"Ayah kasih uang ini sendiri ya sama Treya. Aku ada urusan, nggak bisa nemenin ayah ngurus properti Grup Yunandar." Syena yang panik tentu kehilangan minat membantu ayahnya.Tanu mengernyit bingung, "Apa yang terjadi?""Reina dan Maxime sudah bercerai, aku khawatir sekarang dia mau menggoda Morgan," jawab Syena.Morgan, seorang pemuda dengan kemampuan luar biasa, tampan dan kaya raya, tentu menjadi incaran semua gadis di dunia. Begitu Tanu mendengar kabar ini, dia langsung berkata, "Cepat kamu jaga Morgan.""Ya."Syena masuk ke dalam mobil dan ragu-ragu sejenak, namun pada akhirnya dia tetap meminta sopir untuk pergi ke Grup Rajawali.Karena terakhir Morgan marah besar waktu Syena datang ke kantor, dia tidak pernah menginjakkan kaki di Grup Rajawali setelah hari itu.Kali ini supaya tidak dimarahi Morgan, Syena datang atas nama ibunya, Liane.Sesampainya di kantor CEO.Reina melihat ke sekeliling ruangan di lantai atas tapi tidak melihat Reina. Jadi dia bertanya pada salah satu staf di
"Jess, aku tahu dulu waktu Morgan sakit di luar negeri, kamulah yang mengurus dan merawat Morgan. Tapi ingat, kamu itu cuma pelayan, akulah calon istrinya."Jess menunduk, "Baik, Nona Syena."Lagi-lagi memanggilnya dengan sebutan Nona Syena.Kalau bukan karena takut Morgan marah, Syena sudah menampar mulut Jess.Namun Syena tahu bahwa wanita berpenampilan biasa dan tidak feminin di hadapannya ini bukanlah tandingannya.Yang sebenarnya Syena takuti adalah Reina, jadi dia berhenti berdebat dengan Jess."Aku mau bertemu dengan manajer umum departemen penjualan," kata Syena."Baik, akan kuantarkan." Jess bersikap hormat, namun dia tetap berdiri tegak dan sama sekali tidak terlihat seperti orang yang merendahkan diri.Sesampainya di departemen penjualan di lantai bawah, Jess langsung memanggil manajer umum departemen penjualan.Manajer umum penjualan adalah pria paruh baya berusia 50 tahun dan sistem manajemennya sangat santai karena sebagian besar tugas sudah dia delegasikan pada setiap ma
Patung kelinci itu pun jatuh ke lantai."Ah maaf, tanganku licin." Syena berkata dengan sengaja.Reina melangkah maju untuk mengambil patung yang jatuh.Namun, Syena mengangkat kakinya dan menginjak tangan Reina.Reina yang gesit langsung mengambil patung kelinci itu dan mencengkeram kaki Syena dengan tangannya yang lain.Syena langsung kehilangan keseimbangan. Reina hanya memakai sedikit tenaga saja, Syena langsung jatuh ke lantai."Ah!" Syena memekik dan buru-buru menutupi perutnya.Reina mengambil patung kelinci itu dengan tenang dan menyeka debu yang menempel. Setelah itu dia berkata pada Syena, "Maaf, tadi tanganku nggak sengaja menyentuhmu. Kamu nggak apa-apa?"Reina mengembalikan patung kelinci itu ke posisi semula, menatap Syena dengan tatapan acuh tak acuh dan tidak berniat membantu Syena berdiri.Syena yang jatuh di lantai pun menatap Reina dengan penuh kebencian."Nggak sengaja apanya! Kamu jelas-jelas sengaja! Jangan lupa ya, yang ku kandung ini keturunan Keluarga Sunandar.
Syena dibawa keluar dari ruangan Reina, Morgan mengikutinya ke rumah sakit.Melisha dan Christy sudah tahu tentang keributan di ruangan Reina.Keduanya pun bergembira atas konflik ini."Pantesan, awalnya aku heran kenapa Syena malah milih Reina buat jadi mitranya, ternyata dia sengaja supaya bisa membereskan Reina. Cuma aku nggak nyangka ternyata dia rela mempertaruhkan anaknya dalam menghadapi Reina." Sebagai seorang ibu, Melisha tentu tidak akan mempertaruhkan keselamatan putranya.Dia pikir Syena sudah menjebak Reina, dia tidak tahu kalau Reina memang mendorong Syena.Christy menuangkan segelas air untuknya sambil berkata, "Tapi entahlah akhirnya bakal kayak gimana, apa Syena bisa membuat Reina menderita?""Jangan khawatir, ibu Syena, si Liane itu bukan wanita lemah. Kalau putrinya ditindas, dia nggak akan melepaskan Reina."Melisha tahu kasus penculikan Riko dan wajah Reina yang luka parah ada hubungannya dengan Keluarga Hinandar.Christy merasa lega."Ngomong-ngomong, gimana hubun
Morgan tersadar dari lamunannya dan meredam amarahnya."Aku akan membuatnya berhenti berulah." Morgan berujar dengan lembut, namun nada bicaranya sangat dingin.Jess tidak bisa lagi memahami Morgan. Waktu di luar negeri dulu, Morgan begitu lembut. Bahkan saat tubuhnya tidak bisa bergerak, Morgan tidak pernah marah atau mengucapkan kata-kata kasar.Selama ini Jess pikir Morgan tergolong orang yang tidak bisa marah."Tuan Morgan, menurutku kalau Tuan memang nggak menyukai Nona Syena, lebih baik beritahu dia dan kalian bisa memutuskan pertunangan. Nggak perlu hidup tersiksa seperti ini," bujuk Jess dengan tulus.Tersiksa?Morgan menatap Jess dari sudut matanya dan menjawab, "Sekarang aku adalah CEO Grup Rajawali. Aku bisa bergerak, bisa berjalan seperti orang normal. Aku juga bisa mengontrol nadi kehidupan Keluarga Sunandar. Tersiksa apanya?"Jess pun menunduk dan tidak berkata sepatah kata pun.Dia tahu Morgan selalu mengkhawatirkan fisiknya, takut penyakitnya kambuh."Ayo kembali.""Oke
Setelah Liane pergi, hanya Reina dan Syena yang tersisa di kamar rawat.Reina tidak ingin membuang waktu dan menyerahkan sebuah dokumen pada Syena."Bu Syena, ini laporan kerjasama kita. Mohon diperiksa apa ada masalah atau tidak."Syena tidak menerima dokumen pemberian Reina dan berkata, "Aku haus, tolong ambilkan minum."Reina pun mengambil segelas air untuknya.Syena menyesapnya, tetapi merasa tidak puas."Aku mau minum air hangat." Syena sengaja cari masalah, "Jadi gini caramu kerja jadi manajer departemen penjualan Grup Rajawali? Kamu aja nggak bisa menyajikan air minum dengan baik.""Kalau menurutmu aku nggak bisa kerja, minta orang lain aja untuk kerja sama kamu," sahut Reina dengan santai.Syena tersenyum menghina, "Nggak mau, gimana dong?""Sekarang, ambilin aku air hangat!" Syena menyerahkan gelas itu pada Reina.Reina hendak mengulurkan tangan untuk mengambilnya.Namun, Syena langsung menyiramkan air itu ke tubuh Reina.Reina tidak sempat mengelak, sehingga sekujur tubuhnya
Saat ini, di salah satu panti asuhan Kota Simaliki.Liane menunggu di kantor kepala panti asuhan dengan penuh semangat."Bu, mana putri kandungku?"Kepala panti meminta Liane untuk duduk dulu.Liane duduk dengan jantung berdebar sangat cepat. Sudah sejak dulu dia ingin menemukan putri kandungnya. Sekarang setelah lebih dari 20 tahun, akhirnya dia mendapatkan petunjuk keberadaan putrinya."Salah satu guru yang mengajar di sini bilang, dua hari yang lalu ada seseorang menanyakan seorang bayi perempuan yang diadopsi dari panti ini 20 tahun yang lalu, orang itu menanyakan siapa orangtua bayi itu." Kepala panti pun menunjukkan formulir informasi pengadopsi yang diregistrasikan waktu itu.Lembaran formulir registrasi itu sudah menguning dan banyak tulisan yang sudah tidak jelas terbaca, namun terlihat jelas bahwa hanya ada dua bayi perempuan yang diadopsi di penghujung tahun itu.Salah satunya adalah putri Liane."Aku menduga mungkin anak yang diadopsi waktu itu sekarang sudah pulang dan ing
Syena masih ingin menanyakan sesuatu, namun Liane sudah lebih dulu menutup teleponnya.Syena jadi panik."Panti asuhan? Buat apa dia pergi ke panti asuhan? Tadi katanya urusan kantor?"Sebagai putri angkat, Syena paling takut kalau ada orang lain yang menggantikannya. Liane bisa meninggalkannya demi anak lain.Syena langsung menelepon asistennya."Suruh orang periksa apa kesibukan ibuku belakangan ini."Di ujung telepon, asisten Syena bertanya dengan hati-hati, "Maksud Nona itu Treya atau Bu Liane?"Syena langsung membentaknya, "Ya Liane lah! Treya itu nggak pantas jadi ibuku! Hati-hati ya kalau bicara!""Ya, baik."Asisten itu menutup telepon dan menyindir dalam hati.Kejam sekali hati Syena, dia bahkan tidak mengakui ibu kandungnya.Namun itu wajar, siapa suruh Liane lebih berkuasa dan kaya?Liane bisa memiliki anak sebanyak apa pun yang dia inginkan.Asisten Syena pun menyuruh orang menyelidiki Liane. Syena khawatir Liane akan mengadopsi anak lain dari panti asuhan....Saat ini di
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba