Melihat Diego datang untuk urusan ini, Reina mulai mengemasi tasnya dan bersiap untuk pulang."Diego, Morgan 'kan sudah bertunangan sama Syena, jadi wajar dong kalau mereka berdua menikah.""Wajar apanya? Yang Kak Morgan suka dari dulu itu Kak Reina. Kalau sekarang Kakak ngomong sama Kak Morgan, dia pasti bakal langsung membatalkan pernikahannya," ucap Diego.Diego khawatir setelah Morgan menikahi Syena dan punya anak, dia tidak akan membantu Diego lagi.Reina tahu kekhawatiran Diego dan berkata dengan lembut, "Diego, kamu sudah dewasa dan sudah waktunya mengandalkan diri sendiri. Kita nggak bisa terus mengandalkan orang lain selamanya."Diego hanya berdiri diam menatap Reina yang beranjak pergi.Setelah Reina pergi, tatapan Diego terlihat sangat dingin."Cih! Ngapain pura-pura jual mahal? Kalau aku jadi dia, jadi selingkuhan pun aku terima!"Diego pun pergi dari kantor Reina dengan membawa banyak informasi untuk persidangannya.Dia tidak sadar kalau karyawan pengkhianat dari departeme
Di tengah perjalanan dari kantor Grup Sunandar, Diego dicegat beberapa mobil.Saat Diego masih kebingungan, sekelompok orang bergegas keluar dari mobil yang mencegatnya.Akhirnya Diego langsung paham situasi, dia langsung menutup jendela mobil dan menelepon polisi.Dia tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa, dia hanya terpikir Reina yang jaraknya paling dekat dengannya."Kak, tolong aku! Ada yang mau membunuhku!Diego tahu orang yang mencegatnya ini pasti punya kuat.Sebodoh-bodohnya Diego, dia juga tahu siapa yang mau membunuhnya, siapa lagi kalau bukan dari Keluarga Yunandar.Saat Reina menerima telepon Diego, tiba-tiba dia mendengar suara tabrakan mobil dari seberang telepon.Ada juga suara teriakan seorang pria, "Cepat keluar dari mobil! Kalau nggak, kami bunuh kamu!"Diego meringkuk di dalam mobil. Untungnya, mobil yang dibelinya bukan hanya mobil mahal tapi juga mobil yang dilengkapi pengamanan terbaik."Aahh! Kak! Kamu dengar 'kan? Tolong aku! Tolong telepon Kak Morgan!"Di
Setibanya di rumah sakit, Reina membayar semua biaya administrasi, lalu menasihati Diego dan hendak pulang lebih dulu."Kak, terima kasih ya untuk hari ini," kata Diego dengan tulus sebelum didorong ke ruang operasi.Meski selama ini dia sering kali tidak tahu berterima kasih dan tidak tahu diuntung, tadi waktu di ambang kematian, dia masih mengingat Reina.Reina tidak berkata apa-apa dan menatap Diego yang didorong masuk ke ruang operasi.Sejujurnya kalau bukan karena kebaikan Anthony, Reina tidak akan peduli dengan Diego yang sedari kecil sudah sering menindasnya.Setelah meninggalkan rumah sakit, Reina bertanya pada Deron apa Deron sudah tahu siapa yang mengincar nyawa Diego.Deron menjawab, "Syena."Reina terkejut. Bukankah Syena dan Diego adalah saudara sedarah?Kenapa Syena tega berbuat hal sekejam ini pada Diego?"Nona Reina juga harus hati-hati. Kalau Syena berani bertindak terang-terangan seperti ini, bisa jadi targetnya selanjutnya adalah Nona," ucap Deron.Reina mengangguk,
Maxime keluar dari ruang perawatan dan sekarang penglihatannya sudah pulih sepenuhnya."Kak Max, gimana rasanya?" Begitu Ethan melihat Maxime keluar ruangan, dia langsung bertanya.""Jauh lebih baik," jawab Maxime.Jovan dan dokter juga ikut keluar ruangan dan berkata, "Hasil CT scan otak Kak Max bagus, dia sudah benar-benar pulih, harusnya nggak ada gejala sisa.""Syukurlah." Ethan terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Cuma belakangan ini Morgan masih mencari Kak Max. Menurutku sih dia sudah ada petunjuk kalau Kak Max bersembunyi di tempatku, aku juga nggak tahu apa rencananya."Jovan tersenyum sinis, "Sekarang Kak Max sudah sembuh, bisa apa lagi dia?"Karena sebelumnya Maxime buta dan amnesia sebelumnya, Morgan pun mengambil posisi Maxime.Sekarang setelah Maxime sehat kembali, sudah saatnya Morgan mengembalikan apa yang menjadi milik Maxime.Tatapan Maxime menjadi gelap, "Aku akan pergi menemuinya besok.""Kak Max mau pergi ke Grup Rajawali?" Jovan sangat menantikan momen ini.Sejak M
