Jawaban Jess masih sama, "Aku sungguh nggak tahu siapa yang Anda maksud.""Oke, bagus sekali." Syena langsung bangun dari kursinya dengan wajah angkuh, "Kukasih tahu ya, kalau ternyata kamu terbukti tahu dan menyembunyikannya dariku, kamu akan mati!"Setelah berkata demikian, Syena pun melenggang pergi.Jess masih duduk dan termenung cukup lama. Akhirnya, dia memberitahukan Morgan perihal Syena mencarinya hari ini.Morgan menghela napas lega saat membaca pesan ini.Dia hampir ketahuan oleh Syena."Terima kasih ya Jess, kalau terjadi lagi, tolong beri tauh aku secepatnya."Jess merasa sangat tidak nyaman saat membaca balasan Morgan.Dari jawaban ini, Jess pun tahu kalau Morgan memang punya wanita simpanan.Jess hanya bisa menghela napas, bangkit berdiri dari kursinya dan berjalan keluar.Di luar, entah sejak kapan mulai turun hujan.Jess berjalan di tengah hujan dan terlihat sangat kesepian.Beberapa hari yang lalu, ibunya meneleponnya dan memintanya pulang untuk kencan buta."Kamu ini
Reina mengangguk, "Oke, kamu atur aja kerjaanku."Begitu melihat sosok Lysia, Reina sudah tahu pekerjaannya kali ini tidak akan semulus itu.Namun di dunia ini tidak ada yang mudah, Reina bertekad akan bekerja keras untuk mempertahankan pekerjaannya.Dengan punya pekerjaan, dia tidak harus bergantung pada Morgan setiap hari, dia bisa lebih banyak berinteraksi dengan orang-orang dan tidak harus tinggal di rumah tanpa melakukan apa pun setiap hari.Melihat Reina berkata demikian, Lysia dengan percaya diri mengarahkan Reina untuk melakukan berbagai hal.Yang Lysia maksud sebagai pekerjaan sebenarnya hanya melakukan pekerjaan serabutan, seperti menuangkan air atau mencetak dokumen untuk karyawan lain.Lysia juga memberi tahu rekan-rekannya yang lain secara pribadi, "Mulai sekarang kalau kalian terlalu sibuk, kasih aja kerjaan kalian ke Reina."Para rekan kerja Lysia pun dengan sangat bahagia menerima perintah ini, artinya mereka bisa makan gaji buta.Mereka semua menyerahkan pekerjaannya p
Reina menjawab jujur, "Dulu aku pernah belajar waktu di sekolah.""Pantas saja kamu punya dasar yang bagus, aku benar-benar menemukan harta karun," kata guru tari dengan wajah bahagia.Sebelumnya, guru tari ini sudah mengatur para karyawan untuk latihan menari sehingga bisa menyambut para bos dengan tarian.Namun, seluruh anggota tubuh karyawan kaku dan latihan tarinya sangat berat.Setelah selesai latihan tari, Reina kembali ke lantai atas dan bersiap pulang kerja.Namun, sesampainya di kantor di lantai atas, semua mata rekan-rekannya tertuju padanya.Tatapan mereka itu terlihat ada yang menunggu Reina dipermalukan, ada yang terlihat berniat jahat, ada pula yang berempati pada Reina ....Reina mengernyit bingung. Dia berjalan menghampiri tempat kerjanya. Namun sebelum dia bisa duduk, Lysia keluar dari kantor bosnya."Reina, bukannya kamu bilang pekerjaanmu sudah selesai? Buka lacimu dan kasih aku dokumennya. Aku mau tunjukkin ke bos."Tanpa ragu, Reina pun mengeluarkan kunci dan membu
Para karyawan di perusahaan tidak menyangka Reina akan berani mengesampingkan pekerjaan yang mereka berikan dan mengadu pada bos.Setelah mendengar ucapan Reina, bos itu pun kembali membaca dokumen tersebut.Memang benar, hasil kerja Reina melampaui hasil kerja anak magang.Dia mengangkat matanya dan menatap Lysia, "Lysia, apa-apaan ini? Kenapa kalian ngasih kerjaan kalian ke orang lain?""Kalau memang begitu, ngapain aku gaji kalian? Mending aku gaji satu orang aja.""Atau, kalian akan ngasih gaji kalian ke nona ini?"Wajah Lysia seketika jadi pucat pasi."Bos, tolong dengarkan penjelasanku. Tadi aku ngasih tahu rekan-rekan kalau beban kerja mereka terlalu berat, mereka bisa bagi beban ke Reina."Bos menjadi semakin marah, "Semua tugas perusahaan kita sudah diatur. Nona ini saja bisa menerjemahkan dua dokumen dari pagi sampai siang. Kenapa mereka nggak bisa menyelesaikan beban kerjanya sendiri? Sepertinya aku perlu mengevaluasi ulang kemampuan kalian?"Lysia tidak terima bosnya menyal
Sesampainya di rumah, Reina melihat Morgan mengiriminya pesan dan menanyakan bagaimana kondisi pekerjaannya.Reina menjawab, "Cukup lancar kok."Entah mengapa, jawaban Reina membuat Morgan agak khawatir.Dia takut ingatan Reina akan pulih jika bekerja terlalu lama karena Reina akan banyak berhubungan dengan orang-orang."Oke, pokoknya kalau kamu nggak bahagia atau merasa kerjaannya nggak cocok, keluar aja ya."Reina mengetik, "Oke."Meski Reina menghadapi beberapa kesulitan, dia tidak mau meninggalkan pekerjaannya.Sebaliknya, Reina menganggap hal ini cukup menantang.Lagi pula, dia sudah terlalu lama berdiam diri di rumah. Sudah setahun penuh dia tidak melakukan apa-apa.Kini dengan dapat bersaing dengan orang lain di tempat kerja, Reina merasa otaknya lebih terpakai.Setelah mengobrol sebentar dengan Morgan, dia meletakkan ponselnya dan pergi memasak.Sebenarnya Morgan menyewa seorang pembantu untuk mengurus semua keperluan Reina, tapi Reina tidak nyaman dan karena tidak punya kesibu
Joanna langsung kesal saat mendengar jawaban ini."Ngomong apa kamu? Aku sudah membantumu merawat kedua bayimu, kamu masih nyuruh aku ngurus Riki? Kamu itu ayahnya anak-anak."Tangan Maxime yang sedang mengetik berhenti bergerak, "Kalau begitu tinggalkan dia di sini."Lagi pula, ada pengasuh dan kepala pelayan di rumah, jadi sebenarnya Maxime tidak benar-benar perlu mengurus Riki."Begitu dong, kalau gitu kuserahkan Riki padamu ya, aku pulang."Riki sedang duduk di lantai bawah. Sebenarnya, dia tidak mau pulang.Karena dia akan terlalu menderita jika hidup bersama dengan Maxime. Tanpa Reina dan hanya berduaan saja dengan Maxime, Riki selalu dipaksa Maxime mengerjakan banyak hal sulit."Nenek mau pulang?" Riki pun menatap Joanna yang turun dari lantai atas dengan penuh kerinduan.Dalam hati dia berseru, "Nenek, aku mau pulang sama Nenek!"Sayang sekali Joanna tidak mengerti maksud Riki, "Iya, Nenek pulang ya. Kamu temenin papa di rumah, kasihan dia, rohnya kayak nggak tinggal di tempat.
