Tidak seperti biasanya, Morgan tidak berhenti dan melanjutkan aksinya.Entah kenapa, kali ini Reina benar-benar tidak menyukai hal ini."Jangan ...."Dia mengangkat tangannya untuk menghalangi Morgan."Kak Morgan, aku benar-benar nggak mau melakukan ini sekarang."Morgan terdiam dan menelan ludah.Kali ini, dia tidak berhenti seperti seorang pria sejati. Sebaliknya, dia mengulurkan tangan untuk mulai membuka baju Reina, "Nana, aku janji. Nanti waktu kita pulang, kita langsung menikah ya?"Reina mengulurkan tangan untuk menghentikan Morgan."A, aku belum mau menikah."Dia mau menghindari Morgan, tapi dia tidak bisa.Morgan menyadari tubuh Reina sedikit gemetar."Kak Morgan, tolong jangan seperti ini, aku takut."Entah mengapa di saat ini Reina merasa perlu menolak kontak fisik dengan Morgan.Padahal dulu Reina begitu menyukai Morgan, kenapa sekarang dia menolaknya?Reina tidak tahu alasannya, tapi saat ini dia tidak menyukai keintiman mereka ini.Morgan tidak mau menyerah, kenapa Reina
Reina langsung panik, "Bagaimana kamu bisa masuk? Cepat keluar!"Maxime takut Reina terlalu bersemangat, jadi Maxime menutup mulutnya."Pelankan suaramu, ada sesuatu yang mau kukatakan padamu dan banyak hal yang mau kutunjukkan padamu."Reina seharusnya takut, tapi entah kenapa dia juga mau melihat apa yang dibicarakan Maxime.Dia mengangguk pelan.Maxime kemudian melepaskan Reina dan menyerahkan ponselnya untuk dilihat Reina."Karena sekarang kita nggak berada di Kota Simaliki, aku cuma bisa minta orang-orang Negara Chines mengirimkan foto dan beberapa informasi untuk membuktikan hubungan kita."Reina spontan mengambil ponsel Maxime dan melihat beberapa foto familiar di dalamnya.Di foto itu, ada dirinya beserta dua anak kembar dan Maxime!Dia juga melihat foto dirinya bersama Alana dan beberapa wanita lain yang tidak dikenal.Maxime memberitahunya satu per satu, "Ingat Alana? Dia adalah sahabatmu. Beberapa orang ini juga temanmu. Namanya Brigitta, Sisil dan Gaby."Reina tidak percaya
Darah di sekujur tubuh Reina langsung membeku dan detik berikutnya, dia membuka mulutnya dan menggigit lengan Maxime.Lengan Maxime terasa sakit dan dia menarik napas dalam-dalam."Nana!"Reina membuka mulutnya sedikit, "Lepaskan. Kalau kamu nggak keluar, aku akan bersikap kasar padamu!"Dihadapkan tatapan dingin Reina, Maxime pun perlahan melepaskan tangannya."Setelah kamu baikan, periksalah di internet. Aku benar-benar nggak bohong padamu."Setelah Maxime selesai bicara, dia pergi.Setelah Maxime pergi, Reina langsung menutup pintu kaca balkon.Sekarang kepalanya tidak lagi terlalu sakit, dia mengeluarkan ponselnya dan tanpa sadar mencari nama Maxime.Informasi tentang Maxime langsung muncul. Dia adalah mantan CEO Grup Rajawali dan pernah menikah, tapi informasi tentangnya sangat sedikit.Maxime memang benar adalah kakak Morgan.Reina mencari informasi tentang dirinya dan Maxime. Benar saja, akhirnya dia menemukan berita tentang mereka berdua.Berita itu persis seperti yang dikataka
Reina tidak menggerakkan sendoknya, wajahnya terlihat tidak senang."Ada apa?" Morgan bertanya.Reina menyerahkan ponselnya pada Morgan, "Kak Morgan, aku mencari banyak berita tentang aku dan Maxime di Internet. Dia nggak bohong, sebaliknya semua hal yang kamu kasih tahu aku malah terkesan palsu."Gerakan tangan Morgan yang sedang menyendokkan lauk ke piring Reina pun terhenti."Nana, sebenarnya ada beberapa hal yang sengaja nggak aku ceritakan. Ini demi kebaikanmu," jelas Morgan.Reina menatapnya dengan bingung, "Boleh nggak jujur aja sama aku? Aku nggak mau jadi seperti orang bodoh dan nggak tahu apa-apa."Mata Reina memerah."Lebih baik ngomong jujur sama aku, daripada membohongiku seperti ini sekarang."Morgan meletakkan sendoknya dan mulai bercerita."Maxime benar. Kamu memang menikah dengannya dan punya anak."Reina sudah yakin akan hal ini, tapi dia tetap terhenyak saat mendengarnya dari mulut Morgan."Terus?""Kamu sudah bercerai. Dia punya seseorang yang dia sukai dan dia ngga
Reina sudah sampai di pintu.Syena langsung mematung seolah melihat hantu."Reina ... Kamu ... kamu benar-benar masih hidup?"Syena terkejut, kemarahannya pada Marshanda sampai ubun-ubun, kenapa Marshanda tidak mengenyahkan wanita pembawa sial ini?Mungkin karena Reina melihat seseorang yang familiar baginya tapi tidak dapat mengingatnya, kepala Reina pun kembali terasa sakit dan mau pecah.Morgan tidak menyangka Reina akan keluar. Sebelum dia bisa menghentikannya, Syena langsung melabrak Reina."Reina! Kamu ini yah kenapa nggak mati-mati sih? Kamu masih mau merayu suamiku? Kamu sendiri sudah punya suami dan anak, kenapa kamu begitu nggak tahu malu?"Merayu suaminya?Reina menatap Morgan dengan tatapan kosong.Morgan bergegas meraih pergelangan tangan Syena, lalu menjelaskan pada Reina, "Nana, jangan dengarkan omong kosongnya. Pernikahan kami nggak sah, bahkan kami nggak punya akta nikah. Pernikahan kami hanya pernikahan bisnis dan hanya untuk ditunjukkan pada publik."Ketika Syena men
Ekki menghela napas, "Menurutku sih dia itu sakit jiwa."Reina terdiam.Melihatnya seperti ini, Maxime bertanya lagi, "Aku sudah menyiapkan banyak makanan untukmu di dalam mobil. Apa kamu mau makan? Waktu penerbangan kita ke Negara Chines cukup lama."Reina menggeleng."Nggak perlu."Dia tidak lagi melawan dan bertekad kembali ke Negara Chines untuk melihat apa lagi yang disembunyikan Morgan padanya....Saat ini di Kota Simaliki.Riki sudah memberi tahu kabar baik pada orang-orang di sekitarnya bahwa Reina sudah ditemukan.Di dalam Vila Magenta, Jovan, Alana dan Sisil bergegas mendekat."Riki, kamu nggak bohong, 'kan? Nana benar-benar akan pulang?" Alana bertanya dengan penuh semangat.Riki mengangguk berulang kali, "Tentu saja, mana mungkin aku bohong untuk hal semacam ini?"Riko juga berkata, "Aku mencari di kota tempat mama berada kemarin dan aku benar-benar melihatnya di kamera pengintai. Dia memang baik-baik saja."Ucapan Riko memang lebih berbobot. Semua orang sangat senang dan
Maxime menghampiri, "Masuklah dulu, ada banyak hal yang terjadi. Sekarang Reina lupa ingatan."Lupa ingatan?Mereka semua tercengang.Reina juga sedikit menyesal, "Maaf, aku ...""Nana, ayo masuk dan duduk. Kenapa kamu minta maaf pada kami? Kami semua sudah seperti saudara kandungmu." Alana buru-buru meraih tangannya, "Sini, kalau memang nggak ingat, nggak apa-apa, pikirkan saja perlahan, kalaupun benar-benar lupa, mari kita saling mengenal lagi.""Ya, ya, kita bisa saling mengenal lagi."Perabotan di ruang tamu dan dekorasi rumah masih sama seperti sebelumnya.Maxime tidak memindahkan apa pun dari tempat ini sejak Reina menghilang.Suasana rumah yang terasa begitu hangat ini membuat kepala Reina terasa sakit, beberapa memori pun terlintas di benaknya.Reina takut rasa sakit dan tidak berani terus memikirkannya, jadi Alana mengajaknya untuk duduk.Kemudian, Reina menatap semua orang yang mulai memperkenalkan diri."Bos, aku Sisil, tangan kananmu. Aku sudah bekerja denganmu ..." Sisil m
Apa yang membuat Syena semakin terhina adalah kata-kata Morgan berikutnya, "Apa kamu tahu kenapa aku minta kamu mempertahankan anak itu?"Syena menggeleng pelan, "Kenapa?""Karena aku mau membalas dendam Nana! Kamu 'kan yang sudah menyakiti anaknya? Aku juga mau kamu merasakan ketika anakmu disakiti!" Morgan terlihat seperti raja neraka.Seluruh tubuh Syena gemetar. Meski dia tidak menyukai Talitha, dia tetap melahirkan Talitha."Morgan, tega banget kamu?"Hingga saat ini, Syena menyadari bahwa dia tidak mengenali Morgan sama sekali."Talitha masih sangat kecil, jangan sakiti dia!""Oh ... jadi kamu juga bisa sayang sama anak kecil?" Morgan bertanya balik.Syena terdiam.Melihat Syena diam, Morgan meminta seseorang untuk melepaskan ikatannya, "Sekarang kamu akan patuh?"Syena tidak berani melawan orang ini lagi."Apa Reina yang memintamu melakukan ini?" Syena masih menyukai Morgan, dia hanya bisa membohongi dirinya sendiri bahwa semua yang dilakukan Morgan karena hasutan Reina."Kamu m
Reina tahu betul seperti apa sikap orang penghisap darah seperti nenek Diego. Begitu dikasih sekali, pasti akan minta lagi lain kali.Joanna juga tahu, tapi dia tidak bisa apa-apa."Iya tapi kalau nggak dia malah bikin ribut di sini.""Kalau begitu panggil polisi."Joanna membelalak tidak percaya.Nenek Diego bahkan lebih terkejut, "Kurang ajar! Apa katamu? Aku ini nenekmu.""Treya dan aku nggak punya hubungan darah. Kamu bukan nenekku dan kamu nggak pernah sayang sama aku."Nenek Diego sangat marah dan menuding Reina, dia sangat marah sampai tidak bisa bicara.Reina juga tidak memberinya muka."Ucapanmu barusan sudah kurekam. Jadi kalau kamu mau memeras kami 100 miliar, kamu tunggu saja akan mendekam di penjara!" ucap Reina sambil mengangkat ponselnya.Nenek Diego tidak menyangka Reina akan merekam ucapannya barusan, "Dasar kurang ajar! Percuma putriku membesarkanmu, kamu malah berdiri di pihak orang lain!""Justru kamu yang orang luar, dia ini ibu mertuaku. Aku sudah menghargai Treya
"Kamu tertohok ya sama kata-kataku?" Melihat Joanna kesal, nenek Diego malah makin menyerang."Semua orang juga tahu suamimu nggak pernah pulang, bisa jadi dia punya banyak anak haram di luar!"Joanna terdidik dengan baik sejak kecil. Dia mengepalkan tangannya erat-erat dan berusaha untuk tidak membalas ucapan nenek Diego.Reina langsung melangkah maju ke hadapan nenek Diego."Kamu bilang Diego menghabiskan banyak uang untuk putri Keluarga Sunandar? Siapa? Mana buktinya?"Nenek Diego terdiam.Sebelum dia sempat berpikir, Reina melanjutkan, "Kalau nggak bisa ngasih bukti, aku bisa menuntutmu karena sudah memfitnah."Nenek Diego tersadar."Dasar gadis sialan! Hanna nama gadis itu! Dia dari Keluarga Sunandar, 'kan?""Mengenai bukti, wanita zaman sekarang itu pintar. Bisa aja mereka habiskan uang tanpa bukti." Nenek Diego menarik pakaian Reina, " Cepat minta ibu mertuamu balikin uangnya ke aku, atau aku akan sebarkan berita ini ke awak media.""Ternyata harta Keluarga Sunandar dari hasil p
Diego benar-benar ketakutan, "Aku ngerti Kak. Kak, bantuin aku supaya Keluarga Sunandar nggak mempermasalahkan hal ini."Dia telah menyinggung dan berutang pada banyak orang. Jika masih menyinggung Keluarga Sunandar yang lain, bukannya sama saja dia mencari mati?Reina tidak menanggapi Diego dan menutup telepon.Setelah menutup telepon, dia bertanya pada Deron."Gimana kabar Diego sekarang?""Kayaknya dia tahu dia nggak bisa menikahi Hanna, jadi dia berencana untuk melarikan diri." Deron mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pada Reina posisi Diego saat ini.Reina memperhatikan dalam diam, "Ikuti diam-diam dan pastikan dia lebih menderita."Sejak masih muda, Diego sangat dimanja sehingga memanfaatkan orang lain sembarangan tanpa rasa bersalah."Oke." Deron mengangguk.Reina mengenal Diego. Jika dia berani melarikan diri, berarti dia masih punya sisa uang.Reina memberi tahu buah pemikirannya pada Deron.Deron tahu apa yang harus dilakukan.Setelah Deron pergi, Reina bersandar di kursi
Setelah Hanna menolak, dia menambahkan, "Diego, sebaiknya kita nggak sering ketemu. Aku nggak berniat punya teman laki-laki, lagian nggak seharusnya pria dan wanita yang cuma teman begitu intim."Hanna tidak memberi Diego kesempatan menyahut."Jangan meneleponku lagi, aku akan memblokir nomor teleponmu."Hanna menutup telepon dan memblokir nomor Diego.Diego benar-benar panik.Dia menelepon Hanna lagi, tetapi tidak bisa tersambung ...."Kok jadi begini?"Dalam satu malam, Hanna berubah jadi orang yang sama sekali berbeda, padahal kemarin dia masih baik-baik saja.Diego sekarang berada di rumah neneknya. Neneknya mengernyit bingung, "Cucuku sayang, ada apa? Apa gadis itu marah sama kamu?""Dia menolakku." Diego menunduk."Gadis sialan! Kenapa dia menolakmu? Kamu sangat baik dan tampan, mana ada yang bisa menandingi kamu?"Diego sekarang sakit kepala dan kesal saat mendengar omelan neneknya."Nenek, berhentilah ngomel, aku sangat kesal sekarang.""Cucuku sayang, jangan khawatir. Kamu san
Keesokan harinya.Setelah Reina bangun, dia membuat janji dengan Hanna untuk memperjelas semuanya agar dia tidak tertipu lagi.Hanna sudah benar-benar sadar, tapi wajahnya masih pucat.Saat bangun, Hanna menerima pesan dari Diego yang mengkhawatirkannya. Dia ragu-ragu untuk waktu yang lama dan tidak membalasnya.Saat waktu yang disepakati dengan Reina tiba, Hanna keluar menemuinya.Di dalam kedai kopi yang tenang.Mereka berdua sama-sama memesan kopi.Sebelum Reina mulai bicara, Hanna sudah angkat bicara lebih dulu, "Kak, maaf. Orangtuaku meneleponmu larut malam dan mereka salah paham tentang adikmu."Reina tidak menyangka Hanna sepolos ini sampai masih menyalahkan dirinya sendiri atas kesalahan ini."Hanna, kamu kepikir nggak, mungkin ini semua bukan kesalahpahaman?" kata Reina.Hanna tertegun sejenak , lalu tersenyum, "Mana mungkin? Menurutku Diego itu orang baik, lagian dia itu adimu, mana mungkin dia menyakitiku.""Kita harus waspada sama orang lain, siapa pun orangnya. Bahkan kamu
Ines memberi tahu Hanna semua informasi tentang Diego.Awalnya setelah pesta semalam, Ines sangat tertarik dengan Diego. Pertama, karena kakak Diego adalah Reina, lalu mereka tahu bahwa Diego juga anak tunggal, jadi mereka langsung meminta seseorang untuk menyelidikinya.Mereka langsung terkejut begitu tahu semua tentang Diego.Hanna mendengarkan dalam diam dan membelalak tidak percaya.Dia juga berpikir Diego adalah orang yang baik, kenapa faktanya berbanding terbalik begitu drastis?"Diego sudah menghancurkan keluarga besar Andara. Kalau kamu sama dia, bisa-bisa kita yang tersiksa."Hanna spontan tersenyum, "Ibu salah paham. Aku nggak suka sama dia, aku hanya menganggapnya sebagai teman."Ines menghela napas lega."Syukurlah."Hanna mengangguk."Tapi Hans juga nggak sebaik itu." Ines merasa sangat kesal begitu tahu hasil penyelidikannya kemarin, "Dia sudah punya istri, dia juga kakak laki-laki Jason. Meski dia lebih baik dari Jason dari segi karakter moral dan kemampuan, tapi bagaima
Diego langsung berkata pada mereka semua, "Dengar, 'kan? Aku benar-benar nggak bersalah."Reina terdiam.Orangtua Hanna masih curiga.Putri mereka jarang pulang terlambat. Ini adalah pertama kalinya dia pulang telat sejak kembali ke Kota Simaliki, ini juga pertama kalinya Hanna minum sampai mabuk berat. Kalau bukan dari mulut Hanna sendiri, mereka pasti tidak percaya.Hanna melihat Reina dan terkejut, "Kak Reina? Kok kamu juga di sini?"Ines langsung melangkah maju dan berkata, "Ada kesalahpahaman, tapi sudah nggak apa-apa. Hanna, kamu terlalu mabuk, istirahatlah.""Yah, kepalaku sakit. Aku minum terlalu banyak," katanya.Ayah Hanna memanggil Reina dan Diego keluar.Sesampainya di luar, dia dengan tulus minta maaf dan berkata, "Pak Diego, maaf, aku salah paham."Dia minta maaf Reina dan berkata, "Nana, aku minta maaf karena meneleponmu malam-malam."Reina melambaikan tangannya, "Nggak apa-apa, yang penting Hanna nggak apa-apa.""Ya." Ayah Hanna mengangguk, lalu berkata, "Dari dulu dia
Kalau dia mengakui Diego akan mencelakai Hanna, maka orangtua Hanna pasti melihat Reina dengan buruk dan ujung-ujungnya, Reina ikut terdampak karena kejahatan Diego.Reina mengepalkan tangannya erat-erat dan menjawab."Bibi, Paman, bagaimana kalau kita menunggu sampai Hanna bangun dan langsung tanya sama Hanna." Reina terdiam, "Kalau Diego benar-benar punya niat jahat sama Hanna, terserah kalian mau apakan dia, kalian bisa jeblosin dia ke penjara."Wajah Diego menjadi pucat.Bagaimana bisa Reina berkata seperti itu?Mengirimnya ke penjara?Karena Reina sudah berkata demikian, orangtua Hanna tentu saja tidak bisa berkata apa-apa.Ines berkata, "Ayo, kita tunggu di dalam.""Oke."Namun Adrian berkata, "Saya kembali dulu ya, tadi saya izin sama atasan.""Jangan pergi!" Diego menghentikannya, "Kamu mau pergi setelah menjebakku? Nggak boleh!"Adrian terlihat kesal dan hendak setuju untuk tinggal.Reina berkata, "Jangan mempersulit orang lain. Dia itu kerja di Klub Beautide, kalau dia bersal
Diego tidak akan membiarkan Adrian merusak rencananya.Dia meninju wajah Adrian, lalu langsung masuk ke dalam mobil dan menyalakan mobil.Adrian ingin menghentikannya, tapi sudah terlambat."Krak!" Sesuatu jatuh dari mobil.Adrian berjalan ke depan dan melihat yang rusak adalah ponsel Hanna.Tepat pada saat ini, ibu Hanna menelepon dan Adrian menjawab panggilan tersebut....Di sisi lain, Reina sudah tidur, namun terbangun oleh dering telepon.Reina bangun dan melihat Diego meneleponnya.Kenapa Diego menelepon semalam ini?Reina menerimanya dengan ragu, "Halo.""Nana?"Suara di telepon bukan suara Diego, melainkan suara wanita paruh baya."Siapa kamu?" Reina tidak mengenali suara itu."Aku ibu Hanna," jawab wanita paruh baya itu.Ternyata Ines."Bibi kok meneleponku pakai nomor Diego?" Reina samar-samar merasa ada sesuatu yang buruk telah terjadi.Ines tidak menjawab, tapi berkata dengan agak serius, "Bisa ke Hotel Fourse, kamar 6008 sekarang?""Oke."Reina tahu, ada yang tidak beres.