Saat ini, di salah satu panti asuhan Kota Simaliki.Liane menunggu di kantor kepala panti asuhan dengan penuh semangat."Bu, mana putri kandungku?"Kepala panti meminta Liane untuk duduk dulu.Liane duduk dengan jantung berdebar sangat cepat. Sudah sejak dulu dia ingin menemukan putri kandungnya. Sekarang setelah lebih dari 20 tahun, akhirnya dia mendapatkan petunjuk keberadaan putrinya."Salah satu guru yang mengajar di sini bilang, dua hari yang lalu ada seseorang menanyakan seorang bayi perempuan yang diadopsi dari panti ini 20 tahun yang lalu, orang itu menanyakan siapa orangtua bayi itu." Kepala panti pun menunjukkan formulir informasi pengadopsi yang diregistrasikan waktu itu.Lembaran formulir registrasi itu sudah menguning dan banyak tulisan yang sudah tidak jelas terbaca, namun terlihat jelas bahwa hanya ada dua bayi perempuan yang diadopsi di penghujung tahun itu.Salah satunya adalah putri Liane."Aku menduga mungkin anak yang diadopsi waktu itu sekarang sudah pulang dan ing
Syena masih ingin menanyakan sesuatu, namun Liane sudah lebih dulu menutup teleponnya.Syena jadi panik."Panti asuhan? Buat apa dia pergi ke panti asuhan? Tadi katanya urusan kantor?"Sebagai putri angkat, Syena paling takut kalau ada orang lain yang menggantikannya. Liane bisa meninggalkannya demi anak lain.Syena langsung menelepon asistennya."Suruh orang periksa apa kesibukan ibuku belakangan ini."Di ujung telepon, asisten Syena bertanya dengan hati-hati, "Maksud Nona itu Treya atau Bu Liane?"Syena langsung membentaknya, "Ya Liane lah! Treya itu nggak pantas jadi ibuku! Hati-hati ya kalau bicara!""Ya, baik."Asisten itu menutup telepon dan menyindir dalam hati.Kejam sekali hati Syena, dia bahkan tidak mengakui ibu kandungnya.Namun itu wajar, siapa suruh Liane lebih berkuasa dan kaya?Liane bisa memiliki anak sebanyak apa pun yang dia inginkan.Asisten Syena pun menyuruh orang menyelidiki Liane. Syena khawatir Liane akan mengadopsi anak lain dari panti asuhan....Saat ini di
Maxime tidak marah dengan ucapan Reina. Sinar bulan yang dingin malam ini menyinari tubuh Maxime, membuat sosoknya terlihat makin kesepian."Apa yang harus kulakukan supaya kamu mau meninggalkan Kota Simaliki? Dua triliun cukup?"Karena akan segera dioperasi, Maxime pikir lebih baik kalau keluarga kecilnya tidak ada di sini.Reina tersenyum menyindir saat mendengar lagi-lagi Maxime pikir bisa membelinya dengan uang. "Kamu pikir aku ini siapa? Sudah kubilang, aku nggak akan pergi. Aku akan tinggal di Kota Simaliki dan kerja di Grup Rajawali."Reina ingin tahu apa tujuan Maxime menceraikannya.Kalau Maxime punya simpanan, Reina tentu tidak akan melepaskan Maxime begitu saja.Reina tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung balik badan masuk ke rumah.Maxime sudah menduga Reina akan begitu keras kepala, dia pun tidak bisa berbuat apa-apa.Melihat Reina masuk kembali ke rumah, Ekki pun langsung datang menghampiri, "Gimana Bos?""Dia nggak setuju," jawab Maxime.Ekki sudah menduga Reina tid
"Nggak masalah kalau gagal, kamu nggak perlu menyalahkan diri sendiri, yang penting kamu sudah melakukan yang terbaik."Maxime tampak tenang, seolah dia tidak takut dengan apa yang akan terjadi.Jovan mengangguk sungguh-sungguh, "Aku pasti akan melakukan yang terbaik."...Di rumah sakit lain, Syena menunggu kedatangan Liane semalaman. Tapi keesokan harinya Liane masih belum kembali juga.Malah asistennya yang datang."Nona Syena.""Gimana? Sudah dapat informasi apa?" Syena buru-buru bertanya.Asistennya menjawab, "Menurut informan kita, Bu Liane sedang mencari putri kandungnya di panti asuhan."Hati Syena menegang.Dia tahu, selama ini Liane terus mencari keberadaan putri kandungnya. Sejak Syena beranjak dewasa, Liane sudah mulai mencari.Sekarang, lebih dari 20 tahun kemudian, Liane masih mencari!"Setelah selama ini, Liane masih mencari putrinya? Terus dia anggap aku apa!" Syena mengepalkan tangannya. "Demi dia, aku mau mutusin hubungan sama ibu kandungku. Kenapa dia nggak bisa mela
Syena buru-buru kembali berbaring di kasurnya, dia sengaja tidak merias wajah sedikit pun supaya terlihat pucat dan menyedihkan."Syena, gimana kondisimu?"Liane buru-buru masuk ke kamar rawat Syena dan bertanya dengan begitu cemas.Syena menjawab dengan lemah, "Sudah jauh lebih baik, nggak terlalu sakit lagi. Barusan kupikir aku akan mati."Syena memasang tampang sedih dan berkata, "Kalau aku mati, gimana nasib Ibu sendirian?"Syena langsung memeluk Liane.Liane menepuk pundak Syena dan menghiburnya, "Sudah, nggak apa-apa. Mana mungkin putriku mati?"Syena yang masih terisak pun menjawab, "Barusan aku mikir, coba aja adikku masih ada. Aku jadi nggak perlu khawatir karena meski aku mati, dia bisa menemani Ibu."Liane awalnya khawatir Syena tidak senang hati kalau dia mencari putri kandungnya, namun dengan Syena berujar seperti ini, Liane tidak ingin lagi menyembunyikan hal ini dari Syena."Syena, Ibu nggak pernah menyerah mencari adikmu. Tuhan nggak tidur, Ibu pasti bisa menemukannya."
Barusan Treya mimpi buruk, Anthony menolak memaafkannya dan semua orang meninggalkannya.Waktu Treya terbangun, dia memeluk lututnya dan termenung.Ternyata itu semua bukan mimpi, ini semua fakta karena sekarang Treya memang sendirian, tidak ada seorang pun di sisinya."Duar!"Suara petir yang menggelegar membuat Treya melihat ke langit di luar jendela dan entah mengapa malah merasa sangat bersemangat.Treya menyelesaikan syal yang belum rampung dirajutnya, lalu memasukkan semua peninggalan yang dia siapkan ke dalam kotak besar.Treya juga menulis sebuah surat.Setelah melakukan semua ini, dia kembali berbaring di kasur.Rasa sakit di perutnya mulai kambuh, seolah ada jutaan pisau mengaduk-aduk perutnya. Treya tidak bisa mengungkapkan rasa sakitnya, dia ingin memanggil dokter, namun tidak ada yang datang.Treya sadar, malam ini adalah malam terakhirnya.Treya bahkan tidak punya kekuatan untuk membalikkan tubuh. Dia tidak ingin mati sendirian begini, dia sangat takut.Dia ingin seseoran
"Ibu!"Waktu Diego melihat tubuh Treya yang sudah membujur kaku dan dingin, dia langsung berteriak dan matanya memerah.Meski dia tidak peduli pada Treya karena selalu pilih kasih pada Syena, sekarang Diego sungguh merasa kehilangan sosok ibu."Ibu! Kenapa Ibu meninggal? Ibu!" Diego berteriak sambil menangis.Reina hanya berdiri di samping kasur, entah mengapa tenggorokannya terasa sakit.Meski Treya bukan ibu kandungnya dan tidak pernah memperlakukannya seperti anaknya, mereka berdua sudah melewati hidup bersama lebih dari belasan tahun.Reina tidak ingin melihat pemandangan menyesakkan ini, jadi dia keluar dari kamar mayat itu.Dia berjongkok di koridor dan membenamkan kepalanya dalam pelukannya sendiri.Tiba-tiba, cahaya di depannya terhalang sesuatu dan Reina merasa ada seseorang berdiri di hadapannya.Reina mengangkat kepalanya perlahan dan melihat Morgan yang memakai jas berdiri di hadapannya, "Kamu nggak apa-apa?"Reina langsung membuang muka supaya Morgan tidak melihat matanya
Reina tidak ingin surat itu, jadi dia menolaknya. Namun, dia langsung merebut surat itu dari tangan Reina."Kak, biar aku yang lihat ya apa yang ibu katakan."Diego sudah tahu bahwa Treya memenangkan gugatan perceraian dan menerima harta gono gini dalam jumlah besar.Diego membuka surat itu dengan penuh semangat, namun ternyata yang ada di dalam surat itu semua hanya tentang Reina."Nana, maaf. Aku tahu pembelaan apa pun yang kuberikan sekarang nggak ada gunanya, tapi aku tetap mau minta maaf. Aku bukan manusia, aku nggak pantas jadi ibumu. Tapi untungnya aku memang bukan ibumu ...."Diego merasa ada yang janggal saat membaca surat ini.Apa maksudnya untung dia bukan ibu Reina?Namun, Diego tidak berpikiran macam-macam.Dia terus membaca isi permintaan maaf Treya dan akhirnya pada beberapa kalimat terakhir, Diego melihat informasi yang dia inginkan."Aku sudah mempercayakan semua asetku pada seorang pengacara, semua harta itu untukmu."Kalimat ini seketika membuat kepala Diego berdengu
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba