Malam ini benar-benar dingin sekali sebab angin telah berhembus mengenai pohon-pohon yang ada di rumah semuanya bergerak mengikuti nada angin yang sedang berhembus tersebut, orang-orang melindungi dirinya masing-masing dengan mengenakan selimut yang sangat hangat, kecuali mereka yang masih muda yang penampilannya menyepelekan dan sedang mengenggam kartu remi di tangan kanannya dan tidak lupa miras berada di tangan kirinya.
“Iya akhirnya aku menang”“Huuuh kamu curang” ujar sahabat-sahabat pemuda tersebutPara pemuda itu jalan sempoyongan menuju rumah masing-masing secara perlahan dengan wajahnya yang sangat gembira karena habis menang judi. Tangannya yang sangat kekar mengetuk pintu kayu yang telah rapuh.“Tolong buka pintunya!”“Iya sebentar, astgfirullah Rayhan kamu main judi lagi Nak?”“Iya ibu aku menag ini uangnya sangat banyak”“Tolong kamu buang uang itu, itu adalah uang haram”“Cerewet kamu” ujar Rayhan sambil mendorang seorang perempuan tua ituDengan segera Rayhan masuk ke kamar tidur dengan penuh hati yang penuh dengan rasa kesal, membanting pintu kamar meluncur di atas ranjangnya yang telah berantakan. Devi sangat tidak menduga anak yang telah dia lahirkan sejak 14 tahun yang lalu, kok tega mendorongnya hingga jatuh, sungguh benar-benar durhaka anak tersebut, belum lagi TBC yang sekarang menjadi mimpi buruknya.Malam yang telah terlewati kini berubah menjadi pagi yang cerah, Rayhan bangun tanpa menata tempat tidurnya, dia mencari makan seperti kucing yang sedang kelaparan, semua dapur telah diacak oleh dia, dia sangat marah sebab perutnya kelaparan sudah mengamuk ingin diberi jatah.“Ibu…ibu!”Tidak ada respon yang telah didengarkan oleh Rayhan, sehingga dia sudah mulai kesal lalu dengan segera dia melangkahkan kakinya menuju ke kamar ibunya.“Ibu, ibu bagaimana sih masa sudah pagi-pagi gini tidak menyiapkan sarapan?” caci makinyaTetap saja tidak ada jawaban“Bila ibu tidak mau keluar Rayhan dobrak nihhh”Disebabkan sudah terlalu lama menunggu dan mulutnya berucap sendiri akhirnya pintu kamar ibunya telah sukses di dobrak, betapa terkejutnya Rayhan setelah melihat ibunya yang telah melahirkannya terkuai lemas di atas tempat tidur, dia batuk berkali-kali hingga mengeluarkan darah“Ibu..ibu ada apa?”“Rayhan berjanjilah sama ibu jadilah anak yang soleh bertakwa kepada Allah, menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya ya Nak!”“Ibu..ibu”Pada akhirnya Devi telah menghembuskan nafas terakhirnya dalam kondisi khusnul khatimah dengan mengucapkan kedua kalimat syahadat ketika skaratul maut. Dengan segera Rayhan mengumumkan kepada tetangganya bahwa ibunya telah tiada di waktu pagi hari, sebagian orang telah berdatangan, akhirnya Devi telah dimakamkan tidak jauh dari kuburan bapaknya, Jono.Setelah peristiwa itu Rahyan berjanji akan merubah perilakunya menjadi anak yang soleh, sekarang dia selalu rajin sholat dan mengaji, meninggalkan kebiasaan buruknya, mulai mencintai Allah dan Rasullnya, hingga dia sekarang tumbuh menjadi dewasa dia sudah menjadi ustad dan telah menikah dengan wanita solehah dan saat ini dia telah hidup bahagia dengan seorang anak dari hasil pernikahannya.Dalam ruangan khusus yang sangat tidak luas, Diana adalah seorang perempuan yang tengah meringkuk di sudut ruangan. Dia sedang menangis sesegukan saat mengingat kejadian itu, dia pun mengabaikan sekitarnya yang terdapat bintang kecil menjijikan. Peristiwa itu telah terjadi tiga tahun lalu, dimana seorang bapak telah berupaya menyelamatkan dirinya dari reruntuhan gempa bumi, yang mengakibatkan bapaknya menghembuskan nafas terakhir. Ibunya menjadi semakin tidak menyukainya. Mulai saat itulah ruangan itu telah menjadi kamarnya. Sebuah kamar yang hanya terbuat dari kardus dan selimut menjadi penghangat saat itu dia sedang bersedih. “Dasar anak sialan, gara-gara kamu suamiku menghembuskan nafas terakhirnya”Ucapan ibu terus teringat di kepalanya. Dia tidak mengingkan hal ini terjadi. Diana hanya mau ibunya tidak membencinya. Ketukan pintu dari luar telah menyadarkan Diana dari lamunannya. Muncullah seorang perempuan paruh baya telah memasuki ruangan tersebut
Ada seorang ibu yang berkata kepada anaknya yang memiliki bentuk fisik yang tidak sempurna “Pergilah kamu, kamu itu bukan anakku” dia itu bernama Maylina Tasha yang biasa di sapa akrab May. Dia adalah anak dari pasangan Ferdi dan Yusni yang hidup serba kekurangan dan tinggal di kota besar yakni Semarang. May telah lahir secara prematur mengakibatkan kondisi fisiknya tidak sempurna bahkan ketika lahir pun terdapat suatu keanehan yang telah terjadi, dia lahir tanpa adanya tangisan. Dia telah di vonis mengidap bisu setelah melalui proses pemeriksaan beberapa dokter. Sifat ibunya telah berubah sejak mengetahui anaknya bisu, bahkan dia sudah tidak mengakui May sebagai anak kandungnya. Berbeda dengan Ferdi bapaknya, meskipun dia tahu bahwa anaknya itu bisu, dia tetap memberikan kasih sayang kepadanya sebagai bapak kandung. Saat ini May telah tumbuh menjadi seorang anak yang selalu tegar dan selalu ceria, usianya saat ini menginjak delapan tahun, meskipun dia bisu dia tid
Aku adalah seorang siswa SMP, namaku adalah Adelia Azzahra, panggilanku adalah Adel. Dalam keluargaku, aku adalah anak tunggal dari kedua orang tuaku. Mereka sangat mencintaiku dan setiap hari kita selalu meluangkan waktu bersama-sama.Pada saat aku mulai masa-masa pergaulan dan mulai meminta sesuatu yang macam-macam yang segera aku dapatkan, aku pernah merasa sangat kesal sama ibuku tanpa sebab yang pasti. Ketika ibuku menasihatiku aku selalu melawan, aku selalu mengamuk-ngamuk dengan dia, bahkan apabila permintaanku kepada ibu selalu ditunda-tunda olehnya, aku sangat marah sekali bahkan sampai-sampai barang-barang disekitar rumah telah diobark-abrik olehku tepat dihadapan ibu. Walaupun aku sering melawan dan mengamuk-ngamuk, ibuku tidak marah dan mengucapkan kepadaku “Nak yang sabar, besok pasti ibu kasih” sambil merapikan barang-barang yang telah ku obrak-abrik.Aku semakin marah kepada ibuku namun tidak berapa lama kemudian bapakku telah datang &ldquo
Hallo perkenalkan namaku adalah Susi aku adalah anak yang kelima dari lima bersaudara yang menetap di pedesaan tertinggal. Aku telah berusia dua belas tahun dan masih bersekolah di Sekolah Dasar (SD). Aku selalu melaksanakan tugas rumah dan sekaligus tugas sekolah. Tugas rumah memanglah sangat berat apabila dikerjakan oleh anak seusiaku terlebih sebabnya memang aku melaksanakannya pada saat aku mood saja.Ibu kandungku merupakan seseorang yang sangat disiplin peduli lingkungan, dan mencintai kebersihan. Bahkan ibuku merupakan seorang yang sangat cerewet sekali. Bukan hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja, seusai pulang sekolah ibuku selalu memintaku untuk membantu membuatkan kue untuk dijual. Ibuku jarang sekali marah sebabnya aku selalu membantu membuatkan kuenya dirumah. Semuanya itu harus terpaksa kulakukan sebabnya anak seusiaku lebih suka bermain dibandingkan membantu ibunya. Bahkan suatu saat ibuku pernah tidak memberikanku uang jajan sebabnya aku sangat bandel ti
Tanggal 2 Mei adalah hari ulang tahun ibuku yang 95. Aku sangat bersyukur bahwa ibuku masih dikasih usia yang panjang. Usia itu bisa dibilang sudah cukup tua dan kadang terserang penyakit. Tidak banyak seseorang dapat mencapai usia itu. Akan tetapi ibuku masih sehat, penghilatannya, dan pendengarannya masih sangat tajam.Walalupun dia harus sering menggunakan kursi roda untuk melangkah, ibu masih dapat mengikuti berita melalu siaran langsung televisi maupun radio, terutama acara pegajian. Baru kira-kira empat setengah tahun terakhir ini ibu telah berhenti dari kegiatannya dalam organisasi PKK dan majelis taklim di tingkat desa.Aku merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Semua saudaraku adalah perempuan. Menurut orang, kami cantik-cantik, berkulit putih, mungkin juga itu menurun dari ibu yang juga sangat cantik dan putih. Bila memandang foto ibu masa muda dahulu, walalupun foto berwarna hitam putih, memang ibu dahulu cantik seperti artis film. Bapakku telah meng
Dengan tergesa-gesa, Riski telah berlari melewati halaman rumahnya. Dengan muka yang penuh gembira, baru kali ini seorang anak yang sedang duduk dibangku kelas 7 SMP tersebut memegang sebuah piala. Nampaknya dia sudah tidak sabar lagi untuk menunjukan piala kepada ibunya dan ingin membuktikan bahwa bakat sepak bola yang dia tekuni dapat membuahkan prestasi. “Ibuuu…aku pulang” ujar Riski setengah berteriak sambil membuka pintuRiski sangat tertegun, di bagian ruang tamu ada banyak sekali tetangga yang sedang duduk mengerumuni ibunya. Riski berupaya untuk melangkah lebih dekat. Beberapa langkah kemudian Riski telah memandang ibunya sedang sedih sambil memanggil-manggil namanya. “Ibu…mengapa ibu sedih? Ini aku Riski ibu…ini adalah piala yang aku janjikan sebelumnya, aku telah sukses menjadi juara satu ibu..” ujar Riski mulai dilanda kecemasan. Akan tetapi tidak ada seorang pun yang menanggap ucapannya, termasuk ibunya yang s
Aku akan selalu memanggilnya “Mamah” kepada seorang yang telah melahirkanku.“Sepatuku ditaruh dimana”“Loh kamu yang selalu memakai kok tanya mamah” ujar mamah yang sedang berada di dapurYa begitulah cara mamah mendidikku supaya aku menjadi anak yang dewasa, ya memang ibuku adalah insiatorku guruku yang tidak pernah kuakui bila dia adalah seorang guru. Cerita tentang ibuku banyak sekali yang ingin kuceritakan. Oh iya perkenalkan namaku adalah Rizal usiaku sekarang 22 tahun dan dengan usiaku yang saat ini sudah tidak mungkin kuceritakan ibuku dalam waktu yang beberapa tahun yang lalu dari tahun kelahiranku sampai sekarang sebab cerita ini sangat panjang dan dia benar-benar menginspirasiku. Dicerita ini aku hanya akan menceritakan beberapa bagian saja yang dapat dikatakan sangat menyemangatiku. Bahkan mungkin masih ada seseorang yang lain yang tidak menyadari betapa sangat menginspirasi sekali ibuku ini, namun bila kalian semua tida
Daerah dimana tempat aku sedang bekerja telah dinyatakan sebagai zona merah, aku selalu mencurigai Barto, nama kucing perilaharaanku yang telah menemaniku selama dua tahun di rumah kontrakanku. Ekornya yang sangat meliuk panjang berparam bulu halus dan tebal yang berwarna putih dan hitam tersebut tidak bisa lagi memunculkan keindahan di pandanganku. Setiap kali dia pulang ke kontrakan lalu mengeong untuk minta makan, belakangan ini sering kuhiraukan hingga dia hanya meringkuk di pojok dapur dengan mata yang redup serta lidah menjilat-jilat kaki depan. Aku baru saja memberinya makan jika dia berada disana.Aku menjaga jarak dengan kucing yang sebelumnya selalu menemaniku tidur. Sering dia berupaya untuk masuk ke kamar, namun aku selalu mengusirnya sehingga dia meninggalkan kamarku sambil mengibaskan ekornya yang bergerak dengan lemah. Pandemi Corona makin mengganas, gerakan Barto akan kubatasi. Ini memasuki awal bulan puasa, dia hanya kuperkenankan pulang hingga di teras.