Saat Maxime melihat Morgan datang, dia sudah menebak pasti terjadi sesuatu.Sebuah sinar dingin pun melintas di mata Maxime, "Morgan, kamu nggak mau menjelaskan apa-apa padaku?"Morgan tidak menyangka Maxime ada di sini. Jadi Maxime yang bersama Reina tadi malam?Reina berdiri di samping dan menyadari bahwa kedua orang itu saling mengenal.Sekarang Reina merasa kepalanya makin pusing, dia tidak mengerti kenapa ada dua orang yang sama persis dan bahkan saling mengenal?Kenapa Morgan tidak pernah menceritakan hal ini padanya?"Nana, kamu pulang istirahat dulu. Nanti aku susul.""Oke."Maxime langsung berkata, "Dia nggak boleh pergi!"Setelah akhirnya bisa menemukan Reina, mana mungkin Maxime membiarkan Reina pergi dari pengawasannya?Morgan tidak punya pilihan selain berkata, "Kalau gitu kamu istirahat di kamar sebelah dulu.""Oke." Reina pun dibawa ke kamar sebelah untuk beristirahat.Morgan dan Maxime kembali ke kamar bersama.Ekspresi Maxime terlihat sangat jelek, "Jadi selama ini Rei
Ini adalah pertama kalinya Reina tahu bahwa Morgan punya kakak laki-laki.Dia membantu Morgan sambil menatap Maxime, "Pak Maxime, sebagai kakak bukankah seharusnya kamu melindungi saudaramu? Kamu tahu betul Kak Morgan lagi nggak sehat, kenapa masih kamu pukul?" Di depan orang lain, Reina bahkan membentak Maxime tanpa basa-basi.Reina belum pernah melihat seorang kakak yang bersikap begitu keterlaluan.Maxime terdiam, tidak bisa menanggapi omelan Reina. Dia tercekat dan tenggorokannya terasa sakit."Kak Morgan, ayo pergi." Reina berkata dengan lembut pada Morgan."Ya."Maxime memperhatikan kedua orang itu pergi dengan tatapan kosong, bahkan sampai lupa menghentikan mereka.Dia tidak percaya wanita yang dulu selalu mencintainya, kini begitu baik pada pria lain.Ketika Ekki kembali dari mencari informasi tentang Bos Willy, dia melihat Reina pergi dengan seorang pria yang Ekki pikir Maxime.Baru saja dia hendak memanggil saat tiba-tiba dia melihat Bosnya keluar dari kamar."Hah? Ada apa in
Wajah hangat Morgan sedikit kaku."Benarkah? Kebetulan banget."Selama ini Morgan selalu menyembunyikan Reina dengan sangat baik. Entah bagaimana semesta bekerja, keduanya bisa bertemu dalam suatu kebetulan.Entah ini keberuntungan Maxime atau kesialan Morgan."Intinya, kamu jangan sampai tertipu dia. Terus, harusnya kamu ngasih tahu aku kalau kamu dijadikan target penindasan sama teman-temanmu di kantor," ucap Morgan dengan lembut.Reina menunduk, "Aku nggak mau merepotkanmu, aku juga mau mandiri."Reina kembali menatap Morgan, "Aku nggak mau pindah tempat, boleh nggak? Urusan kantor, biar aku tangani sendiri."Reina pasti akan membuat Lysia membayar harganya."Tolonglah ...." Reina mengulurkan tangan dan merangkul lengan Morgan, "Kumohon ... ya?"Morgan tidak berdaya pada Reina yang bersikap manja padanya, tapi dia tetap mempertahankan pendiriannya, "Nggak bisa, aku khawatir."Reina seketika jadi murung dan kesal, "Tapi aku mau kerjaan ini, aku nggak mau pergi.""Sebenarnya kenapa si
Lysia meminum susu dan mengangguk sambil setengah tersenyum."Ckck, beneran nggak kelihatan. Waktu dua hari yang lalu kita makan bareng, dia kelihatan sok suci gitu. Nggak nyangka ternyata di belakang, dia sangat busuk.""Jangan ngomong gitu, mungkin sekarang dia sudah jadi Nyonya Bos Willy lho. Kita nggak boleh menyinggung perasaannya lagi," sindir Lysia."Cih, orang kayak dia pantas jadi istri Bos besar? Begitu banyak wanita cantik di dunia ini, toh mereka semua akhirnya cuma jadi selingkuhan? Buat apa takut? Hmph!" dengus salah seorang rekan kerja Reina.Lysia mengangkat alisnya.Saat ini, seseorang bertanya, "Kok ada mobil bentley edisi terbatas datang? Apa kita kedatangan klien penting lagi?"Begitu orang itu selesai berkomentar, semua orang melihat Reina turun dari Bentley.Lysia agak terkejut.Namun dia langsung menyadari, "Lihat, 'kan? Itu pasti mobil Pak Willy.""Lysia, kamu benar-benar luar biasa. Kamu benar-benar nggak salah menilai orang. Reina ini picik banget."Setelah Re
Reina menyimpan gelas airnya, lalu pergi ke ruang keamanan untuk mendapatkan rekaman kamera pengawas.Dia menyuap penjaga keamanan sejumlah besar uang untuk mendapatkan rekaman kejadian kemarin setelah pulang kerja. Terlihat di video itu, Lysia memang menambahkan sesuatu ke dalam gelas airnya.Oke bagus, sekarang bukti sudah dia pegang.Namun untuk amannya, Reina berpura-pura pergi ke toilet dan sebenarnya dia pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan informasi obat apa yang dimasukkan di dalam gelasnya.Reina menghabiskan banyak waktu bolak-balik. Bagi orang luar yang tidak tahu, mengira dia mangkir dari pekerjaan."Dengan mengandalkan dukungan Bos besar, dia berlagak semaunya, bahkan terang-terangan bolos kerja. Mempekerjakan Reina ini suatu pemborosan."Reina tidak peduli dengan ucapan orang-orang ini.Di sisi lain, Lysia duduk sambil mendengarkan semua gunjingan dan tidak berani berkomentar.Lysia dengar dari James, Bosnya, Bos Willy akan datang lagi nanti dan berpesan akan menemuinya
Lysia terkejut.Tidak jauh dari situ, terlihat Bos Willy ditabrak truk besar. Kemungkinannya kalau tidak mati, dia pasti cacat.Lysia gemetar ketakutan.Segera, area kejadian pun dikerumuni orang banyak.Ketika Lysia sadar dari rasa terkejut, dia berpikir kerja sama perusahaan pasti tidak akan batal karena terjadi sesuatu pada Bos Willy.Dia kembali ke atas dengan hati khawatir."Lysia, ada apa?" Semua orang bertanya padanya satu demi satu.Semua orang menatapnya seolah-olah sedang menonton drama, mengira Lysia akan dipecat dari perusahaan.Masih adakah persahabatan sesungguhnya di perusahaan ini? Setiap orang adalah pesaing. Jika Lysia dipecat, perusahaan harus mencari sekretaris Bos yang baru.Lysia menjadi pucat dan bicara perlahan, "Tadi waktu Bos Willy keluar gedung, dia ditabrak truk besar.""Hah?"Semua orang terkejut.Reina juga tidak percaya. Orang yang tadi baik-baik saja mendapat musibah yang tidak terduga.Tidak lama kemudian, terdengar suara ambulans di bawah.Banyak karya
"Apa-apaan kalian? Lysia, kenapa kamu mukulin orang?" tegur James.Lysia mengadu lebih dulu, "Bos, Reina yang mulai duluan, aku cuma membela diri."James hanya bisa mengernyitnya."Masih nggak mau berhenti berkelahi?"Lysia terpaksa melepaskan Reina dan mengancam dengan suara yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, "Kamu beruntung hari ini. Tunggu pembalasanku. Selama kamu masih bertahan di sini, aku akan kasih pelajaran."Reina merapikan pakaiannya, lalu duduk kembali.Ketika hasil pemeriksaan dari rumah sakit keluar, mungkin Lysia yang akan terdepak dari kantor ini duluan!Wajah dan tangan Reina yang baru saja berkelahi dengan dua wanita pun terluka.Reina menunduk, menyembunyikan perihnya luka itu dari tatapan Bosnya dan Maxime.Ketika Lysia melihat Maxime yang tinggi, tegap dan tampan, dia pun berjalan mendekat, "Bos, siapa ini?"Sebelum James sempat menjawab, Maxime yang mengabaikan Lysia langsung berjalan menghampiri Reina.Begitu dia melihat bekas luka di wajah dan tangan R
"Ambil gajimu, lalu pergi dari sini!" kata James dengan tegas."Ya."Dia menyesal, dia tidak menyangka akan kehilangan pekerjaannya begitu saja.Lysia masih mematung di tempat, wajahnya pucat dan dia mau berdalih, "Bos, dia benar-benar yang mulai duluan."James menjadi semakin marah."Kamu masih berani tinggal di sini? Minta maaf pada Nyonya Reina atau aku akan bertindak lebih jauh lagi."Mata Lysia memerah, dia tahu dia tidak boleh menyinggung perasaan Bosnya.Namun, dia tidak sudi minta maaf pada Reina begitu saja.Reina benar-benar tidak menyangka Maxime punya hak untuk bicara. Hanya dengan satu kata, Maxime bisa membuat Bosnya membelanya.Lysia menatap Reina, "Maaf Nyonya Reina, ini semua salahku, aku harap kamu memaafkan aku dan nggak memperpanjang masalah ini lagi."Reina bahkan tidak melirik Lysia. Dia mengangkat ponselnya yang bergetar, pihak rumah sakit sudah mengirimkan laporan tes.Benar saja, masih ada sisa obat di gelas air tersebut dan kini semuanya sudah jelas."Kalau de
Reina tahu betul seperti apa sikap orang penghisap darah seperti nenek Diego. Begitu dikasih sekali, pasti akan minta lagi lain kali.Joanna juga tahu, tapi dia tidak bisa apa-apa."Iya tapi kalau nggak dia malah bikin ribut di sini.""Kalau begitu panggil polisi."Joanna membelalak tidak percaya.Nenek Diego bahkan lebih terkejut, "Kurang ajar! Apa katamu? Aku ini nenekmu.""Treya dan aku nggak punya hubungan darah. Kamu bukan nenekku dan kamu nggak pernah sayang sama aku."Nenek Diego sangat marah dan menuding Reina, dia sangat marah sampai tidak bisa bicara.Reina juga tidak memberinya muka."Ucapanmu barusan sudah kurekam. Jadi kalau kamu mau memeras kami 100 miliar, kamu tunggu saja akan mendekam di penjara!" ucap Reina sambil mengangkat ponselnya.Nenek Diego tidak menyangka Reina akan merekam ucapannya barusan, "Dasar kurang ajar! Percuma putriku membesarkanmu, kamu malah berdiri di pihak orang lain!""Justru kamu yang orang luar, dia ini ibu mertuaku. Aku sudah menghargai Treya
"Kamu tertohok ya sama kata-kataku?" Melihat Joanna kesal, nenek Diego malah makin menyerang."Semua orang juga tahu suamimu nggak pernah pulang, bisa jadi dia punya banyak anak haram di luar!"Joanna terdidik dengan baik sejak kecil. Dia mengepalkan tangannya erat-erat dan berusaha untuk tidak membalas ucapan nenek Diego.Reina langsung melangkah maju ke hadapan nenek Diego."Kamu bilang Diego menghabiskan banyak uang untuk putri Keluarga Sunandar? Siapa? Mana buktinya?"Nenek Diego terdiam.Sebelum dia sempat berpikir, Reina melanjutkan, "Kalau nggak bisa ngasih bukti, aku bisa menuntutmu karena sudah memfitnah."Nenek Diego tersadar."Dasar gadis sialan! Hanna nama gadis itu! Dia dari Keluarga Sunandar, 'kan?""Mengenai bukti, wanita zaman sekarang itu pintar. Bisa aja mereka habiskan uang tanpa bukti." Nenek Diego menarik pakaian Reina, " Cepat minta ibu mertuamu balikin uangnya ke aku, atau aku akan sebarkan berita ini ke awak media.""Ternyata harta Keluarga Sunandar dari hasil p
Diego benar-benar ketakutan, "Aku ngerti Kak. Kak, bantuin aku supaya Keluarga Sunandar nggak mempermasalahkan hal ini."Dia telah menyinggung dan berutang pada banyak orang. Jika masih menyinggung Keluarga Sunandar yang lain, bukannya sama saja dia mencari mati?Reina tidak menanggapi Diego dan menutup telepon.Setelah menutup telepon, dia bertanya pada Deron."Gimana kabar Diego sekarang?""Kayaknya dia tahu dia nggak bisa menikahi Hanna, jadi dia berencana untuk melarikan diri." Deron mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pada Reina posisi Diego saat ini.Reina memperhatikan dalam diam, "Ikuti diam-diam dan pastikan dia lebih menderita."Sejak masih muda, Diego sangat dimanja sehingga memanfaatkan orang lain sembarangan tanpa rasa bersalah."Oke." Deron mengangguk.Reina mengenal Diego. Jika dia berani melarikan diri, berarti dia masih punya sisa uang.Reina memberi tahu buah pemikirannya pada Deron.Deron tahu apa yang harus dilakukan.Setelah Deron pergi, Reina bersandar di kursi
Setelah Hanna menolak, dia menambahkan, "Diego, sebaiknya kita nggak sering ketemu. Aku nggak berniat punya teman laki-laki, lagian nggak seharusnya pria dan wanita yang cuma teman begitu intim."Hanna tidak memberi Diego kesempatan menyahut."Jangan meneleponku lagi, aku akan memblokir nomor teleponmu."Hanna menutup telepon dan memblokir nomor Diego.Diego benar-benar panik.Dia menelepon Hanna lagi, tetapi tidak bisa tersambung ...."Kok jadi begini?"Dalam satu malam, Hanna berubah jadi orang yang sama sekali berbeda, padahal kemarin dia masih baik-baik saja.Diego sekarang berada di rumah neneknya. Neneknya mengernyit bingung, "Cucuku sayang, ada apa? Apa gadis itu marah sama kamu?""Dia menolakku." Diego menunduk."Gadis sialan! Kenapa dia menolakmu? Kamu sangat baik dan tampan, mana ada yang bisa menandingi kamu?"Diego sekarang sakit kepala dan kesal saat mendengar omelan neneknya."Nenek, berhentilah ngomel, aku sangat kesal sekarang.""Cucuku sayang, jangan khawatir. Kamu san
Keesokan harinya.Setelah Reina bangun, dia membuat janji dengan Hanna untuk memperjelas semuanya agar dia tidak tertipu lagi.Hanna sudah benar-benar sadar, tapi wajahnya masih pucat.Saat bangun, Hanna menerima pesan dari Diego yang mengkhawatirkannya. Dia ragu-ragu untuk waktu yang lama dan tidak membalasnya.Saat waktu yang disepakati dengan Reina tiba, Hanna keluar menemuinya.Di dalam kedai kopi yang tenang.Mereka berdua sama-sama memesan kopi.Sebelum Reina mulai bicara, Hanna sudah angkat bicara lebih dulu, "Kak, maaf. Orangtuaku meneleponmu larut malam dan mereka salah paham tentang adikmu."Reina tidak menyangka Hanna sepolos ini sampai masih menyalahkan dirinya sendiri atas kesalahan ini."Hanna, kamu kepikir nggak, mungkin ini semua bukan kesalahpahaman?" kata Reina.Hanna tertegun sejenak , lalu tersenyum, "Mana mungkin? Menurutku Diego itu orang baik, lagian dia itu adimu, mana mungkin dia menyakitiku.""Kita harus waspada sama orang lain, siapa pun orangnya. Bahkan kamu
Ines memberi tahu Hanna semua informasi tentang Diego.Awalnya setelah pesta semalam, Ines sangat tertarik dengan Diego. Pertama, karena kakak Diego adalah Reina, lalu mereka tahu bahwa Diego juga anak tunggal, jadi mereka langsung meminta seseorang untuk menyelidikinya.Mereka langsung terkejut begitu tahu semua tentang Diego.Hanna mendengarkan dalam diam dan membelalak tidak percaya.Dia juga berpikir Diego adalah orang yang baik, kenapa faktanya berbanding terbalik begitu drastis?"Diego sudah menghancurkan keluarga besar Andara. Kalau kamu sama dia, bisa-bisa kita yang tersiksa."Hanna spontan tersenyum, "Ibu salah paham. Aku nggak suka sama dia, aku hanya menganggapnya sebagai teman."Ines menghela napas lega."Syukurlah."Hanna mengangguk."Tapi Hans juga nggak sebaik itu." Ines merasa sangat kesal begitu tahu hasil penyelidikannya kemarin, "Dia sudah punya istri, dia juga kakak laki-laki Jason. Meski dia lebih baik dari Jason dari segi karakter moral dan kemampuan, tapi bagaima
Diego langsung berkata pada mereka semua, "Dengar, 'kan? Aku benar-benar nggak bersalah."Reina terdiam.Orangtua Hanna masih curiga.Putri mereka jarang pulang terlambat. Ini adalah pertama kalinya dia pulang telat sejak kembali ke Kota Simaliki, ini juga pertama kalinya Hanna minum sampai mabuk berat. Kalau bukan dari mulut Hanna sendiri, mereka pasti tidak percaya.Hanna melihat Reina dan terkejut, "Kak Reina? Kok kamu juga di sini?"Ines langsung melangkah maju dan berkata, "Ada kesalahpahaman, tapi sudah nggak apa-apa. Hanna, kamu terlalu mabuk, istirahatlah.""Yah, kepalaku sakit. Aku minum terlalu banyak," katanya.Ayah Hanna memanggil Reina dan Diego keluar.Sesampainya di luar, dia dengan tulus minta maaf dan berkata, "Pak Diego, maaf, aku salah paham."Dia minta maaf Reina dan berkata, "Nana, aku minta maaf karena meneleponmu malam-malam."Reina melambaikan tangannya, "Nggak apa-apa, yang penting Hanna nggak apa-apa.""Ya." Ayah Hanna mengangguk, lalu berkata, "Dari dulu dia
Kalau dia mengakui Diego akan mencelakai Hanna, maka orangtua Hanna pasti melihat Reina dengan buruk dan ujung-ujungnya, Reina ikut terdampak karena kejahatan Diego.Reina mengepalkan tangannya erat-erat dan menjawab."Bibi, Paman, bagaimana kalau kita menunggu sampai Hanna bangun dan langsung tanya sama Hanna." Reina terdiam, "Kalau Diego benar-benar punya niat jahat sama Hanna, terserah kalian mau apakan dia, kalian bisa jeblosin dia ke penjara."Wajah Diego menjadi pucat.Bagaimana bisa Reina berkata seperti itu?Mengirimnya ke penjara?Karena Reina sudah berkata demikian, orangtua Hanna tentu saja tidak bisa berkata apa-apa.Ines berkata, "Ayo, kita tunggu di dalam.""Oke."Namun Adrian berkata, "Saya kembali dulu ya, tadi saya izin sama atasan.""Jangan pergi!" Diego menghentikannya, "Kamu mau pergi setelah menjebakku? Nggak boleh!"Adrian terlihat kesal dan hendak setuju untuk tinggal.Reina berkata, "Jangan mempersulit orang lain. Dia itu kerja di Klub Beautide, kalau dia bersal
Diego tidak akan membiarkan Adrian merusak rencananya.Dia meninju wajah Adrian, lalu langsung masuk ke dalam mobil dan menyalakan mobil.Adrian ingin menghentikannya, tapi sudah terlambat."Krak!" Sesuatu jatuh dari mobil.Adrian berjalan ke depan dan melihat yang rusak adalah ponsel Hanna.Tepat pada saat ini, ibu Hanna menelepon dan Adrian menjawab panggilan tersebut....Di sisi lain, Reina sudah tidur, namun terbangun oleh dering telepon.Reina bangun dan melihat Diego meneleponnya.Kenapa Diego menelepon semalam ini?Reina menerimanya dengan ragu, "Halo.""Nana?"Suara di telepon bukan suara Diego, melainkan suara wanita paruh baya."Siapa kamu?" Reina tidak mengenali suara itu."Aku ibu Hanna," jawab wanita paruh baya itu.Ternyata Ines."Bibi kok meneleponku pakai nomor Diego?" Reina samar-samar merasa ada sesuatu yang buruk telah terjadi.Ines tidak menjawab, tapi berkata dengan agak serius, "Bisa ke Hotel Fourse, kamar 6008 sekarang?""Oke."Reina tahu, ada yang tidak beres.