Ditindas beberapa kali ....Reina jadi agak menyesal, kenapa tadi dia tidak bilang kalau Marshanda sudah menjebaknya berkali-kali?Tangan Marshanda berlumuran darah. Maxime membawanya naik ambulans dan langsung pergi.Sebelum pergi, Marshanda menatap Reina dengan bangga.Tatapannya itu seolah ingin berkata, "Di antara kita, Maxime pasti akan memilihku."Reina tidak merasa sedih, malah dia berharap Marshanda bisa secepatnya menikah dengan Maxime supaya pria itu mau melepaskan dirinya dan Riki.Di dalam ambulans.Tidak terlihat emosi apa pun di wajah Maxime yang tampan. Dia bertanya, "Ngapain kamu datang ke Vila Magenta semalam ini?""Aku takut sendirian di rumah sakit, aku kangen kamu."Meski sudah terluka begitu parah, dia tetap tidak berhasil membuat Maxime tinggal di sisinya.Dia takut Maxime tidak akan peduli lagi padanya.Kejadian hari ini menambah kecurigaannya.Maxime mengernyit."Selanjutnya jangan datang ke Vila Magenta lagi."Marshanda tercekat, "Kenapa? Apa karena Reina? Wani
Maxime duduk di kursi belakang mobil itu.Semalam dia bermalam di mobil sambil menunggu telepon dari Reina.Saat melihat Reina keluar, Maxime menurunkan kaca mobil dan memperlihatkan raut wajah yang kelelahan."Naik."Reina pikir Reina baru pulang dan ingin menginterogasinya, jadi Reina menolak perintah Maxime."Mau ngomong apa? Bilang aja di sini."Maxime mengangkat alisnya dan terlihat sangat lesu, "Kita masih punya waktu setengah bulan."Reina terkejut dengan pernyataan Maxime, tetapi akhirnya tetap naik ke mobil Maxime.Maxime tidak menceritakan apa yang terjadi pada Marshanda semalam, Reina juga tidak bertanya kenapa Maxime baru sekarang pulang.Sopir menyalakan mobil."Hari ini kita pulang ke rumah," kata Maxime.Reina bingung dan menjawab, "Ngapain?""Besok 'kan sudah mau Festival Kue Bulan?" Maxime terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Bukannya dulu kamu selalu bilang mau tinggal di sana sama aku?"Reina terdiam sejenak.Sebenarnya Reina bukan ingin tinggal di kediaman utama Kelu
Napas Reina terasa sesak.Saat Reina membayangkan Maxime yang semalam sepertinya berciuman dengan Marshanda, dia langsung merasa mual.Reina bersandar di dinding yang dingin dan mengulurkan tangannya untuk mendorong Maxime menjauh.Maxime justru merasa seperti ditantang, dia pun melepaskan jasnya."Jangan ...."Reina tahu apa yang akan Maxime lakukan selanjutnya, jadi dia langsung menolak.Maxime kira hanya mulut Reina saja yang berkata tidak mau, tetapi sebenarnya dalam hati mau. Jadi, Maxime tidak berhenti dan mulai melepaskan pakaian Reina.Reina tidak punya pilihan, matanya memerah.Reina pun menggigit Maxime.Pria itu mengerang, berhenti dan menatapnya dengan tidak percaya."Kenapa?""Lepaskan!" bentak Reina dengan mata yang sedikit memerah.Maxime membelai Reina sembari menjawab, "Nggak mau."Reina menyadari Maxime sama sekali tidak menganggap serius kata-katanya, pria itu masih menciumnya.Reina tidak bisa menghilangkan bayang-bayang seandainya semalam Maxime dan Marshanda juga
Ejekan kasar Lili menyadarkan Reina dari lamunannya, lalu Reina menatapnya.Lili mengenakan seragam formal lengkap dengan pin jabatan di dadanya, wajahnya oval dan alisnya tipis. Saat ini dia sedang menatap Reina dengan penuh kecemburuan.Dulu Reina pernah bertemu dengannya beberapa kali.Jelas-jelas dia adalah putri seorang pelayan, tetapi perilakunya seperti putri kandung Keluarga Sunandar.Melihat Reina tidak menjawab, Lili pikir Reina sedang tidak memakai alat bantu dengar. Lili pun menendang pakaian yang berserakan di lantai dan tidak berhenti menghina Reina."Dasar nggak tahu malu, beraninya orang cacat merayu pria idaman para wanita.""Dulu masih berlagak lugu, sekarang?"Lili menginjak-injak baju mewah yang berserakan di lantai di depan Reina.Dia yakin Reina tidak berani melakukan apa pun padanya.Karena seperti inilah caranya dulu menindas Reina dan mengusirnya.Lili tidak tahu bahwa Reina yang sekarang tidak sama seperti dulu. Reina bukan wanita yang rela menanggung segalany
Di tengah hembusan angin dingin, Reina masih merasa kedinginan meski sudah memakai jaket.Deron memperhatikan kamera pengintai di sepanjang jalan dan menunggu di tempat yang jaraknya paling dekat dengan Reina.Tak lama kemudian, Deron melihat seorang wanita kurus berjalan mendekat.Deron langsung keluar dari mobil dan membuka pintu."Terima kasih." Reina masuk ke mobil setelah mengucapkan terima kasih.Deron juga masuk dan langsung menyalakan pemanas di dalam mobil.Sejak Reina pergi ke luar negeri, Deron menghabiskan banyak waktu untuk melindungi Reina.Dia tahu Reina tidak tahan pada dingin."Sekarang kita mau ke mana?"Reina bersandar di kursi, berpikir sejenak dan menjawab, "Pulang ke Vila Magenta."Kalau dia kabur, Maxime akan langsung mengetahuinya dan pasti akan mencarinya."Oke."Deron memilih jalan dengan pemandangan yang bagus.Reina melihat pemandangan di luar jendela mobil dan bertanya padanya, "Apa semua baik-baik saja? Kenapa kemarin buru-buru pulang?"Deron mengencangkan
Pengawal yang terus membuntuti Reina tidak banyak pikir saat melihat Reina naik mobil Deron yang ternyata adalah sebuah taksi, dia menjawab dengan jujur, "Nona Reina baru naik taksi, dilihat dari rutenya sepertinya dia pulang ke Vila Magenta."Hati Maxime yang tegang sedikit lega saat tahu Reina masih di Kota Simaliki.Maxime bingung, kenapa Reina tiba-tiba pulang."Kamu tahu nggak kenapa dia pulang?""Nggak tahu."Para pengawal tidak ada yang tahu.Maxime menutup telepon dan meminta seseorang menyiapkan mobil untuk langsung mengantar Maxime kembali ke Vila Magenta.Dalam perjalanan.Maxime masih mencoba menelepon Reina tetapi tetap tidak tersambung.Maxime meminta sopir untuk mengemudi secepat mungkin.Di sisi lain, Reina sudah tiba di Vila Magenta. Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Deron, Reina tidak langsung masuk dan hanya berdiri di depan pintu vila.Reina melamun, dia membiarkan gerimis turun di bahunya dan tubuhnya tertiup angin dingin.Entah sudah berapa lama, akhirnya d
Maxime sudah ganti baju dan saat ini sedang duduk tegak di sofa sambil meregangkan kakinya yang jenjang.Rambutnya belum kering. Garis wajah yang tegas juga mata yang terlihat tajam menyiratkan ekspresi yang tidak bisa ditebak."Ya masuk aja," jawabnya santai.Reina mengencangkan jubah mandinya dan berkata, "Keluar."Maxime tidak terlihat akan keluar, dia malah berdiri dan berjalan menghampiri Reina."Sebenarnya kenapa kamu marah?"Maxime belum dapat jawaban, dia Reina sendiri yang memberitahunya.Reina tidak menggubris Maxime, "Nggak apa-apa. Tolong keluar, aku mau ganti baju."Maxime tidak bergerak sama sekali."Aku 'kan sudah pernah lihat."Reina tersipu, dia tidak punya pilihan selain memunggungi Maxime untuk ganti baju.Maxime kembali duduk di sofa, matanya terpaku pada punggung mulus Reina. Pemandangan ini membuat tenggorokannya terasa hangat.Maxime langsung menyadari perubahan pada dirinya, dia pun buang muka dan mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa apa pengawalnya sudah meny
"Kau pikir siapa aku?" Setelah Maxime selesai bicara, dia keluar dari kamar tidur tanpa menunggu jawaban Reina.Reina ditinggal sendiri, tubuhnya limbung saat terngiang perkataan Maxime barusan.Reina sadar dia sudah terlalu polos. Bahkan meski dia memainkan peran istri selama sebulan penuh, belum tentu Maxime akan melepaskannya dan Riki.Sepertinya, Reina hanya bisa memaksakan kondisi. Dia harus membawa Riki kabur.Tapi dia tidak mau menyusahkan Revin lagi.Reina menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, memikirkan apa yang harus dilakukan untuk membawa Riki pergi sendirian."Brak!"Terdengar suara Maxime membanting pintu di bawah.Reina duduk sendirian di kursi dan berpikir cukup lama. Saat ini hanya ada satu cara yang terbersit di benaknya, dia hanya bisa membawa Riki kabur kalau Maxime mengizinkannya bertemu Riki.Namun setelah membawa Riki pergi, bagaimana dia bisa keluar dari Kota Simaliki?Reina terpikir seseorang, dia menggunakan ponsel yang diberikan Deron untuk menele
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba