Di rumah sakit, dokter mengambil rontgen Reina dan memeriksanya."Sendi kakimu terluka parah dan kamu perlu memulihkan diri setidaknya selama seminggu. Sebaiknya jangan terlalu banyak bergerak.""Separah itu Dok?"Reina pikir hanya terjatuh seperti itu tidak akan terlalu parah akibatnya."Ya, menurut pemeriksaan sih begitu.""Tetapi aku ada pertunjukan tari beberapa hari lagi. Apa ada cara untuk pulih lebih cepat?" Reina bertanya dengan cemas.Reina tidak ingin mengecewakan guru tari yang memasukkannya ke perusahaan.Apalagi dia sudah berlatih begitu lama, Reina tidak ingin menyerah begitu saja."Nggak bisa. Dari luar mungkin nggak kelihatan, tapi posisi sendimu sudah bergeser. Kamu harus istirahat dan nggak usah gerak sama sekali kalau bisa, mana mungkin bisa nari?"Dokter meresepkan obat untuk Reina dan memintanya untuk pulang istirahat.Dalam perjalanan pulang, Reina memasang wajah sedih.Dia menyentuh sendi kakinya dengan lembut dan terasa sangat menyakitkan.Lysia yang melakukanny
Reina tidak menyangka Lysia begitu tidak sabar, jadi dia tidak menyembunyikan apa pun dan menjelaskan situasinya."Jadi kamu masih bisa jadi penari utama buat pertunjukan?""Ya, nggak masalah. Tapi dua hari ini aku nggak bisa latihan," jawab Reina.Guru tari menghela napas lega, "Nggak apa-apa, selama kamu bisa tampil di hari itu, kamu sudah sempurna kok."Guru tari itu merasa meski Reina tidak berlatih saat mendekati hari pertunjukan, tarian Reina masih lebih baik dari Lysia."Oke, kalau gitu dua hari ini aku cuti dulu.""Ya, baiklah."Reina terpikir sesuatu dan berkata, "Apa boleh bilang ke Lysia dulu kalau Anda sudah menemukan penari lain?"Guru tari itu tidak mengerti."Kenapa?"Reina pun menceritakan pada guru tari itu duduk perkaranya.Begitu guru tari mendengar hal ini, dia langsung naik pitam. "Bisa-bisanya si Lysia melakukan ini? Sudah kuduga kejadian ini aneh. Masa habis tadi pagi dia bilang ke aku kalau kemungkinan aku butuh pengganti penari utama, tiba-tiba sorenya kamu cid
"Kenapa?" Lysia tampak bingung.Dia sudah berjuang begitu keras untuk bisa kembali jadi penari utama, kenapa sekarang tiba-tiba guru ini tidak mengizinkannya?"Soalnya aku nemu seseorang yang bisa menari lebih baik," kata guru tari.Sebenarnya guru tari itu berniat membalaskan dendam Reina, namun di luar dugaan, hal ini membuat Lysia semakin membenci Reina sampai mencelakakan Reina di kemudian hari."Siapa orang itu?" tanya Lysia dengan wajah memerah."Nanti kalau dia naik panggung juga kamu tahu, dia benar-benar bisa menari lebih baik darimu," ucap guru tari itu.Lysia mematung di tempat.Padahal Lysia sudah mengumumkan pada rekan-rekannya bahwa dia yang akan tampil, kalau begini, mau ditaruh di mana mukanya?Lysia harus melihat siapa yang tiba-tiba menggantikannya!...Di dalam hotel.Satu per satu mobil mewah pun melaju, mengantarkan para bos besar.James, bos Perusahaan Singlish sudah menunggu di luar karena ada tamu penting yang datang hari ini.Tiba-tiba, sebuah mobil Lincoln yan
Lysia ingin sekali rasanya menampar guru itu, sayangnya dia tidak bisa karena guru itu didukung oleh manajer perusahaan.Lysia hanya bisa menelan ludahnya dan menyalahkan segalanya pada Reina yang ada di atas panggung.Bagus! Bagus sekali!"Jadi kamu berani berkomplot melawanku seperti ini di belakangku? Oke! Aku pasti akan membuatmu menyesal!" ucap Lysia dalam hati sambil menggertakkan gigi.Reina belum tahu semua ini, dia juga tidak tahu bahwa demi melampiaskan amarah Reina, guru tari menyuruh Lysia berlatih menari selama beberapa hari dengan sia-sia dan mempermalukan Lysia seperti ini.Di atas panggung, Reina tampak seperti bidadari yang turun ke bumi. Seketika, Reina langsung menarik perhatian banyak bos di antara penonton."Siapa penari utama ini? Dia cantik dan tubuhnya seksi banget.""Dia karyawan perusahaan kami, namanya Reina." Manajer yang menemani para bos itu minum-minum pun langsung menjawab."Oh. Nanti setelah dia selesai menari, undang dia ke sini buat makan ya."Seorang
Saat Reina mendengar hal ini, dia menjawab dengan tenang, "Pak Manajer, apa aku terlihat bercanda? Kalau perusahaan merasa karyawan punya kewajiban untuk menemani klien dan membiarkan klien bertingkah nakal pada karyawan, maka aku nggak mau tinggal di perusahaan seperti ini."Setelah berkata demikian, Reina langsung angkat kaki.Manajer itu membelalak tidak percaya, dia tidak menyangka ternyata Reina orang yang sangat lurus.Ketika Bos Willy melihat Reina pergi, dia bertanya-tanya, "Apa-apaan ini? Dia pergi gitu aja?"Manajer itu langsung tertawa dan berkata, "Dia masih baru di perusahaan ini, dia belum mengerti banyak hal. Biar kucari orang lain saja untuk menemani kalian semua minum-minum ya?"Bos Willy menatap para karyawan wanita lainnya dan tidak ada yang menarik di matanya."Kamu bercanda? Kamu nyari wanita asal buat nemenin kami?"Manajer itu juga merasa malu, tetapi dengan sikap Reina seperti ini, jelas dia tidak akan pernah kembali lagi.Dia menatap Lysia yang terlihat relatif
Keesokan paginya ketika Reina bangun dari sofa, kakinya terasa mendingan.Dia bangun, minum dan mengoleskan obat, lalu mengambil ponselnya. Dia melihat Morgan sudah meneleponnya berkali-kali dan mengirim banyak pesan.Reina langsung menelepon balik Morgan dan langsung diangkat Morgan."Nana, kok kamu baru angkat telepon?" Morgan bertanya dengan sangat panik."Maaf, kemarin aku capek banget, aku nggak dengar kamu telepon."Reina tidak memberi tahu Morgan bahwa kakinya sakit kemarin.Morgan menghela napas lega."Yang penting kamu nggak apa-apa. Aku sudah beli tiket, malam ini aku pulang."Reina buru-buru berkata, "Kamu nggak perlu buru-buru pulang, kerjaan lebih penting."Reina takut akan mengganggu pekerjaan Morgan."Aku tahu pekerjaan itu penting, tapi kamu juga sangat penting." Morgan melanjutkan, "Ya sudah gitu aja, tunggu aku pulang ya malam ini.""Oke."Reina tidak punya pilihan selain setuju dengan patuh.Dia menutup telepon dan melihat kakinya yang terlihat lebih buruk dari dua h
Saat para karyawan lain pulang, Lysia meminta Reina menyiapkan teh untuk klien, sementara dia sendiri datang ke tempat kerja Reina dan menambahkan sesuatu ke gelas air yang diminum Reina.Reina yang tidak waspada pun kembali ke meja, meminum airnya dan bersiap untuk pulang.Lysia menatapnya tidak jauh dari situ dan berkata, "Reina, kamu pulangnya nunggu klien datang ya, takutnya aku masih butuh bantuanmu.""Oke."Bagaimanapun, Reina adalah bawahan Lysia, jadi sulit baginya untuk menolak pengaturan kerja normal seperti itu.Reina duduk kembali dan menunggu.Lysia pergi ke pintu perusahaan untuk menyambut Bos Willy."Bos Willy sudah datang? Silakan masuk," ucap Lysia sambil tersenyum manis.Bos Willy melihat ke belakang Lysia dan bertanya, "Di mana Reina? Katanya sudah diatur?""Gadis itu pemalu, sekarang masih di atas. Nanti aku antarkan Anda ke Reina, aku sudah memesan hotel untukmu, hotel termewah di dekat sini," ucap Lysia.Bos Willy langsung berseri-seri dengan gembira, "Bu Lysia me
Saat Reina menari, dia memakai riasan tebal sehingga bekas lukanya tertutupi dengan sempurna.Sekarang tanpa riasan, bekas luka itu pun terlihat jelas.Bos Willy meraih dagu Reina dan berkata, "Sayang banget wajah secantik ini jadi rusak?""Kupikir dia wanita yang sempurna, nggak kusangka!" Bos Willy jelas sedikit tidak puas dan meludah, "Kalau tahu dari awal, aku nggak akan buang waktu begini."Karena Bos Willy punya harta dan kekuasaan, dia sudah menemui banyak artis sehingga punya persyaratan yang sangat tinggi terhadap wanita.Ucapan Bos Willy membuat Reina sangat senang punya bekas luka di wajahnya. Reina berharap Bos Willy tidak menyukainya dan membiarkannya pergi.Namun, ternyata itu harapan kosong Reina semata."Tapi, tubuhnya sih oke." Bos Willy mengulurkan tangannya ke arah Reina.Sekujur tubuh Reina merinding.Dia tidak boleh jatuh ke tangan orang seperti ini!Dia membuka mulutnya dengan susah payah, menggigit ujung lidahnya dan mulutnya tiba-tiba terasa amis.Karena rasa sa
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba