Dengan tergesa-gesa, Riski telah berlari melewati halaman rumahnya. Dengan muka yang penuh gembira, baru kali ini seorang anak yang sedang duduk dibangku kelas 7 SMP tersebut memegang sebuah piala. Nampaknya dia sudah tidak sabar lagi untuk menunjukan piala kepada ibunya dan ingin membuktikan bahwa bakat sepak bola yang dia tekuni dapat membuahkan prestasi.
“Ibuuu…aku pulang” ujar Riski setengah berteriak sambil membuka pintuRiski sangat tertegun, di bagian ruang tamu ada banyak sekali tetangga yang sedang duduk mengerumuni ibunya. Riski berupaya untuk melangkah lebih dekat. Beberapa langkah kemudian Riski telah memandang ibunya sedang sedih sambil memanggil-manggil namanya.“Ibu…mengapa ibu sedih? Ini aku Riski ibu…ini adalah piala yang aku janjikan sebelumnya, aku telah sukses menjadi juara satu ibu..” ujar Riski mulai dilanda kecemasan. Akan tetapi tidak ada seorang pun yang menanggap ucapannya, termasuk ibunya yang sAku akan selalu memanggilnya “Mamah” kepada seorang yang telah melahirkanku.“Sepatuku ditaruh dimana”“Loh kamu yang selalu memakai kok tanya mamah” ujar mamah yang sedang berada di dapurYa begitulah cara mamah mendidikku supaya aku menjadi anak yang dewasa, ya memang ibuku adalah insiatorku guruku yang tidak pernah kuakui bila dia adalah seorang guru. Cerita tentang ibuku banyak sekali yang ingin kuceritakan. Oh iya perkenalkan namaku adalah Rizal usiaku sekarang 22 tahun dan dengan usiaku yang saat ini sudah tidak mungkin kuceritakan ibuku dalam waktu yang beberapa tahun yang lalu dari tahun kelahiranku sampai sekarang sebab cerita ini sangat panjang dan dia benar-benar menginspirasiku. Dicerita ini aku hanya akan menceritakan beberapa bagian saja yang dapat dikatakan sangat menyemangatiku. Bahkan mungkin masih ada seseorang yang lain yang tidak menyadari betapa sangat menginspirasi sekali ibuku ini, namun bila kalian semua tida
Daerah dimana tempat aku sedang bekerja telah dinyatakan sebagai zona merah, aku selalu mencurigai Barto, nama kucing perilaharaanku yang telah menemaniku selama dua tahun di rumah kontrakanku. Ekornya yang sangat meliuk panjang berparam bulu halus dan tebal yang berwarna putih dan hitam tersebut tidak bisa lagi memunculkan keindahan di pandanganku. Setiap kali dia pulang ke kontrakan lalu mengeong untuk minta makan, belakangan ini sering kuhiraukan hingga dia hanya meringkuk di pojok dapur dengan mata yang redup serta lidah menjilat-jilat kaki depan. Aku baru saja memberinya makan jika dia berada disana.Aku menjaga jarak dengan kucing yang sebelumnya selalu menemaniku tidur. Sering dia berupaya untuk masuk ke kamar, namun aku selalu mengusirnya sehingga dia meninggalkan kamarku sambil mengibaskan ekornya yang bergerak dengan lemah. Pandemi Corona makin mengganas, gerakan Barto akan kubatasi. Ini memasuki awal bulan puasa, dia hanya kuperkenankan pulang hingga di teras.
Ibu merupakan seseorang yang sangat luar biasa. Seorang perempuan yang sangat hebat. Kehadiran jiwanya seperti cahaya dalam kegelapan dunia. Selama 9 bulan 10 hari dia benar-benar berjuang antara hidup dan mati, mempertahankan anaknya. Kasih sayang ibu seperti mentari yang selalu menyinari dunia tanpa henti. Kelembutan jiwanya layaknya hal yang paling indah yang dia miliki. Seorang yang penyabar itu selalu membuat siapa saja nyaman berada didekatnya. Cahaya matanya sangat indah bagaikan pelangi yang memunculkan warna-warni dan menghiasi langit. Ibu, engkaulah seorang perempuan yang penuh dengan arti dalam kehidupanku.Kasih seorang ibu. Perjalanannya telah tertitih, sebab usianya sudah sangat tua, sehingga bila perlu sekali, jarang dia dapat dan ingin keluar rumah. Meskipun dia memiliki seorang anak perempuan, dia harus menetap dirumah jompo, sebab kehadirannya tidak dikenankan. Tidak lupa olehnya, penderitaannya itu sangat berat saat akan melahirkan anak putrinya itu. Bapak da
Waktu itu adalah hari liburan sekolah untuk pertama kalinya. Aku telah tidur larut malam sehingga dampaknya bangunnya kesiangan. Aku telah memeriksa jam telah menunjukan pukul 10.00 siang, terbangun sebab suara teriakan ibu yang telah mencuci dari dapur.“Han, bangun sudah jam 10.00. minta tolong berikan beras di toko Pak Toni” suara teriakan ibu dari dapur“Iya ibu” responku sambil bangun lalu membasuh muka“Ini uangnya, tolong jangan lama-lama ya, ibu mau masak nasi. Bapakmu akan pulang nanti ngertinya nasi belum matang, ayo buruan” ujar ibu“Baik ibu” responkuTiba-tiba selama perjalanan, tepat di sebelah perempatan jalan aku telah melihat seorang perempuan dengan berpakaian sangat kumuh sambil membawa kantong plastik, aku mengira dia telah berusia sekitar 50 tahunan. Melihat dia aku sangat kasihan, kemudian aku mencoba untuk mendatangi lalu mengajaknya berbicara.“Ibu sedang apa disini?” ta
Disuatu desa tertinggal, hiduplah keluarga yang terdiri dari seorang ibu yang bernama Marminah dan seorang anak. Suaminya telah menghembuskan nafas terakhir sejak setahun yang lalu. Hari demi hari, sang ibu bekerja sebagai pengumpul barang bekas untuk dijual kembali.Anaknya masih duduk dibangku SD kelas 4, habis pulang sekolah selalu membantu ibunya ditempat bekerja. Pada suatu hari sepulang sekolah, anak tersebut telah menjadi korban kecelakaan dan harus dirawat dirumah sakit.Setelah mendengar kabar itu, ibu Marminah segera minta ijin untuk melihat keadaan anaknya itu dirumah sakit yang letaknya sangat dekat dari tempat kerja. Setelah sampai disana, secara tiba-tiba ibu menangis sebab melihat kondisi anaknya dengan keadaan tidak sadar. Beberapa saat kemudian dokter menghampirinya dan mengatakan“Ibu apakah ini anaknya ibu?” tanya dokter“Iya pak, saya adalah ibu kandungnya, bagaimana kondisi anak saya dokter?” tanya sang ibu&ldquo
Hai perkenalkan namaku Mira, seorang perempuan yatim yang sedang duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Aku sekarang tinggal bersama ibu kandungku di sebuah rumah gubug tua, peninggalan ayah yang telah menghembuskan nafas terakhir sejak 3 tahun yang lalu disebabkan mempunyai riwayat penyakit jantung. Setiap hari aku berangkat ke sekolah untuk menuntut ilmu dan ibu bekerja. Kita termasuk salah keluarga yang tidak mampu, jika ibu tidak bekerja seharipun, maka uang untuk kebutuhan makan akan sangat susah. Dapat dikatakan, hidup kami tergantung dari penghasilan pekerjaan ibu.Suatu saat, aku berangkat kesekolah dengan mengenakan pakaian yang telah usang dan kusam, sedangkan resleting tas yang telah kugunakan rusak semua, sebab sudah berusia tiga tahun. Kondisi itu menjadi bahan bully sahabat-sahabatku selama disekolah setiap harinya. Akan tetapi aku tetap tabah, tanpa merasa iri dan sakit hati.Pada sore harinya, tas yang sedang kugunakan telah tersangkut di suatu paku l
Sebelum daun-daun itu berguguran, peganglah matahari itu Nak. Aku akan disini. Dalam kesunyian seolah-olah diterpa rasa sunyi yang tak henti. Tidak tahu kenapa, saat ini terasa berbeda dari hari-hari sebelumnya. Jenuh, resah serta gelisah rasanya. Aku telah bosan dengan tugas-tugas harianku yang sedang kukerjakan. Apakah kamu masih disini Joe? Suara tersebut seolah-olah memecahkan keheningan. Ya memang responku dengan suara parau sambil mengangguk ringan. Bukankah kamu seharusnya kembali ke daerahmu untuk menengok ibu yang sudah lama sakit? Setelah mendengar pertanyaan itu, pikiranku secara tidak sadar mengarah pada desa yang sunyi, dimana tempat aku telah dilahirkan, berbaring, merangkak, duduk, terlatih, berjalan, berlari, jatuh, dan bangun kembali.Desa yang masih sangat jauh dari suatu tempat yang penuh dengan keramaian disebabkan pesatnya pembangunan infrasturktur. Suatu desa yang mempertemukan aku dan saudara-saudaraku yang lain. Suatu tempat dimana aku mulai menyak
Perkenalkan namaku adalah Ririn. Aku merupakan siswa kelas 10 di salah satu SMA negeri di kotaku, aku telah dilahirkan dari keluarga yang sangat sederhana. Aku tinggal bersama ibu dan bapak. Pas kebetulan aku adalah salah anak tunggal. Sehingga aku menjadi perhatian orang tuaku. Pada saat aku mempunyai masalah sekecil apapun, aku selalu mencurhatkan kepada mereka dan kedua orang tuaku berkenan mendengar semua isi curhatanku. Akan tetapi suatu hal ini tidak membuatku menjadi bangga dan tidak membuatku tumbuh menjadi anak yang sangat manja.Selama berada disekolah, aku adalah anak yang selalu aktif. Menurutku berprestasi dan selalu aktif di aspek akademik saja tidak cukup puas, sehingga harus didorong dengan aktivitas di ruang lingkup non akademik. Berdasarkan pemikirian itulah yang makin membuatku masuk kedalam suatu organisasi di sekolahku. Organisasi tersebut berada dibawah OSIS. Organisasi tersebut selalu banyak aktivitas. Dengan demikian banyak waktuku terfosir untuk aktivit
Di suatu hari di desa yang sangat terpencil hiduplah seorang ibu yang baru saja melahirkan satu cabang balita di bidan yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah proses melahirkan itu, seorang ibu ingin sekali menyaksikan kondisi buah hatinya yang baru saja dilahirkan oleh dia“Mohon maaf bisakah saya melihat bayi saya?” permintaan ibu tersebut kepada seorang bidan.Akan tetapi, pada saat gendongan telah berpindah tangan lalu dia membukan selimut yang membungkus muka bayi dengan jenis kelamin perempuan yang mungil tersebut, seorang ibu terlihat menahan nafasnya.Ternyata tidak diduga bayi yang telah dilahirkan itu tidaklah sempurna, tanpa kedua belah telinga! Walaupun sedikit kaget, seorang ibu tetap menimang bayinya dengan penuh rasa kasih sayang.Seiring berjalannya waktu yang telah berlalu seorang anak perempuan tersebut akhirnya telah tumbuh dewasa dengan kekurangan yang dimiliki. Saat ini anak perempuan itu selalu saja diejekin oleh teman-temannya se
Ibu selalu mengerjakan rutinitas hari demi hari yang mayoritas selalu sama dengan hari-hari sebelumnya. Namun, yang membedakan adalah mungkin saat keluar rumah untuk belanja di mini market, sekalian ambil uang di ATM, lalu jika sedang bermurah hati membeli kudapan dari warung yang berada dipinggir jalan. Yang paling terkesan ibu selalu berada dirumah, akan tetapi tidak pernah kulihat ibu selalu bersantai pada waktu siang hari dengan nyaman. Selalu banyak saja yang dikerjakan oleh ibu.Bila tidak berkebun dan dijatuhi semut dari suatu pohon mangga di dasternya, ibu mengepel teras yang tidak lama lagi akan dikotori oleh debu jalanan, ataupun tidur-tidur ayam di depan Televisi kemudian terbangun secara tiba-tiba lalu dengan segera melangkahkan kaki menuju jemuran ketika langit telah berubah menjadi abu-abu.Aku selalu saja menyamakan ibuku dengan semut yang tidak pernah berhenti bergerak mengelilingi rumah. Semut yang selalu terkait dirinya dengan berbagai tugas-tugas s
Saat ini Pram telah kembali terserang oleh rasa ambivalen ketika melihat muka cantik di sampingnya. Sedangkan mobil-mobil yang sedang berjenjan di depan ataupun dibelakangnya benar-benar layaknya kerumunan semut yang saling berdesakan menuju ke dunia kehidupannya.Dan naasnya, dia merupakan salah satu dari semut-semut tersebut. Suatu sumber kehidupannya yakni Bu’e, yang sering menentukan untuk tinggal di kampung. Apakah itu benar Bu’e adalah sumber kehidupannya? Kemudian, mengapa dia lebih mendengarkan pendapat Yusti, yang adalah istrinya, dibandingkan nasihat Bu’e? dia sangat mencintai Yusti sepenuh hati. Akan tetapi, dia saat ini tidak suka dengan Yusti begitu Srini telah memberikan kabar bahwa di kampung, Bu’e sedang mengalami sakit dan terbaring lemas. Jika saja Yusti mau sedikit mengalah. Yusti telah menggeliat dan membuka matanya ketika suara pengemudi mobil yang ada dibelakangnya telah membunyikan klakson berulang kali.“Mas
Pagi saat ini tidak seperti biasanya, dapur sangat sepi padahal jam telah menunjukan pukul 05.30. sku setengah terbangun dengan mata yang masih tertutup sebab tidurku yang terlalu nyenyak sekali. “Alangkah sepi” pikiranku“Kemanakah ibu? Kok tidak ada yang membangunkanku? Ibu kemana? Ibu biasanya paling dulu membangunkanku, namun saat ini tidak ada suara tersebut? Ibu….ibu dimanakah? Ibu! Dimanakah baju seragamku!” setengah berteriak dan marah aku turun dari tempat tidur“Ibu…ih dimana sih ibu! Ibu aku sudah kesiangan nih, baju seragamku dimana?” aku berteriak sekali lagi smabil masuk ke kamar mandi sebab aku harus segera dengan sekolah.“Wah! Pas? Kena macet lagi nih, aduh! Bagaimana ini, aku sangat malu kesiangan” pikiranku sambil menggerutu.Setelah selesai mandi ternyata ibu tidak muncul juga, pada akhirnya aku mencari ibu kedapur namun tidak ada. Kemudian aku cari lagi ke kamarnya, dan betap
Saat ini Pram telah kembali terserang oleh rasa ambivalen ketika melihat muka cantik di sampingnya. Sedangkan mobil-mobil yang sedang berjenjan di depan ataupun dibelakangnya benar-benar layaknya kerumunan semut yang saling berdesakan menuju ke dunia kehidupannya.Dan naasnya, dia merupakan salah satu dari semut-semut tersebut. Suatu sumber kehidupannya yakni Bu’e, yang sering menentukan untuk tinggal di kampung. Apakah itu benar Bu’e adalah sumber kehidupannya? Kemudian, mengapa dia lebih mendengarkan pendapat Yusti, yang adalah istrinya, dibandingkan nasihat Bu’e? dia sangat mencintai Yusti sepenuh hati. Akan tetapi, dia saat ini tidak suka dengan Yusti begitu Srini telah memberikan kabar bahwa di kampung, Bu’e sedang mengalami sakit dan terbaring lemas. Jika saja Yusti mau sedikit mengalah. Yusti telah menggeliat dan membuka matanya ketika suara pengemudi mobil yang ada dibelakangnya telah membunyikan klakson berulang kali.“Mas
Pagi saat ini tidak seperti biasanya, dapur sangat sepi padahal jam telah menunjukan pukul 05.30. sku setengah terbangun dengan mata yang masih tertutup sebab tidurku yang terlalu nyenyak sekali. “Alangkah sepi” pikiranku“Kemanakah ibu? Kok tidak ada yang membangunkanku? Ibu kemana? Ibu biasanya paling dulu membangunkanku, namun saat ini tidak ada suara tersebut? Ibu….ibu dimanakah? Ibu! Dimanakah baju seragamku!” setengah berteriak dan marah aku turun dari tempat tidur“Ibu…ih dimana sih ibu! Ibu aku sudah kesiangan nih, baju seragamku dimana?” aku berteriak sekali lagi smabil masuk ke kamar mandi sebab aku harus segera dengan sekolah.“Wah! Pas? Kena macet lagi nih, aduh! Bagaimana ini, aku sangat malu kesiangan” pikiranku sambil menggerutu.Setelah selesai mandi ternyata ibu tidak muncul juga, pada akhirnya aku mencari ibu kedapur namun tidak ada. Kemudian aku cari lagi ke kamarnya, dan betap
Disuatu desa terpencil hiduplah keluarga yang sangat sederhana. Keluarga yang kata masyarakat, mereka merupakan keluarga yang bahagia ketika itu. Pak Ahmad dan Bu Tina yang sering mereka katakan pada waktu itu.Mereka memiliki dua orang anak yang bernama Rizal dan Riza. Riza merupaka anak sulung yang memiliki keberanian dan mandiri dalam masalah apapun. Dia selalu memperoleh kasih sayang dari bapak dan ibu kandungnya. Walaupun seperti itu, tidak membuatnya menjadi seorang anak yang sangat manja dan terlalu bergantung kepada kedua orang tuanya. Hingga suatu saat, ibunya telah melahirkan anak kedua (Riza) adiknya Rizal. Akan tetapi setelah melahirkan ibunya memiliki penyakit yang sangat parah dan mengharuskan bapaknya membawanya kerumah sakit, dan ternyata sekian lama dirawat secara insentif dirumah sakit, Nyawa ibu Tina tidak dapat diselamatkan. Hal tersebut membuat Rizal dan bapaknya sangat terpukul atas kepergian istri sekaligus ibu untuk anak-anaknya. Bu Tina meni
Dialah penyemangatku, dialah wanita yang telah melahirkanku dan merawatku hingga aku beranjak dewasa seperti sekarang. Dialah wanita yang orang-orang ceritakan perjuangannya. Ternyata dialah yang selalu setia menemaniku dalam suka maupun duka. Hatinya lembut seperti kain sutra. Ketika itu aku menyaksikan ibuku sedang duduk dikursi tua, dengan segera aku mendatanginya.“Nak, cepatlah makan, ibu sudah menyiapkan untuk kamu makan di meja makan” ujar ibuku“Ibu, mengapa ibu tidak ikut makan bersamaku?” tanyakuLalu ibuku menjawab “Ibu sudah kenyang Nak, ibu sudah makan sejak tadi Nak”Beberapa menit kemudian aku menyaksikan ibuku yang dengan sembunyi-bunyi meminum banyak air, dalam hati aku mengucapkan sambil meneteskan air mata.“Ibu, Ani tahu bahwa ibu belum makan sampai-sampai ibu meminum banyak air untuk mengganjal perut ibu dari rasa lapar”Pagi yang sangat cerah aku dengan segera untuk berangkat se
Banyak sekali kisah yang pernah ditulis dan dibaca berkali-kali sampai pada waktu ini. Akan tetapi, indahnya kisah cinta tersebut tidak akan selalu mengiringi indahnya kisah cinta dari sesosok ibu terhadap anaknya.Ibu merupakan seseorang yang rela kehilangan nyawa demi mempertahankan kelangsungan hidup anaknya ibu merupakan seorang perempuan yang penuh dengan kasih sayang dan cinta.Pada saat aku dilahirkan, profesi ibuku adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) di salah satu instansi negara. Disebabkan ibuku sibuk bekerja, aku lebih sering meluangkan waktuku bersama pamanku kakak kandung ibuku yang sedang tinggal dirumahku saat ini.Aku terlahir sebagai anak pertama dari ketiga adik kandungku, jarak usiaku dengan adikku yang kedua adalah tiga tahun dan jarak usiaku dengan adikku yang terakhir adalah tujuh tahun.Disebabkan ibuku sering sibuk bekerja dikantor, aku tidak begitu dekat sekali dengan ibuku. Apalagi aku merasa ibuku lebih menyangangi kedua adikku. Pada saa