Ketika Maxime mendengar putranya takut padanya dalam mimpi dan merindukan Reina, hatinya terasa seperti ditusuk jarum.Maxime membaringkan Riki di tempat tidur dan terus bekerja.Karena tidak berhasil menemukan Reina, Maxime tidak berniat melakukan hal lain dan tidak merasa mengantuk.Setiap kali dia berbaring di kasur, dia tidak bisa terlelap.Kenapa sudah lebih dari setahun pencarian Reina masih belum ketemu? Sebenarnya Reina pergi kemana? Apa dia benar-benar mati?Begitu kata 'mati' terlintas di benaknya, Maxime langsung menyangkalnya.Reina tidak boleh mati. Kalau Reina mati, bagaimana nasibnya?Saat subuh, Maxime baru tertidur sebentar dan langsung terbangun karena suara telepon masuk.Maxime mengangkat ponselnya dan melihat telepon tersebut dari Ekki, Maxime pun langsung mengangkatnya."Ada petunjuk tentang Reina?"Ekki menjawab dengan jujur, "Belum.""Terus ada apa?""Apa Anda ingat Tuan James? Dia memintamu pergi ke luar negeri minggu depan, katanya mau diskusi tentang perdagan
Di luar negeri.Sejak Reina memberi pelajaran pada karyawan perusahaan melalui bos mereka terakhir kali, tidak ada lagi yang berani menyerahkan urusan mereka pada Reina.Di sisi lain, Reina jadi dijauhi rekan kerjanya.Semua orang mengucilkannya dan Lysia juga memberinya tugas yang paling sulit."Reina, kamu itu 'kan hebat banget dan pekerja keras ya. Jadi, jangan melapor ke bos dan bilang ini bukan termasuk tugasmu ya," kata Lysia.Jika Reina sama seperti pekerja magang lain, Lysia pasti sudah dari dulu berhasil mendepaknya.Tapi Reina berbeda. Tidak peduli betapa sulitnya tugas yang diatur Lysia, Reina akan menemukan cara untuk menyelesaikannya.Meski rekan sekantor Reina mengucilkannya, waktu latihan menari sore hari, Reina mengenal banyak karyawan dari departemen lain dan Reina bisa punya hubungan yang baik dengan mereka.Lysia tidak mengetahui hal ini, jadi dia menunggu sampai Reina tidak tahan lagi dan mengundurkan diri atas inisiatifnya sendiri.Namun seiring berjalannya waktu,
Kalau dia mengakui Diego akan mencelakai Hanna, maka orangtua Hanna pasti melihat Reina dengan buruk dan ujung-ujungnya, Reina ikut terdampak karena kejahatan Diego.Reina mengepalkan tangannya erat-erat dan menjawab."Bibi, Paman, bagaimana kalau kita menunggu sampai Hanna bangun dan langsung tanya sama Hanna." Reina terdiam, "Kalau Diego benar-benar punya niat jahat sama Hanna, terserah kalian mau apakan dia, kalian bisa jeblosin dia ke penjara."Wajah Diego menjadi pucat.Bagaimana bisa Reina berkata seperti itu?Mengirimnya ke penjara?Karena Reina sudah berkata demikian, orangtua Hanna tentu saja tidak bisa berkata apa-apa.Ines berkata, "Ayo, kita tunggu di dalam.""Oke."Namun Adrian berkata, "Saya kembali dulu ya, tadi saya izin sama atasan.""Jangan pergi!" Diego menghentikannya, "Kamu mau pergi setelah menjebakku? Nggak boleh!"Adrian terlihat kesal dan hendak setuju untuk tinggal.Reina berkata, "Jangan mempersulit orang lain. Dia itu kerja di Klub Beautide, kalau dia bersal
Diego tidak akan membiarkan Adrian merusak rencananya.Dia meninju wajah Adrian, lalu langsung masuk ke dalam mobil dan menyalakan mobil.Adrian ingin menghentikannya, tapi sudah terlambat."Krak!" Sesuatu jatuh dari mobil.Adrian berjalan ke depan dan melihat yang rusak adalah ponsel Hanna.Tepat pada saat ini, ibu Hanna menelepon dan Adrian menjawab panggilan tersebut....Di sisi lain, Reina sudah tidur, namun terbangun oleh dering telepon.Reina bangun dan melihat Diego meneleponnya.Kenapa Diego menelepon semalam ini?Reina menerimanya dengan ragu, "Halo.""Nana?"Suara di telepon bukan suara Diego, melainkan suara wanita paruh baya."Siapa kamu?" Reina tidak mengenali suara itu."Aku ibu Hanna," jawab wanita paruh baya itu.Ternyata Ines."Bibi kok meneleponku pakai nomor Diego?" Reina samar-samar merasa ada sesuatu yang buruk telah terjadi.Ines tidak menjawab, tapi berkata dengan agak serius, "Bisa ke Hotel Fourse, kamar 6008 sekarang?""Oke."Reina tahu, ada yang tidak beres.
Saat Adrian pergi untuk menyajikan anggur lagi, dia mendatangi kedua orang itu dan berkata pada Hanna."Nona, sepertinya kamu harus berhenti, kamu sudah mabuk."Diego hendak memarahi Adrian dan menyuruhnya pergi.Tidak disangka, Hanna menatap wajah kekanak-kanakan Adrian, tersenyum dan berkata, "Terima kasih, Adik kecil."Adik?Adrian sekarang masih duduk di bangku SMP dan memang terlihat masih kecil.Adrian ingin berkomentar, tapi Hanna sudah berujar lebih dulu, "Nih, nggak ada kata sandi. Kamu pakai aja buat jajan, jangan beli yang mahal-mahal ya ...."Adrian terkejut saat melihat kartu yang diberikan padanya."Maaf, aku nggak bisa menerimanya, terima kasih."Kini Adrian yakin kalau wanita di hadapannya memang tidak kekurangan uang.Hanna terkejut melihat pemberiannya ditolak. Dia masih ingin berkomentar, tapi Diego menyela duluan."Ini pacarku, ada aku yang jagain. Sudah selesai 'kan antar minumannya? Cepat pergi sana."Diego menatap Adrian dengan dingin.Adrian tidak punya pilihan
Hanna tidak terlatih dalam minum minuman beralkohol, dia tidak bisa minum banyak.Setelah menegak beberapa gelas, Hanna mulai mabuk. Begitu banyak hal melintas di benaknya. Mulai dari orangtua yang mendesaknya menikah, teringat tentang kejadian kemarin di mana dia hampir mendapat masalah karena teman kencan butanya, Jason. Hanna punya segunung keluhan yang ingin dia ungkapkan.Diego, kamu tahu nggak sih? Aku itu capek banget hidup di dunia ini, kenapa orangtua aku maksa aku nikah?" Hanna mulai menggerutu.Melihat Hanna yang rapuh, Diego pun menggenggam tangan Hanna dengan lembut."Orangtua memang suka kayak gitu, kamu nggak usah sedih.""Aku nggak sedih, aku cuma heran aja. Aku bisa hidup sendiri dengan baik kok, aku sama sekali nggak mau menikah. Kalau tujuan mereka mendesakku menikah biar aku punya anak, aku 'kan bisa program bayi tabung." Hanna mulai terisak, "Orangtuaku itu kurang bergaul, memangnya mereka nggak lihat berita ya? Banyak lho wanita yang dibunuh karena para pria itu m
Hanna menatap Diego dengan bingung, "Bukannya aku bilang, aku yang traktir?""Ini pertama kalinya kita makan, mana mungkin aku berani minta wanita yang bayar?" Diego tampak seperti pria istimewa."Tapi ...." Hanna masih ingin mengucapkan sesuatu lagi, tapi Diego menyela, "Lain kali aja. Lain kali kamu traktir aku ya?"Bagi wanita muda seperti Hanna, Diego tahu betul bahwa Hanna tidak akan memanfaatkannya.Benar saja, Hanna mengangguk setuju, "Oke. Lain kali, aku yang bayar.""Ya."Artinya, Diego punya kesempatan lagi untuk bertemu Hanna.Hanna tidak banyak berpikir.Hanna tidak mencurigai Diego sama sekali.Mereka berdua pergi menonton opera bersama.Diego sama sekali tidak tertarik dengan hal semacam ini, tapi dia tidak menunjukkannya, malah dia duduk diam di samping Hanna.Setelah mereka berdua selesai menonton, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.Hanna sudah menganggap Diego sebagai teman dan menceritakan ucapan Hans tadi malam.Sesama pria pasti mengerti pikiran pria. Dieg
