Reina menggunakan kekuatan terakhirnya untuk melepaskan diri dari tangan Bos Willy dan melemparkan dirinya ke arah Maxime.Pelukan Maxime terasa hangat dan tubuh Maxime mematung.Kekuatan Reina sudah habis, dia hanya bisa bersandar di pelukan Maxime dan entah mengapa merasa sangat nyaman."Apa kalian saling kenal?" Bos Willy menatap pria jangkung dan tampan di depannya. Auranya begitu kuat sehingga dia tidak berani mendekat.Maxime akhirnya tersadar, memeluk Reina dalam dekapannya erat-erat dan setelah memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi, dia melihat ke arah Bos Willy dan berkata, "Masih nggak pergi juga kamu!"Bos Willy takut dengan aura Maxime, jadi dia bergegas pergi.Saat hendak pergi, Bos Willy tersenyum dan berkata, "Salah paham aja kok."Meski tidak tahu siapa pria di depannya, dia tahu nilai kamar presidensial di hotel ini. Bos Willy tahu diri, dia tidak bisa menyinggung mereka yang mampu tinggal di kamar seperti ini.Dia tidak menyangka seorang karyawan biasa seperti Re
"Halo, kamu pacar Reina?" Lysia pura-pura bertanya.Morgan menjadi curiga ketika dia mendengar suara wanita aneh itu, "Kenapa ponsel Nana ada di tanganmu? Siapa kamu?""Oh, aku teman kerja Reina. Ponsel Reina tertinggal di kantor, kebetulan hari ini aku lembur dan kudengar ponselnya bunyi, jadi aku angkat. Namaku Lysia." Setelah itu, Lysia bertanya, "Ada apa?""Nana nggak ada di rumah, apa kamu tahu kemana dia pergi?" Morgan mengerutkan kening.Reina bukan wanita yang suka kelayapan. Walaupun ada urusan pun, Reina pasti akan mengabari dirinya.Morgan samar-samar merasa ada sesuatu yang terjadi pada Reina."Dia nggak pulang? Jangan-jangan pergi kencan sama Bos Willy? Hari ini setelah pulang kerja, dia nemenin klien perusahaan kami, Bos Willy. Menurutku sih ya, mereka berdua itu pacaran."Lysia dengan sengaja bicara secara ambigu, mencoba memfitnah kepolosan Reina, "Dia nggak ngasih tahu kamu? Kupikir sudah. Soalnya dia pergi berduaan aja sama Bos Willy. Pria dan wanita berduaan dan belu
Reina bisa merasa ada yang janggal dengan Morgan di hadapannya ini, tapi dia tidak tahu apa yang salah."Kak Morgan ...."Reina pun berseru, "Kamu kenapa? Kamu sakit?"Setelah itu Reina mengangkat tangannya dan meletakkan punggung tangannya di dahi Maxime.Mata Maxime yang dalam pun bergejolak, tenggorokannya terasa sangat pahit dan sakit.Ketika Reina hendak melepaskan tangannya, Maxime meraih pergelangan tangan Reina."Kamu manggil aku Kak Morgan?"Mata Maxime menjadi semakin merah.Apa yang terjadi selama setahun terakhir ini?Reina terkejut oleh tatapan Maxime dan entah kenapa teringat mimpinya beberapa hari yang lalu.Dalam mimpinya, ada seseorang yang mirip sekali dengan Morgan dan pria itu juga bersikap aneh sama seperti pria di hadapannya ini."Kak Morgan, kamu kenapa?"Maxime meremas tangan Reina erat-erat, "Aku bukan Morgan, aku Maxime!""Kamu? Nggak ingat aku?" Suara Maxime serak.Reina membelalak kaget, "Apa?"Bagaimana mungkin?Bukannya dia Morgan?Kenapa ada dua orang yan
Saat Maxime melihat Morgan datang, dia sudah menebak pasti terjadi sesuatu.Sebuah sinar dingin pun melintas di mata Maxime, "Morgan, kamu nggak mau menjelaskan apa-apa padaku?"Morgan tidak menyangka Maxime ada di sini. Jadi Maxime yang bersama Reina tadi malam?Reina berdiri di samping dan menyadari bahwa kedua orang itu saling mengenal.Sekarang Reina merasa kepalanya makin pusing, dia tidak mengerti kenapa ada dua orang yang sama persis dan bahkan saling mengenal?Kenapa Morgan tidak pernah menceritakan hal ini padanya?"Nana, kamu pulang istirahat dulu. Nanti aku susul.""Oke."Maxime langsung berkata, "Dia nggak boleh pergi!"Setelah akhirnya bisa menemukan Reina, mana mungkin Maxime membiarkan Reina pergi dari pengawasannya?Morgan tidak punya pilihan selain berkata, "Kalau gitu kamu istirahat di kamar sebelah dulu.""Oke." Reina pun dibawa ke kamar sebelah untuk beristirahat.Morgan dan Maxime kembali ke kamar bersama.Ekspresi Maxime terlihat sangat jelek, "Jadi selama ini Rei
Ini adalah pertama kalinya Reina tahu bahwa Morgan punya kakak laki-laki.Dia membantu Morgan sambil menatap Maxime, "Pak Maxime, sebagai kakak bukankah seharusnya kamu melindungi saudaramu? Kamu tahu betul Kak Morgan lagi nggak sehat, kenapa masih kamu pukul?" Di depan orang lain, Reina bahkan membentak Maxime tanpa basa-basi.Reina belum pernah melihat seorang kakak yang bersikap begitu keterlaluan.Maxime terdiam, tidak bisa menanggapi omelan Reina. Dia tercekat dan tenggorokannya terasa sakit."Kak Morgan, ayo pergi." Reina berkata dengan lembut pada Morgan."Ya."Maxime memperhatikan kedua orang itu pergi dengan tatapan kosong, bahkan sampai lupa menghentikan mereka.Dia tidak percaya wanita yang dulu selalu mencintainya, kini begitu baik pada pria lain.Ketika Ekki kembali dari mencari informasi tentang Bos Willy, dia melihat Reina pergi dengan seorang pria yang Ekki pikir Maxime.Baru saja dia hendak memanggil saat tiba-tiba dia melihat Bosnya keluar dari kamar."Hah? Ada apa in
Wajah hangat Morgan sedikit kaku."Benarkah? Kebetulan banget."Selama ini Morgan selalu menyembunyikan Reina dengan sangat baik. Entah bagaimana semesta bekerja, keduanya bisa bertemu dalam suatu kebetulan.Entah ini keberuntungan Maxime atau kesialan Morgan."Intinya, kamu jangan sampai tertipu dia. Terus, harusnya kamu ngasih tahu aku kalau kamu dijadikan target penindasan sama teman-temanmu di kantor," ucap Morgan dengan lembut.Reina menunduk, "Aku nggak mau merepotkanmu, aku juga mau mandiri."Reina kembali menatap Morgan, "Aku nggak mau pindah tempat, boleh nggak? Urusan kantor, biar aku tangani sendiri."Reina pasti akan membuat Lysia membayar harganya."Tolonglah ...." Reina mengulurkan tangan dan merangkul lengan Morgan, "Kumohon ... ya?"Morgan tidak berdaya pada Reina yang bersikap manja padanya, tapi dia tetap mempertahankan pendiriannya, "Nggak bisa, aku khawatir."Reina seketika jadi murung dan kesal, "Tapi aku mau kerjaan ini, aku nggak mau pergi.""Sebenarnya kenapa si
Lysia meminum susu dan mengangguk sambil setengah tersenyum."Ckck, beneran nggak kelihatan. Waktu dua hari yang lalu kita makan bareng, dia kelihatan sok suci gitu. Nggak nyangka ternyata di belakang, dia sangat busuk.""Jangan ngomong gitu, mungkin sekarang dia sudah jadi Nyonya Bos Willy lho. Kita nggak boleh menyinggung perasaannya lagi," sindir Lysia."Cih, orang kayak dia pantas jadi istri Bos besar? Begitu banyak wanita cantik di dunia ini, toh mereka semua akhirnya cuma jadi selingkuhan? Buat apa takut? Hmph!" dengus salah seorang rekan kerja Reina.Lysia mengangkat alisnya.Saat ini, seseorang bertanya, "Kok ada mobil bentley edisi terbatas datang? Apa kita kedatangan klien penting lagi?"Begitu orang itu selesai berkomentar, semua orang melihat Reina turun dari Bentley.Lysia agak terkejut.Namun dia langsung menyadari, "Lihat, 'kan? Itu pasti mobil Pak Willy.""Lysia, kamu benar-benar luar biasa. Kamu benar-benar nggak salah menilai orang. Reina ini picik banget."Setelah Re
