Vior memang mau lihat seperti apa rupa suami Reina.Tidak lama kemudian, mobil Maxime datang.Mobil berhenti perlahan, sopir membuka pintu dan Maxime turun dari mobil. Dia tinggi dan tegap, wajahnya luar biasa tampan.Vior yang berdiri di samping kakek sampai membelalak saat melihat Maxime.Suami Reina tampan sekali?Kalau tidak salah, dulu Syena pernah cerita kalau suami Reina dan suaminya itu saudara kembar?Jadi, suami Syena juga terlihat seperti ini?Reina ini beruntung banget bisa begitu dicintai dua orang pria luar biasa yang begitu tampan!Vior membelalak tidak percaya. Saat dia tersadar dari lamunan, Maxime sudah berada di depan mereka.Maxime sangat berwibawa dan aura sebagai seorang pemimpin sangat kuat. Tapi saat berhadapan dengan para senior, Maxime merendah dan bersikap sopan, "Kakek, Nenek."Maxime tidak lupa membawa banyak hadiah.Kakek dan nenek pun terlihat puas akan Maxime.Maxime sangat tampan dan punya perilaku yang baik."Ayo cepat masuk."Nenek yang semula khawati
Reina akhirnya memahami niat baik kakeknya.Dia menjawab dengan serius, "Kakek jangan khawatir, aku pasti akan jaga diri baik-baik. Aku nggak akan tertipu, aku janji nggak gampang bergantung sama orang lain."Kakek mengangguk setelah mendengar jawaban Reina yang begitu yakin."Ya, bagus." Dia menepuk bahu Reina, "Kami percaya kamu bisa. Kalau terjadi sesuatu, kamu harus kasih tahu aku dan nenekmu. Meski kami sudah tua, kami ini tahan banting.""Oke." Reina tersenyum penuh arti.Setelah itu kakek meminta Reina memanggil Maxime.Maxime sedang makan, tapi dia buru-buru ke ruang kerja saat dipanggil.Awalnya Reina mau menemani Maxime, tapi kakek memintanya untuk keluar.Reina tidak punya pilihan selain keluar dan menunggu.Setelah menunggu cukup lama, Maxime akhirnya keluar dari ruang kerja kakeknya. Reina dan Maxime kembali ke kamar dan Reina pun bertanya padanya, "Kakek bilang apa?""Nggak ada apa-apa, cuma minta aku menjagamu dengan baik." Maxime menjawab.Sebenarnya tadi kakek Reina me
Entah benar-benar tidak tahu atau hanya pura-pura, yang jelas Vior tetap mendukung Syena walaupun Syena sudah banyak berbuat kesalahan."Ibu tahu?" tanya Maxime.Maxime menduga Vior pasti akan mengatakan atau melakukan sesuatu kepada Reina.Reina menggeleng, "Aku nggak bilang. Aku nggak mau membuatnya khawatir karena masalah sepele kayak gini."Selain itu, Reina juga merasa cukup kesulitan untuk memberi tahu Liane. Bagaimanapun juga, Vior merupakan kerabatnya dan apa yang dia lakukan juga tidak kelewat batas."Oke. Pokoknya, kasih tahu aku saja kalau dia sampai berani mempersulitmu," kata Maxime dengan serius.Reina refleks tertawa, "Tenang saja, aku 'kan bukan anak kecil lagi. Ini masalah antara wanita, biar aku sendiri yang selesaikan."Karena sedang berjalan di depan, Vior jadi tidak bisa mendengar percakapan antara Maxime dan Reina.Namun, Reina yang terus berbisik-bisik membuatnya merasa kesal. Vior pun berhenti berjalan."Kak Reina bisa jalan lebih cepat nggak? Kakek, nenek dan s
Reina menyadari ada yang aneh dengan sikap Sisil, jadi dia menarik Sisil menyingkir sedikit, lalu bertanya, "Kenapa?"Sisil menghela napas, "Bos, ada orang lain yang datang hari ini."Orang lain?Reina spontan bertanya dengan bingung, "Siapa?""Mereka bilang mereka adalah kerabatmu," jawab Sisil dengan sama bingungnya.Reina tidak punya kerabat apa-apa di Kota Simaliki."Kerabat apa?""Katanya ... nenekmu." Sisil mengucapkan kata terakhir dengan nada yang terdengar agak bingung.Karena dia tahu Reina akan kembali bersama kakek dan neneknya hari ini.Tapi, sekarang malah mendadak ada seorang wanita tua dari kediaman utama Keluarga Andara yang mengaku sebagai neneknya Reina.Reina tertegun sejenak, lalu buru-buru teringat.Nenek ini tak lain adalah ibu dari mantan ibu angkatnya, Treya.Dari dulu, orang ini seperti Treya yang tidak mau melihat Reina sama sekali. Bahkan setelah Treya meninggal, dia tidak banyak muncul.Kenapa tiba-tiba muncul sekarang?Reina mengepalkan tangannya, dia tida
Ibu Treya langsung menegur Reina, "Kamu ini nggak punya hati ya. Kalau bukan karena putriku, kamu akan mati kedinginan dan kelaparan tahu. Putriku sudah membesarkanmu, tapi kamu malah nggak mengakuinya."Reina tidak merasa bersalah, "Orang yang membesarkanku itu ayahku dan ibu Lyann. Treya bahkan nggak pernah beliin aku baju atau masak buat, aku nggak utang apa pun sama Treya."Reina menyahut dengan tegas."Mau apa Anda ke sini?"Reina tidak percaya ibu Treya datang ke sini hanya untuk menengok orang cacat seperti dirinya.Ibu Treya terdiam oleh kata-kata Reina.Dia melamun cukup lama dan akhirnya langsung bicara ke pokok permasalahan."Aku datang buat ambil balik aset putriku.""Aset putrimu? Aset apa?" Reina hampir mendecih saat mendengar ucapan ini.Setelah Anthony meninggal, semua aset Keluarga Andara menjadi milik Diego dan Treya. Treya 'kan sudah kehilangan semua asetnya, apalagi yang tersisa?Ibu Treya menunjuk ke kediaman utama Keluarga Andara."Rumah ini. Rumah ini milik putri
Ibu Treya tidak bisa berkutik.Kakek dan nenek Reina sudah terbiasa menghadapi orang tua yang tidak tahu malu seperti ini.Nenek mencibir, lalu berkata pada Reina, "Nana, sudah tinggalin aja dia sendiri. Kalau dia mau cari onar, biarin aja. Yuk kita masuk dan istirahat."Reina mengangguk berulang kali."Oke."Mereka mengabaikan Ibu Treya dan masuk kembali ke rumah.Ibu Treya tertegun sejenak, dia berdiri diam di depan pintu.Sisil langsung menutup pintu dan berkata dengan serius, "Nyonya, sebaiknya tahu diri dan pulang. Jaga dirimu baik-baik."Wajah ibu Treya langsung suram dan dia berteriak di luar vila."Ya ampuuuun, dasar keluarga bajingan! Masa dia merebut harta warisan putriku terus ngusir aku yang setua ini. Kalian nggak akan mati tenang!"Ibu Treya mengumpat.Namun kediaman utama Keluarga Andara juga sangat besar. Reina yang ada di dalam hanya samar-sama mendengar suara tanpa benar-benar mendengar perkataan wanita itu.Di dalam ruang tamu.Reina terlihat sangat bersalah."Bu, Ka
Liane menggeleng, "Nggak, aku harus pulang.""Dokter, tolong beri obat pereda nyeri. Malam aku benar-benar nggak bisa tidur, badanku sakit sekali," lanjutnya."Terlalu banyak konsumsi obat pereda nyeri nggak baik untuk kesehatan Anda, tubuh Anda juga lama-lama bisa kebal dan nggak membantu kondisi Anda sama sekali," jawab dokter.Liane tidak terlalu peduli. Dia tersenyum pahit, "Nggak masalah, pokoknya asal aku bisa tinggal di rumah. Meski dirawat di rumah sakit, paling juga cuma memperpanjang nyawa beberapa bulan. Mendingan aku tinggal di rumah."Dokter sudah terbiasa menemui pasien seperti Liane, dia pun meresepkan obat untuknya."Tinggal dulu di rumah sakit selama dua hari, setelah itu Anda boleh pulang."Dua hari ....Liane berpikir sejenak dan mengangguk, "Oke."Dia masih bisa menyembunyikan dari Nana dan orang tuanya lebih lama lagi....Siang harinya, Vior pergi sendiri dengan alasan mau menemui temannya.Reina samar-samar merasakan sesuatu dan meminta seseorang untuk mengawasin
Saat Vior, seorang gadis polos berinisiatif bertanya, Syena pun tidak sungkan lagi, "Sekarang ibuku sudah benar-benar percaya sama Reina. Aku pasti bakal tetap masuk penjara. Cuma ... aku agak nggak rela ninggalin putriku yang sakit parah sendirian.""Ini ...." Vior menunduk, "Gimana kalau gini, aku saja yang merawat dia. Anggap aja dia jadi anak angkatku.""Ini bukan masalah ada yang merawatnya atau nggak. Dokter sudah bilang umur anak itu nggak panjang, makanya aku mau menghabiskan waktu lebih banyak sama dia," ucap Syena dengan derai air mata.Vior jadi makin iba. Dia merasa Reina begitu kejam, bisa-bisanya memisahkan Syena dengan putrinya.Vior mengepalkan tinjunya dan berkata, "Kalau gitu gini aja. Aku bakal memohon sama bibi, terus kita cari tim pengacara supaya kamu bisa bebas, jadi kamu bisa nemenin putrimu."Tentu saja Syena tidak puas dengan penawaran ini."Sudahlah Vior, lupakan saja. Kayaknya sih ibu nggak akan setuju.""Bibi itu memang kelihatan galak, tapi hatinya lembut
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa
Sudut mulut Imran bergerak pelan, apakah itu kabar baik?"Lalu bagaimana sekarang?"Mereka berharap bisa bertemu dengan calon menantu mereka hari ini, tetapi tidak disangka semuanya tidak seperti yang mereka bayangkan.Retno berpikir sejenak, lalu menjawab, "Karena anak kita lebih suka yang sudah menikah, kenapa kita nggak carikan janda saja untuknya?"Raut wajah Imran terlihat makin aneh."Kamu nggak lagi bercanda?""Di zaman sekarang ini, bercerai bukanlah masalah besar." Retno berpikiran terbuka. "Yang penting anak kita bisa cepat menikah dan memberi kita cucu."Imran tidak menolak atau membantah.Dia hanya diam saja.Retno menganggapnya sebagai jawaban persetujuan darinya."Ayo. Karena ini salah paham, kita pulang saja." Imran berdiri.Pada saat itulah dia tiba-tiba mendengar Ari berkata lagi, "Bu Reina, apa kamu dan Tuan Maxime rujuk? Kamu sudah yakin nggak mau mempertimbangkan yang lain?"Reina sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu."Kenapa kamu tanya begitu?""Mak
Reina dan Maxime tiba di dalam restoran sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Maxime menerima telepon dan keluar sebentar.Melihatnya dari kejauhan, Ari langsung berjalan cepat ke arahnya.Setelah sampai di tempat itu, dia melihat sekeliling dan bertanya, "Katanya Tuan Maxime datang juga, di mana dia?""Oh, dia keluar sebentar buat jawab telepon," jawab Reina.Mendengar itu, Ari mengangguk dan duduk di seberang Reina.Dia tidak menyadari bahwa saat ini orang tuanya sedang duduk di ruang sebelah.Orang tua Ari senang saat melihat orang yang ditemui putra mereka adalah seorang wanita dan memiliki penampilan yang khas."Ternyata dia sudah punya pacar, tapi menyembunyikannya dari kita," kata Imran.Retno bertanya bingung, "Apa kamu nggak merasa wanita ini agak familier? Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat."Sebelumnya, Ari dan Reina pernah digosipkan dan berita keduanya menjadi pemberitaan hangat.Pada waktu itu, Retno sempat melihat foto profil Reina di berita."Memang n
Ibu kota.Keluarga Yinandar sangat meriah seperti biasa, Naria takut kedua orang tua itu kesepian, jadi meminta Reta untuk kembali lebih awal untuk menemani mereka merayakan Tahun Baru.Begitu Reina dan yang lainnya tiba, keduanya terlihat sangat gembira.Keempat cicit kecil itu memanggil mereka, kemudian mereka memberi keempatnya hadiah.Reina melihat bahwa mereka tidak bisa memegang semua hadiah itu dengan tangan mereka."Kakek, Nenek, kenapa beli banyak hadiah begini?""Kami senang karena mereka datang. Setiap kali kami melihat sesuatu yang bagus dan menyenangkan, kami berpikir untuk membelinya dan menyimpannya untuk mereka."Reina tidak berkata apa-apa lagi saat mendengar ini.Reina meminta keempat anaknya bermain bersama kakek dan neneknya, kemudian dia dan Maxime bisa keluar jalan-jalan, lalu sorenya menemui Ari....Rumah Ari.Ayah dan ibunya memegang banyak foto perempuan cantik dan menyerahkannya kepadanya. "Coba lihat."Ari hanya melirik mereka dan mengalihkan pandangannya."
"Ya."Riko mengiakan dengan sangat patuhDia menguap dan menyuruh ketiga adiknya untuk bangun.Kedua adiknya yang paling kecil langsung bangun, tetapi Riki yang selalu bersikap malas tidak mau bangun."Hoaam, Kak, aku masih ingin tidur. Kamu balik dulu saja, aku mau tidur sambil peluk Mama."Reina tidak bisa menahan tawa saat melihat adegan ini."Ya, kalian istirahat di sini dulu saja." Reina tidak tega berpisah dengan beberapa anak.Rasanya sangat bahagia bisa bersama anak-anak.Namun, Maxime berkata dengan tidak sabar, "Cepatlah."Riki beranjak dari lantai dengan gusar saat mendengar suara marah papanya."Ayo pergi." Dia menepuk lipatan di tubuhnya. Ternyata dia sudah bangun sejak tadi, dia hanya sengaja tidak ingin meninggalkan tempat itu.Reina melihat tanpa daya saat keempat anaknya pergi. Lalu, dia menggerutu kepada Maxime, "Kamu kenapa, sih? Kenapa ngusir mereka begitu?"Maxime bergegas menghampirinya dan memeluknya."Kalau ada mereka, bagaimana kita bisa punya waktu berdua?"".
Ketika Morgan pergi, dia melewati ruang tamu, melewati Aarav dan Daniel."Kamu baru pulang, apa sudah mau pergi lagi?" Daniel bertanya saat melihat Aarav akan keluar rumah."Hmm," jawab Morgan singkat.Daniel mengerutkan keningnya. "Jangan pergi, tunggu sampai makan nanti."Morgan tidak sependapat, bersikap seakan tidak mendengar perkataannya dan terus melangkahkan kakinya keluar rumah.Sikapnya membuat Daniel merasa canggung.Aarav yang berada di sampingnya memperhatikan semuanya dalam diam. Dia menyesap tehnya, lalu berkata, "Anak-anak sudah besar, jadi suka memberontak. Rendy juga sering membuatku kesal, jadi jangan ambil pusing.""Hmm." Daniel mengangguk."Kalau nggak ada yang lain, kami akan pulang dulu. Aku minta tolong kepadamu untuk bicara dengan Max terkait kerja sama ini." Aarav berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bagaimanapun juga, kamu itu ayah Max, kepala keluarga.""Kak, jangan khawatir."Daniel mengantarnya pergi.Sebenarnya Daniel tidak bodoh, mana mungkin dia tidak ta
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim