Lysia ingin sekali rasanya menampar guru itu, sayangnya dia tidak bisa karena guru itu didukung oleh manajer perusahaan.Lysia hanya bisa menelan ludahnya dan menyalahkan segalanya pada Reina yang ada di atas panggung.Bagus! Bagus sekali!"Jadi kamu berani berkomplot melawanku seperti ini di belakangku? Oke! Aku pasti akan membuatmu menyesal!" ucap Lysia dalam hati sambil menggertakkan gigi.Reina belum tahu semua ini, dia juga tidak tahu bahwa demi melampiaskan amarah Reina, guru tari menyuruh Lysia berlatih menari selama beberapa hari dengan sia-sia dan mempermalukan Lysia seperti ini.Di atas panggung, Reina tampak seperti bidadari yang turun ke bumi. Seketika, Reina langsung menarik perhatian banyak bos di antara penonton."Siapa penari utama ini? Dia cantik dan tubuhnya seksi banget.""Dia karyawan perusahaan kami, namanya Reina." Manajer yang menemani para bos itu minum-minum pun langsung menjawab."Oh. Nanti setelah dia selesai menari, undang dia ke sini buat makan ya."Seorang
Saat Reina mendengar hal ini, dia menjawab dengan tenang, "Pak Manajer, apa aku terlihat bercanda? Kalau perusahaan merasa karyawan punya kewajiban untuk menemani klien dan membiarkan klien bertingkah nakal pada karyawan, maka aku nggak mau tinggal di perusahaan seperti ini."Setelah berkata demikian, Reina langsung angkat kaki.Manajer itu membelalak tidak percaya, dia tidak menyangka ternyata Reina orang yang sangat lurus.Ketika Bos Willy melihat Reina pergi, dia bertanya-tanya, "Apa-apaan ini? Dia pergi gitu aja?"Manajer itu langsung tertawa dan berkata, "Dia masih baru di perusahaan ini, dia belum mengerti banyak hal. Biar kucari orang lain saja untuk menemani kalian semua minum-minum ya?"Bos Willy menatap para karyawan wanita lainnya dan tidak ada yang menarik di matanya."Kamu bercanda? Kamu nyari wanita asal buat nemenin kami?"Manajer itu juga merasa malu, tetapi dengan sikap Reina seperti ini, jelas dia tidak akan pernah kembali lagi.Dia menatap Lysia yang terlihat relatif
Keesokan paginya ketika Reina bangun dari sofa, kakinya terasa mendingan.Dia bangun, minum dan mengoleskan obat, lalu mengambil ponselnya. Dia melihat Morgan sudah meneleponnya berkali-kali dan mengirim banyak pesan.Reina langsung menelepon balik Morgan dan langsung diangkat Morgan."Nana, kok kamu baru angkat telepon?" Morgan bertanya dengan sangat panik."Maaf, kemarin aku capek banget, aku nggak dengar kamu telepon."Reina tidak memberi tahu Morgan bahwa kakinya sakit kemarin.Morgan menghela napas lega."Yang penting kamu nggak apa-apa. Aku sudah beli tiket, malam ini aku pulang."Reina buru-buru berkata, "Kamu nggak perlu buru-buru pulang, kerjaan lebih penting."Reina takut akan mengganggu pekerjaan Morgan."Aku tahu pekerjaan itu penting, tapi kamu juga sangat penting." Morgan melanjutkan, "Ya sudah gitu aja, tunggu aku pulang ya malam ini.""Oke."Reina tidak punya pilihan selain setuju dengan patuh.Dia menutup telepon dan melihat kakinya yang terlihat lebih buruk dari dua h
Saat para karyawan lain pulang, Lysia meminta Reina menyiapkan teh untuk klien, sementara dia sendiri datang ke tempat kerja Reina dan menambahkan sesuatu ke gelas air yang diminum Reina.Reina yang tidak waspada pun kembali ke meja, meminum airnya dan bersiap untuk pulang.Lysia menatapnya tidak jauh dari situ dan berkata, "Reina, kamu pulangnya nunggu klien datang ya, takutnya aku masih butuh bantuanmu.""Oke."Bagaimanapun, Reina adalah bawahan Lysia, jadi sulit baginya untuk menolak pengaturan kerja normal seperti itu.Reina duduk kembali dan menunggu.Lysia pergi ke pintu perusahaan untuk menyambut Bos Willy."Bos Willy sudah datang? Silakan masuk," ucap Lysia sambil tersenyum manis.Bos Willy melihat ke belakang Lysia dan bertanya, "Di mana Reina? Katanya sudah diatur?""Gadis itu pemalu, sekarang masih di atas. Nanti aku antarkan Anda ke Reina, aku sudah memesan hotel untukmu, hotel termewah di dekat sini," ucap Lysia.Bos Willy langsung berseri-seri dengan gembira, "Bu Lysia me
Saat Reina menari, dia memakai riasan tebal sehingga bekas lukanya tertutupi dengan sempurna.Sekarang tanpa riasan, bekas luka itu pun terlihat jelas.Bos Willy meraih dagu Reina dan berkata, "Sayang banget wajah secantik ini jadi rusak?""Kupikir dia wanita yang sempurna, nggak kusangka!" Bos Willy jelas sedikit tidak puas dan meludah, "Kalau tahu dari awal, aku nggak akan buang waktu begini."Karena Bos Willy punya harta dan kekuasaan, dia sudah menemui banyak artis sehingga punya persyaratan yang sangat tinggi terhadap wanita.Ucapan Bos Willy membuat Reina sangat senang punya bekas luka di wajahnya. Reina berharap Bos Willy tidak menyukainya dan membiarkannya pergi.Namun, ternyata itu harapan kosong Reina semata."Tapi, tubuhnya sih oke." Bos Willy mengulurkan tangannya ke arah Reina.Sekujur tubuh Reina merinding.Dia tidak boleh jatuh ke tangan orang seperti ini!Dia membuka mulutnya dengan susah payah, menggigit ujung lidahnya dan mulutnya tiba-tiba terasa amis.Karena rasa sa
Reina menggunakan kekuatan terakhirnya untuk melepaskan diri dari tangan Bos Willy dan melemparkan dirinya ke arah Maxime.Pelukan Maxime terasa hangat dan tubuh Maxime mematung.Kekuatan Reina sudah habis, dia hanya bisa bersandar di pelukan Maxime dan entah mengapa merasa sangat nyaman."Apa kalian saling kenal?" Bos Willy menatap pria jangkung dan tampan di depannya. Auranya begitu kuat sehingga dia tidak berani mendekat.Maxime akhirnya tersadar, memeluk Reina dalam dekapannya erat-erat dan setelah memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi, dia melihat ke arah Bos Willy dan berkata, "Masih nggak pergi juga kamu!"Bos Willy takut dengan aura Maxime, jadi dia bergegas pergi.Saat hendak pergi, Bos Willy tersenyum dan berkata, "Salah paham aja kok."Meski tidak tahu siapa pria di depannya, dia tahu nilai kamar presidensial di hotel ini. Bos Willy tahu diri, dia tidak bisa menyinggung mereka yang mampu tinggal di kamar seperti ini.Dia tidak menyangka seorang karyawan biasa seperti Re
"Halo, kamu pacar Reina?" Lysia pura-pura bertanya.Morgan menjadi curiga ketika dia mendengar suara wanita aneh itu, "Kenapa ponsel Nana ada di tanganmu? Siapa kamu?""Oh, aku teman kerja Reina. Ponsel Reina tertinggal di kantor, kebetulan hari ini aku lembur dan kudengar ponselnya bunyi, jadi aku angkat. Namaku Lysia." Setelah itu, Lysia bertanya, "Ada apa?""Nana nggak ada di rumah, apa kamu tahu kemana dia pergi?" Morgan mengerutkan kening.Reina bukan wanita yang suka kelayapan. Walaupun ada urusan pun, Reina pasti akan mengabari dirinya.Morgan samar-samar merasa ada sesuatu yang terjadi pada Reina."Dia nggak pulang? Jangan-jangan pergi kencan sama Bos Willy? Hari ini setelah pulang kerja, dia nemenin klien perusahaan kami, Bos Willy. Menurutku sih ya, mereka berdua itu pacaran."Lysia dengan sengaja bicara secara ambigu, mencoba memfitnah kepolosan Reina, "Dia nggak ngasih tahu kamu? Kupikir sudah. Soalnya dia pergi berduaan aja sama Bos Willy. Pria dan wanita berduaan dan belu
Reina bisa merasa ada yang janggal dengan Morgan di hadapannya ini, tapi dia tidak tahu apa yang salah."Kak Morgan ...."Reina pun berseru, "Kamu kenapa? Kamu sakit?"Setelah itu Reina mengangkat tangannya dan meletakkan punggung tangannya di dahi Maxime.Mata Maxime yang dalam pun bergejolak, tenggorokannya terasa sangat pahit dan sakit.Ketika Reina hendak melepaskan tangannya, Maxime meraih pergelangan tangan Reina."Kamu manggil aku Kak Morgan?"Mata Maxime menjadi semakin merah.Apa yang terjadi selama setahun terakhir ini?Reina terkejut oleh tatapan Maxime dan entah kenapa teringat mimpinya beberapa hari yang lalu.Dalam mimpinya, ada seseorang yang mirip sekali dengan Morgan dan pria itu juga bersikap aneh sama seperti pria di hadapannya ini."Kak Morgan, kamu kenapa?"Maxime meremas tangan Reina erat-erat, "Aku bukan Morgan, aku Maxime!""Kamu? Nggak ingat aku?" Suara Maxime serak.Reina membelalak kaget, "Apa?"Bagaimana mungkin?Bukannya dia Morgan?Kenapa ada dua orang yan
Kalau dia mengakui Diego akan mencelakai Hanna, maka orangtua Hanna pasti melihat Reina dengan buruk dan ujung-ujungnya, Reina ikut terdampak karena kejahatan Diego.Reina mengepalkan tangannya erat-erat dan menjawab."Bibi, Paman, bagaimana kalau kita menunggu sampai Hanna bangun dan langsung tanya sama Hanna." Reina terdiam, "Kalau Diego benar-benar punya niat jahat sama Hanna, terserah kalian mau apakan dia, kalian bisa jeblosin dia ke penjara."Wajah Diego menjadi pucat.Bagaimana bisa Reina berkata seperti itu?Mengirimnya ke penjara?Karena Reina sudah berkata demikian, orangtua Hanna tentu saja tidak bisa berkata apa-apa.Ines berkata, "Ayo, kita tunggu di dalam.""Oke."Namun Adrian berkata, "Saya kembali dulu ya, tadi saya izin sama atasan.""Jangan pergi!" Diego menghentikannya, "Kamu mau pergi setelah menjebakku? Nggak boleh!"Adrian terlihat kesal dan hendak setuju untuk tinggal.Reina berkata, "Jangan mempersulit orang lain. Dia itu kerja di Klub Beautide, kalau dia bersal
Diego tidak akan membiarkan Adrian merusak rencananya.Dia meninju wajah Adrian, lalu langsung masuk ke dalam mobil dan menyalakan mobil.Adrian ingin menghentikannya, tapi sudah terlambat."Krak!" Sesuatu jatuh dari mobil.Adrian berjalan ke depan dan melihat yang rusak adalah ponsel Hanna.Tepat pada saat ini, ibu Hanna menelepon dan Adrian menjawab panggilan tersebut....Di sisi lain, Reina sudah tidur, namun terbangun oleh dering telepon.Reina bangun dan melihat Diego meneleponnya.Kenapa Diego menelepon semalam ini?Reina menerimanya dengan ragu, "Halo.""Nana?"Suara di telepon bukan suara Diego, melainkan suara wanita paruh baya."Siapa kamu?" Reina tidak mengenali suara itu."Aku ibu Hanna," jawab wanita paruh baya itu.Ternyata Ines."Bibi kok meneleponku pakai nomor Diego?" Reina samar-samar merasa ada sesuatu yang buruk telah terjadi.Ines tidak menjawab, tapi berkata dengan agak serius, "Bisa ke Hotel Fourse, kamar 6008 sekarang?""Oke."Reina tahu, ada yang tidak beres.
Saat Adrian pergi untuk menyajikan anggur lagi, dia mendatangi kedua orang itu dan berkata pada Hanna."Nona, sepertinya kamu harus berhenti, kamu sudah mabuk."Diego hendak memarahi Adrian dan menyuruhnya pergi.Tidak disangka, Hanna menatap wajah kekanak-kanakan Adrian, tersenyum dan berkata, "Terima kasih, Adik kecil."Adik?Adrian sekarang masih duduk di bangku SMP dan memang terlihat masih kecil.Adrian ingin berkomentar, tapi Hanna sudah berujar lebih dulu, "Nih, nggak ada kata sandi. Kamu pakai aja buat jajan, jangan beli yang mahal-mahal ya ...."Adrian terkejut saat melihat kartu yang diberikan padanya."Maaf, aku nggak bisa menerimanya, terima kasih."Kini Adrian yakin kalau wanita di hadapannya memang tidak kekurangan uang.Hanna terkejut melihat pemberiannya ditolak. Dia masih ingin berkomentar, tapi Diego menyela duluan."Ini pacarku, ada aku yang jagain. Sudah selesai 'kan antar minumannya? Cepat pergi sana."Diego menatap Adrian dengan dingin.Adrian tidak punya pilihan
Hanna tidak terlatih dalam minum minuman beralkohol, dia tidak bisa minum banyak.Setelah menegak beberapa gelas, Hanna mulai mabuk. Begitu banyak hal melintas di benaknya. Mulai dari orangtua yang mendesaknya menikah, teringat tentang kejadian kemarin di mana dia hampir mendapat masalah karena teman kencan butanya, Jason. Hanna punya segunung keluhan yang ingin dia ungkapkan.Diego, kamu tahu nggak sih? Aku itu capek banget hidup di dunia ini, kenapa orangtua aku maksa aku nikah?" Hanna mulai menggerutu.Melihat Hanna yang rapuh, Diego pun menggenggam tangan Hanna dengan lembut."Orangtua memang suka kayak gitu, kamu nggak usah sedih.""Aku nggak sedih, aku cuma heran aja. Aku bisa hidup sendiri dengan baik kok, aku sama sekali nggak mau menikah. Kalau tujuan mereka mendesakku menikah biar aku punya anak, aku 'kan bisa program bayi tabung." Hanna mulai terisak, "Orangtuaku itu kurang bergaul, memangnya mereka nggak lihat berita ya? Banyak lho wanita yang dibunuh karena para pria itu m
Hanna menatap Diego dengan bingung, "Bukannya aku bilang, aku yang traktir?""Ini pertama kalinya kita makan, mana mungkin aku berani minta wanita yang bayar?" Diego tampak seperti pria istimewa."Tapi ...." Hanna masih ingin mengucapkan sesuatu lagi, tapi Diego menyela, "Lain kali aja. Lain kali kamu traktir aku ya?"Bagi wanita muda seperti Hanna, Diego tahu betul bahwa Hanna tidak akan memanfaatkannya.Benar saja, Hanna mengangguk setuju, "Oke. Lain kali, aku yang bayar.""Ya."Artinya, Diego punya kesempatan lagi untuk bertemu Hanna.Hanna tidak banyak berpikir.Hanna tidak mencurigai Diego sama sekali.Mereka berdua pergi menonton opera bersama.Diego sama sekali tidak tertarik dengan hal semacam ini, tapi dia tidak menunjukkannya, malah dia duduk diam di samping Hanna.Setelah mereka berdua selesai menonton, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.Hanna sudah menganggap Diego sebagai teman dan menceritakan ucapan Hans tadi malam.Sesama pria pasti mengerti pikiran pria. Dieg
Sesampainya di rumah, Diego langsung mengirim pesan ke Hanna."Hanna, kamu suka nonton opera nggak? Temanku memberiku dua tiket opera. Besok kamu ada waktu? Mau nonton bareng aku?"Diego sudah menyelidiki Hanna. Dia berbeda dari wanita lain karena punya hobi menonton opera.Saat Hanna melihat pesan itu, dia teringat tentang kebaikan Reina padanya, juga tentang pengakuan Diego hari ini, jadi dia menjawab, "Oke, sampai jumpa besok."Tidak lama setelah Hanna membalas pesan Diego, sebuah panggilan telepon masuk ke ponselnya.Hans-lah yang menelepon."Hanna.""Hans? Ada apa?" Hanna tidak menyangka Hans akan meneleponnya."Aku mau minta maaf."Hans terdiam sesaat, "Setelah kupikir, ucapanmu hari ini benar, aku sudah menjelaskannya pada istriku."Hanna tercengang."Maksudmu, kamu dan istrimu ...."Hanna tidak berani menyelesaikan kalimatnya.Hans langsung mengaku, "Ya, aku sudah minta cerai. Ke depannya, aku mau menemukan orang yang benar-benar kusuka dan cocok denganku."Hanna tidak tahu har
Diego dan Hanna berjalan menghampirinya.Saat Hanna melihat Reina, dia langsung menyapanya, "Nana."Diego juga menyapanya, "Kakak."Wajah Reina kaku."Ya." Dia mengangguk, lalu bertanya, "Kapan kalian berdua kenal?""Barusan." Hanna berkata pada Reina, "Kalau bukan karena Diego, aku pasti sudah ditipu oleh orang munafik.""Memang ada apa?" Reina tampak bingung.Kebaikan apa yang adiknya lakukan?Hanna memberi tahu Reina tentang Hans yang sudah menyembunyikan status pernikahan."Dia mau kencan buta sama aku, tapi dia nggak bilang kalau sudah menikah atau bahkan belum bercerai, tapi dia mulai mencari pasangan. Dia juga bilang nggak punya perasaan terhadap istrinya. "Reina mendengarkan dalam diam dan melihat sisi baik Diego.Dalam hal ini, Diego melakukan pekerjaannya dengan baik.Namun, Reina ingin memberi tahu Hanna bahwa adik laki-lakinya tidak lebih baik dari laki-lakinya yang munafik itu, yang jelas-jelas seorang bajingan.Saat Diego tidak punya uang, dia tega menjual kakak perempua
Dulu Hans sering memberikannya hadiah, tetapi seiring berjalannya waktu, Hans berhenti memberikannya.Hans bilang karena usia pernikahan yang sudah tua, tidak ada gunanya mereka seperti pasangan muda.Hans juga bilang, istrinya bisa beli apa yang dia butuhkan dan Hans akan membayarnya.Hans juga terkejut dengan pertanyaan istrinya, "Ya ngasih aja, apanya yang kenapa?"Istrinya tertegun lalu memeluk pinggang ramping Hans."Makasih sayang, aku suka banget."Hans menegang, seolah tak terbiasa dipeluk oleh istrinya.Setelah sekian lama, dia menepuk bahu istrinya dan berkata, "Aku mau ngomong sesuatu.""Apa?""Aku mau bercerai."Istri Hans tertegun dan tidak bereaksi dalam waktu lama.Suasana seketika jadi sunyi. Begitu tersadar, istri Hans buru-buru mengembalikan kalung itu, "Hans, aku nggak mau hadiah apa-apa, kamu jangan bercanda."Suaranya bergetar.Keduanya sudah lama menikah, mereka hampir tidak pernah bertengkar apalagi bercerai.Hans tidak berani menatap mata istrinya dan berkata sa
Hans tidak menyangka Hanna akan membantu Diego seperti ini.Citra baik yang awalnya dia buat di depan Hanna kini telah hilang.Karena tidak ada gunanya tinggal di sini lebih lama lagi, Hans pun tersenyum dan berkata, "Nona Hanna bisa saja, aku 'kan cuma nanya. Ah, acara 'kan sudah selesai, aku pergi dulu ya, masih ada urusan."Setelah berkata demikian, Hans buru-buru pergi.Saat mereka keluar, Melisha bertanya."Hans, gimana?""Nggak bagus, sudah hancur," kata Hans.Melisha terkejut, "Siapa? Siapa yang berani merusak urusanmu?""Adik Reina." Hans terdiam, "Sekarang kamu nggak perlu bekerja keras lagi. Hanna sudah tahu aku sudah menikah, bahkan meski aku cerai pun, kayaknya nggak ada kesempatan."Setelah berkata demikian, Hans masuk ke dalam mobil.Melisha mematung di tempat dan menghentakkan kakinya dengan marah."Adik Reina sialan!"Hans sedang duduk di dalam mobil saat ponselnya bergetar. Dia mengangkatnya dan melihat pesan dari istrinya."Hans, malam ini pulang jam berapa?" Di akhir