"Aneh, dia di mana?" tanya Jovan."Sudah, nggak usah dipikirin."Ethan tidak ingin membuang waktu.Karena vila Keluarga Andara dikelilingi oleh pengawal, akan sulit bagi Ethan untuk diam-diam melihat Brigitta dan anaknya.Dia hanya bisa melihat situasi di dalam dari kejauhan. Meski tidak bisa melihat apa pun dengan jelas, setidaknya itu membuatnya merasa nyaman.Ethan memandangi rumah Reina untuk waktu yang lama.Jovan sudah bosan setengah mati. Karena Ethan menolak untuk pergi, dia pun menelepon seseorang untuk menjemputnya.Dia bersumpah tidak akan pernah mengikuti kedua pria ini karena penasaran, karena ternyata sangat membosankan.Di dalam vila Keluarga Andara.Reina sudah mulai terlelap saat tiba-tiba dia dipeluk dari belakang.Reina langsung membuka matanya, menyalakan lampu samping tempat tidur dan langsung melihat wajah tampan Maxime."Aku lagi mimpi kah? Kok kamu bisa masuk?"Tentu saja Maxime tidak akan mengatakan bahwa dia memanjat tembok dan hampir saja tertangkap pengawal
"Di mana?" Morgan bertanya.Pelayan itu menunjuk ke pintu, "Tepat di depan pintu."Morgan bergegas menuju pintu dan Joanna langsung mengikutinya.Awalnya Morgan pikir Maxime akan terlihat compang-camping, dia tidak menyangka malah melihat Maxime duduk di mobil dan berpakaian rapi.Bukannya Maxime sudah jadi orang idiot?"Kak."Morgan memanggilnya.Joanna langsung menghampiri dan memeluk Maxime, "Max, kamu nggak apa-apa?"Meski sekarang Maxime sudah bisa melihat normal, dia tidak ingin kedua orang ini tahu."Siapa kamu, jangan sentuh aku.""Max, aku ibumu." Mata Joanna berkaca-kaca.Bagaimana mungkin putra yang begitu dia banggakan bisa jadi seperti ini?Tiba-tiba seorang pria lain di dalam mobil yang sama dengan Maxime keluar, pria itu adalah Ethan."Bibi Joanna, beberapa hari yang lalu aku menemukan Kak Max pingsan di jalan, jadi aku membawanya pulang. Aku sudah dengar katanya kalian terus mencarinya, maaf aku baru bisa mengantarnya ke sini hari ini."Begitu melihat Ethan, Joanna pun
Joanna sebenarnya ingin sekali bisa merawat cucu. Selain arisan dengan beberapa wanita bangsawan, kegiatan lainnya adalah menghadiri beberapa pertemuan penting.Selebihnya, dia tidak punya kerjaan."Oke, aku akan mengajak Riki menginap di sana selama beberapa hari."Kalau Riki ikut ke sana, Reina jadi tidak perlu bolak-balik."Bagus! Bukannya hari ini ada rapat? Aku juga akan datang, nanti begitu selesai rapat kita pulang bersama ya." Joanna terdengar girang."Oke."Reina sendiri juga senang karena nanti Joanna akan datang rapat. Hari ini ada drama bagus!Di Grup Rajawali.Reina tiba pukul setengah delapan. Saat dia sedang mempersiapkan materi pertemuan, Morgan memanggilnya."Nana, kamu sudah dengar kabar kakakku belum?"Reina mengangguk, "Sudah, tadi pagi ibu ngasih tahu aku kalau Maxime sudah ketemu, dia juga memintaku membawa Riki menginap di sana supaya aku bisa sekalian merawat Maxime.""Tadi pagi-pagi banget aku nelepon kamu, awalnya mau ngasih tahu perkembangan kakak yang hilang
"Kalau begitu Bu Melisha, apa kita setujui permintaan mereka untuk mengakhiri kontrak? Tapi kita bisa rugi besar, kalau nggak bagaimana kalau kita kembalikan proyek itu ke Bu Reina saja?" Sisil berkata sambil memasang tampang polos.Melisha mau muntah darah rasanya.Reina hampir tertawa saat melihat kemampuan akting Sisil yang begitu profesional.Sisil masih terus mengoceh, "Tapi kalau sudah begini, aku juga nggak bisa jamin para klien itu masih terima atau nggak.""Cepat keluar dari sini!" Melisha langsung membentak Sisil.Semua orang di rapat tentu senang melihat drama Melisha ini.Joanna menyipitkan matanya sedikit dan ketika Sisil hendak pergi, dia menghentikannya, "Tunggu, jangan pergi."Sisil berdiri dengan patuh dan menutup pintu ruang rapat. Dia tidak ingin Melisha membuat masalah."Melisha, apa maksudnya proyek yang direbut dari departemen penjualan kelima? Ada apa ini?"Joanna sangat senang hari ini dia datang, karena kalau tidak sampai kiamat pun dia tidak akan tahu kalau ad
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba