Saat Reina menari, dia memakai riasan tebal sehingga bekas lukanya tertutupi dengan sempurna.Sekarang tanpa riasan, bekas luka itu pun terlihat jelas.Bos Willy meraih dagu Reina dan berkata, "Sayang banget wajah secantik ini jadi rusak?""Kupikir dia wanita yang sempurna, nggak kusangka!" Bos Willy jelas sedikit tidak puas dan meludah, "Kalau tahu dari awal, aku nggak akan buang waktu begini."Karena Bos Willy punya harta dan kekuasaan, dia sudah menemui banyak artis sehingga punya persyaratan yang sangat tinggi terhadap wanita.Ucapan Bos Willy membuat Reina sangat senang punya bekas luka di wajahnya. Reina berharap Bos Willy tidak menyukainya dan membiarkannya pergi.Namun, ternyata itu harapan kosong Reina semata."Tapi, tubuhnya sih oke." Bos Willy mengulurkan tangannya ke arah Reina.Sekujur tubuh Reina merinding.Dia tidak boleh jatuh ke tangan orang seperti ini!Dia membuka mulutnya dengan susah payah, menggigit ujung lidahnya dan mulutnya tiba-tiba terasa amis.Karena rasa sa
Reina menggunakan kekuatan terakhirnya untuk melepaskan diri dari tangan Bos Willy dan melemparkan dirinya ke arah Maxime.Pelukan Maxime terasa hangat dan tubuh Maxime mematung.Kekuatan Reina sudah habis, dia hanya bisa bersandar di pelukan Maxime dan entah mengapa merasa sangat nyaman."Apa kalian saling kenal?" Bos Willy menatap pria jangkung dan tampan di depannya. Auranya begitu kuat sehingga dia tidak berani mendekat.Maxime akhirnya tersadar, memeluk Reina dalam dekapannya erat-erat dan setelah memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi, dia melihat ke arah Bos Willy dan berkata, "Masih nggak pergi juga kamu!"Bos Willy takut dengan aura Maxime, jadi dia bergegas pergi.Saat hendak pergi, Bos Willy tersenyum dan berkata, "Salah paham aja kok."Meski tidak tahu siapa pria di depannya, dia tahu nilai kamar presidensial di hotel ini. Bos Willy tahu diri, dia tidak bisa menyinggung mereka yang mampu tinggal di kamar seperti ini.Dia tidak menyangka seorang karyawan biasa seperti Re
"Halo, kamu pacar Reina?" Lysia pura-pura bertanya.Morgan menjadi curiga ketika dia mendengar suara wanita aneh itu, "Kenapa ponsel Nana ada di tanganmu? Siapa kamu?""Oh, aku teman kerja Reina. Ponsel Reina tertinggal di kantor, kebetulan hari ini aku lembur dan kudengar ponselnya bunyi, jadi aku angkat. Namaku Lysia." Setelah itu, Lysia bertanya, "Ada apa?""Nana nggak ada di rumah, apa kamu tahu kemana dia pergi?" Morgan mengerutkan kening.Reina bukan wanita yang suka kelayapan. Walaupun ada urusan pun, Reina pasti akan mengabari dirinya.Morgan samar-samar merasa ada sesuatu yang terjadi pada Reina."Dia nggak pulang? Jangan-jangan pergi kencan sama Bos Willy? Hari ini setelah pulang kerja, dia nemenin klien perusahaan kami, Bos Willy. Menurutku sih ya, mereka berdua itu pacaran."Lysia dengan sengaja bicara secara ambigu, mencoba memfitnah kepolosan Reina, "Dia nggak ngasih tahu kamu? Kupikir sudah. Soalnya dia pergi berduaan aja sama Bos Willy. Pria dan wanita berduaan dan belu
Reina bisa merasa ada yang janggal dengan Morgan di hadapannya ini, tapi dia tidak tahu apa yang salah."Kak Morgan ...."Reina pun berseru, "Kamu kenapa? Kamu sakit?"Setelah itu Reina mengangkat tangannya dan meletakkan punggung tangannya di dahi Maxime.Mata Maxime yang dalam pun bergejolak, tenggorokannya terasa sangat pahit dan sakit.Ketika Reina hendak melepaskan tangannya, Maxime meraih pergelangan tangan Reina."Kamu manggil aku Kak Morgan?"Mata Maxime menjadi semakin merah.Apa yang terjadi selama setahun terakhir ini?Reina terkejut oleh tatapan Maxime dan entah kenapa teringat mimpinya beberapa hari yang lalu.Dalam mimpinya, ada seseorang yang mirip sekali dengan Morgan dan pria itu juga bersikap aneh sama seperti pria di hadapannya ini."Kak Morgan, kamu kenapa?"Maxime meremas tangan Reina erat-erat, "Aku bukan Morgan, aku Maxime!""Kamu? Nggak ingat aku?" Suara Maxime serak.Reina membelalak kaget, "Apa?"Bagaimana mungkin?Bukannya dia Morgan?Kenapa ada dua orang yan
Saat Maxime melihat Morgan datang, dia sudah menebak pasti terjadi sesuatu.Sebuah sinar dingin pun melintas di mata Maxime, "Morgan, kamu nggak mau menjelaskan apa-apa padaku?"Morgan tidak menyangka Maxime ada di sini. Jadi Maxime yang bersama Reina tadi malam?Reina berdiri di samping dan menyadari bahwa kedua orang itu saling mengenal.Sekarang Reina merasa kepalanya makin pusing, dia tidak mengerti kenapa ada dua orang yang sama persis dan bahkan saling mengenal?Kenapa Morgan tidak pernah menceritakan hal ini padanya?"Nana, kamu pulang istirahat dulu. Nanti aku susul.""Oke."Maxime langsung berkata, "Dia nggak boleh pergi!"Setelah akhirnya bisa menemukan Reina, mana mungkin Maxime membiarkan Reina pergi dari pengawasannya?Morgan tidak punya pilihan selain berkata, "Kalau gitu kamu istirahat di kamar sebelah dulu.""Oke." Reina pun dibawa ke kamar sebelah untuk beristirahat.Morgan dan Maxime kembali ke kamar bersama.Ekspresi Maxime terlihat sangat jelek, "Jadi selama ini Rei
Ini adalah pertama kalinya Reina tahu bahwa Morgan punya kakak laki-laki.Dia membantu Morgan sambil menatap Maxime, "Pak Maxime, sebagai kakak bukankah seharusnya kamu melindungi saudaramu? Kamu tahu betul Kak Morgan lagi nggak sehat, kenapa masih kamu pukul?" Di depan orang lain, Reina bahkan membentak Maxime tanpa basa-basi.Reina belum pernah melihat seorang kakak yang bersikap begitu keterlaluan.Maxime terdiam, tidak bisa menanggapi omelan Reina. Dia tercekat dan tenggorokannya terasa sakit."Kak Morgan, ayo pergi." Reina berkata dengan lembut pada Morgan."Ya."Maxime memperhatikan kedua orang itu pergi dengan tatapan kosong, bahkan sampai lupa menghentikan mereka.Dia tidak percaya wanita yang dulu selalu mencintainya, kini begitu baik pada pria lain.Ketika Ekki kembali dari mencari informasi tentang Bos Willy, dia melihat Reina pergi dengan seorang pria yang Ekki pikir Maxime.Baru saja dia hendak memanggil saat tiba-tiba dia melihat Bosnya keluar dari kamar."Hah? Ada apa in
Wajah hangat Morgan sedikit kaku."Benarkah? Kebetulan banget."Selama ini Morgan selalu menyembunyikan Reina dengan sangat baik. Entah bagaimana semesta bekerja, keduanya bisa bertemu dalam suatu kebetulan.Entah ini keberuntungan Maxime atau kesialan Morgan."Intinya, kamu jangan sampai tertipu dia. Terus, harusnya kamu ngasih tahu aku kalau kamu dijadikan target penindasan sama teman-temanmu di kantor," ucap Morgan dengan lembut.Reina menunduk, "Aku nggak mau merepotkanmu, aku juga mau mandiri."Reina kembali menatap Morgan, "Aku nggak mau pindah tempat, boleh nggak? Urusan kantor, biar aku tangani sendiri."Reina pasti akan membuat Lysia membayar harganya."Tolonglah ...." Reina mengulurkan tangan dan merangkul lengan Morgan, "Kumohon ... ya?"Morgan tidak berdaya pada Reina yang bersikap manja padanya, tapi dia tetap mempertahankan pendiriannya, "Nggak bisa, aku khawatir."Reina seketika jadi murung dan kesal, "Tapi aku mau kerjaan ini, aku nggak mau pergi.""Sebenarnya kenapa si
Lysia meminum susu dan mengangguk sambil setengah tersenyum."Ckck, beneran nggak kelihatan. Waktu dua hari yang lalu kita makan bareng, dia kelihatan sok suci gitu. Nggak nyangka ternyata di belakang, dia sangat busuk.""Jangan ngomong gitu, mungkin sekarang dia sudah jadi Nyonya Bos Willy lho. Kita nggak boleh menyinggung perasaannya lagi," sindir Lysia."Cih, orang kayak dia pantas jadi istri Bos besar? Begitu banyak wanita cantik di dunia ini, toh mereka semua akhirnya cuma jadi selingkuhan? Buat apa takut? Hmph!" dengus salah seorang rekan kerja Reina.Lysia mengangkat alisnya.Saat ini, seseorang bertanya, "Kok ada mobil bentley edisi terbatas datang? Apa kita kedatangan klien penting lagi?"Begitu orang itu selesai berkomentar, semua orang melihat Reina turun dari Bentley.Lysia agak terkejut.Namun dia langsung menyadari, "Lihat, 'kan? Itu pasti mobil Pak Willy.""Lysia, kamu benar-benar luar biasa. Kamu benar-benar nggak salah menilai orang. Reina ini picik banget."Setelah Re
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba