Jika memang cinta sulit membedakan antara yang benar dan yang salah? Jadi! Kenapa Ailen melarikan diri dan tidak berani menghadapi ini semua. Itu adalah pertanyaan yang selalu membayangi pikiran Arav.
”Cinta sungguh memerlukan keberanian untuk menghadapi rumor dan gosip. Jadi ...? kenapa kamu lari dari semua ini Ailen” gumam Arav dengan hati yang kecewa.
Setelah selesai merenung? Arav akhirnya memutuskan untuk menemui Ailen dengan harapan agar semua bisa menjadi lebih jelas.
Tidak lama berlalu! Arav sampai juga di pertemuan itu. Tempat teman-temannya biasa untuk berkumpul bersama.
“Nah ...! itu dia akhirnya datang juga,” ucap salah satu teman Arav.
Suasana yang menjadi terasa ramai setelah kedatangan Arav pun akhirnya menjadi pecah setelah sekian lama dia tidak menghadiri perkumpulan itu.
“Wah ...! akhirnya pangeran yang kita tunggu-tunggu datang juga. Ayo duduk sini Rav.” sapa Ansel dengan gembira. Teman yang menghubungi Arav sebelumnya.
Tanpa berkata apa-apa? Arav pun duduk di sebelah Ansel dan tanpa sadar dia duduk berhadapan langsung dengan Ailen.
Hati Arav menjadi sesak begitu dia melihat langsung perubahan yang terlihat dari Ailen. Perasaan yang campur aduk? Seakan Arav tidak percaya dengan apa yang dia lihat di hadapannya itu.
“Hai Arav? Apa kabar?” sapa Ailen dengan tersenyum.
Arav yang hanya diam sambil memandangi Ailen tidak menjawab. Dia berharap kekecewaannya selama ini bisa dia lampiaskan pada Ailen dengan bertemu seperti ini. Dia tidak tahu apakah harus senang atau sedih saat ini.
Melihat suasana yang seperti mencekam di meja itu? Ansel dan beberapa teman lainnya mencoba beralasan memberikan waktu untuk mereka berdua.
“Sepertinya ada yang memanggil saya.”
“Ah kenapa minumanku tidak ditaruh gula sih! Aku harus menemui pelayan di sini.”
“Aku tinggal dulu ya Rav! Aku juga sempat kaget tadi, semoga berhasil.” bisik Ansel sambil menepuk pundak Arav untuk memberi semangat.
Setelah berbagai alasan itu, kini tinggal mereka berdua yang berada di meja itu.
“Lama tidak bertemu Rav? Kata anak-anak kamu sangat susah untuk diajak seperti ini. Tapi hari ini tumben kamu ....”
“CUKUP AILEN,” tegas Arav dengan sedikit nada tinggi.
Seketika Ailen terdiam melihat Arav yang begitu di hadapannya.
“Maaf Rav? Aku ingin menemuimu bukan untuk melihat keadaanmu yang menyedihkan ini? Ada hal yang ingin aku sampaikan pada ....”
“Sudah bertahun-tahun Len! Aku selalu mencari kabar ke mana-mana. Siang dan malam aku bahkan tidak bisa tidur! Apa kamu tahu itu semua,” potong Arav dengan sedikit nada yang bergetar.
Namun tidak ada tanggapan yang serius dari Ailen. Tentu hal ini semakin membuat rasa kecewa semakin bertambah.
“Hah ...! bodohnya aku yang jauh-jauh datang hanya untuk mendengar ocehanmu itu Rav,” sahut Ailen sambil memainkan ujung rambut nya dengan jarinya.
Ailen hanya bersikap tenang sambil tersenyum memandangi Arav, seperti tidak ada masalah di antara mereka. Itu semakin membuat kecewa yang tidak terbendung lagi.
Bagaimana tidak? Cinta Arav yang begitu besar pada Ailen yang membuat Arav berharap penuh, kini hancur berkeping-keping begitu Ailen secara sepihak memutuskan hubungan tanpa alasan yang jelas.
“Apa kamu tahu Len? Kamu yang dulunya selalu berada di sampingku, yang selalu ada saat aku butuh kan. Namun kini ...?” ucap Arav sambil menahan emosinya.
“Itu maksudmu Rav! Tapi maaf rav? Kamu jangan salah sangka, aku sudah melupakan semua dan tidak ingin mengingat itu lagi,” balas Ailen sambil menyilangkan kedua tangannya.
“Semua hanya masa lalu Rav? Aku harap kamu jangan membawa perasaan itu lagi,” lanjutnya sambil memegang gelas, lalu meminumnya.
Seolah Ailen merasa tidak bersalah dengan semua ini.
“A-apa kamu bilang Ailen?” sahut Arav sambil menggenggam kedua tangannya.
“Ini alasan kamu ingin menemuiku? Licin sekali lidahmu itu sekarang,” lanjutnya.
“Arav! Apa kamu tahu? Tentang sebuah cinta yang disebut MELEPASKAN,” tandas Ailen.
“Apa kamu masih ingat tentang apa yang kamu katakan dulu? Mencintai orang bukan mencari yang berpandangan sama? Tapi belajarlah untuk menghargai pandangan. Aku masih memegang kata itu sampai sekarang Rav,” lanjut Ailen dengan sedikit nada tegas.
“CUKUP! Hati yang pernah terluka masih bisa mencintai SIAPA,” balas Arav sambil berdiri.
“Aku mau menemuimu untuk meminta penjelasan darimu. Namun? Apa yang kudapat sekarang, sepertinya sudah cukup menjelaskan semuanya,” lanjut Arav sambil melangkahkan kakinya.
Namun langkahnya berhenti setelah Ailen mengatakan sesuatu.
“RISKA CLAUDYA AYUNIARA.”
“Aku dengar dia gadis yang cantik dan menarik? Sampai-sampai kamu rela menjadi guru di sekolahnya. Apakah dia akan jadi KORBANMU selanjutnya? Sungguh malang nasib gadis itu,” sindir Ailen.
“Da-dari mana kamu tahu? Ailen. Itu semua tidak seperti yang kamu pikirkan,” pungkas Arav sambil mendekati Ailen.
“Hemm ...! sepertinya benar. Aku hanya ingin memastikan sesuatu saja. Tidak perlu kamu tahu dari mana. Yang jelas? AKU KECEWA DENGAN KAMU ARAV," tegas Ailen sambil mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Arav yang sedang kebingungan.
“Tu-tunggu Ailen?” Arav memegang tangan Ailen berusaha menghentikannya.
“A-apa maksudmu? Kita tidak ada hubungan apa-apa lagi? Aku harap kamu jangan mengganggu hidupku lagi Ailen. Aku mohon berhentilah sekarang,” lanjutnya dengan serius sambil menatap mata Ailen dengan tangannya yang bergetar menahan emosi.
“Lepaskan tangan kotormu itu Arav. Ingat? Jangan merasa hanya kamu yang benar Rav! Dan aku yang bersalah. Mungkin kamu lupa? Tapi, sampai detik ini aku masih mengingat ITU,” sela Ailen setelah melepaskan genggaman tangan Arav ia pun langsung pergi meninggalkan tempat itu.
Hati Arav yang teriris dan seluruh tubuhnya bergetar lemas mendengar jawaban Ailen yang seperti itu. Bahkan dia tidak menyangka melihat Ailen yang tidak ada keraguan di wajahnya mengatakan itu.
Arav mengira dengan bertemu begitu? Dia mendapat pengakuan dan penjelasan dari Ailen. Tetapi kenyataannya tidak seperti harapannya.
“Hei Arav! Aku memperhatikan kalian dari tadi? Sepertinya kali ini cukup serius,” sapa Ansel sambil mengajaknya duduk.
“Ansel! Aku bingung? Apa yang harus kulakukan ke depannya. Aku tidak ingin ada korban lagi? Kamu tahu kan! Sifat asli Ailen,” tutur Arav dengan lemas sambil memegang kepalanya.
“Hei kawan? Aku juga tahu dia. Tapi ingat Rav? Cuma kamu yang bisa menahan dia. Aku kira dia menghilang ke luar negeri karena sudah menyesali perbuatannya,” sela Ansel sambil menepuk pundaknya untuk menyemangati Arav.
“Tidak semudah itu Ansel? Kamu Cuma tidak tahu saja masalah sebenarnya. Dan? Dari mana dia tahu tentang Riska.”
“RISKA? Siapa dia,” tanya Ansel penasaran.
“Nanti juga lo tahu,” jawab Arav.
Ansel yang sudah tahu mereka berdua sejak dulu? Bahkan sejak dari kecil, sebab mereka dibesarkan di daerah yang sama sehingga membuat mereka bertiga berteman dengan baik dan mengetahui sifat dari masing-masing.
“Satu yang kupinta darimu Rav? Mungkin ini yang terakhirnya. Lebih baik kamu jauhi gadis itu walaupun gw gak tahu siapa dia. Tapi ingat Rav? Jangan membuat gadis itu jadi KORBAN SELANJUTNYA,” pinta Ansel.
DEG! Hati Arav berdetak kencang setelah mendengar Ansel? Ia baru ingat sesuatu dan itu membuatnya semakin berada dalam kebingungan yang tidak pasti. Ia ingat kenapa Ailen bersikap seperti itu. Sebab semua kejadian sebelumnya adalah disebabkan dari kecemburuan Ailen yang buta.
“Ailen! aku harap kamu jangan mengulangi tindakan bodohmu itu,” ucap Arav dalam hati.
Hari yang semakin sore, terlihat awan hitam berkumpul di langit? Membuat sinar sang mentari yang meredupkan cahayanya. Angin perlahan datang yang diikuti setitik demi setitik air yang turun dari langit.Di tengah obrolan yang hangat itu?“Hei Rav lu mau pergi?” tanya Ansel melihat Arav yang tiba-tiba bangun dari tempat duduknya.“Maaf Ansel? Gua ingin sendiri dulu,” jawab Arav dengan nada datar sambil bergegas pergi.Langkah kaki Arav semakin cepat begitu ia melihat di luar hujan yang sudah turun. Namun? Tepat di pintu keluar dan saat yang bersamaan? Terdengar suara yang membuat semua teman-teman Arav di ruangan itu tertuju ke arah suara itu.“Aduh! ma-maaf? Kami tidak tahu ternyata ruangan ini sudah ada orangnya?” ucap seorang gadis sambil menahan sedikit rasa malu.“Ah! tidak perlu minta maaf? Saya yang seharusnya meminta maaf,” jawab Arav sambil memungut kunci motornya yang jatuh.Nam
“Apa yang dilakukan mereka di tempat seperti ini?”Terlihat perempuan itu sedang memikirkan sesuatu setelah ia selesai berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Sambil berdiri di samping mobil berwarna merah muda, seperti sedang menyusun rencana yang belum pasti.“Aha ...! aku tahu apa yang bagus untuk kalian berdua,” ucap perempuan itu sambil menyeringai tertawa senang.KEESOKAN HARINYA.“Hei, putri tidur! Bangun?” panggil Claisya sambil menggoyangkan badan Riska yang masih tidur.Riska langsung berjalan pelan menuju kamar mandi dengan mata yang masih redup. Seperti orang yang sedang mengumpulkan nyawa ke tubuh.“Hmm! Riska ...!” seru Clasiya dengan nada yang manja.“Hari ini tidak bisa,” sela Riska.Setelah selesai dengan urusan paginya itu? Riska sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah langsung membalas dan tahu maksud tujuan dari Claisya.
“Ti-tidak nona! Saya yang salah. Saya malu karena kejadian ini. Sungguh! Di luar perkiraan saya.”“Hei kamu? Cepat kemari dan beri hormat pada nona Claisya dan nona Riska,” lanjutnya sambil memanggil penjaga itu.“MAAFKAN SAYA! Karena sudah menahan Anda tadi. Itu karena saya tidak tahu Anda. Sekali lagi maaf,” serunya dengan perasaan bersalah penjaga itu sangat ketakutan.“Aku tidak peduli itu,” tandas Claisya secara tegas.Tentunya jawaban itu membuat penjaga semakin ketakutan. Sampai dia berpikir inilah akhir dari pekerjaannya.“Paman? Tolong antarkan kami bertemu manajer di sini!” lanjutnya.Di saat mereka akan pergi? Riska memegang tangan Claisya dan membuat langkahnya berhenti.“Kak ...!” gumam Riska.Sambil perlahan memalingkan kepala ke arah penjaga itu. Claisya yang langsung paham akan maksud Riska langsung berkata.“Maaf! Nama Anda sia
“Jadi. Kita harus bagaimana nona?” tanya pria itu.“Tunggu ...! terlalu dini jika langsung ke puncak? Sepertinya aku akan bermain-main dulu dengannya,” lanjutnya sambil menyeringai.Mereka pun pergi begitu saja setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan.Sementara itu, Arav yang ingin mengembalikan diary pada pemiliknya sedang kebingungan. Lantaran dia tidak melihat Riska dan Claisya di sekolah. Karena tidak ada kabar, dia menanyakan pada siswa lain kenapa mereka tidak datang? Namun tidak ada satupun yang tahu alasan mereka tidak hadir.Sebenarnya Arav masih ragu siapa pemilik Diary itu., tapi dia yakin bahwa itu adalah milik Riska. Melihat dari awal dia menemukan diary, sampai dengan inisial di cover diary itu.Tidak berselang lama, Arav dikejutkan oleh getaran ponsel di kantong kanannya. Ternyata itu adalah pesan dari Ailen.“Untuk apa dia menghubungiku?” Arav dengan wajah kebingungan bertanya-ta
Melihat keadaan Ailen mulai resah, Arav melepas genggaman tangannya.Terlihat bekas merah tepat di pergelangan tangan Ailen, membuat Arav merasa bersalah akibat itu.“Ma-maaf Ailen! Aku tidak bermaksud membuat tanganmu seperti itu,” tutur Arav merasa bersalah.Namun bukan menjawab, Ailen pergi tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Itu tentu semakin membuat Arav merasa sangat bersalah terhadap Ailen. Bukannya mendapat penjelasan, malah menambah masalah baru lagi.Tidak lama berlalu setelah Arav duduk lemas. Dia bermaksud meninggalkan tempat itu untuk menenangkan pikirannya. Saat berjalan, langkahnya sempat berhenti, lantaran dia melihat Riska dan Claisya ternyata melihat semua kejadian barusan itu.Tidak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka? Arav bermaksud menjelaskan semua sambil dia juga teringat akan Diary yang ada padanya saat ini untuk dikembalikan.Melihat Arav yang berjalan ke arah mereka? Sontak saja, Claisya m
“Teman apaan ...! itu kan derita kamu sendiri. Kamu ini ya ...,” teriak kesal Claisya berdiri sambil mengambil tas dengan muka masam nya. “Sudahlah. Membuat pusing kepala saja. Kakak harus buru-buru,” lanjutnya berjalan pergi dengan tergesa-gesa. Sementara itu dari arah belakang, Riska yang berteriak ingin meminta solusi dari Claisya. “Kak ...! kakak ...! bagaimana ini, masa pergi begitu saja sih.” Namun Claisya sudah terlanjur pergi, dan tidak mendengar teriakannya tanpa menghiraukan candaan Riska. “Huhh ...! dasar kakak. Setidaknya, pura-pura kan bisa,” lanjutnya bergumam. Kediaman Ailen. “Celaka ...! hei kalian. Bisakah menggerakkan tubuh kalian dengan cepat? Kalian akan mendapat masalah jika aku sampai terlambat,” teriak Ailen kepada pengawalnya yang sedang menunggu mobil berjalan dengan lambat. Ailen ingin bertemu dengan salah satu keluarga kaya raya di kota itu. selain urusan bisnis, ada hal lain ju
