Saat Alana tahu Reina akan menghadiri pertemuan orangtua di TK Riko, dia langsung menelepon untuk mengingatkan, "Nana, aku kasih tahu yah, keadaannya sudah berbeda. Sekarang ibu-ibu itu sangat sombong dan semuanya memihak Melisha."Melisha?Sebelum Reina bertanya, Alana tiba-tiba bertanya padanya, "Ngomong-ngomong, kamu ingat siapa Melisha, 'kan?"Reina tersipu malu."Lupa."Alana tidak bisa berkata-kata, saat ini Reina benar-benar menderita amnesia total dan tidak dapat mengingat apa pun."Gimana aku jelasinnya ya, dia itu istri sepupu Maxime. Dia bukan orang baik. Dia suka cari gara-gara sama kamu.""Oke, aku paham."Reina tidak terlalu memikirkannya karena dia pikir ini hanya pertemuan orangtua biasa, tidak mungkin ada kesempatan bagi Melisha untuk berbuat onar.Inilah akibat Reina amnesia, pemikirannya kurang menyeluruh.Alana takut Reina ditindas, jadi dia menambahkan, "Aduh, besok aku ada urusan sih, kalau nggak aku bisa nemenin kamu. Atau mending kamu tolak sajalah.""Nggak bisa
Mereka terkejut melihat Maxime langsung setuju.Padahal dulu Maxime pernah berkata, "Ini perusahaan, bukan tempat untuk pacaran."Sepertinya Reina memang harus pulang supaya dunia ini seimbang.Maxime sangat takut pada istrinya.Di sisi lain, Sisil mengetuk pintu kamar Deron cukup lama, tapi pria itu tidak kunjung membukakan pintu.Sisil mencoba mendorong pintu dan ternyata terbuka."Kok pintunya nggak dikunci? Dia pergi?" Sisil mengernyit bingung.Ketika Sisil hendak menutup pintu kamar Deron, dia melihat pria itu keluar kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk.Mata mereka bertemu, wajah Sisil langsung semerah kepiting rebus saat melihat otot tubuh Deron."Ah itu ... Ka ... Kamu lupa ngunci pintu, aku nggak bermaksud masuk dan aku nggak tahu kamu lagi mandi!"Sisil sangat gugup. Setelah selesai bicara, dia langsung balik badan.Sebaliknya, Deron terlihat santai dan berkata, "Ya, aku tahu. Tunggu sebentar, aku pakai baju dulu.""Oke."Sisil memunggungi Deron dan mengangguk berulang
Gaby pun bertanya, "Sisil, kamu mau kemana?""Mau makan," jawab Sisil.Mau makan?Gaby yang polos pun tidak sengaja bertanya dengan santai, "Bukannya tadi sudah makan?"Sisil ingin sekali bersembunyi di dalam goa.Brigitta yang peka langsung meraih tangan Gaby, "Bodoh."Bukannya tadi Gaby bilang mau mencomblangkan Sisil dan Deron? Kenapa sekarang malah menghancurkan kesempatan bagus?Gaby, si bodoh. Dia langsung tersadar, tersenyum kikuk dan berkata, "Ohhh ... Kamu pasti belum kenyang, 'kan? Gih ikut Deron, makan yang banyak yah."Belum kenyang ...Sisil jadi makin ingin mengubur dirinya.Kalau begini, bukankah Deron akan berpikir dia banyak makan?Sisil berpikir macam-macam, tapi sebenarnya Deron tidak peduli sama sekali. Dia sudah tahu bahwa Sisil adalah seorang pecinta kuliner."Kalau begitu ayo kita pergi barbeku. Nanti kita bisa bungkus juga."Ucapan Deron membuat Sisil yang malu setengah mati pun merasa lebih baik."Oke."Keduanya pergi bersama.Sisi maskulin Sisil pun saat ini t
