"Kalau begitu Bu Melisha, apa kita setujui permintaan mereka untuk mengakhiri kontrak? Tapi kita bisa rugi besar, kalau nggak bagaimana kalau kita kembalikan proyek itu ke Bu Reina saja?" Sisil berkata sambil memasang tampang polos.Melisha mau muntah darah rasanya.Reina hampir tertawa saat melihat kemampuan akting Sisil yang begitu profesional.Sisil masih terus mengoceh, "Tapi kalau sudah begini, aku juga nggak bisa jamin para klien itu masih terima atau nggak.""Cepat keluar dari sini!" Melisha langsung membentak Sisil.Semua orang di rapat tentu senang melihat drama Melisha ini.Joanna menyipitkan matanya sedikit dan ketika Sisil hendak pergi, dia menghentikannya, "Tunggu, jangan pergi."Sisil berdiri dengan patuh dan menutup pintu ruang rapat. Dia tidak ingin Melisha membuat masalah."Melisha, apa maksudnya proyek yang direbut dari departemen penjualan kelima? Ada apa ini?"Joanna sangat senang hari ini dia datang, karena kalau tidak sampai kiamat pun dia tidak akan tahu kalau ad
Ketika pengkhianat itu dipecat, dia yang tidak tahu kalau dirinya dipecat karena ketahuan Reina pun hanya bisa menangis tersedu-sedu."Bos, apa ada kesalahpahaman di sini?"Reina pun menunjukkan padanya serangkaian bukti terbaru."Jangan memperkeruh suasana, pergilah."Pengkhianat itu lalu pergi.Proyek-proyek yang sebelumnya direbut Melisha kini kembali ke departemen penjualan kelima.Para pegawai departemen penjualan kelima sangat mengagumi Reina.Reina benar-benar melakukan apa yang dia katakan dan tidak mengecewakan karyawannya.Setelah menyelesaikan urusan perusahaan, Reina pergi menemui Joanna seperti yang dijanjikan.Begitu melihat Reina, Joanna langsung tersenyum, "Sini Nana, duduk."Reina duduk di sebelahnya."Kamu merasa nggak enak badan nggak? Bekerja seperti ini tiap hari melelahkankah?"Reina menggeleng, "Nggak kok, dokter bilang kandunganku baik-baik saja, aku juga merasa baik-baik saja."Semakin Joanna melihat Reina, dia makin menyukainya dan membuat Joanna merendahkan s
Untung saja para orangtua hanya penasaran sebentar, lalu bubar saat anaknya keluar.Setelah Riki masuk ke dalam mobil, suasana di dalam mobil pun berubah hangat dengan canda dan tawa.Sepanjang jalan menuju kediaman Keluarga Sunandar.Joanna sangat bahagia dan selalu tertawa lebar karena ulah Riki.Hari ini Syena juga datang dan dia terlihat tidak senang saat melihat Joanna membawa Reina dan Riki pulang."Bu.""Ya."Joanna mengangguk kaku padanya.Syena menatap Reina, lalu bertanya pada Joanna, "Bu, kenapa hari ini Nona Reina datang?"Nona Reina?Joanna tidak marah karena di belakang Syena ada Keluarga Hinandar, dia menjawab dengan lembut, "Nana juga sudah melahirkan dua anak untuk Keluarga Sunandar, sekarang masih hamil keturunan Keluarga Sunandar. Selanjutnya kamu harus panggil dia kakak ipar, jangan panggil Nona Reina, kayak orang asing aja."Wajah Syena jadi kaku, jelas terlihat tidak senang.Kenapa dia harus memanggil wanita yatim piatu yang lebih rendah darinya ini kakak ipar?Jo
"Ah!"Syena langsung berteriak, "Sakit, bocah nakal! Berani banget kamu menggigitku!"Dia mengangkat tangannya untuk memukul Riki.Reina langsung menahan tangan Syena, mana mungkin dia tinggal diam saat anaknya ditindas?Keduanya sedang hamil, jadi tidak ada yang lebih unggul.Riki masih menggigit Syena dan menolak melepaskannya. Mulutnya sudah merasakan darah dan membuat Riki lebih menggigit lebih keras.Para pelayan di vila tercengang dan tidak tahu harus melerai atau membantu seperti apa.Joanna belum selesai ganti baju saat dia mendengar teriakan dari lantai bawah.Dia langsung turun dan melihat Reina dan Syena bertengkar sedangkan Riki masih menggigit Syena."Ada apa ini!"Begitu terdengar suara Joanna, Riki langsung berhenti menggigit Syena.Reina dan Syena juga berhenti. Lengan Syena terluka parah karena Riki mengerahkan seluruh tenaganya.Joanna bergegas turun, tetapi sebelum Syena sempat mengadu, Riki sudah menangis air mata buaya, "Huhuhuhuhu Nenek! Dia bilang papaku idiot da
Di dalam rumah.Joanna menghibur Riki dan berkata, "Sayang, jangan menangis. Papamu memang lagi sakit, tapi bentar lagi sembuh kok."Riki tidak bodoh, dia tahu Joanna berkata manis hanya untuk menghiburnya. Namun, Riki harus pura-pura menjadi anak biasa.Riki menarik balik ingusnya dan berkata."Benarkah? Kalau gitu aku boleh ketemu papa? Aku mau lihat kondisi papa."Joanna tidak bisa menjawab.Dia menatap Reina, "Nana, ini ....""Kita ketemu papa setelah makan malam ya Riki," kata Reina.Joanna tidak tahu bahwa Maxime cuma pura-pura jadi orang idiot, tapi Reina tahu. Reina sengaja berkata seperti ini karena dia setuju dengan ucapan Joanna, nanti mereka akan bilang kalau Maxime sudah sembuh."Ya, nanti kita ke sana setelah makan ya." Joanna mengikuti keputusan Reina.Riki berhenti merasa sedih dan makan dengan patuh.Akhirnya dia bisa bertemu papanya, dia sungguh berharap Maxime baik-baik saja.Setelah makan malam.Joanna mengajak Riki dan Reina menemui Maxime. Sekarang Maxime tinggal
Di mata Maxime, Reina yang seperti ini artinya terburu-buru pergi.Maxime menggenggam erat tangan Reina dan berkata, "Aku juga sendirian dan nggak terbiasa di sini."Maxime adalah orang yang bersikap dingin, jadi agak aneh saat dirinya berkata seperti ini.Reina merasa ucapannya tidak masuk akal, "Ini 'kan rumahmu? Nggak terbiasa apanya?""Rumah kita 'kan di Vila Magenta?" tanya Maxime pada Reina.Reina tersedak.Padahal dulu Maxime tidak sudi mengakui Vila Magenta sebagai rumah mereka, tapi sekarang dia langsung mengakui dengan lantang."Ya, ya, oke. Kalau begitu aku temani sebentar."Reina merasa sekarang Maxime seperti anak kecil.Begitu melihat Reina mau menemaninya, Maxime langsung mengambilkan kursi ibu hamil untuk Reina."Sini duduk, jangan berdiri terlalu lama."Reina pun duduk bersandar di kursi itu, "Terima kasih."Setelah itu Maxime pergi mengambil buah-buahan dan berbagai makanan untuk Reina.Reina kaget melihat begitu banyak makanan di kamar Maxime, "Kok kamu bisa punya ma
Di mata orang luar, mereka menganggap Reina sebagai orang yang menyedihkan.Bahkan pelayan yang merawat Maxime pun bergosip."Aku nggak menyangka nasib Tuan Maxime begini. Nyonya juga kasihan, sudah bercerai eh sekarang masih harus merawat Tuan.""Ya, kasihan sekali. Nyonya terlalu baik sih, kalau aku jadi dia sih nggak mau deh.""Kamu gila ya? Lupa siapa Tuan Maxime? Dia itu anak orang kaya, jadi idiot pun masih lebih mending dari pria biasa. Reina nggak bodoh, Nyonya Joanna pasti ngasih banyak uang.""..."Semua pelayan sedang asyik bergosip dan langsung diam saat melihat Reina keluar.Reina mengabaikan mereka dan keluar dengan gembira mengenakan pakaian baru dan perhiasan baru.Selain para pelayan, ada lagi orang yang berpikiran sama yaitu Melisha, yang dipaksa mengundurkan diri hari ini. Begitu tahu Reina datang untuk merawat Maxime yang idiot, dia sengaja menunggu di luar untuk menghina Reina.Dia menunggu lama sekali sampai akhirnya Reina keluar dari kediaman Maxime."Hei, lama b
"Riki sekarang sudah besar, harus bisa tidur sendiri ya." Kali ini Reina tidak menuruti permintaan Riki.Lagipula, karena sudah hamil besar, Reina tidak nyaman tidur dengan orang lain.Ini adalah pertama kalinya Riki ditolak oleh Reina dan dia langsung tidak tahu harus berbuat apa."Mama ...."Dia masih ingin bertingkah genit, tapi disela oleh Reina, "Ayo, nggak ada gadis yang suka pria cengeng."Riki tidak punya pilihan selain pulang ke kamarnya sambil memegang bantal kecilnya.Riki yang tidak tenang pun menelepon Riko, "Kak, apa akan terjadi sesuatu malam ini?""Nggak mungkin secepat itu. Mama baru sampai dan di sana ada Joanna, mereka nggak mungkin mengambil tindakan secepat ini," kata Rico."Baguslah." Riki menghela napas lega.Baru setelah itu dia bisa tidur nyenyak.Keesokan harinya, Riki bangun pagi-pagi dan langsung memeriksa apa Reina baik-baik saja.Reina bangun lebih awal dari biasanya, mungkin tidak terbiasa karena kasur baru."Riki sudah bangun? Setelah mandi, kita sarapan
Mendengar perkataan mereka, Aarav marah bukan main.Dia dengan susah payah mendapatkan informasi bahwa pemerintah akan mengambil alih tanah itu. Setelah itu terjadi, harganya tidak akan terhitung.Jika dia menyerahkannya begitu saja, bukankah ini akan menguntungkan Maxime?Dia tidak boleh melakukannya."Joanna, Max, begini saja, aku benar-benar ingin berbakti kepada nenek moyangku. Aku bisa menambahkan sejumlah uang dari harga aslinya, bagaimana?"Maxime menatapnya. "Mana boleh. Om itu keluargaku, mana mungkin aku ngambil uang dari Om?""Ngapain bilang begitu. Lebih baik perjelas saja semuanya. Begini saja, bagaimana kalau aku tambah dua puluh miliar?" kata Aarav.Maxime menatapnya dan tidak mengatakan apa-apa.Sudut mulut Aarav sedikit tertarik, dia segera mengubah kata-katanya, "Aku cuma bercanda, seratus miliar?"Seratus miliar?"Maxime mendapatkan ini hanya dengan menelepon dan bicara singkat.Dia mengetuk-ngetukkan jari-jarinya dengan pelan ke meja.Aarav sedikit terganggu, ingin
"Nggak usah terburu-buru mau memperluas makam keluarga. Kita harus minta orang buat periksa tempat itu, biar lebih aman," kata Aarav.Maxime melanjutkan perkataannya, "Dari apa yang Om katakan, Om kenal sama orang ahli?"Aarav mengangguk. "Ya, aku kenal satu orang. Dia yang mengurus pemakaman Ayah dulu."Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Max, kalau kamu percaya padaku, bagaimana kalau kamu serahkan semua ini padaku?"Maxime menunjukkan ekspresi kesulitan.Dia sangat mengenal om-nya satu ini.Joanna juga merasakan sesuatu yang tidak biasa ketika melihat putranya tiba-tiba berbicara baik-baik dengan Aarav.Dia menyela, "Kak, anakku beli tanah itu dengan harga mahal, tapi kamu bilang ingin mengurusnya. Rasanya kurang etis."Aarav meringis."Joanna benar. Begini saja, aku akan kasih setengah dari harga itu, Max kasih surat-surat tanahnya kepadaku. Aku akan atur pekerja buat ngurus konstruksinya. Masalah biaya pembangunan serahkan padaku."Maxime mendengus dingin dalam hati.Dia ingi
Maxime sudah meminta, bagaimana mungkin Obin tidak setuju?"Kalau Pak Maxime memang menginginkannya, aku bisa kasih secara gratis." Obin berkata sambil tersenyum, sangat murah hati."Nggak perlu. Aku bakal beli dengan harga sepuluh kali lipat lebih tinggi dari harga pasar," kata Maxime.Obin terkejut saat mendengar ini."Sepuluh kali lipat?""Ya.""Nanti Pak Maxime rugi besar. Nggak ada yang bagus dari sebidang tanah itu," kata Obin."Jangan khawatir, aku nggak akan rugi, Pak Obin juga nggak akan rugi," kata Maxime.Obin tidak ragu-ragu lagi setelah Maxime mengatakan itu. "Baiklah, aku akan lakukan seperti apa yang kamu katakan."Maxime menutup telepon dan meminta bawahannya mengurus kontrak dan yang lainnya.Setelah bekerja hari itu.Maxime membawa Reina dan yang lainnya kembali ke kediaman Keluarga Sunandar.Daniel sangat gembira saat mendengar bahwa Maxime mendapatkan sebidang tanah itu.Joanna yang menyaksikan ini merasa sangat aneh. Jelas-jelas dia sudah memberitahu Max, kenapa Ma
Di ujung telepon, Obin menghela napas dan melanjutkan, "Kamu juga tahu sendiri, om mu bukan orang yang mau rugi, tapi dia mau beli tanah itu dengan harga mahal. Aku merasa ada yang janggal dengan hal ini."Obin tahu bahwa Maxime dan Aarav tidak memiliki hubungan yang baik, jadi dia mengatakannya dengan gamblang."Ya, lalu?""Aku mengabaikannya dan nggak ingin mengabulkan keinginannya." Obin sedikit kesulitan. "Hari ini ayahmu juga mendatangiku. Aku nggak tahu harus bagaimana, jadi menolak kedatangannya di depan perusahaan."Obin berbicara dengan sopan kepada Maxime.Namun, Maxime tahu bahwa ayahnya memiliki sedikit konflik kecil dengan Obin sebelumnya. Itulah sebabnya Obin tidak bersedia menemuinya."Pak Obin, terserah apakah kamu akan menjual tanah itu atau nggak. Nggak perlu mempertimbangkan banyak hal, jual saja kalau memang mau.""Tapi ....""Jangan pedulikan soal ayahku.""Ya, baiklah." Obin akhirnya merasa lega.Dia sempat khawatir Daniel akan mengadu kepada Maxime.Maxime meliha
Aarav memasang sikap sangat murah hati.Daniel menggelengkan kepalanya. "Kak, kenapa bilang begitu. Dalam surat wasiat, Ayah bilang mau kasih properti itu buat kamu, jadi aku nggak mungkin berebut denganmu buat dapat properti itu."Aarav menggenggam cangkir di tangannya dan menghela napas dengan kepala tertunduk."Intinya aku sudah bikin Ayah kecewa. Ayah kasih semua hartanya kepadaku karena khawatir dengan masa depanku. Ayah takut aku nggak bisa dapat uang dan hidup susah."Dia menatap Daniel dengan mata berkaca-kaca."Daniel, Max sangat kompetitif dan punya perusahaan besar. Sayang sekali putraku nggak berguna. Dia tiap hari cuma di rumah dan nggak melakukan apa pun. Dia cuma bisa senang-senang. Aku nggak tahu kalau tua nanti bakal hidup seperti apa."Mendengar Aarav mengatakan ini, mata Daniel dipenuhi dengan rasa sakit."Kak, jangan bilang begitu, jangan mikir aneh-aneh. Kita ini keluarga, mana mungkin aku diam saja saat melihat keluarga kalian terpuruk?"Aarav mengangguk kuat-kuat
Reina menutup telepon dan memberitahu ayah mertuanya, Daniel, tentang penyebab kejadian itu.Namun, Daniel tidak setuju dengan tindakan Riko."Meskipun Tommy melakukan sesuatu yang salah, tapi dia mengincar orang lain, bukan Riko. Kalau hal semacam ini terjadi lagi, minta Riko melihat saja, nggak usah ikut campur."Apa yang dia katakan benar-benar memancing kemarahan Reina.Reina balik bertanya pada Daniel, "Ayah, apa Ayah ingin Riko tumbuh besar dan menutup mata saat melihat orang lain berbuat jahat?"Daniel tercekat.Reina melanjutkan, "Menurutku Riko nggak melakukan sesuatu yang salah, cuma kali ini caranya saja yang kurang tepat. Dia harusnya nggak nendang Tommy begitu saja. Aku sudah memberitahunya."Setelah mengatakan itu, dia tidak menunggu Daniel menjawab dan menutup telepon lagi dengan alasan dia harus bekerja.Daniel berdiri di ambang pintu dengan suasana hati yang murung.Bagaimana bisa hari ini ada dua orang yang tidak mendengarkannya dan malah berdebat dengannya?"Nggak be
Benar saja, setelah Aarav menutup telepon, Daniel mulai menanyai Joanna."Kakak bilang katanya cucu-cucu kita berkelahi? Apa yang terjadi?""Berkelahi?" Jantung Joanna berdegup kencang. "Riko sama Riki terluka nggak?""Kedua cucumu baik-baik saja, yang terluka cuma Tommy. Kudengar, itu karena Riki sama Riko menolong murid lain dan malah ganggu Tommy." Daniel mengerutkan kening. "Kamu harus bicara baik-baik sama anak-anak. Bagaimanapun, mereka itu saudara, kenapa malah menggertak saudara sendiri demi bantu orang lain?"Joanna sangat marah ketika mendengar perkataan Daniel.Namun, dia memaksa dirinya untuk tidak marah.Dia mencibir, "Riko sama Riki itu anak yang paling pengertian dan berperilaku baik, jadi kenapa dia bisa ganggu Tommy hanya demi membela orang luar? Harusnya kamu tanya ini sama Aarav.""Tommy itu tumbuh sama Ayah dan dimanja sama orang tuanya. Dia sombong dan mendominasi, nggak aneh kalau dia dipukuli.""Untungnya Riko sama Riki baik-baik saja. Katakan sama kakakmu, kalau
Ketika Joanna mendengar ini, dia tidak bisa menahan diri dan langsung mencibir, "Pak Obin bukannya nggak kenal sama kamu, tapi dia nggak mau menggubrismu."Joanna meregangkan punggungnya."Kamu ingat saat kamu pergi ke luar negeri dan bersenang-senang di sana? Pak Obin butuh bantuan, tapi dia nggak bisa menghubungiku, jadi dia menemuimu. Tapi, kamu bahkan nggak mau dengar apa yang mau dia katakan."Ini sudah lama sekali, Daniel tentu saja melupakannya."Apa ada hal seperti itu?" Daniel sedikit canggung.Joanna memutar matanya ke arahnya. "Ingatanmu itu hebat sekali, selalu melupakan apa pun yang nggak menguntungkanmu."Daniel dipermalukan olehnya, tetapi dia tidak merasa harga dirinya hancur seperti sebelumnya.Dia juga tahu bahwa sekarang dia tengah memohon bantuan."Itu salahku. Kamu bisa minta Pak Obin menemuiku nggak? Sekalian biar aku minta maaf sama dia," kata Daniel.Joanna bingung saat melihat Daniel seperti ini. "Daniel, kamu mau apa sebenarnya? Kenapa hari ini kamu hormat beg
Melisha sangat marah ketika mengetahui bahwa putranya benar-benar diganggu. Dia mengambil tisu dan menghapus noda air mata di wajah Tommy. "Nggak usah nangis, kamu mau jadi apa nangis begitu."Tommy segera menutup mulutnya ketika mendengar ibunya memarahinya."Berani sekali mereka ganggu kamu. Aku akan membuat mereka menerima akibatnya."Melisha diam-diam memutuskan untuk memberi pelajaran kepada anak-anak Reina.Setelah Tuan Besar Latief meninggal, keluarga dari pihak Aarav sering diremehkan. Saudara dan kerabat lebih berpihak ke keluarga Daniel.Itu bukan karena Maxime telah mencuri Grup Sunandar dari mereka!Sekarang, Maxime bahkan menggabungkan Grup Sunandar ke dalam IM Group yang dia dirikan.Siapa yang bisa menjamin kalau Maxime tidak melakukan trik untuk menutup kekurangan IM Grup dengan menggunakan dana dari Grup Sunandar?Melisha makin kesal saat mendengarnya."Hmm." Tommy mengangguk berkali-kali.Sekembalinya ke rumah, Melisha mencari Aarav.Di dalam ruang kerja.Aarav sedang