Dalam ruangan khusus yang sangat tidak luas, Diana adalah seorang perempuan yang tengah meringkuk di sudut ruangan. Dia sedang menangis sesegukan saat mengingat kejadian itu, dia pun mengabaikan sekitarnya yang terdapat bintang kecil menjijikan. Peristiwa itu telah terjadi tiga tahun lalu, dimana seorang bapak telah berupaya menyelamatkan dirinya dari reruntuhan gempa bumi, yang mengakibatkan bapaknya menghembuskan nafas terakhir. Ibunya menjadi semakin tidak menyukainya. Mulai saat itulah ruangan itu telah menjadi kamarnya. Sebuah kamar yang hanya terbuat dari kardus dan selimut menjadi penghangat saat itu dia sedang bersedih.
“Dasar anak sialan, gara-gara kamu suamiku menghembuskan nafas terakhirnya”Ucapan ibu terus teringat di kepalanya. Dia tidak mengingkan hal ini terjadi. Diana hanya mau ibunya tidak membencinya.Ketukan pintu dari luar telah menyadarkan Diana dari lamunannya. Muncullah seorang perempuan paruh baya telah memasuki ruangan tersebut dengan mukanya yang sangat khawatir. Perempuan tersebut telah mendatanginya dengan tergesa-gesa.“Nona Diana, barusan ibunya jatuh pingsan dan saat ini dia sedang berada di rumah sakit” ujar perempuan itu dengan penampilan wajah yang sangat cemas. Diana sangat kaget setelah mendengarkan penjelasan perempuan itu.“Mbok Minah, tolong antarkan saya ke rumah sakit, aku ingin melihat kondisi ibu” ujar Diana sambil terus menahan tetesan air matanya.Dengan segera Mbok Minah mengambil kursi roda dan membantu Diana untuk mendudukinya, kemudian segera menuju ke luar ruangan. Pada akhirnya Mbok Minah telah masuk kedalam ruangan rumah sakit menuju ruang pasien, sambil mendorong kursi roda yang sedang diduduki oleh Diana. Disana ada seorang dokter baru selesai memeriksa kondisi ibunya. Dengan penuh kecemasan Diana dengan segera mendatangi sang dokter itu.“Dokter, bagaiman kondisi ibu saya?”“Kondisinya benar-benar sangat memprihatikan. Terjadi kerusakan pada kedua batu ginjal ibu kamu sudah sangat parah sekali, solusinya adalah ibu kamu harus menjalankan operasi transpantasi ginjal, kita sedang berupaya untuk mendapatkan pendonornya” ujar sang dokter itu“Terima kasih Dokter, mohon usahakan yang terbaik untuk ibu saya”“Baiklah kita akan berupaya semaksimal mungkin” respon sang dokter sambil melangkahkan kakinya untuk meninggalkan DianaSetelah mendengarkan penjelasan dari Dokter, layaknya seribu pedang yang sangat tajam telah menancap ke arah jantungnya. Walaupun ibunya sangat membencinya, Diana akan selalu menyyangi ibunya. Melihat kondisi ibunya yang sedang dalam keadaan masih koma, Diana selalu memanjatkan doa kepada Sang Pencipta dan mengharapkan ada seseorang yang berkenan menjadi pendonor untuk ibunya. Dia masih menunggu tanpa lelah sampai ibunya benar-benar sadar, dia memegang tangan ibunya dengan sangat lembut. Diana telah merasakan pergerakan jari-jari tangan dari ibunya secara bertahap dan memandang ibunya telah membuka matanya dengan pelan-pelan lalu memperlihatkan iris kelamnya.Sang ibu membentak Diana “Mau ngapain kamu kesini?”“Ibu, aku ingin menengok kondisi ibu, dan aku ingin sekali menemani ibu” ujar Diana sambil meneteskan air matanya.“Sekarang kamu pergi dari sini. Kamu jangan pernah datang kesini lagi, dasar anak tidak tahu diri” teriak sang ibu sambil menahan rasa sakitnya.Tetesan air mata sudah tidak sanggup lagi di bendung, dengan segera Diana pergi meninggalkan ruangan. Dia tidak mau ibunya semakin sakit saat dia sedang ada disana, lalu dia meminta tolong kepada Mbok Minah untuk mengantarkannya pulang ke rumahnya.Beberapa hari sudah dilalui sejak ibunya dirawat, akan tetapi Diana masih belum mendengar kabar adanya donatur transplantasi ginjal. Dia sangat cemas, sebab hari berganti hari keadaan ibunya semakin drop. Hand phone telah berbunyi dengan segera dia mengangkatnya ternyata dia telah mendapatkan informasi bahwa ibunya dalam kondisi kritis, dan harus segera mendapatkan transplantasi ginjal.Dengan segera Diana pergi ke rumah sakit, dan melangkahkan kakinya ke ruangan ibunya. Memandang kondisi ibunya yang semakin memprihatikan, tidak ada keputusan yang lain selain melakukan hal itu. Kemudian dengan segera dia menemui sang dokter untuk membicarakan tentang langkah transplantasi ginjal. Dia melaksanakan beberapa tes untuk meyakinkan bahwa ginjal calon pendonor akan sesuai untuk calon penerimanya. Setelah tes selesai, dia dibawa ke ruang perawatan sebelum di operasi. Disana Diana sedang menulis suatu hal, bulpoint itu terus bergerak pada selembar kertas. Dia telah meneteskan cairan yang sangat bening yang terus membasahi pipinya. Dia benar-benar ingin menyelamatkan ibunya, meskipun nyawa yang menjadi taruhannya.Dalam suatu ruangan yang hanya terdapat alat-alat pemicu kehidupan. Seorang perempuan paruhbaya sedang terbaring di tempat tidur. Dia secara perlahan-lahan membuka kelopak matanya.“Apakah Nyonya Sarah sudah sadar, saya akan panggilkan dokter” ujar Mbok Minah.Nama seorang perempuan paruhbaya itu adalah Sarah. Dia hanya terdiam memandang sekelilingnya. Kemudian tidak menunggu lama Mbok Minah telah muncul bersama dengan dokter, kemudian dengan segera dokter melakukan pemeriksaan.“Bagaimana kondisinya dokter?” Mbok Minah bertanya kepada dokter setelah selesai memeriksa“Nyonya Sarah sudah pulih. Mungkin dua minggu lagi, sudah diperbolehkan pulang” ujar dokterMbok Minah terlihat bersyukur dan mengantarkan sang dokter keluar ruangan dan mengucapkan terima kasih.Bulan kini menggantikan matahari, langit menjadi gelap bertabur dengan bintang. Mbok Minah terlihat sedang melakukan pembicaraan dengan majikannya. Tidak lama kemudian, Mbok Minah segera pergi untuk mengambil kotak lalu mengasih kepada majikan itu. Seorang perempuan tersebut telah membuka kotak itu dan menemukan selembar kertas dan selembar foto keluarga. Tangannya terus membuka surat itu.Untuk ibukuIbu, bagaimana kondisi ibu? Diana selalu berdoa untuk kesembuhan ibu. Mungkin, pada saat ibu membaca isi surat ini, Diana sudah tidak ada lagi di dunia ini. Hanya ini saja yang Diana bisa diberikan untuk ibu. Maafkan Diana. Diana berharap setelah ini, ibu sudah tidak membenci Diana lagi, semoga ibu dalam keadaan sehat selalu, Diana sangat mencintai ibuDianaTetesan air mata telah jatuh membasahi pipinya. Dia sedang menangis setelah membaca isi selembar surat dari seorang anak. Hatinya seperti tertusuk pedang saat sedang membaca kata-kata yang tertulis pada selembar kertas berwarna putih itu. Yang ada hanyalah rasa penyesalan, itulah yang dirasakan sekarang. Mengapa anak mau mengorbankan dirinya demi ibu yang selama ini dia benci, itulah yang sekarang yang dalam pikiran sang ibu itu.Hatinya telah sakit setiap mengingat tingkah lakunya kepada Diana, ujaran kata yang setiap menghunus perasaan Diana. Saat ini dia sudah mulai membenci dirinya sendiri, sebabnya menyia-nyiakan anaknya yang bernasib malang itu, menangis, bersedih, dan menyesal. Hanyalah itu yang bisa dialaminya sekarang.Ada seorang ibu yang berkata kepada anaknya yang memiliki bentuk fisik yang tidak sempurna “Pergilah kamu, kamu itu bukan anakku” dia itu bernama Maylina Tasha yang biasa di sapa akrab May. Dia adalah anak dari pasangan Ferdi dan Yusni yang hidup serba kekurangan dan tinggal di kota besar yakni Semarang. May telah lahir secara prematur mengakibatkan kondisi fisiknya tidak sempurna bahkan ketika lahir pun terdapat suatu keanehan yang telah terjadi, dia lahir tanpa adanya tangisan. Dia telah di vonis mengidap bisu setelah melalui proses pemeriksaan beberapa dokter. Sifat ibunya telah berubah sejak mengetahui anaknya bisu, bahkan dia sudah tidak mengakui May sebagai anak kandungnya. Berbeda dengan Ferdi bapaknya, meskipun dia tahu bahwa anaknya itu bisu, dia tetap memberikan kasih sayang kepadanya sebagai bapak kandung. Saat ini May telah tumbuh menjadi seorang anak yang selalu tegar dan selalu ceria, usianya saat ini menginjak delapan tahun, meskipun dia bisu dia tid
Aku adalah seorang siswa SMP, namaku adalah Adelia Azzahra, panggilanku adalah Adel. Dalam keluargaku, aku adalah anak tunggal dari kedua orang tuaku. Mereka sangat mencintaiku dan setiap hari kita selalu meluangkan waktu bersama-sama.Pada saat aku mulai masa-masa pergaulan dan mulai meminta sesuatu yang macam-macam yang segera aku dapatkan, aku pernah merasa sangat kesal sama ibuku tanpa sebab yang pasti. Ketika ibuku menasihatiku aku selalu melawan, aku selalu mengamuk-ngamuk dengan dia, bahkan apabila permintaanku kepada ibu selalu ditunda-tunda olehnya, aku sangat marah sekali bahkan sampai-sampai barang-barang disekitar rumah telah diobark-abrik olehku tepat dihadapan ibu. Walaupun aku sering melawan dan mengamuk-ngamuk, ibuku tidak marah dan mengucapkan kepadaku “Nak yang sabar, besok pasti ibu kasih” sambil merapikan barang-barang yang telah ku obrak-abrik.Aku semakin marah kepada ibuku namun tidak berapa lama kemudian bapakku telah datang &ldquo
Hallo perkenalkan namaku adalah Susi aku adalah anak yang kelima dari lima bersaudara yang menetap di pedesaan tertinggal. Aku telah berusia dua belas tahun dan masih bersekolah di Sekolah Dasar (SD). Aku selalu melaksanakan tugas rumah dan sekaligus tugas sekolah. Tugas rumah memanglah sangat berat apabila dikerjakan oleh anak seusiaku terlebih sebabnya memang aku melaksanakannya pada saat aku mood saja.Ibu kandungku merupakan seseorang yang sangat disiplin peduli lingkungan, dan mencintai kebersihan. Bahkan ibuku merupakan seorang yang sangat cerewet sekali. Bukan hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja, seusai pulang sekolah ibuku selalu memintaku untuk membantu membuatkan kue untuk dijual. Ibuku jarang sekali marah sebabnya aku selalu membantu membuatkan kuenya dirumah. Semuanya itu harus terpaksa kulakukan sebabnya anak seusiaku lebih suka bermain dibandingkan membantu ibunya. Bahkan suatu saat ibuku pernah tidak memberikanku uang jajan sebabnya aku sangat bandel ti
Tanggal 2 Mei adalah hari ulang tahun ibuku yang 95. Aku sangat bersyukur bahwa ibuku masih dikasih usia yang panjang. Usia itu bisa dibilang sudah cukup tua dan kadang terserang penyakit. Tidak banyak seseorang dapat mencapai usia itu. Akan tetapi ibuku masih sehat, penghilatannya, dan pendengarannya masih sangat tajam.Walalupun dia harus sering menggunakan kursi roda untuk melangkah, ibu masih dapat mengikuti berita melalu siaran langsung televisi maupun radio, terutama acara pegajian. Baru kira-kira empat setengah tahun terakhir ini ibu telah berhenti dari kegiatannya dalam organisasi PKK dan majelis taklim di tingkat desa.Aku merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Semua saudaraku adalah perempuan. Menurut orang, kami cantik-cantik, berkulit putih, mungkin juga itu menurun dari ibu yang juga sangat cantik dan putih. Bila memandang foto ibu masa muda dahulu, walalupun foto berwarna hitam putih, memang ibu dahulu cantik seperti artis film. Bapakku telah meng
Dengan tergesa-gesa, Riski telah berlari melewati halaman rumahnya. Dengan muka yang penuh gembira, baru kali ini seorang anak yang sedang duduk dibangku kelas 7 SMP tersebut memegang sebuah piala. Nampaknya dia sudah tidak sabar lagi untuk menunjukan piala kepada ibunya dan ingin membuktikan bahwa bakat sepak bola yang dia tekuni dapat membuahkan prestasi. “Ibuuu…aku pulang” ujar Riski setengah berteriak sambil membuka pintuRiski sangat tertegun, di bagian ruang tamu ada banyak sekali tetangga yang sedang duduk mengerumuni ibunya. Riski berupaya untuk melangkah lebih dekat. Beberapa langkah kemudian Riski telah memandang ibunya sedang sedih sambil memanggil-manggil namanya. “Ibu…mengapa ibu sedih? Ini aku Riski ibu…ini adalah piala yang aku janjikan sebelumnya, aku telah sukses menjadi juara satu ibu..” ujar Riski mulai dilanda kecemasan. Akan tetapi tidak ada seorang pun yang menanggap ucapannya, termasuk ibunya yang s
Aku akan selalu memanggilnya “Mamah” kepada seorang yang telah melahirkanku.“Sepatuku ditaruh dimana”“Loh kamu yang selalu memakai kok tanya mamah” ujar mamah yang sedang berada di dapurYa begitulah cara mamah mendidikku supaya aku menjadi anak yang dewasa, ya memang ibuku adalah insiatorku guruku yang tidak pernah kuakui bila dia adalah seorang guru. Cerita tentang ibuku banyak sekali yang ingin kuceritakan. Oh iya perkenalkan namaku adalah Rizal usiaku sekarang 22 tahun dan dengan usiaku yang saat ini sudah tidak mungkin kuceritakan ibuku dalam waktu yang beberapa tahun yang lalu dari tahun kelahiranku sampai sekarang sebab cerita ini sangat panjang dan dia benar-benar menginspirasiku. Dicerita ini aku hanya akan menceritakan beberapa bagian saja yang dapat dikatakan sangat menyemangatiku. Bahkan mungkin masih ada seseorang yang lain yang tidak menyadari betapa sangat menginspirasi sekali ibuku ini, namun bila kalian semua tida
Daerah dimana tempat aku sedang bekerja telah dinyatakan sebagai zona merah, aku selalu mencurigai Barto, nama kucing perilaharaanku yang telah menemaniku selama dua tahun di rumah kontrakanku. Ekornya yang sangat meliuk panjang berparam bulu halus dan tebal yang berwarna putih dan hitam tersebut tidak bisa lagi memunculkan keindahan di pandanganku. Setiap kali dia pulang ke kontrakan lalu mengeong untuk minta makan, belakangan ini sering kuhiraukan hingga dia hanya meringkuk di pojok dapur dengan mata yang redup serta lidah menjilat-jilat kaki depan. Aku baru saja memberinya makan jika dia berada disana.Aku menjaga jarak dengan kucing yang sebelumnya selalu menemaniku tidur. Sering dia berupaya untuk masuk ke kamar, namun aku selalu mengusirnya sehingga dia meninggalkan kamarku sambil mengibaskan ekornya yang bergerak dengan lemah. Pandemi Corona makin mengganas, gerakan Barto akan kubatasi. Ini memasuki awal bulan puasa, dia hanya kuperkenankan pulang hingga di teras.
Ibu merupakan seseorang yang sangat luar biasa. Seorang perempuan yang sangat hebat. Kehadiran jiwanya seperti cahaya dalam kegelapan dunia. Selama 9 bulan 10 hari dia benar-benar berjuang antara hidup dan mati, mempertahankan anaknya. Kasih sayang ibu seperti mentari yang selalu menyinari dunia tanpa henti. Kelembutan jiwanya layaknya hal yang paling indah yang dia miliki. Seorang yang penyabar itu selalu membuat siapa saja nyaman berada didekatnya. Cahaya matanya sangat indah bagaikan pelangi yang memunculkan warna-warni dan menghiasi langit. Ibu, engkaulah seorang perempuan yang penuh dengan arti dalam kehidupanku.Kasih seorang ibu. Perjalanannya telah tertitih, sebab usianya sudah sangat tua, sehingga bila perlu sekali, jarang dia dapat dan ingin keluar rumah. Meskipun dia memiliki seorang anak perempuan, dia harus menetap dirumah jompo, sebab kehadirannya tidak dikenankan. Tidak lupa olehnya, penderitaannya itu sangat berat saat akan melahirkan anak putrinya itu. Bapak da