Lysia terkejut.Tidak jauh dari situ, terlihat Bos Willy ditabrak truk besar. Kemungkinannya kalau tidak mati, dia pasti cacat.Lysia gemetar ketakutan.Segera, area kejadian pun dikerumuni orang banyak.Ketika Lysia sadar dari rasa terkejut, dia berpikir kerja sama perusahaan pasti tidak akan batal karena terjadi sesuatu pada Bos Willy.Dia kembali ke atas dengan hati khawatir."Lysia, ada apa?" Semua orang bertanya padanya satu demi satu.Semua orang menatapnya seolah-olah sedang menonton drama, mengira Lysia akan dipecat dari perusahaan.Masih adakah persahabatan sesungguhnya di perusahaan ini? Setiap orang adalah pesaing. Jika Lysia dipecat, perusahaan harus mencari sekretaris Bos yang baru.Lysia menjadi pucat dan bicara perlahan, "Tadi waktu Bos Willy keluar gedung, dia ditabrak truk besar.""Hah?"Semua orang terkejut.Reina juga tidak percaya. Orang yang tadi baik-baik saja mendapat musibah yang tidak terduga.Tidak lama kemudian, terdengar suara ambulans di bawah.Banyak karya
"Apa-apaan kalian? Lysia, kenapa kamu mukulin orang?" tegur James.Lysia mengadu lebih dulu, "Bos, Reina yang mulai duluan, aku cuma membela diri."James hanya bisa mengernyitnya."Masih nggak mau berhenti berkelahi?"Lysia terpaksa melepaskan Reina dan mengancam dengan suara yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, "Kamu beruntung hari ini. Tunggu pembalasanku. Selama kamu masih bertahan di sini, aku akan kasih pelajaran."Reina merapikan pakaiannya, lalu duduk kembali.Ketika hasil pemeriksaan dari rumah sakit keluar, mungkin Lysia yang akan terdepak dari kantor ini duluan!Wajah dan tangan Reina yang baru saja berkelahi dengan dua wanita pun terluka.Reina menunduk, menyembunyikan perihnya luka itu dari tatapan Bosnya dan Maxime.Ketika Lysia melihat Maxime yang tinggi, tegap dan tampan, dia pun berjalan mendekat, "Bos, siapa ini?"Sebelum James sempat menjawab, Maxime yang mengabaikan Lysia langsung berjalan menghampiri Reina.Begitu dia melihat bekas luka di wajah dan tangan R
"Ambil gajimu, lalu pergi dari sini!" kata James dengan tegas."Ya."Dia menyesal, dia tidak menyangka akan kehilangan pekerjaannya begitu saja.Lysia masih mematung di tempat, wajahnya pucat dan dia mau berdalih, "Bos, dia benar-benar yang mulai duluan."James menjadi semakin marah."Kamu masih berani tinggal di sini? Minta maaf pada Nyonya Reina atau aku akan bertindak lebih jauh lagi."Mata Lysia memerah, dia tahu dia tidak boleh menyinggung perasaan Bosnya.Namun, dia tidak sudi minta maaf pada Reina begitu saja.Reina benar-benar tidak menyangka Maxime punya hak untuk bicara. Hanya dengan satu kata, Maxime bisa membuat Bosnya membelanya.Lysia menatap Reina, "Maaf Nyonya Reina, ini semua salahku, aku harap kamu memaafkan aku dan nggak memperpanjang masalah ini lagi."Reina bahkan tidak melirik Lysia. Dia mengangkat ponselnya yang bergetar, pihak rumah sakit sudah mengirimkan laporan tes.Benar saja, masih ada sisa obat di gelas air tersebut dan kini semuanya sudah jelas."Kalau de
