidak masuk sekolah, Jovan bekerja di rumah sambil mengawasinya.Alana sangat berisik di luar, tapi Jovan tidak mau memperhatikannya.Hingga seseorang melaporkan Alana akan pergi mencari kakeknya.Baru kemudian Jovan mengizinkan Alana masuk dan setuju untuk melakukan tes DNA.Alana memeluk Riko dan menangis tersedu-sedu, "Ya ampun anakku sayang, kamu pasti takut, 'kan?"Harus Riko akui, ada satu hal yang bisa dibanggakan Alana yaitu kemampuan aktingnya.Dia menepuk bahu Alana sambil berkata, "Cupcup, Mama jangan nangis."Jovan menatap mereka berdua dan tidak percaya kalau Riko bukan anaknya.Tes DNA akan memakan waktu setidaknya empat atau lima hari, selama itu pula Riko harus tinggal di sini."Jovan, kamu harus tepatin janji ya! Kalau kamu bohong, aku bakal laporin ke Kakek Jacob!" Alana sekarang tahu kartu truf Jovan. Putra Mahkota Kota Simaliki ini takut pada Jacob.Kebetulannya lagi, Jacob sangat menyukai Alana.Jovan menjawab dengan kesal, "Iya tahu. Sana pergi
Setelah membacanya, Maxime langsung menelepon balik si pengirim pesan.Maxime yang kesal langsung menghapus pesan itu.Sesampainya di Vila Magenta.Reina sudah tidur.Setelah Maxime mandi, dia memeluk Reina.Berpikir bahwa Jovan punya anak, dia menciumnya erat.Reina tidak bisa menolak sama sekali.Malam berlalu, Reina bangun dari tempat tidur keesokan paginya, mendengarkan suara air gemercik dari kamar mandi.Reina mengenakan pakaian biasa, setelah mencuci muka, dia meletakkan tas kecilnya di punggungnya dan menunggu Maxime turun.Tidak lama kemudian, Maxime keluar kamar dengan memakai baju santai, dia terlihat lembut dan tidak setegas biasanya.Waktu keduanya berangkat, gerimis mulai turun dan angin dingin mulai berhembus.Dalam perjalanan ke Vila Mata Air, ponsel Maxime berdering karena ada panggilan masuk dari Marshanda.Reina tahu siapa yang menelepon Maxime dan melihat pria itu menutup ponselnya.Tidak lama kemudian, masuklah sebuah pesan, "Kak Max, boleh angkat teleponnya nggak?
Saat ini, Revin dan temannya Erik sedang minum di sebuah gedung tinggi tidak jauh dari sana, bersiap untuk menonton pertunjukan.Erik merasa Revin benar-benar nekad menyinggung Maxime demi seorang wanita."Kak, kita susah bersaing di skala nasional kalau begini."Revin menatapnya, "Memangnya sekarang gampang?"Erik tersenyum lirih.Ya, Maxime hampir memblokir semua jalan menuju Revin.Untung, Maxime tidak tahu bahwa dia dan Revin berada dalam kelompok yang sama, kalau tidak, Erik tidak akan selamat."Aku nggak sabar melihat kekalahan Maxime. Marshanda ini juga benar-benar menyebalkan."Erik berbeda dari pria lain, dia punya agensi sendiri dan tidak suka aktris yang mengambil kesempatan untuk menjadi terkenal.Tepat pukul 10, acara peluncuran dimulai.Banyak orang terpandang yang diundang sehingga para awak media memberitakannya dan menyiarkan secara langsung.Banyak penggemar dan penonton yang datang.Waktu Maxime datang, sensasi dan spekulasi pun timbul.Begitu Marshanda melihat kedat
Tepat pukul 10, acara dimulai.Saat ini Reina sudah naik pesawat dibantu oleh orang-orang Revin, jadi Reina tidak bisa menonton pertunjukkan yang begitu dinantikannya dengan matanya sendiri.Di pusat kota industri film.Acara peluncuran film baru ini harusnya dijelaskan oleh sutradara, namun karena campur tangan Marshanda, malah dia yang jadi sorotan utama.Sutradara sebenarnya tidak menyukai aktris seperti Marshanda yang tidak memiliki kemampuan akting, namun dia tidak punya pilihan.Marshanda mengenakan gaun keluaran butik ternama dan berjalan ke atas panggung untuk mulai menjelaskan film ini. Matanya tidak lepas memandang Maxime.Marshanda bahkan tidak sadar ada Roy yang berjalan menghampirinya sambil memegang karangan bunga besar.Roy mengenakan setelan jas dan ketika melihat ke arah Marshanda, matanya tidak lagi memiliki kekaguman yang sama seperti sebelumnya.Akhirnya, waktu Roy berjarak 10 meter darinya, Marshanda baru sadar.Marshanda segera melihat sekeliling, mencari pengawal
Kalau ini benar, masa depan Marshanda pasti berakhir.Marshanda berada di ambang kehancuran, semua yang akhirnya diperolehnya dirusak oleh Roy!Marshanda jadi kalap, "Bajingan! Kamu pantas ditipu, kenapa nggak mati aja sana?""Seorang pria yang nggak kompeten, nggak tanggung jawab sepertimu sama sekali nggak layak untukku!""Kamu tahu nggak video ini menghancurkan hidupku? Kenapa bisa-bisanya aku punya mantan tidak tahu diri kayak kamu? Hah, aku sudah tertipu!"Marshanda menangis, tapi dia tidak lupa menyalahkan Roy.Dia protes dan menatap tidak berdaya ke arah Maxime.Para penggemar di dunia maya pun mulai berkomentar."Kalau aku jadi Marshanda, aku nggak mau mengakui mantan kayak gitu. Menjijikkan!""Iya, bilang aja putus dan sekarang dia lagi balas dendam."Meskipun perhatian sebagian orang teralihkan, masih ada yang bisa berpikir logis.Kalau apa yang dikatakan Roy benar, Marshanda yang sudah berbuat kejahatan pasti bisa mengulangi berbuat jahat.Marshanda yang awalnya terlihat pol
Berita ini menggelegar di telinga Maxime."Sudah suruh orang cari dia?""Sudah kami cari ke mana-mana tapi nggak ketemu."Maxime mencengkeram ponselnya erat-erat. Saat ini, semua kerinduannya telah lenyap.Setelah menutup telepon, dia tampak dengan tenang berkata pada sopir, "Nyetir lebih cepat!""Ya."Sebelum si sopir menyadari ada sesuatu yang tidak beres, dia sudah diusir dari mobil oleh Maxime dalam waktu kurang dari satu menit.Maxime mengemudikan mobilnya sendiri, menginjak pedal gas dalam-dalam, menuju ke arah Vila Mata Air.Dalam perjalanan dia tidak lupa memerintah pengawalnya, "Cari Reina sampai ketemu!""Kalau nggak ketemu, kalian semua akan mati!"Meski aslinya hanya 20 menit perjalanan, kali ini Maxime merasa jaraknya sangat jauh.Dia menelepon nomor Reina berulang kali, tapi tidak ada jawaban.Mata Maxime memerah.Sesampainya di Vila Mata Air, Maxime langsung bergegas masuk.Bibi pengasuh Riki dengan ketakutan menyerahkan sepucuk surat dan dua lembar tes golongan darah pa
Ekki menatap Maxime dengan rasa khawatir dan takut.Dia terpaksa menghiburnya, "Bos, jangan khawatir, Nona Reina dan Riki mungkin keluar untuk jalan-jalan. Mereka pasti pulang."Ekki seperti bohong pada anak kecil.Tapi Maxime percaya."Aku tahu dia nggak mungkin tega ninggalin aku."Hanya matanya yang merah dan cekung akibat tidak tidur sepanjang malam yang terlukis di wajah Maxime sekarang.Ekki hanya bisa mengangguk setuju.Maxime berjalan melewati tumpukan daun, sosoknya yang tinggi terlihat sangat kesepian.Setelah berjalan beberapa langkah, dia kembali menatap Ekki, "Reina bilang dia salah orang."Ekki tidak mengerti."Apa maksudnya?"Maxime tidak menjawab, dia membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.Maxime duduk di dalam mobil sendirian, lalu kembali membaca surat Reina."Kamu dan aku sama-sama tahu kita nggak saling cinta. Kenapa kita harus terus saling menyakiti?""Aku nggak benci dan nggak salahin kamu karena dulu kamu nggak cinta sama aku, karena aku tahu ternyata aku salah
Ketika seseorang memutuskan untuk meninggalkanmu, sekeras apa pun kamu mencarinya, dia tidak akan pernah muncul.Maxime sangat memahami hal ini.Hanya saja kali ini tidak seperti sebelumnya, Maxime sangat tenang, bahkan terlalu tenang, sangat tenang.Ekki mengikutinya kembali ke Vila Magenta dan mengawasinya memasuki kamar Reina.Di dalam kamar, semuanya seperti sebelumnya, tidak ada tumpukan hadiah yang dibuka.Maxime tidak mengatakan apa-apa. Dia berjalan mendekat dan membuka hadiah satu per satu. Entah berapa banyak usaha yang dia habiskan untuk membeli pakaian klasik yang diinginkan Reina di masa lalu dan barang-barang mewah terkenal di masa lalu."Ekki, suruh orang simpan semua barang ini. Aku mau dia bisa lihat semuanya waktu pulang nanti.""Ya."Ekki langsung memanggil bawahannya.Maxime membuka hadiah itu dan bertanya lagi, "Jadi gimana perkembangan pembangunan gedung kantor utama Grup Andara?""Dua bulan lagi selesai," jawab Ekki."Apa bisa selesai sebelum dia pulang?" Maxime
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba