Harus diakui, cara anak-anak memprovokasi orang dewasa cukup jitu.Maxime kembali menatap Reina dan berkata, "Maaf."Reina tercengang menatap sikap Maxime.Beberapa detik kemudian Reina tersadar dari lamunannya dan menjawab, "Nggak apa-apa."Bisa dibilang Riki akhirnya menggunakan cara berbeda untuk membuat ayahnya minta maaf."Pa, aku bosan banget tinggal di sini sendirian setiap hari. Hari ini ajak aku dan Mama main ya?"Riki meminta dengan manja.Maxime pun tidak bisa menolaknya, "Oke."Maxime pun membawa Riki ke taman bermain terdekat.Karena kondisi fisiknya yang lemah, Riki tidak bisa main banyak permainan. Reina selalu memperhatikan dengan rasa was-was karena takut sesuatu yang tidak terduga terjadi pada anaknya.Ketiganya terlihat sangat harmonis sebagai sebuah keluarga.Setelah bermain sebentar, Riki mulai merasa lelah. Dia menoleh pada Maxime dan mendapati pria itu tidak berniat menggendongnya. Riki membatin, kalau bukan karena kekayaan, pasti tidak ada wanita yang mau menika
Sekeliling mereka begitu sunyi sampai hanya terdengar suara dedaunan yang tertiup angin.Reina menatap wajah Maxime dan tidak tahu harus berkata apa. Pada akhirnya, dia hanya bisa berkata, "Maaf, aku mungkin ...."Namun sebelum Reina selesai berbicara, Maxime sudah menyela lebih dulu."Nggak sama kamu."Reina memicingkan matanya, lalu mendengar Maxime mencemooh dan menyudutkannya dengan kasar, "Kamu pikir aku mau punya anak dari wanita yang berselingkuh dan sudah punya anak dengan pria lain?"Tanpa menunggu jawaban Reina, Maxime langsung masuk ke vila.Sesampainya di kamar, Maxime melemparkan jaketnya ke samping karena frustrasi.Sebenarnya Maxime tidak berniat berkata seperti itu, hanya saja tadi dia melihat sepertinya Reina akan menolak ajakannya. Sekarang kalau dipikir lagi, Maxime sadar betapa konyol dirinya hari ini.Seharian ini Maxime menyetujui untuk menjadi ayah anak itu ....Seberapa besar keinginannya jadi ayah sampai bersedia menjadi ayah dari anak orang lain?Di luar vila.
Ditindas beberapa kali ....Reina jadi agak menyesal, kenapa tadi dia tidak bilang kalau Marshanda sudah menjebaknya berkali-kali?Tangan Marshanda berlumuran darah. Maxime membawanya naik ambulans dan langsung pergi.Sebelum pergi, Marshanda menatap Reina dengan bangga.Tatapannya itu seolah ingin berkata, "Di antara kita, Maxime pasti akan memilihku."Reina tidak merasa sedih, malah dia berharap Marshanda bisa secepatnya menikah dengan Maxime supaya pria itu mau melepaskan dirinya dan Riki.Di dalam ambulans.Tidak terlihat emosi apa pun di wajah Maxime yang tampan. Dia bertanya, "Ngapain kamu datang ke Vila Magenta semalam ini?""Aku takut sendirian di rumah sakit, aku kangen kamu."Meski sudah terluka begitu parah, dia tetap tidak berhasil membuat Maxime tinggal di sisinya.Dia takut Maxime tidak akan peduli lagi padanya.Kejadian hari ini menambah kecurigaannya.Maxime mengernyit."Selanjutnya jangan datang ke Vila Magenta lagi."Marshanda tercekat, "Kenapa? Apa karena Reina? Wani
Maxime duduk di kursi belakang mobil itu.Semalam dia bermalam di mobil sambil menunggu telepon dari Reina.Saat melihat Reina keluar, Maxime menurunkan kaca mobil dan memperlihatkan raut wajah yang kelelahan."Naik."Reina pikir Reina baru pulang dan ingin menginterogasinya, jadi Reina menolak perintah Maxime."Mau ngomong apa? Bilang aja di sini."Maxime mengangkat alisnya dan terlihat sangat lesu, "Kita masih punya waktu setengah bulan."Reina terkejut dengan pernyataan Maxime, tetapi akhirnya tetap naik ke mobil Maxime.Maxime tidak menceritakan apa yang terjadi pada Marshanda semalam, Reina juga tidak bertanya kenapa Maxime baru sekarang pulang.Sopir menyalakan mobil."Hari ini kita pulang ke rumah," kata Maxime.Reina bingung dan menjawab, "Ngapain?""Besok 'kan sudah mau Festival Kue Bulan?" Maxime terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Bukannya dulu kamu selalu bilang mau tinggal di sana sama aku?"Reina terdiam sejenak.Sebenarnya Reina bukan ingin tinggal di kediaman utama Kelu
Napas Reina terasa sesak.Saat Reina membayangkan Maxime yang semalam sepertinya berciuman dengan Marshanda, dia langsung merasa mual.Reina bersandar di dinding yang dingin dan mengulurkan tangannya untuk mendorong Maxime menjauh.Maxime justru merasa seperti ditantang, dia pun melepaskan jasnya."Jangan ...."Reina tahu apa yang akan Maxime lakukan selanjutnya, jadi dia langsung menolak.Maxime kira hanya mulut Reina saja yang berkata tidak mau, tetapi sebenarnya dalam hati mau. Jadi, Maxime tidak berhenti dan mulai melepaskan pakaian Reina.Reina tidak punya pilihan, matanya memerah.Reina pun menggigit Maxime.Pria itu mengerang, berhenti dan menatapnya dengan tidak percaya."Kenapa?""Lepaskan!" bentak Reina dengan mata yang sedikit memerah.Maxime membelai Reina sembari menjawab, "Nggak mau."Reina menyadari Maxime sama sekali tidak menganggap serius kata-katanya, pria itu masih menciumnya.Reina tidak bisa menghilangkan bayang-bayang seandainya semalam Maxime dan Marshanda juga
Ejekan kasar Lili menyadarkan Reina dari lamunannya, lalu Reina menatapnya.Lili mengenakan seragam formal lengkap dengan pin jabatan di dadanya, wajahnya oval dan alisnya tipis. Saat ini dia sedang menatap Reina dengan penuh kecemburuan.Dulu Reina pernah bertemu dengannya beberapa kali.Jelas-jelas dia adalah putri seorang pelayan, tetapi perilakunya seperti putri kandung Keluarga Sunandar.Melihat Reina tidak menjawab, Lili pikir Reina sedang tidak memakai alat bantu dengar. Lili pun menendang pakaian yang berserakan di lantai dan tidak berhenti menghina Reina."Dasar nggak tahu malu, beraninya orang cacat merayu pria idaman para wanita.""Dulu masih berlagak lugu, sekarang?"Lili menginjak-injak baju mewah yang berserakan di lantai di depan Reina.Dia yakin Reina tidak berani melakukan apa pun padanya.Karena seperti inilah caranya dulu menindas Reina dan mengusirnya.Lili tidak tahu bahwa Reina yang sekarang tidak sama seperti dulu. Reina bukan wanita yang rela menanggung segalany
Di tengah hembusan angin dingin, Reina masih merasa kedinginan meski sudah memakai jaket.Deron memperhatikan kamera pengintai di sepanjang jalan dan menunggu di tempat yang jaraknya paling dekat dengan Reina.Tak lama kemudian, Deron melihat seorang wanita kurus berjalan mendekat.Deron langsung keluar dari mobil dan membuka pintu."Terima kasih." Reina masuk ke mobil setelah mengucapkan terima kasih.Deron juga masuk dan langsung menyalakan pemanas di dalam mobil.Sejak Reina pergi ke luar negeri, Deron menghabiskan banyak waktu untuk melindungi Reina.Dia tahu Reina tidak tahan pada dingin."Sekarang kita mau ke mana?"Reina bersandar di kursi, berpikir sejenak dan menjawab, "Pulang ke Vila Magenta."Kalau dia kabur, Maxime akan langsung mengetahuinya dan pasti akan mencarinya."Oke."Deron memilih jalan dengan pemandangan yang bagus.Reina melihat pemandangan di luar jendela mobil dan bertanya padanya, "Apa semua baik-baik saja? Kenapa kemarin buru-buru pulang?"Deron mengencangkan
Pengawal yang terus membuntuti Reina tidak banyak pikir saat melihat Reina naik mobil Deron yang ternyata adalah sebuah taksi, dia menjawab dengan jujur, "Nona Reina baru naik taksi, dilihat dari rutenya sepertinya dia pulang ke Vila Magenta."Hati Maxime yang tegang sedikit lega saat tahu Reina masih di Kota Simaliki.Maxime bingung, kenapa Reina tiba-tiba pulang."Kamu tahu nggak kenapa dia pulang?""Nggak tahu."Para pengawal tidak ada yang tahu.Maxime menutup telepon dan meminta seseorang menyiapkan mobil untuk langsung mengantar Maxime kembali ke Vila Magenta.Dalam perjalanan.Maxime masih mencoba menelepon Reina tetapi tetap tidak tersambung.Maxime meminta sopir untuk mengemudi secepat mungkin.Di sisi lain, Reina sudah tiba di Vila Magenta. Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Deron, Reina tidak langsung masuk dan hanya berdiri di depan pintu vila.Reina melamun, dia membiarkan gerimis turun di bahunya dan tubuhnya tertiup angin dingin.Entah sudah berapa lama, akhirnya d
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim
Hidup memang tidak bisa diprediksi.Diego memandang Sophia yang terbaring tidak jauh dari sana melalui cahaya yang redup, tiba-tiba merasa bahwa kehidupan seperti ini tampaknya menyenangkan.Dia memejamkan mata dan memasuki alam mimpi.Pada hari pertama tahun ini, ada kegembiraan di mana-mana.Reina mengajak keempat anaknya membuat boneka salju di halaman rumah, sementara Maxime mengawasi mereka dari jauh.Mereka tampak harmonis.Pada saat itu, sebuah mobil melaju di luar rumah.Morgan duduk di dalam mobil mewah, menyaksikan pemandangan ini dari jauh. Dia tidak merasakan apa pun di dalam hatinya.Simpul di tenggorokannya bergulir pelan saat dia memberi isyarat kepada pengemudi untuk menepi.Saat Morgan turun, Reina juga memperhatikannya.Baru satu atau dua bulan sejak terakhir kali Reina melihatnya, tetapi Morgan terlihat kehilangan sebagian besar berat badannya. Bahkan wajahnya terlihat sangat tirus.Dia dan Maxime adalah saudara kembar, dulu mereka terlihat persis sama. Namun, sekara
Sophia bisa memahami pemikiran keduanya.Di masa lalu, semua orang biasanya pulang ke pedesaan untuk merayakan malam Tahun Baru, di mana kerabat dan tetangga tinggal bersama, berbicara dan mengobrol dengan gembira.Namun, Tahun Baru kali ini mereka harus tinggal di kota karena khawatir penyakit kedua orang tuanya kambuh dan tidak bisa sampai ke rumah sakit tepat waktu."Ya, kalau sudah selesai, kalian harus tidur." Sophia membujuk keduanya, seakan mereka adalah anak kecil.Erna dan Robi pun bersimpati padanya. Mereka menganggukkan kepala tanda setuju. "Ya."Diego juga menemani di samping, membicarakan tentang acara yang mereka saksikan kepada keduanya."Program-program sekarang nggak sebagus dulu. Sayang sekali, Tahun Baru sudah nggak semeriah dulu," kata Robi pelan.Dia juga tahu bahwa di pedesaan pun demikian. Semua orang bermain dengan ponsel mereka, jadi komunikasi secara langsung pun jadi berkurang."Kalau tahun depan kita pulang kampung, pasti akan lebih meriah," kata Sophia samb
Tahun Baru hampir tiba.Reina menyiapkan banyak kebutuhan Tahun Baru, mengirimkan sebagian untuk kakek dan neneknya.Sebagian lagi, dia tetap menyimpannya di rumah sendiri.Pada malam Tahun Baru.Reina dan Maxime membawa anak-anak mereka kembali ke kediaman Keluarga Sunandar. Pertemuan ini membuat suasana menjadi sangat meriah.Namun, di meja makan, hubungan Joanna dan Daniel agak renggang.Daniel menunjukkan wajah muram. "Max, tolong hubungi Morgan. Katakan padanya bahwa hari ini, di malam Tahun Baru, dia harus kembali."Morgan sudah lama tidak kembali ke kediaman Keluarga Sunandar.Daniel menghubunginya beberapa kali, tetapi panggilannya selalu ditolak."Ayah, Morgan bukan anak kecil lagi, dia akan pulang kalau memang ingin pulang. Kalau nggak, jangan diambil pusing," kata Maxime dengan tenang."Bicara apa kamu ini. Malam Tahun Baru harusnya jadi reuni keluarga, mana bisa dibenarkan kalau Morgan nggak pulang?" tegur Daniel.Di sampingnya, Joanna menyuapi Leo makanan pendamping ASI de
Setelah makan sampai kenyang, semua orang duduk bersama dan mengobrol cukup lama.Ketika tiba waktunya untuk tidur di malam hari, Sophia dan Diego tidur secara terpisah.Namun, Erna berpikiran sangat terbuka. "Kalian berdua akan menikah, nggak masalah kalau tidur di satu kamar.""Apa boleh begini?" Sophia sedikit tidak percaya.Dia pernah menjalin hubungan, tetapi Erna selalu menyuruhnya untuk menjaga diri dan tidak melakukan hubungan badan atau apa pun sebelum mereka menikah.Sekarang, ibunya ini malah menawarinya tidur dengan Diego?"Tentu saja boleh, masyarakat sekarang sudah nggak seperti dulu lagi," kata Erna sambil tersenyum.Zaman sudah berbeda. Sekarang, kondisinya dan suaminya sudah seperti ini, jadi Sophia harus mempertahankan pria sebaik Diego."Tapi ...." Sophia masih ragu, merasa ada yang aneh dengan kedua orang tuanya.Erna mendorongnya ke kamar Diego. "Sudah, masuk sana. Ayahmu sudah ingin menggendong cucu."Kata-kata itu membuat Sophia makin tidak percaya.Dia didorong
"Apa kakakmu sudah menikah?" Erna bertanya, mengambil alih pembicaraan.Para wanita biasanya khawatir akan memiliki seorang kakak ipar yang terlalu mendominasi di dalam keluarga mertua."Sudah menikah dan punya beberapa anak," kata Diego dengan jujur."Oh, begitu rupanya." Mata Erna tertuju pada Robi.Robi tidak basa-basi lagi dan bicara langsung pada intinya, "Diego, sejujurnya sejak bertemu denganmu, kami merasa kamu anak yang baik.""Hanya saja, kami nggak tahu bagaimana pendapatmu tentang Sophia ...."Sebelum Robi sempat menyelesaikan kalimatnya, Diego mengambil alih pembicaraan, "Aku sangat menyukai Sophia dan aku pasti akan memperlakukannya dengan baik di masa depan."Sophia menyantap makanannya dengan menunduk tanpa berkata apa-apa.Meskipun ini adalah kalimat yang telah mereka bicarakan dan sepakati, dia masih agak malu ketika mendengar ada seorang pria mengatakan bahwa dia mencintainya dan akan memperlakukannya dengan baik.Melihat Sophia bersikap seperti itu, Robi dan Erna ma
Ketika Robi dan Erna mendengar bahwa orang tua Diego sudah meninggal dunia, mereka menatapnya dengan kesedihan di matanya."Orang tuamu seharusnya belum terlalu tua, kenapa mereka bisa meninggal?"Diego berkata dengan jujur, "Ayah mengalami kecelakaan mobil dan ibu meninggal karena kanker."Mendengar ini, Erna makin merasa tidak tega kepada Diego."Anak baik, jangan sedih. Mulai sekarang, kami akan jadi keluargamu."Diego mengangguk berulang kali. "Ya."Sophia berdiri di samping, melihat keakraban Diego dan kedua orang tuanya. Pembicaraan ini seakan dia dan Diego benar-benar bersama."Ayah dan Ibu, kalian bicara dulu saja, aku akan menyiapkan makanan," kata Sophia.Diego langsung berdiri. "Sophia, aku akan membantumu. Om, Tante, kalian istirahat dulu saja.""Ya."Senyum di wajah Erna dan Robi belum hilang sejak mereka melihat Diego.Ketika putri mereka dan Diego pergi ke dapur untuk memasak bersama ....Erna tidak bisa menahan diri lagi dan berkata, "Diego anak yang sangat baik, tampan
Robi langsung bertingkah seperti orang yang sangat bersemangat. "Aku dan Ibumu merasa makin bersemangat akhir-akhir ini. Sepertinya setelah kita kembali untuk merayakan Tahun Baru, kita nggak perlu lagi dirawat di rumah sakit."Melihat wajah pucat kedua orang tuanya, Sophia tahu bahwa mereka hanya ingin menghibur dan membohonginya.Namun, dengan momen hangat seperti ini, tentu saja dia tidak akan merusaknya."Hmm, baguslah."Robi berencana untuk menanyakan identitas Diego.Sophia berdiri. "Kita kembali dulu saja dan lanjutkan pembicaraan di sana. Tempat ini terlalu kecil dan nggak ada tempat istirahat. Setelah pulang nanti, aku akan memasak makanan untuk kalian. Kalian bisa bicara dengan Diego pelan-pelan.""Ya, ya, ya."Keduanya mengangguk berkali-kali.Sejujurnya, mereka sangat ingin keluar, tidak ingin terus tinggal di rumah sakit.Namun, penyakit mereka sangat serius. Jika mereka meninggalkan rumah sakit terlalu lama, nyawa mereka mungkin akan jadi taruhannya.Sophia juga mengetahu