Sesampainya di rumah, Diego langsung mengirim pesan ke Hanna."Hanna, kamu suka nonton opera nggak? Temanku memberiku dua tiket opera. Besok kamu ada waktu? Mau nonton bareng aku?"Diego sudah menyelidiki Hanna. Dia berbeda dari wanita lain karena punya hobi menonton opera.Saat Hanna melihat pesan itu, dia teringat tentang kebaikan Reina padanya, juga tentang pengakuan Diego hari ini, jadi dia menjawab, "Oke, sampai jumpa besok."Tidak lama setelah Hanna membalas pesan Diego, sebuah panggilan telepon masuk ke ponselnya.Hans-lah yang menelepon."Hanna.""Hans? Ada apa?" Hanna tidak menyangka Hans akan meneleponnya."Aku mau minta maaf."Hans terdiam sesaat, "Setelah kupikir, ucapanmu hari ini benar, aku sudah menjelaskannya pada istriku."Hanna tercengang."Maksudmu, kamu dan istrimu ...."Hanna tidak berani menyelesaikan kalimatnya.Hans langsung mengaku, "Ya, aku sudah minta cerai. Ke depannya, aku mau menemukan orang yang benar-benar kusuka dan cocok denganku."Hanna tidak tahu har
Diego dan Hanna berjalan menghampirinya.Saat Hanna melihat Reina, dia langsung menyapanya, "Nana."Diego juga menyapanya, "Kakak."Wajah Reina kaku."Ya." Dia mengangguk, lalu bertanya, "Kapan kalian berdua kenal?""Barusan." Hanna berkata pada Reina, "Kalau bukan karena Diego, aku pasti sudah ditipu oleh orang munafik.""Memang ada apa?" Reina tampak bingung.Kebaikan apa yang adiknya lakukan?Hanna memberi tahu Reina tentang Hans yang sudah menyembunyikan status pernikahan."Dia mau kencan buta sama aku, tapi dia nggak bilang kalau sudah menikah atau bahkan belum bercerai, tapi dia mulai mencari pasangan. Dia juga bilang nggak punya perasaan terhadap istrinya. "Reina mendengarkan dalam diam dan melihat sisi baik Diego.Dalam hal ini, Diego melakukan pekerjaannya dengan baik.Namun, Reina ingin memberi tahu Hanna bahwa adik laki-lakinya tidak lebih baik dari laki-lakinya yang munafik itu, yang jelas-jelas seorang bajingan.Saat Diego tidak punya uang, dia tega menjual kakak perempua
Dulu Hans sering memberikannya hadiah, tetapi seiring berjalannya waktu, Hans berhenti memberikannya.Hans bilang karena usia pernikahan yang sudah tua, tidak ada gunanya mereka seperti pasangan muda.Hans juga bilang, istrinya bisa beli apa yang dia butuhkan dan Hans akan membayarnya.Hans juga terkejut dengan pertanyaan istrinya, "Ya ngasih aja, apanya yang kenapa?"Istrinya tertegun lalu memeluk pinggang ramping Hans."Makasih sayang, aku suka banget."Hans menegang, seolah tak terbiasa dipeluk oleh istrinya.Setelah sekian lama, dia menepuk bahu istrinya dan berkata, "Aku mau ngomong sesuatu.""Apa?""Aku mau bercerai."Istri Hans tertegun dan tidak bereaksi dalam waktu lama.Suasana seketika jadi sunyi. Begitu tersadar, istri Hans buru-buru mengembalikan kalung itu, "Hans, aku nggak mau hadiah apa-apa, kamu jangan bercanda."Suaranya bergetar.Keduanya sudah lama menikah, mereka hampir tidak pernah bertengkar apalagi bercerai.Hans tidak berani menatap mata istrinya dan berkata sa
Hans tidak menyangka Hanna akan membantu Diego seperti ini.Citra baik yang awalnya dia buat di depan Hanna kini telah hilang.Karena tidak ada gunanya tinggal di sini lebih lama lagi, Hans pun tersenyum dan berkata, "Nona Hanna bisa saja, aku 'kan cuma nanya. Ah, acara 'kan sudah selesai, aku pergi dulu ya, masih ada urusan."Setelah berkata demikian, Hans buru-buru pergi.Saat mereka keluar, Melisha bertanya."Hans, gimana?""Nggak bagus, sudah hancur," kata Hans.Melisha terkejut, "Siapa? Siapa yang berani merusak urusanmu?""Adik Reina." Hans terdiam, "Sekarang kamu nggak perlu bekerja keras lagi. Hanna sudah tahu aku sudah menikah, bahkan meski aku cerai pun, kayaknya nggak ada kesempatan."Setelah berkata demikian, Hans masuk ke dalam mobil.Melisha mematung di tempat dan menghentakkan kakinya dengan marah."Adik Reina sialan!"Hans sedang duduk di dalam mobil saat ponselnya bergetar. Dia mengangkatnya dan melihat pesan dari istrinya."Hans, malam ini pulang jam berapa?" Di akhir