Di jalan yang ramai, Reina sekeluarga yang merupakan bibit unggul sangat menarik perhatian."Ih imut banget anak itu, orangtuanya juga ganteng dan cantik banget lagi.""Iya. Eh, kayaknya aku pernah lihat anak itu deh? Di mana ya?""Kayaknya dia artis deh."Riki awalnya sangat senang, tetapi ketika mendengar seseorang sepertinya mengenalinya, dia langsung memakai masker."Ma, ayo cepat pergi."Reina bingung, "Kenapa?""Aduuh, sudah jangan tanya-tanya dulu." Riki menyeret Reina untuk segera menyingkir.Maxime langsung menggendong Riki dan membenamkan kepala Riki di dadanya."Sudah kubilang jangan terlalu menonjolkan diri. Sekarang papa mamamu jadi ikutan terseret, 'kan? Sini, kamu aja yang sembunyi sendiri."Meski Riki sedikit enggan, sekarang dia hanya bisa bersembunyi dengan cara ini."Dasar papa jelek! Jangan harap aku mau membantumu lagi ya, hmph!"Meski Riki bicara seperti itu, sebenarnya dalam hati Riki masih mau membantunya.Keluarga itu sampai di restoran barbeku yang bagus denga
Reina bisa mendengar maksud tersirat dari kata-kata Erik, tapi dia tidak membantah dan dengan sabar menjelaskan, "Aku lumayan ingat banyak hal di masa kecilku.""Oh begitu." Erik masih menatap Reina dengan tatapan yang agak tidak ramah.Detik ini, barulah Jess sadar ternyata teman kencan butanya bukan orang biasa.Dia kenal Revin? Teman Revin!Jess tidak menanyakan pertanyaan lebih lanjut saat ini.Erik melanjutkan, "Kok kamu sendirian? Mana Maxime? Bukannya dia tuh paling takut terjadi sesuatu padamu?"Reina bisa merasakan aura Erik yang memusuhinya. Reina tidak tahu Erik berada di pihak yang baik atau tidak, jadi Reina pun menjawab singkat."Dia pergi ke toilet, paling sebentar lagi keluar. Aku permisi dulu."Setelah itu Reina pun balik badan dan pergi.Tatapan Erik jadi dingin, dia menggerutu. "Dasar wanita nggak punya hati."Erik langsung menyusul dan meraih pergelangan tangan Reina."Kenapa Nona Reina begitu terburu-buru? Kita bisa berdiskusi lebih banyak tentang kamu dan Kak Revi
Sebelum Erik sempat bereaksi, Jess di sampingnya berkata."Jadi kamu putra sulung Keluarga Casco?"Saat Erik dan Maxime tadi bertengkar, Jess mencari nama Erik dan menemukan bahwa Erik adalah anak orang kaya raya.Erik baru sadar, barusan dia terlalu gegabah mencari gara-gara dengan Reina sampai lupa untuk menyembunyikan identitasnya.Suasana hati Jess jadi sangat rumit.Dia tersenyum pahit dan berkata, "Aku nggak menyangka bisa pergi kencan buta sama putra sulung Keluarga Casco."Erik menunduk seperti anak kecil yang melakukan kesalahan, dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya.Namun, Erik tidak berusaha keras karena dia pikir toh ini semua hanya untuk kesenangan semata.Jess tidak berkata apa-apa lagi, dia balik badan untuk membayar tagihan makan dan berjalan menjauh dari Erik.Awalnya Erik tidak peduli Jess akan tetap tinggal atau pergi, namun entah mengapa hati Erik terasa sesak dan pedih.Tiba-tiba ponselnya berdering, neneknya meneleponnya."Erik, gimana kencannya sama Jess
"Nggak usah, terima kasih."Jess menjawab dengan dingin dan langsung menutup telepon.Dia bukan dari keluarga kaya raya seperti Keluarga Sunandar, tapi bukan berarti dia tidak bisa menghidupi dirinya sendiri.Jess adalah seorang gadis, kalau bukan karena dia jatuh cinta pada Morgan, buat apa dia dengan rela kerja bagai kuda dan melakukan semua hal kotor?Jess bahkan tidak keberatan dengan Morgan yang dulu terkapar tidak berdaya.Sejujurnya kalau orang yang dirawatnya bukan Morgan, Jess pasti tidak akan bertahan selama ini.Morgan bukan orang yang tidak peka. Apa mungkin pria sepertinya sungguh tidak sadar akan perasaan Jess padanya?Jess melihat wajahnya yang terpantul di jendela mobil dan baru sadar kalau wajahnya sudah basah oleh air mata.Dia tidak sedih karena Morgan tidak menyukainya, tapi sedih karena Morgan kemungkinan besar sudah tahu akan perasaannya, tapi malah mau mengenalkan pria lain padanya.Morgan di ujung telepon menatap ponselnya, entah mengapa dia juga merasa bersalah
Reina benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.Poin lebih pentingnya lagi adalah, anak sekecil Riki kenapa bisa menonton sinetron?Maxime langsung memanfaatkan kesempatan ini untuk menggenggam tangan Reina.Saat Reina hendak menariknya, Maxime berkata, "Nana, menurutku Riki benar. Coba mulai sekarang kita pelan-pelan pegangan tangan."Riki juga mengangguk berulang kali, "Yap! Menurutku ini ide bagus!"Reina mau menolak, tapi Riki terus menatapnya penuh harap, jadi Reina tidak punya pilihan selain menyetujuinya.Sepanjang perjalanan, punggung dan telapak tangan Reina berkeringat.Sesampainya di rumah, Reina buru-buru menarik tangannya.Maxime tidak mau melepaskan Reina dan berbisik."Nanti aja, tunggu Riki masuk kamar."Reina melihat Riki yang berjalan di depan menoleh, Reina pun setuju.Sesampainya di rumah, Brigitta dan yang lainnya menyambut Reina untuk mengambil pesanan barbeku mereka, saat itulah mereka melihat Reina dan Maxime bergandengan tangan.Gaby terkejut, "Nana, ingatanmu
Sophia benar-benar terdiam. Orang aneh macam apa yang dia selamatkan?Sophia menjawab sambil menyantap mi-nya."Orangtuaku sakit dan aku anak tunggal. Keluargaku menjauh dari keluarga kami."Sejak orangtuanya jatuh sakit, semua sanak saudara menghindarinya.Diego langsung mengerti posisi Sophia."Hahh, aku nggak nyangka ada orang semenyedihkan kamu di dunia ini."Diego berpikir, kalau dia masih jadi dirinya di masa lalu, sedikit sedekah dari Diego pasti bisa membuat hidup Sophia berbalik 180 derajat.Meski ucapan ini terkesan penuh simpati, entah mengapa Sophia malah merasa kesal."Makanya kamu jangan jadi parasit aku. Sana pergi kalau sudah kenyang, aku beneran nggak punya duit."Diego tidak ingin pergi begitu saja."Sophia, aku itu nggak bohong sama kamu. Selama aku bisa menghubungi kakakku, dia pasti mau ngasih uang sebanyak yang kamu minta."Sophia memutar bola matanya, "Kamu itu sudah besar, tapi masih nyari kakakmu lah, nyari saudara lah. Kamu nggak merasa dirimu itu nggak bergun
"Ya sudah kalau sudah bangun, pergi sana," ucap gadis itu dengan nada kesal.Diego merasa seluruh tubuhnya sangat sakit. Dia tidak mau pergi, ke mana pula dia harus pergi?Dia tidak mau hidup di jalanan."Siapa namamu?" Diego malah bertanya pada gadis itu.Gadis itu menjawab, "Sophia Aries."Sophia?"Namaku Diego." Diego memperkenalkan dirinya, "Kukasih tahu ya, aku itu anak orang kaya. Kalau kamu bersedia menampungku, nanti waktu aku pulang, aku pasti balas kebaikanmu."Kalau Diego keluar dari rumah ini sekarang, sama saja dia akan mati.Para penagih hutang masih mencarinya ke mana-mana, jadi Diego tidak berani pulang."Oh. Ya kalau begitu cepat pulang sana, aku nggak perlu kamu balas budi kok."Sophia merasa Diego sedang membual.Kalau Diego benar-benar kaya, mana mungkin bisa begitu terpuruk?Diego bisa melihat Sophia tidak mempercayainya, tapi dia tidak dapat membuktikannya, "Aku masih nggak enak badan. Boleh nggak aku nginap di sini dua hari lagi?"Meski tempat ini kumuh dan kecil
Setelah akhirnya bertemu dengan orang yang bersedia membantunya, mana mungkin Diego membiarkan gadis itu pergi begitu saja?Diego pun mengikuti gadis itu langkah demi langkah.Mulanya gadis itu tidak memperhatikannya, tapi saat dia sampai di lantai bawah tempat tinggalnya, dia memergoki Diego yang mengikutinya.Gadis itu langsung balik badan dengan ekspresi terkejut, "Ngapain kamu ngikutin aku ke sini?"Diego menatapnya dengan penuh harap, "Tolong tampung aku."Gadis itu mengepalkan tangannya."Kan sudah kubilang nggak mungkin!"Padahal tadi gadis itu merasa Diego orang baik yang pantas ditolong, tidak disangka ternyata Diego adalah seorang bajingan.Kalau tahu dari awal akan begini, dia tidak akan bersimpati."Pergi sekarang juga atau aku lapor polisi."Diego langsung ketakutan, "Oke, oke, aku pergi. Tolong jangan lapor polisi."Diego balik badan hendak pergi, tapi tiba-tiba kepalanya terasa sakit dan penglihatannya menjadi gelap.Tubuhnya langsung terjatuh ke tanah dengan keras, kepa
"Aku lapar ... lapar banget ...." Diego berteriak dengan bersusah payah.Urat malu Diego sudah putus.Melihat Diego tidak terlihat seperti penipu, gadis itu pun mengambil keputusan."Oke, tunggu di sini. Aku belikan makanan dulu."Gadis itu menarik tangannya dan berjalan menuju toko kelontong terdekat.Di sana, dia melihat roti kukus yang di lemari kaca. Gadis itu langsung memborong empat buah dan memberikannya pada Diego.Saat Diego melihat empat roti kukus polos, dia merasa sedikit jijik dan tidak mau memakannya."Ayo makan, tadi katanya lapar?" Gadis itu menyodorkan roti kukus itu ke mulut Diego.Diego masih tidak mau makan, meskipun dia sangat lapar."Nggak ada yang lain?" tanya Diego dengan suara lemah.Ekspresi gadis itu langsung berubah, "Kayaknya kamu nggak kelaparan. Mestinya aku nggak perlu kasihan sama kamu."Gadis itu memasukkan lagi roti kukus yang dia beli ke kantong belanjaan dan hendak pergi.Diego buru-buru meraih celananya, "Mau ... mana, aku mau ...."Dia sangat lapa
Reina sedang menonton video penderitaan Diego.Dia tidak merasa iba sama sekali, Diego pantas menerima semua ini.Jika orang lain diberi kesempatan reinkarnasi menjadi Diego, mereka pasti akan memanfaatkan momen hidup dengan baik. Namun, coba lihat apa yang dilakukan Diego? Dia hanya tahu cara menghamburkan uang, dia sangat egois dan tidak memikirkan keluarganya sama sekali.Deron bertanya pada Reina, "Sudah cukup?""Belum. Aku mau dia lebih menderita supaya dia tahu nggak mudah untuk mulai dari awal dan nggak gampang cari uang." Reina berkata dengan kejam."Oke."...Setelah Diego diusir dari hotel, dia kehilangan ponsel dan semua harta beda, bahkan uang untuk makan saja tidak ada.Dia hanya bisa luntang-lantung di jalanan.Dua hari kemudian."Sakit banget ...."Sekarang bulan Desember, cuaca semakin dingin dan Diego tidak punya pakaian tebal.Kruyuk ....Karena sangat lapar, Diego mendatangi sebuah restoran dan melongok ke dalam, ingin sekali dia makan di dalam. Diego meraba sekujur
Diego tidak tersentuh sama sekali dengan ucapan neneknya..Sebaliknya, dia bertanya, "Nenek, masih punya uang nggak? Aku lagi butuh uang, boleh transfer nggak?"Padahal nenek Diego pikir cucunya menelepon untuk mengembalikan pinjaman, tidak disangka Diego malah minta pinjaman tambahan."Cucuku sayang, aku sudah ngasih semua uangku ke kamu. Nenek nggak punya uang lagi."Nenek Diego tampak sedih.Dia masih memikirkan bagaimana cara menutupi kekurangan putranya."Nggak perlu banyak, puluhan juta aja cukup.""Aku benar-benar nggak punya uang lagi ....""Nenek mau lihat aku mati?" Diego langsung membentak begitu melihat dia tidak bisa mendapatkan uang.Nenek Diego langsung menjadi khawatir, "Ada apa? Kamu kenapa?""Nenek nggak usah khawatir soal itu, kasih aja aku uangnya," jawab Diego dengan tidak sabar."Tapi sekarang Nenek benar-benar nggak punya uang." Nenek Diego ingin sekali memberikan uang yang dibutuhkan Diego, tapi dia tidak punya.Uang yang nenek Diego dapat dari paman Diego semua