Reina menyimpan gelas airnya, lalu pergi ke ruang keamanan untuk mendapatkan rekaman kamera pengawas.Dia menyuap penjaga keamanan sejumlah besar uang untuk mendapatkan rekaman kejadian kemarin setelah pulang kerja. Terlihat di video itu, Lysia memang menambahkan sesuatu ke dalam gelas airnya.Oke bagus, sekarang bukti sudah dia pegang.Namun untuk amannya, Reina berpura-pura pergi ke toilet dan sebenarnya dia pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan informasi obat apa yang dimasukkan di dalam gelasnya.Reina menghabiskan banyak waktu bolak-balik. Bagi orang luar yang tidak tahu, mengira dia mangkir dari pekerjaan."Dengan mengandalkan dukungan Bos besar, dia berlagak semaunya, bahkan terang-terangan bolos kerja. Mempekerjakan Reina ini suatu pemborosan."Reina tidak peduli dengan ucapan orang-orang ini.Di sisi lain, Lysia duduk sambil mendengarkan semua gunjingan dan tidak berani berkomentar.Lysia dengar dari James, Bosnya, Bos Willy akan datang lagi nanti dan berpesan akan menemuinya
"Bagaimana ini bisa terjadi? Ini pasti palu, ini palsu!" Tommy bergumam sendiri.Dia tidak percaya ibunya akan pergi dengan pria lain.Melisha sangat mencintainya, bagaimana mungkin dia meninggalkannya begitu saja?Melihat ketidakpercayaannya, murid-murid yang lain berkata, "Kalau kamu nggak percaya, tanya saja sama kakek dan ayahmu."Tommy segera menelepon Aarav."Kakek, mereka bilang Mama kabur sama pria lain dan nggak menginginkanku lagi."Mendengar cucunya menanyakan hal ini, Aarav tidak menyembunyikannya darinya."Tommy,, mulai sekarang kamu cuma punya Kakek dan Papa. Nggak usah pedulikan Mama mu. Papa sama Kakek bakal jaga kamu dengan baik."Tommy masih kecil, tetapi dia tidak bodoh.Apa yang tidak bisa dia pahami sekarang? Ternyata ibunya benar-benar tidak menginginkannya lagi.Jelas-jelas kemarin lusa ibunya sudah siap untuk membawanya pergi, kenapa sekarang berubah pikiran?Tommy benar-benar tidak ingin pergi ke sekolah lagi dan bergegas keluar dari dalam kelas.Namun, dia mem
Klinton memeluk Melisha dari belakang.Melisha menghela napas. "Kita melarikan diri ke sini berdua, tapi anakku sendirian di Kota Simaliki."Kata siapa dia sendirian? Kakek sama ayahnya ada di Kota Simaliki, jadi nggak usah khawatir. " Klinton berusaha menenangkannya.Melisha tidak bisa menahan diri dan meninjunya di dada."Itu bukan anakmu, jadi kamu nggak perlu merasa khawatir."Mendengar ini, Klinton kembali memeluknya."Begini saja, lahirkan anak juga untukku."Dia menggendong Melisha menuju tempat tidur.Melisha memukulnya dengan malu-malu. "Aku nggak akan kasih kamu anak."Kedua orang itu berbicara dan tertawa, tidak sadar bahwa mereka berdua sedang dipantau.Di sisi lain.Di dalam bar.Rendy terus menenggak minuman di tangannya.Teman-teman di sekelilingnya menasihatinya, "Rendy, nggak perlu marah sama wanita model begitu. Kita punya uang, wanita seperti apa yang nggak bisa kita dapatkan?"Mudah memang bicara begitu, tetapi Rendy masih tidak terima.Sejak dipukuli oleh Maxime, d
Melihat ini, Joanna cukup terhibur, lalu dia bertanya, "Kak, ada apa? Kita keluarga, jadi nggak ada yang perlu disembunyikan, 'kan?"Dia mengatakan apa yang Aarav katakan barusan.Sudut mulut Aarav berkedut pelan, memaksa dirinya untuk tenang."Bukan apa-apa, cuma katanya bawahanku belum menemukan Melisha."Dia sebenarnya telah berbohong.Sekretaris yang baru saja datang memberitahunya bahwa banyak hal penting di dalam perusahaan telah dibawa pergi oleh Melisha, kemudian ada beberapa rahasia perusahaan yang bocor.Tentu saja Joanna tidak akan mempercayai perkataannya, tetapi dia tetap berkata, "Kenapa bisa begitu? Apa mau minta Max buat bantu cari?""Nggak perlu. Max sudah sibuk, jadi lebih baik nggak merepotkannya."Aarav langsung minum air setelah mengatakan itu.Wajahnya sedikit menegang saat menatap Joanna, Reina dan Maxime yang terlihat masih belum ingin pergi."Kalian sudah makan belum? Kalau belum, ada restoran yang bagus di luar. Aku akan minta sekretarisku buat membawakan maka
Wajah Joanna membeku, semua kebahagiaan yang dia rasakan lenyap begitu saja."Huh!" Dia mendengus dingin. "Daniel, urus saja urusanmu sendiri, aku akan melakukan apa yang aku inginkan, kenapa kamu ribut?"Dibantah di depan Reina, wajah Daniel terlihat muram."Kenapa sekarang kamu jadi begini?" Dia pergi dengan tangan di belakang punggungnya.Melihat kepergiannya, Joanna berkata kepada Reina, "Nana, ayo pergi, kita temui om mu itu."Reina tentu saja tidak bisa menolak."Ya."Saat masuk ke dalam mobil dan pergi menemui Aarav, dia mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Maxime.Bukan karena hal lain, tetapi karena pasti akan ada masalah saat mereka sudah sampai di sana nanti.Reina berpikir bahwa dia lebih baik sedikit menjauh.Maxime masih di luar mengurus pekerjaannya. Melihat pesan yang dikirimkan Reina, dia langsung membalasnya tanpa ragu."Ya, aku akan ke sana sekarang."Awalnya Maxime selalu bersama Reina, tetapi hari ini ada kerja sama yang sangat penting yang harus dia
Keesokan harinya.Kediaman Keluarga Sunandar.Teman-teman Joanna datang untuk bermain kartu dengan Joanna. Mereka tidak bisa menahan diri dan mulai bergosip tentang Melisha.Hari ini, Reina kebetulan sedang tidak ada urusan penting, jadi datang membawa anak-anaknya. Dia juga sempat mendengar pembicaraan mereka."Aku nggak percaya kalau Melisha wanita kayak gitu.""Ya, bikin malu Keluarga Madison saja karena punya anak sepertinya.""Joanna, katakan sesuatu. Keluarga kakakmu itu pasti lagi berantakan, ya?"Sudut mulut Joanna terangkat sedikit.Dia mengeluarkan kartunya, lalu menjawab, "Siapa yang tahu? Sekarang, kesibukanku cuma main kartu dan minum teh, nggak terlalu peduli sama apa yang terjadi di luar sana. Kalau kalian nggak bilang, aku malah nggak tahu.""Wah, kita semua harus belajar dari Joanna dan nggak bergosip terus." Ada satu istri kaya yang menyanjung Joanna.Istri yang lain juga mengangguk setuju.Joanna melambaikan tangannya. "Bicara apa kalian ini? Kalian lanjutkan saja pe
Setelah kembali ke rumah, mereka menyadari bahwa Melisha tidak ada di rumah, melainkan sudah melarikan diri.Semua informasi kontak Melisha juga tidak tersedia.Aarav makin jengkel saat mengetahui hal ini."Bagus sekali! Pergilah, berapa pun biayanya, kamu harus membawa orang itu kepadaku.""Baik." Sekretaris itu membungkuk, lalu dengan cepat berjalan keluar dari bangsal.Aarav benar-benar kesal hingga tangannya gemetar.Dia mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Rendy."Halo, Ayah, ada apa? Kenapa nelepon selarut ini? Aku sudah tidur."Aarav makin geram ketika mendengar suara malas anaknya."Kamu masih sempat tidur? Istrimu kabur sama pria itu!" Aarav mengucapkannya dengan kesal.Rendy tidak bisa mempercayai apa yang dia dengar."Apa Ayah bercanda? Barusan aku sudah telepon, katanya dia lagi ada urusan.""Dasar bodoh! Kamu nggak lihat berita? Yang ada di berita itu benar! Mereka sudah bersama setidaknya hampir empat tahun!" maki Aarav lagi.Rasa kantuk Rendy benar-benar menghilang
Aarav menelepon lagi dan tidak lama kemudian, seorang pengasuh datang, membawa Tommy ke tempat lain untuk bermain.Begitu Tommy pergi, wajah penuh kasih sayang Aarav langsung berubah menjadi dingin."Pasti Melisha melakukan sesuatu yang nggak benar."Sebelumnya, ketika dia melihat foto yang tersebar di berita, dia sebenarnya tidak terlalu percaya. Namun, sekarang dia percaya."Kirim seseorang untuk memeriksa Melisha dan pria itu!" Aarav menunjuk ke foto pria yang ada di ponsel dan memberikan perintah kepada sekretarisnya yang baru masuk.Sekretaris itu mengangguk mengerti. "Baik, harusnya nggak butuh waktu lama."Aarav mengangguk."Pastikan kamu mengawasi perusahaan kita, jangan menyerahkan semuanya padanya.""Baik." Sekretaris itu mengangguk lagi.Aarav memerintahkan sesuatu yang lain, sebelum memejamkan mata dan beristirahat.Di sisi lain, hari ini Melisha sangat kesal. Dia tidak berani pulang dan mencari hotel yang tidak terlalu ramai, lalu menelepon pria simpanannya."Apa yang haru
Tommy benar-benar tidak bisa berkata-kata.Dia berpikir bahwa mereka tidak akan mengabaikannya selamanya. Selama dia memberi mereka sesuatu, mereka akan menjadi pengikutnya lagi.Namun, hal itu memang menyenangkan untuk dibayangkan, tetapi kenyataan tidak seperti itu.Tommy sekali lagi menyuruh orangnya membeli barang untuk menyenangkan mereka, tetapi mereka mengabaikannya."Nggak usah repot-repot, kami nggak bisa disogok sama beginian."Selama beberapa waktu ini, semua anak menyadari orang seperti apa Tommy. Dia hanya akan menindas yang lemah.Sepanjang hari, tidak ada satu pun anak yang mau diajak bicara olehnya.Tommy bertanya-tanya, apakah dia benar-benar salah?Sebelum kelas terakhir, Tommy dipanggil oleh Rina.Murid-murid lain yang berada di kelas menjadi sedikit bingung."Kenapa dia dipanggil keluar?""Mana aku tahu. Mungkin dia mau dikeluarkan.""Harusnya nggak mungkin. Keluarganya kaya dan berkuasa ...."Semua orang berbicara satu sama lain.Tommy sendiri tidak tahu apa yang s
Mengapa Melisha harus membawa anak sekecil Tommy ke luar negeri?Barusan, mendengar kata-kata Tommy, sepertinya Tuan Aarav dan Tuan Rendy tidak mengetahui berita ini.Sopir itu mengeluarkan ponselnya dan diam-diam mengirim pesan ke Aarav.Melisha tidak tahu bahwa sopir tersebut telah dibayar oleh Aarav sejak bertahun-tahun yang lalu.Setiap kali ada sesuatu yang salah dengan Melisha, sopir akan memberi tahu Aarav dan hal yang sama juga terjadi kali ini."Ayo masuk ke mobil dulu dan kita pulang." Melisha berkompromi dengan putranya.Tommy kemudian masuk ke dalam mobil. "Mama, aku nggak mau pulang. Aku mau ke sekolah dan belajar lagi."Dia sebenarnya masih ingin bermain dengan anak-anak lain.Setelah apa yang barusan terjadi, Melisha hanya bisa menuruti perkataannya dan mengantarnya kembali ke sekolah.Di dalam sekolah.Semua orang mengira Tommy tidak akan kembali.Alfian berkata, "Sekarang Tommy akhirnya mendapatkan ganjaran karena jadi orang jahat. Dia menyebalkan, aku harap dia nggak