Suami istri?Reina bertanya-tanya apa ada yang salah dengan pikiran Maxime."Kayaknya kamu salah paham deh. Mana mungkin aku istrimu?"Maxime menatap Reina dalam-dalam dan tidak mau berpaling."Kita bukan cuma pasangan suami istri, kita sudah punya empat anak. Apa kamu lupa semua ini?"Menikah? Empat anak?Reina jadi makin terhenyak, "Pak Maxime, jangan bercanda. Mana mungkin aku nggak tahu aku punya anak?"Melihat kondisi Reina saat ini membuat hati Maxime merasa tidak nyaman."Sebenarnya kamu diapain Morgan sih? Kenapa kamu melupakan segalanya?"Maxime pun bertekad akan membuktikan ucapannya pada Reina."Sekarang juga aku telepon Riki dan Riko, kamu komentar setelah lihat mereka."Maxime mengambil ponselnya dan melakukan panggilan luar negeri.Riki langsung menelepon, "Pa, ada apa?"Ini adalah pertama kalinya Maxime berinisiatif meneleponnya lebih dulu. Riki mengernyit bingung saat melihat wajah Reina di panggilan video itu."Mama? Mama! Mama! Mama sekarang ada di mana? Aku nggak lag
Selain itu, bagaimana seseorang yang punya masalah psikologis serius bisa bekerja sama dengan Bos perusahaan asing?Reina merasa ada terlalu banyak hal yang tidak dia mengerti."Nana, ada apa?" Morgan pun bertanya ketika dilihatnya Reina diam saja sejak masuk ke dalam mobil.Reina menggeleng, "Nggak ada apa-apa."Morgan menggenggam tangan Reina.Reina spontan menarik tangannya."Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?" Reina benar-benar tidak percaya ada orang gila seperti Maxime.Morgan menegang, "Nana, kamu harus percaya padaku, aku nggak akan menyakitimu."Tentu saja Reina tahu bahwa Morgan tidak akan menyakitinya, tapi nalurinya mengatakan Morgan menyimpan banyak hal yang belum dia ceritakan padanya."Belakangan ini aku memikirkan tentang beberapa hal yang terjadi di masa lalu yang masih sangat kabur. Katamu orang tuaku meninggal, tapi aku nggak ingat bagaimana mereka meninggal, begitu pula Bu Lyann."Mendengar ini Morgan jadi panik, "Kalau kamu nggak ingat, nggak usah dipikirkan."
Kepanikan yang belum pernah terjadi sebelumnya muncul di hati Syena, "Mana mungkin? Gimana dia masih hidup?"Syena mengepalkan tinjunya erat-erat.Apa yang harus dilakukan sekarang?Reina masih hidup dan sudah merebut suaminya.Jika Reina kembali ke Kota Simaliki, dia pasti akan mengambil alih posisinya sebagai putri tunggal Keluarga Yinandar.Seluruh tubuh Syena gemetar dan pikirannya kacau untuk beberapa saat.Dia pun menelepon Marshanda.Marshanda tidak tahu yang sebenarnya, tapi dia punya alibi atas apa yang terjadi saat itu.Semua orang menyalahkan Syena atas hilangnya Reina.Sekarang Marshanda kembali muncul di layar lebar dan menjadi artis terkenal.Saat ini, di lokasi syuting.Begitu melihat Syena meneleponnya, sebenarnya Marshanda berniat menutup telepon, tapi setelah ragu-ragu beberapa saat, dia memutuskan untuk menjawabnya, dia juga mau melihat ada urusan apa Syena mencarinya."Syena, kita sudah nggak berhubungan lebih dari setahun, kenapa tiba-tiba menelepon aku? Kamu mau b
"Ada apa?"Morgan menelepon dan bertanya."Tuan Morgan, ada kabar buruk, gawat! Banyak pemegang saham menjual sahamnya. Harga saham kita anjlok. Sekarang Aarav mencoba mengadakan kembali rapat pemegang saham," ucap Jess sambil berbisik.Morgan mencengkeram ponselnya erat-erat, "Stabilkan situasi dulu, aku akan segera pulang.""Tuan Morgan, aku nggak bisa menanganinya sendirian. Nyonya Joanna juga ada di sini, tapi Aarav saja berani menghinanya dalam rapat tadi!"Jess tidak paham ada hal penting apa yang Morgan lakukan di luar negeri, kenapa bisa-bisanya menelantarkan perusahaan seperti ini.Morgan mencengkeram erat ponselnya sambil menatap Reina di depannya, dia tidak bisa mengambil keputusan.Maxime yang tahu isi panggilan teleponnya pun mengejek, "Kamu bahkan nggak bisa mengelola perusahaan dengan baik, gimana bisa menjaga Nana?"Setelah berkata demikian, Maxime membuka ponselnya dan menyerahkannya pada Reina."Nana, lihat. Ini akta nikah kita."Reina membelalak kaget menatap foto ak
Tidak seperti biasanya, Morgan tidak berhenti dan melanjutkan aksinya.Entah kenapa, kali ini Reina benar-benar tidak menyukai hal ini."Jangan ...."Dia mengangkat tangannya untuk menghalangi Morgan."Kak Morgan, aku benar-benar nggak mau melakukan ini sekarang."Morgan terdiam dan menelan ludah.Kali ini, dia tidak berhenti seperti seorang pria sejati. Sebaliknya, dia mengulurkan tangan untuk mulai membuka baju Reina, "Nana, aku janji. Nanti waktu kita pulang, kita langsung menikah ya?"Reina mengulurkan tangan untuk menghentikan Morgan."A, aku belum mau menikah."Dia mau menghindari Morgan, tapi dia tidak bisa.Morgan menyadari tubuh Reina sedikit gemetar."Kak Morgan, tolong jangan seperti ini, aku takut."Entah mengapa di saat ini Reina merasa perlu menolak kontak fisik dengan Morgan.Padahal dulu Reina begitu menyukai Morgan, kenapa sekarang dia menolaknya?Reina tidak tahu alasannya, tapi saat ini dia tidak menyukai keintiman mereka ini.Morgan tidak mau menyerah, kenapa Reina
"Tuan, Keluarga Tuan Daniel datang," kata pelayan itu.Mendengar kata-kata itu, keheningan seketika menyelimuti ruangan itu.Kekesalan di bawah mata Aarav makin tidak bisa disembunyikan. "Sial! Mau apa mereka ke sini?"Rendy menyela, "Apa lagi, mereka pasti datang karena mau lihat masalah di keluarga kita."Aarav menatapnya dengan tatapan kosong.Kemudian, dia hendak meminta pembantu untuk keluar dan memberitahu mereka bahwa dia tidak ada di rumah.Tidak disangka Daniel dan yang lainnya datang tanpa dipersilakan masuk.Aarav tidak pernah sebenci ini kepada Daniel.Hal pertama yang Reina lihat setelah masuk adalah Melisha, yang diikat dan berlutut, serta pria simpanannya.Keduanya memiliki memar di tubuh mereka, terlihat jelas bahwa mereka habis dipukuli.Reina kemudian melihat Aarav duduk di ujung meja, di sebelahnya ada Rendy yang ditahan oleh beberapa pengawal."Daniel, kenapa kalian datang ke mari selarut ini? Aku bikin kalian melihat lelucon keluarga kami." Setelah itu, Aarav melir
Daniel mengerutkan kening. "Itu masalah keluarga mereka, ngapain kalian mau ke sana?"Joanna membalas dengan acuh."Bukannya kamu dan kakakmu itu keluarga? Sekarang, sesuatu terjadi di keluarganya, kenapa kamu malah bilang keluarga mereka?"Ketika Daniel mendengar ini, dia tersedak lagi dan benar-benar tidak bisa berkata-kata.Reina merasa sedikit tidak enak hati.Untungnya, Maxime menimpali, "Pergilah kalau kamu mau melihatnya. Kami juga prihatin sama keluarga Om Aarav."Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Jangan sampai Om Aarav bertindak impulsif karena marah."Melisha dan Klinton sudah ditangkap, entah apa yang akan dilakukan Aarav dan Rendy kepada mereka.Mendengar ini, Daniel mengangguk dan mengerti maksud perkataan Maxime."Kamu benar, kita harus pergi ke sana."Dia juga mengkhawatirkan kakaknya....Sisi lain.Rumah Aarav.Baik Melisha dan Klinton berada dalam kondisi yang menyedihkan, berlutut di lantai.Mereka habis dipukuli dan tubuh mereka penuh dengan luka.Aarav duduk
"Bagaimana ini bisa terjadi? Ini pasti palu, ini palsu!" Tommy bergumam sendiri.Dia tidak percaya ibunya akan pergi dengan pria lain.Melisha sangat mencintainya, bagaimana mungkin dia meninggalkannya begitu saja?Melihat ketidakpercayaannya, murid-murid yang lain berkata, "Kalau kamu nggak percaya, tanya saja sama kakek dan ayahmu."Tommy segera menelepon Aarav."Kakek, mereka bilang Mama kabur sama pria lain dan nggak menginginkanku lagi."Mendengar cucunya menanyakan hal ini, Aarav tidak menyembunyikannya darinya."Tommy,, mulai sekarang kamu cuma punya Kakek dan Papa. Nggak usah pedulikan Mama mu. Papa sama Kakek bakal jaga kamu dengan baik."Tommy masih kecil, tetapi dia tidak bodoh.Apa yang tidak bisa dia pahami sekarang? Ternyata ibunya benar-benar tidak menginginkannya lagi.Jelas-jelas kemarin lusa ibunya sudah siap untuk membawanya pergi, kenapa sekarang berubah pikiran?Tommy benar-benar tidak ingin pergi ke sekolah lagi dan bergegas keluar dari dalam kelas.Namun, dia mem
Klinton memeluk Melisha dari belakang.Melisha menghela napas. "Kita melarikan diri ke sini berdua, tapi anakku sendirian di Kota Simaliki."Kata siapa dia sendirian? Kakek sama ayahnya ada di Kota Simaliki, jadi nggak usah khawatir. " Klinton berusaha menenangkannya.Melisha tidak bisa menahan diri dan meninjunya di dada."Itu bukan anakmu, jadi kamu nggak perlu merasa khawatir."Mendengar ini, Klinton kembali memeluknya."Begini saja, lahirkan anak juga untukku."Dia menggendong Melisha menuju tempat tidur.Melisha memukulnya dengan malu-malu. "Aku nggak akan kasih kamu anak."Kedua orang itu berbicara dan tertawa, tidak sadar bahwa mereka berdua sedang dipantau.Di sisi lain.Di dalam bar.Rendy terus menenggak minuman di tangannya.Teman-teman di sekelilingnya menasihatinya, "Rendy, nggak perlu marah sama wanita model begitu. Kita punya uang, wanita seperti apa yang nggak bisa kita dapatkan?"Mudah memang bicara begitu, tetapi Rendy masih tidak terima.Sejak dipukuli oleh Maxime, d
Melihat ini, Joanna cukup terhibur, lalu dia bertanya, "Kak, ada apa? Kita keluarga, jadi nggak ada yang perlu disembunyikan, 'kan?"Dia mengatakan apa yang Aarav katakan barusan.Sudut mulut Aarav berkedut pelan, memaksa dirinya untuk tenang."Bukan apa-apa, cuma katanya bawahanku belum menemukan Melisha."Dia sebenarnya telah berbohong.Sekretaris yang baru saja datang memberitahunya bahwa banyak hal penting di dalam perusahaan telah dibawa pergi oleh Melisha, kemudian ada beberapa rahasia perusahaan yang bocor.Tentu saja Joanna tidak akan mempercayai perkataannya, tetapi dia tetap berkata, "Kenapa bisa begitu? Apa mau minta Max buat bantu cari?""Nggak perlu. Max sudah sibuk, jadi lebih baik nggak merepotkannya."Aarav langsung minum air setelah mengatakan itu.Wajahnya sedikit menegang saat menatap Joanna, Reina dan Maxime yang terlihat masih belum ingin pergi."Kalian sudah makan belum? Kalau belum, ada restoran yang bagus di luar. Aku akan minta sekretarisku buat membawakan maka
Wajah Joanna membeku, semua kebahagiaan yang dia rasakan lenyap begitu saja."Huh!" Dia mendengus dingin. "Daniel, urus saja urusanmu sendiri, aku akan melakukan apa yang aku inginkan, kenapa kamu ribut?"Dibantah di depan Reina, wajah Daniel terlihat muram."Kenapa sekarang kamu jadi begini?" Dia pergi dengan tangan di belakang punggungnya.Melihat kepergiannya, Joanna berkata kepada Reina, "Nana, ayo pergi, kita temui om mu itu."Reina tentu saja tidak bisa menolak."Ya."Saat masuk ke dalam mobil dan pergi menemui Aarav, dia mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Maxime.Bukan karena hal lain, tetapi karena pasti akan ada masalah saat mereka sudah sampai di sana nanti.Reina berpikir bahwa dia lebih baik sedikit menjauh.Maxime masih di luar mengurus pekerjaannya. Melihat pesan yang dikirimkan Reina, dia langsung membalasnya tanpa ragu."Ya, aku akan ke sana sekarang."Awalnya Maxime selalu bersama Reina, tetapi hari ini ada kerja sama yang sangat penting yang harus dia
Keesokan harinya.Kediaman Keluarga Sunandar.Teman-teman Joanna datang untuk bermain kartu dengan Joanna. Mereka tidak bisa menahan diri dan mulai bergosip tentang Melisha.Hari ini, Reina kebetulan sedang tidak ada urusan penting, jadi datang membawa anak-anaknya. Dia juga sempat mendengar pembicaraan mereka."Aku nggak percaya kalau Melisha wanita kayak gitu.""Ya, bikin malu Keluarga Madison saja karena punya anak sepertinya.""Joanna, katakan sesuatu. Keluarga kakakmu itu pasti lagi berantakan, ya?"Sudut mulut Joanna terangkat sedikit.Dia mengeluarkan kartunya, lalu menjawab, "Siapa yang tahu? Sekarang, kesibukanku cuma main kartu dan minum teh, nggak terlalu peduli sama apa yang terjadi di luar sana. Kalau kalian nggak bilang, aku malah nggak tahu.""Wah, kita semua harus belajar dari Joanna dan nggak bergosip terus." Ada satu istri kaya yang menyanjung Joanna.Istri yang lain juga mengangguk setuju.Joanna melambaikan tangannya. "Bicara apa kalian ini? Kalian lanjutkan saja pe
Setelah kembali ke rumah, mereka menyadari bahwa Melisha tidak ada di rumah, melainkan sudah melarikan diri.Semua informasi kontak Melisha juga tidak tersedia.Aarav makin jengkel saat mengetahui hal ini."Bagus sekali! Pergilah, berapa pun biayanya, kamu harus membawa orang itu kepadaku.""Baik." Sekretaris itu membungkuk, lalu dengan cepat berjalan keluar dari bangsal.Aarav benar-benar kesal hingga tangannya gemetar.Dia mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Rendy."Halo, Ayah, ada apa? Kenapa nelepon selarut ini? Aku sudah tidur."Aarav makin geram ketika mendengar suara malas anaknya."Kamu masih sempat tidur? Istrimu kabur sama pria itu!" Aarav mengucapkannya dengan kesal.Rendy tidak bisa mempercayai apa yang dia dengar."Apa Ayah bercanda? Barusan aku sudah telepon, katanya dia lagi ada urusan.""Dasar bodoh! Kamu nggak lihat berita? Yang ada di berita itu benar! Mereka sudah bersama setidaknya hampir empat tahun!" maki Aarav lagi.Rasa kantuk Rendy benar-benar menghilang
Aarav menelepon lagi dan tidak lama kemudian, seorang pengasuh datang, membawa Tommy ke tempat lain untuk bermain.Begitu Tommy pergi, wajah penuh kasih sayang Aarav langsung berubah menjadi dingin."Pasti Melisha melakukan sesuatu yang nggak benar."Sebelumnya, ketika dia melihat foto yang tersebar di berita, dia sebenarnya tidak terlalu percaya. Namun, sekarang dia percaya."Kirim seseorang untuk memeriksa Melisha dan pria itu!" Aarav menunjuk ke foto pria yang ada di ponsel dan memberikan perintah kepada sekretarisnya yang baru masuk.Sekretaris itu mengangguk mengerti. "Baik, harusnya nggak butuh waktu lama."Aarav mengangguk."Pastikan kamu mengawasi perusahaan kita, jangan menyerahkan semuanya padanya.""Baik." Sekretaris itu mengangguk lagi.Aarav memerintahkan sesuatu yang lain, sebelum memejamkan mata dan beristirahat.Di sisi lain, hari ini Melisha sangat kesal. Dia tidak berani pulang dan mencari hotel yang tidak terlalu ramai, lalu menelepon pria simpanannya."Apa yang haru