Sorot tatapan Reina terlihat sangat tidak percaya melihat betapa patuhnya Raihan.Bagaimana caranya Liane bisa membuat Raihan menjadi sepatuh ini?"Pergilah," kata Liane.Raihan pun mundur selangkah demi selangkah, lalu berkata kepada Reina sambil tersenyum, "Nana, jaga ibumu baik-baik, ya. Paman benar-benar nggak bermaksud jahat."Raihan berjalan mundur keluar dari kamar rawat, lalu menutup pintu dengan hati-hati.Begitu dia pergi, Reina langsung menghampiri Liane."Ini ada apa sih, Bu?""Kok kamu nggak kasih tahu Ibu ada masalah segawat itu di kantor?" tanya Liane berpura-pura kesal.Reina menundukkan kepalanya."Soalnya aku ingin mencoba menyelesaikannya sendiri dulu."Pertimbangan utama Reina adalah kesehatan Liane. Dia takut tubuh Liane akan tumbang karena terbawa amarah.Tentu saja Liane mengerti jalan pikiran Reina, tetapi dia tetap berkata, "Ibu nggak menyalahkanmu, Ibu hanya berharap kamu bisa lebih mengandalkan Ibu.""Iya.""Kondisi Ibu makin memburuk, waktu Ibu untuk bisa me
Saat Marshanda mendengar ini, hatinya tiba-tiba menjadi dingin.Dia masih ingin mengucapkan sesuatu yang lain, tetapi suara perawat terdengar dari belakang, "Telepon siapa kamu!"Marshanda langsung menutup telepon dan berpura-pura menekan nomor telepon secara acak."Keluar! Kalau nggak aku panggil Kak Max. Kalau dia tahu aku di sini, dia pasti akan datang untuk menyelamatkanku. Kamu nanti akan dibunuh sama dia!"Perawat itu melangkah maju dengan marah, "Kamu gila ya? Aku potong lho tanganmu."Marshanda meringis."Nggak, nggak, aku nggak berani ulangin lagi.""Kamu nggak berani, kenapa nggak balik ke kamarmu!" ucap perawat itu.Beraninya Marshanda kembali?Masalahnya kalau kembali, Marshanda pasti akan dipukul oleh temannya yang sakit jiwa itu.Namun dia tahu jika tidak menurut, perawat akan memberinya obat penenang. Jadi Marshanda hanya bisa masuk ke kamar.Saat dia masuk, dia berdoa agar teman sekamarnya sedang tidur.Marshanda membuka pintu dan memasuki kamar, dia langsung merasa leg
Morgan memperhatikan kedua orang itu pergi dengan depresi.Dia sendirian di depan pintu vila, angin dingin menderu-deru dan dia pun batuk-batuk.Pelayan yang melihatnya berkata, "Tuan Morgan, di luar dingin, silakan masuk ke dalam?"Morgan menggeleng, "Nggak, aku mau pergi.""Kalau begitu aku ambilkan jaket dulu sebentar.""Nggak perlu."Morgan menolak dan masuk ke dalam mobil.Di mata para pelayan, Morgan mudah bergaul, dia rendah hati dan sopan, tidak terlihat seperti tuan muda.Morgan duduk di dalam mobil dan kemarahan di wajahnya hilang.Dia menyetir, tapi tidak tahu ke mana harus pergi.Hari ini, Morgan sadar dia itu kesepian.Tanpa disadar, Morgan melajukan mobil ke apartemen tempat tinggal Jess.Sejak Jess mengundurkan diri, Morgan jadi pemarah.Ini pernah terjadi sekali.Yaitu waktu di luar negeri dia menerima kabar Reina sudah menikah dengan Maxime.Morgan pikir dia tidak akan merasa seperti itu lagi, tapi sekarang dia merasakannya lagi.Dia merasa seperti ada batu di hatinya.