"Aneh, dia di mana?" tanya Jovan."Sudah, nggak usah dipikirin."Ethan tidak ingin membuang waktu.Karena vila Keluarga Andara dikelilingi oleh pengawal, akan sulit bagi Ethan untuk diam-diam melihat Brigitta dan anaknya.Dia hanya bisa melihat situasi di dalam dari kejauhan. Meski tidak bisa melihat apa pun dengan jelas, setidaknya itu membuatnya merasa nyaman.Ethan memandangi rumah Reina untuk waktu yang lama.Jovan sudah bosan setengah mati. Karena Ethan menolak untuk pergi, dia pun menelepon seseorang untuk menjemputnya.Dia bersumpah tidak akan pernah mengikuti kedua pria ini karena penasaran, karena ternyata sangat membosankan.Di dalam vila Keluarga Andara.Reina sudah mulai terlelap saat tiba-tiba dia dipeluk dari belakang.Reina langsung membuka matanya, menyalakan lampu samping tempat tidur dan langsung melihat wajah tampan Maxime."Aku lagi mimpi kah? Kok kamu bisa masuk?"Tentu saja Maxime tidak akan mengatakan bahwa dia memanjat tembok dan hampir saja tertangkap pengawal
"Di mana?" Morgan bertanya.Pelayan itu menunjuk ke pintu, "Tepat di depan pintu."Morgan bergegas menuju pintu dan Joanna langsung mengikutinya.Awalnya Morgan pikir Maxime akan terlihat compang-camping, dia tidak menyangka malah melihat Maxime duduk di mobil dan berpakaian rapi.Bukannya Maxime sudah jadi orang idiot?"Kak."Morgan memanggilnya.Joanna langsung menghampiri dan memeluk Maxime, "Max, kamu nggak apa-apa?"Meski sekarang Maxime sudah bisa melihat normal, dia tidak ingin kedua orang ini tahu."Siapa kamu, jangan sentuh aku.""Max, aku ibumu." Mata Joanna berkaca-kaca.Bagaimana mungkin putra yang begitu dia banggakan bisa jadi seperti ini?Tiba-tiba seorang pria lain di dalam mobil yang sama dengan Maxime keluar, pria itu adalah Ethan."Bibi Joanna, beberapa hari yang lalu aku menemukan Kak Max pingsan di jalan, jadi aku membawanya pulang. Aku sudah dengar katanya kalian terus mencarinya, maaf aku baru bisa mengantarnya ke sini hari ini."Begitu melihat Ethan, Joanna pun
Joanna sebenarnya ingin sekali bisa merawat cucu. Selain arisan dengan beberapa wanita bangsawan, kegiatan lainnya adalah menghadiri beberapa pertemuan penting.Selebihnya, dia tidak punya kerjaan."Oke, aku akan mengajak Riki menginap di sana selama beberapa hari."Kalau Riki ikut ke sana, Reina jadi tidak perlu bolak-balik."Bagus! Bukannya hari ini ada rapat? Aku juga akan datang, nanti begitu selesai rapat kita pulang bersama ya." Joanna terdengar girang."Oke."Reina sendiri juga senang karena nanti Joanna akan datang rapat. Hari ini ada drama bagus!Di Grup Rajawali.Reina tiba pukul setengah delapan. Saat dia sedang mempersiapkan materi pertemuan, Morgan memanggilnya."Nana, kamu sudah dengar kabar kakakku belum?"Reina mengangguk, "Sudah, tadi pagi ibu ngasih tahu aku kalau Maxime sudah ketemu, dia juga memintaku membawa Riki menginap di sana supaya aku bisa sekalian merawat Maxime.""Tadi pagi-pagi banget aku nelepon kamu, awalnya mau ngasih tahu perkembangan kakak yang hilang
"Kalau begitu Bu Melisha, apa kita setujui permintaan mereka untuk mengakhiri kontrak? Tapi kita bisa rugi besar, kalau nggak bagaimana kalau kita kembalikan proyek itu ke Bu Reina saja?" Sisil berkata sambil memasang tampang polos.Melisha mau muntah darah rasanya.Reina hampir tertawa saat melihat kemampuan akting Sisil yang begitu profesional.Sisil masih terus mengoceh, "Tapi kalau sudah begini, aku juga nggak bisa jamin para klien itu masih terima atau nggak.""Cepat keluar dari sini!" Melisha langsung membentak Sisil.Semua orang di rapat tentu senang melihat drama Melisha ini.Joanna menyipitkan matanya sedikit dan ketika Sisil hendak pergi, dia menghentikannya, "Tunggu, jangan pergi."Sisil berdiri dengan patuh dan menutup pintu ruang rapat. Dia tidak ingin Melisha membuat masalah."Melisha, apa maksudnya proyek yang direbut dari departemen penjualan kelima? Ada apa ini?"Joanna sangat senang hari ini dia datang, karena kalau tidak sampai kiamat pun dia tidak akan tahu kalau ad
Ketika pengkhianat itu dipecat, dia yang tidak tahu kalau dirinya dipecat karena ketahuan Reina pun hanya bisa menangis tersedu-sedu."Bos, apa ada kesalahpahaman di sini?"Reina pun menunjukkan padanya serangkaian bukti terbaru."Jangan memperkeruh suasana, pergilah."Pengkhianat itu lalu pergi.Proyek-proyek yang sebelumnya direbut Melisha kini kembali ke departemen penjualan kelima.Para pegawai departemen penjualan kelima sangat mengagumi Reina.Reina benar-benar melakukan apa yang dia katakan dan tidak mengecewakan karyawannya.Setelah menyelesaikan urusan perusahaan, Reina pergi menemui Joanna seperti yang dijanjikan.Begitu melihat Reina, Joanna langsung tersenyum, "Sini Nana, duduk."Reina duduk di sebelahnya."Kamu merasa nggak enak badan nggak? Bekerja seperti ini tiap hari melelahkankah?"Reina menggeleng, "Nggak kok, dokter bilang kandunganku baik-baik saja, aku juga merasa baik-baik saja."Semakin Joanna melihat Reina, dia makin menyukainya dan membuat Joanna merendahkan s
Untung saja para orangtua hanya penasaran sebentar, lalu bubar saat anaknya keluar.Setelah Riki masuk ke dalam mobil, suasana di dalam mobil pun berubah hangat dengan canda dan tawa.Sepanjang jalan menuju kediaman Keluarga Sunandar.Joanna sangat bahagia dan selalu tertawa lebar karena ulah Riki.Hari ini Syena juga datang dan dia terlihat tidak senang saat melihat Joanna membawa Reina dan Riki pulang."Bu.""Ya."Joanna mengangguk kaku padanya.Syena menatap Reina, lalu bertanya pada Joanna, "Bu, kenapa hari ini Nona Reina datang?"Nona Reina?Joanna tidak marah karena di belakang Syena ada Keluarga Hinandar, dia menjawab dengan lembut, "Nana juga sudah melahirkan dua anak untuk Keluarga Sunandar, sekarang masih hamil keturunan Keluarga Sunandar. Selanjutnya kamu harus panggil dia kakak ipar, jangan panggil Nona Reina, kayak orang asing aja."Wajah Syena jadi kaku, jelas terlihat tidak senang.Kenapa dia harus memanggil wanita yatim piatu yang lebih rendah darinya ini kakak ipar?Jo
"Ah!"Syena langsung berteriak, "Sakit, bocah nakal! Berani banget kamu menggigitku!"Dia mengangkat tangannya untuk memukul Riki.Reina langsung menahan tangan Syena, mana mungkin dia tinggal diam saat anaknya ditindas?Keduanya sedang hamil, jadi tidak ada yang lebih unggul.Riki masih menggigit Syena dan menolak melepaskannya. Mulutnya sudah merasakan darah dan membuat Riki lebih menggigit lebih keras.Para pelayan di vila tercengang dan tidak tahu harus melerai atau membantu seperti apa.Joanna belum selesai ganti baju saat dia mendengar teriakan dari lantai bawah.Dia langsung turun dan melihat Reina dan Syena bertengkar sedangkan Riki masih menggigit Syena."Ada apa ini!"Begitu terdengar suara Joanna, Riki langsung berhenti menggigit Syena.Reina dan Syena juga berhenti. Lengan Syena terluka parah karena Riki mengerahkan seluruh tenaganya.Joanna bergegas turun, tetapi sebelum Syena sempat mengadu, Riki sudah menangis air mata buaya, "Huhuhuhuhu Nenek! Dia bilang papaku idiot da
Di dalam rumah.Joanna menghibur Riki dan berkata, "Sayang, jangan menangis. Papamu memang lagi sakit, tapi bentar lagi sembuh kok."Riki tidak bodoh, dia tahu Joanna berkata manis hanya untuk menghiburnya. Namun, Riki harus pura-pura menjadi anak biasa.Riki menarik balik ingusnya dan berkata."Benarkah? Kalau gitu aku boleh ketemu papa? Aku mau lihat kondisi papa."Joanna tidak bisa menjawab.Dia menatap Reina, "Nana, ini ....""Kita ketemu papa setelah makan malam ya Riki," kata Reina.Joanna tidak tahu bahwa Maxime cuma pura-pura jadi orang idiot, tapi Reina tahu. Reina sengaja berkata seperti ini karena dia setuju dengan ucapan Joanna, nanti mereka akan bilang kalau Maxime sudah sembuh."Ya, nanti kita ke sana setelah makan ya." Joanna mengikuti keputusan Reina.Riki berhenti merasa sedih dan makan dengan patuh.Akhirnya dia bisa bertemu papanya, dia sungguh berharap Maxime baik-baik saja.Setelah makan malam.Joanna mengajak Riki dan Reina menemui Maxime. Sekarang Maxime tinggal
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba