Ibuku seperti malaikat yang telah diturunkan dari surga, untuk melindungi anak-anaknya, ibu adalah kesayanganku, ibuku merupakan seseorang yang paling baik di dunia ini. Setiap hari dia selalu bangun jam setengah 3 tengah malam untuk melaksanakan sholat tahajud guna berdoa untuk kesuksesan anak-anaknya, menyiapkan sarapan pagi untuk bapak, aku, dan adik-adikku. Setelah semuanya usai dilaksanakan ibuku menyiapkan diri untuk melangkahkan kakinya menuju sawah untuk membantu bapak.
Keringat deras bercucuran di seluruh tubuhnya, tidak mengenal capek dan tanpa mengenal waktu, itu semuanya dilaksanakan demi untuk membiayai sekolah aku dan adik-adikku. Bahkan sampai-sampai ibuku sering telat makan disebabkan kerjanya yang sangat giat, dia sering menolak apabila diajak makan dikarenakan masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan.Suatu hari ibuku sedang mengalami sakit, dia hanya mampu berbaring di tempat tidur saja. Dia tetap bersi keras untuk melangkahkan kakinya menuju sawah guna bekerja membantu bapak meskipun kondisinya sedang tidak sehat, bahkan kita semua sudah melarang ibu untuk pergi ke sawah namun ibu hanya menyampaikan,“Sayang kasihan bapakmu bekerja sendirian di sawah, tidak ada yang membantu”Ibuku selalu menasehati aku dan adik-adikku supaya belajar dengan rajin dan menjadi seorang yang sukses di masa depan setiap sore dan setiap malam.“Anak-anakku semua ibu ingin menyampaikan pesan kepada kalian semua untuk selalu rajin belajar, ibu menginginkan kalian semua menjadi orang yang sukses, jangan seperti ibu dan bapak kalian yang tidak pandai dan hanya mampu bekerja sebagai petani yang penghasilannya tidak pasti”Ketika ibuku telah jatuh sakit, dia selalu menolak untuk periksa ke dokter dikarenakan tidak ada biaya, sementara ketika uang sudah ada pun masih tetap saja menolak disebabkan uangnya akan dipakai untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah aku dan adik-adikku,“Sayang jangan bawa ibu untuk periksa ke dokter, uangnya lebih baik di pakai untuk kebutuhan lainnya dan biaya sekolahmu, ibu tidak apa-apa kok, kamu tidak usah khawatir”Ketika salah satu dari kami sedang jatuh sakit, dengan segera ibuku mengantarkan kita untuk periksa ke dokter, ibuku tidak peduli berapa banyak uang yang harus dia keluarkan untuk berobat, yang ibuku pikirkan adalah kesehatan aku dan adik-adikku.Terima kasih ibu, yang telah melahirkanku dan membesarkanku selama setahun, engkau telah mengorbankan nyawamu yang sangat berharga demi untuk melahirkanku dan merawatku serta membesarkanku dengan susah payah. Ibu akan kubaktikan semua hidupku hanya untukmu. Aku sayang sekali sama ibu.Sinta adalah seorang janda yang telah ditinggal mati oleh suaminya yang bermata pencaharian sebagai seorang nelayan dan juga seorang ibu rumah tangga yang mempunyai dua anak. Sampai saat ini dia masih belum mengetahui kondisi suaminya tersebut. Jasadnya masih belum berhasil diketemuan selama bertahun-tahun lamanya setelah peristiwa kecelakaan kapal sudah terjadi. Sinta telah berkomitmen bila dia masih melihat jasad suaminya itu dengan sendiri dia berpendapat bahwa suaminya masih belum meninggal.Ucapan Sinta mengharapkan bila keajaiban tersebut tiba dan membawa suami pulang kerumah dengan keadaan selamat “Bila aku masih belum menemukan suamiku dengan usahaku sendiri. Aku akan tetap menunggu dia sampai bertahun-tahun lamanya bahkan sampai malaikat maut akan mencabut nyawaku”Sinta benar-benar merasa tidak tenang saat itu. Dialah yang telah mengantarkan suaminya pergi menuju ke kapalnya untuk mencari ikan di pagi yang indah itu. Pada saat itu Sinta telah berpesan
Malam ini benar-benar dingin sekali sebab angin telah berhembus mengenai pohon-pohon yang ada di rumah semuanya bergerak mengikuti nada angin yang sedang berhembus tersebut, orang-orang melindungi dirinya masing-masing dengan mengenakan selimut yang sangat hangat, kecuali mereka yang masih muda yang penampilannya menyepelekan dan sedang mengenggam kartu remi di tangan kanannya dan tidak lupa miras berada di tangan kirinya. “Iya akhirnya aku menang”“Huuuh kamu curang” ujar sahabat-sahabat pemuda tersebutPara pemuda itu jalan sempoyongan menuju rumah masing-masing secara perlahan dengan wajahnya yang sangat gembira karena habis menang judi. Tangannya yang sangat kekar mengetuk pintu kayu yang telah rapuh.“Tolong buka pintunya!” “Iya sebentar, astgfirullah Rayhan kamu main judi lagi Nak?”“Iya ibu aku menag ini uangnya sangat banyak”“Tolong kamu buang uang itu, itu adalah uang har
Dalam ruangan khusus yang sangat tidak luas, Diana adalah seorang perempuan yang tengah meringkuk di sudut ruangan. Dia sedang menangis sesegukan saat mengingat kejadian itu, dia pun mengabaikan sekitarnya yang terdapat bintang kecil menjijikan. Peristiwa itu telah terjadi tiga tahun lalu, dimana seorang bapak telah berupaya menyelamatkan dirinya dari reruntuhan gempa bumi, yang mengakibatkan bapaknya menghembuskan nafas terakhir. Ibunya menjadi semakin tidak menyukainya. Mulai saat itulah ruangan itu telah menjadi kamarnya. Sebuah kamar yang hanya terbuat dari kardus dan selimut menjadi penghangat saat itu dia sedang bersedih. “Dasar anak sialan, gara-gara kamu suamiku menghembuskan nafas terakhirnya”Ucapan ibu terus teringat di kepalanya. Dia tidak mengingkan hal ini terjadi. Diana hanya mau ibunya tidak membencinya. Ketukan pintu dari luar telah menyadarkan Diana dari lamunannya. Muncullah seorang perempuan paruh baya telah memasuki ruangan tersebut
Ada seorang ibu yang berkata kepada anaknya yang memiliki bentuk fisik yang tidak sempurna “Pergilah kamu, kamu itu bukan anakku” dia itu bernama Maylina Tasha yang biasa di sapa akrab May. Dia adalah anak dari pasangan Ferdi dan Yusni yang hidup serba kekurangan dan tinggal di kota besar yakni Semarang. May telah lahir secara prematur mengakibatkan kondisi fisiknya tidak sempurna bahkan ketika lahir pun terdapat suatu keanehan yang telah terjadi, dia lahir tanpa adanya tangisan. Dia telah di vonis mengidap bisu setelah melalui proses pemeriksaan beberapa dokter. Sifat ibunya telah berubah sejak mengetahui anaknya bisu, bahkan dia sudah tidak mengakui May sebagai anak kandungnya. Berbeda dengan Ferdi bapaknya, meskipun dia tahu bahwa anaknya itu bisu, dia tetap memberikan kasih sayang kepadanya sebagai bapak kandung. Saat ini May telah tumbuh menjadi seorang anak yang selalu tegar dan selalu ceria, usianya saat ini menginjak delapan tahun, meskipun dia bisu dia tid
Aku adalah seorang siswa SMP, namaku adalah Adelia Azzahra, panggilanku adalah Adel. Dalam keluargaku, aku adalah anak tunggal dari kedua orang tuaku. Mereka sangat mencintaiku dan setiap hari kita selalu meluangkan waktu bersama-sama.Pada saat aku mulai masa-masa pergaulan dan mulai meminta sesuatu yang macam-macam yang segera aku dapatkan, aku pernah merasa sangat kesal sama ibuku tanpa sebab yang pasti. Ketika ibuku menasihatiku aku selalu melawan, aku selalu mengamuk-ngamuk dengan dia, bahkan apabila permintaanku kepada ibu selalu ditunda-tunda olehnya, aku sangat marah sekali bahkan sampai-sampai barang-barang disekitar rumah telah diobark-abrik olehku tepat dihadapan ibu. Walaupun aku sering melawan dan mengamuk-ngamuk, ibuku tidak marah dan mengucapkan kepadaku “Nak yang sabar, besok pasti ibu kasih” sambil merapikan barang-barang yang telah ku obrak-abrik.Aku semakin marah kepada ibuku namun tidak berapa lama kemudian bapakku telah datang &ldquo
Hallo perkenalkan namaku adalah Susi aku adalah anak yang kelima dari lima bersaudara yang menetap di pedesaan tertinggal. Aku telah berusia dua belas tahun dan masih bersekolah di Sekolah Dasar (SD). Aku selalu melaksanakan tugas rumah dan sekaligus tugas sekolah. Tugas rumah memanglah sangat berat apabila dikerjakan oleh anak seusiaku terlebih sebabnya memang aku melaksanakannya pada saat aku mood saja.Ibu kandungku merupakan seseorang yang sangat disiplin peduli lingkungan, dan mencintai kebersihan. Bahkan ibuku merupakan seorang yang sangat cerewet sekali. Bukan hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja, seusai pulang sekolah ibuku selalu memintaku untuk membantu membuatkan kue untuk dijual. Ibuku jarang sekali marah sebabnya aku selalu membantu membuatkan kuenya dirumah. Semuanya itu harus terpaksa kulakukan sebabnya anak seusiaku lebih suka bermain dibandingkan membantu ibunya. Bahkan suatu saat ibuku pernah tidak memberikanku uang jajan sebabnya aku sangat bandel ti
Tanggal 2 Mei adalah hari ulang tahun ibuku yang 95. Aku sangat bersyukur bahwa ibuku masih dikasih usia yang panjang. Usia itu bisa dibilang sudah cukup tua dan kadang terserang penyakit. Tidak banyak seseorang dapat mencapai usia itu. Akan tetapi ibuku masih sehat, penghilatannya, dan pendengarannya masih sangat tajam.Walalupun dia harus sering menggunakan kursi roda untuk melangkah, ibu masih dapat mengikuti berita melalu siaran langsung televisi maupun radio, terutama acara pegajian. Baru kira-kira empat setengah tahun terakhir ini ibu telah berhenti dari kegiatannya dalam organisasi PKK dan majelis taklim di tingkat desa.Aku merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Semua saudaraku adalah perempuan. Menurut orang, kami cantik-cantik, berkulit putih, mungkin juga itu menurun dari ibu yang juga sangat cantik dan putih. Bila memandang foto ibu masa muda dahulu, walalupun foto berwarna hitam putih, memang ibu dahulu cantik seperti artis film. Bapakku telah meng
Dengan tergesa-gesa, Riski telah berlari melewati halaman rumahnya. Dengan muka yang penuh gembira, baru kali ini seorang anak yang sedang duduk dibangku kelas 7 SMP tersebut memegang sebuah piala. Nampaknya dia sudah tidak sabar lagi untuk menunjukan piala kepada ibunya dan ingin membuktikan bahwa bakat sepak bola yang dia tekuni dapat membuahkan prestasi. “Ibuuu…aku pulang” ujar Riski setengah berteriak sambil membuka pintuRiski sangat tertegun, di bagian ruang tamu ada banyak sekali tetangga yang sedang duduk mengerumuni ibunya. Riski berupaya untuk melangkah lebih dekat. Beberapa langkah kemudian Riski telah memandang ibunya sedang sedih sambil memanggil-manggil namanya. “Ibu…mengapa ibu sedih? Ini aku Riski ibu…ini adalah piala yang aku janjikan sebelumnya, aku telah sukses menjadi juara satu ibu..” ujar Riski mulai dilanda kecemasan. Akan tetapi tidak ada seorang pun yang menanggap ucapannya, termasuk ibunya yang s
Di suatu hari di desa yang sangat terpencil hiduplah seorang ibu yang baru saja melahirkan satu cabang balita di bidan yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah proses melahirkan itu, seorang ibu ingin sekali menyaksikan kondisi buah hatinya yang baru saja dilahirkan oleh dia“Mohon maaf bisakah saya melihat bayi saya?” permintaan ibu tersebut kepada seorang bidan.Akan tetapi, pada saat gendongan telah berpindah tangan lalu dia membukan selimut yang membungkus muka bayi dengan jenis kelamin perempuan yang mungil tersebut, seorang ibu terlihat menahan nafasnya.Ternyata tidak diduga bayi yang telah dilahirkan itu tidaklah sempurna, tanpa kedua belah telinga! Walaupun sedikit kaget, seorang ibu tetap menimang bayinya dengan penuh rasa kasih sayang.Seiring berjalannya waktu yang telah berlalu seorang anak perempuan tersebut akhirnya telah tumbuh dewasa dengan kekurangan yang dimiliki. Saat ini anak perempuan itu selalu saja diejekin oleh teman-temannya se
Ibu selalu mengerjakan rutinitas hari demi hari yang mayoritas selalu sama dengan hari-hari sebelumnya. Namun, yang membedakan adalah mungkin saat keluar rumah untuk belanja di mini market, sekalian ambil uang di ATM, lalu jika sedang bermurah hati membeli kudapan dari warung yang berada dipinggir jalan. Yang paling terkesan ibu selalu berada dirumah, akan tetapi tidak pernah kulihat ibu selalu bersantai pada waktu siang hari dengan nyaman. Selalu banyak saja yang dikerjakan oleh ibu.Bila tidak berkebun dan dijatuhi semut dari suatu pohon mangga di dasternya, ibu mengepel teras yang tidak lama lagi akan dikotori oleh debu jalanan, ataupun tidur-tidur ayam di depan Televisi kemudian terbangun secara tiba-tiba lalu dengan segera melangkahkan kaki menuju jemuran ketika langit telah berubah menjadi abu-abu.Aku selalu saja menyamakan ibuku dengan semut yang tidak pernah berhenti bergerak mengelilingi rumah. Semut yang selalu terkait dirinya dengan berbagai tugas-tugas s
Saat ini Pram telah kembali terserang oleh rasa ambivalen ketika melihat muka cantik di sampingnya. Sedangkan mobil-mobil yang sedang berjenjan di depan ataupun dibelakangnya benar-benar layaknya kerumunan semut yang saling berdesakan menuju ke dunia kehidupannya.Dan naasnya, dia merupakan salah satu dari semut-semut tersebut. Suatu sumber kehidupannya yakni Bu’e, yang sering menentukan untuk tinggal di kampung. Apakah itu benar Bu’e adalah sumber kehidupannya? Kemudian, mengapa dia lebih mendengarkan pendapat Yusti, yang adalah istrinya, dibandingkan nasihat Bu’e? dia sangat mencintai Yusti sepenuh hati. Akan tetapi, dia saat ini tidak suka dengan Yusti begitu Srini telah memberikan kabar bahwa di kampung, Bu’e sedang mengalami sakit dan terbaring lemas. Jika saja Yusti mau sedikit mengalah. Yusti telah menggeliat dan membuka matanya ketika suara pengemudi mobil yang ada dibelakangnya telah membunyikan klakson berulang kali.“Mas
Pagi saat ini tidak seperti biasanya, dapur sangat sepi padahal jam telah menunjukan pukul 05.30. sku setengah terbangun dengan mata yang masih tertutup sebab tidurku yang terlalu nyenyak sekali. “Alangkah sepi” pikiranku“Kemanakah ibu? Kok tidak ada yang membangunkanku? Ibu kemana? Ibu biasanya paling dulu membangunkanku, namun saat ini tidak ada suara tersebut? Ibu….ibu dimanakah? Ibu! Dimanakah baju seragamku!” setengah berteriak dan marah aku turun dari tempat tidur“Ibu…ih dimana sih ibu! Ibu aku sudah kesiangan nih, baju seragamku dimana?” aku berteriak sekali lagi smabil masuk ke kamar mandi sebab aku harus segera dengan sekolah.“Wah! Pas? Kena macet lagi nih, aduh! Bagaimana ini, aku sangat malu kesiangan” pikiranku sambil menggerutu.Setelah selesai mandi ternyata ibu tidak muncul juga, pada akhirnya aku mencari ibu kedapur namun tidak ada. Kemudian aku cari lagi ke kamarnya, dan betap
Saat ini Pram telah kembali terserang oleh rasa ambivalen ketika melihat muka cantik di sampingnya. Sedangkan mobil-mobil yang sedang berjenjan di depan ataupun dibelakangnya benar-benar layaknya kerumunan semut yang saling berdesakan menuju ke dunia kehidupannya.Dan naasnya, dia merupakan salah satu dari semut-semut tersebut. Suatu sumber kehidupannya yakni Bu’e, yang sering menentukan untuk tinggal di kampung. Apakah itu benar Bu’e adalah sumber kehidupannya? Kemudian, mengapa dia lebih mendengarkan pendapat Yusti, yang adalah istrinya, dibandingkan nasihat Bu’e? dia sangat mencintai Yusti sepenuh hati. Akan tetapi, dia saat ini tidak suka dengan Yusti begitu Srini telah memberikan kabar bahwa di kampung, Bu’e sedang mengalami sakit dan terbaring lemas. Jika saja Yusti mau sedikit mengalah. Yusti telah menggeliat dan membuka matanya ketika suara pengemudi mobil yang ada dibelakangnya telah membunyikan klakson berulang kali.“Mas
Pagi saat ini tidak seperti biasanya, dapur sangat sepi padahal jam telah menunjukan pukul 05.30. sku setengah terbangun dengan mata yang masih tertutup sebab tidurku yang terlalu nyenyak sekali. “Alangkah sepi” pikiranku“Kemanakah ibu? Kok tidak ada yang membangunkanku? Ibu kemana? Ibu biasanya paling dulu membangunkanku, namun saat ini tidak ada suara tersebut? Ibu….ibu dimanakah? Ibu! Dimanakah baju seragamku!” setengah berteriak dan marah aku turun dari tempat tidur“Ibu…ih dimana sih ibu! Ibu aku sudah kesiangan nih, baju seragamku dimana?” aku berteriak sekali lagi smabil masuk ke kamar mandi sebab aku harus segera dengan sekolah.“Wah! Pas? Kena macet lagi nih, aduh! Bagaimana ini, aku sangat malu kesiangan” pikiranku sambil menggerutu.Setelah selesai mandi ternyata ibu tidak muncul juga, pada akhirnya aku mencari ibu kedapur namun tidak ada. Kemudian aku cari lagi ke kamarnya, dan betap
Disuatu desa terpencil hiduplah keluarga yang sangat sederhana. Keluarga yang kata masyarakat, mereka merupakan keluarga yang bahagia ketika itu. Pak Ahmad dan Bu Tina yang sering mereka katakan pada waktu itu.Mereka memiliki dua orang anak yang bernama Rizal dan Riza. Riza merupaka anak sulung yang memiliki keberanian dan mandiri dalam masalah apapun. Dia selalu memperoleh kasih sayang dari bapak dan ibu kandungnya. Walaupun seperti itu, tidak membuatnya menjadi seorang anak yang sangat manja dan terlalu bergantung kepada kedua orang tuanya. Hingga suatu saat, ibunya telah melahirkan anak kedua (Riza) adiknya Rizal. Akan tetapi setelah melahirkan ibunya memiliki penyakit yang sangat parah dan mengharuskan bapaknya membawanya kerumah sakit, dan ternyata sekian lama dirawat secara insentif dirumah sakit, Nyawa ibu Tina tidak dapat diselamatkan. Hal tersebut membuat Rizal dan bapaknya sangat terpukul atas kepergian istri sekaligus ibu untuk anak-anaknya. Bu Tina meni
Dialah penyemangatku, dialah wanita yang telah melahirkanku dan merawatku hingga aku beranjak dewasa seperti sekarang. Dialah wanita yang orang-orang ceritakan perjuangannya. Ternyata dialah yang selalu setia menemaniku dalam suka maupun duka. Hatinya lembut seperti kain sutra. Ketika itu aku menyaksikan ibuku sedang duduk dikursi tua, dengan segera aku mendatanginya.“Nak, cepatlah makan, ibu sudah menyiapkan untuk kamu makan di meja makan” ujar ibuku“Ibu, mengapa ibu tidak ikut makan bersamaku?” tanyakuLalu ibuku menjawab “Ibu sudah kenyang Nak, ibu sudah makan sejak tadi Nak”Beberapa menit kemudian aku menyaksikan ibuku yang dengan sembunyi-bunyi meminum banyak air, dalam hati aku mengucapkan sambil meneteskan air mata.“Ibu, Ani tahu bahwa ibu belum makan sampai-sampai ibu meminum banyak air untuk mengganjal perut ibu dari rasa lapar”Pagi yang sangat cerah aku dengan segera untuk berangkat se
Banyak sekali kisah yang pernah ditulis dan dibaca berkali-kali sampai pada waktu ini. Akan tetapi, indahnya kisah cinta tersebut tidak akan selalu mengiringi indahnya kisah cinta dari sesosok ibu terhadap anaknya.Ibu merupakan seseorang yang rela kehilangan nyawa demi mempertahankan kelangsungan hidup anaknya ibu merupakan seorang perempuan yang penuh dengan kasih sayang dan cinta.Pada saat aku dilahirkan, profesi ibuku adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) di salah satu instansi negara. Disebabkan ibuku sibuk bekerja, aku lebih sering meluangkan waktuku bersama pamanku kakak kandung ibuku yang sedang tinggal dirumahku saat ini.Aku terlahir sebagai anak pertama dari ketiga adik kandungku, jarak usiaku dengan adikku yang kedua adalah tiga tahun dan jarak usiaku dengan adikku yang terakhir adalah tujuh tahun.Disebabkan ibuku sering sibuk bekerja dikantor, aku tidak begitu dekat sekali dengan ibuku. Apalagi aku merasa ibuku lebih menyangangi kedua adikku. Pada saa