Semua orang mengatakan cinta itu adalah surga? Tapi bagiku cinta itu adalah penjara yang terbuat dari sangkar emas. Sementara aku adalah tahanannya. Riska claudya ayuniara, duduk termenung di samping jendela bernuansa biru setelah ia membukanya. Sehingga menampilkan halaman yang tropis di samping kamar, menampilkan pemandangan yang bisa membuat suasana hati begitu tenang. Sementara Riska menikmati itu duduk bersandar tepat di atas jendela sambil menyilangkan kakinya. “Riska! kakak tahu keadaanmu sekarang. Bagaimana jika kakak memberi bantuan? Tapi ingat, ini semua tidak gratis.” Seorang gadis berdiri menatap Riska sedang termenung di depan jendela yang saat itu sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. “Biarkan Ayu sendiri kak.” Riska yang manis itu menjawab tanpa menoleh sedikitpun, membuat gadis itu pergi tanpa menghiraukannya. Riska terkenal akan kepopuleran
“Tik ... tik ....”Perlahan ritme suara itu semakin cepat dan deras. Suara itu berasal dari arah jendela, sedangkan aku yang masih tertidur, dengan perlahan membuka mata, sambil menatap langit-langit kamarku.“Hujan. Hem ...! di saat begini, kenapa sesuatu yang tidak kusukai ini selalu mengingatkanku tentang dia.”Gadis cantik itu perlahan berjalan menuju jendela, masih dengan piyama kimono pink yang ia kenakan. Sambil membuka jendela, pandangannya tertuju langsung pada hujan yang turun itu. Sambil berpikir?“Bahkan langit saja sama seperti dia? Yang cerah berwarna hijau, lalu hitam mendung begini. Karena dibalik kebahagiaan? Juga harus siap menghadapi kesengsaraan.”“Ka …! sudah waktunya. Ayo? Cepat bersiap, supaya tamu kita tidak lama menunggu.”suara yang terdengar ragu itu, perlahan mendekat. Benar saja? Itu adalah ibu yang sedang datang. Menghampiriku dengan perlahan,
“Teman apaan ...! itu kan derita kamu sendiri. Kamu ini ya ...,” teriak kesal Claisya berdiri sambil mengambil tas dengan muka masam nya. “Sudahlah. Membuat pusing kepala saja. Kakak harus buru-buru,” lanjutnya berjalan pergi dengan tergesa-gesa. Sementara itu dari arah belakang, Riska yang berteriak ingin meminta solusi dari Claisya. “Kak ...! kakak ...! bagaimana ini, masa pergi begitu saja sih.” Namun Claisya sudah terlanjur pergi, dan tidak mendengar teriakannya tanpa menghiraukan candaan Riska. “Huhh ...! dasar kakak. Setidaknya, pura-pura kan bisa,” lanjutnya bergumam. Kediaman Ailen. “Celaka ...! hei kalian. Bisakah menggerakkan tubuh kalian dengan cepat? Kalian akan mendapat masalah jika aku sampai terlambat,” teriak Ailen kepada pengawalnya yang sedang menunggu mobil berjalan dengan lambat. Ailen ingin bertemu dengan salah satu keluarga kaya raya di kota itu. selain urusan bisnis, ada hal lain ju
Melihat keadaan Ailen mulai resah, Arav melepas genggaman tangannya.Terlihat bekas merah tepat di pergelangan tangan Ailen, membuat Arav merasa bersalah akibat itu.“Ma-maaf Ailen! Aku tidak bermaksud membuat tanganmu seperti itu,” tutur Arav merasa bersalah.Namun bukan menjawab, Ailen pergi tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Itu tentu semakin membuat Arav merasa sangat bersalah terhadap Ailen. Bukannya mendapat penjelasan, malah menambah masalah baru lagi.Tidak lama berlalu setelah Arav duduk lemas. Dia bermaksud meninggalkan tempat itu untuk menenangkan pikirannya. Saat berjalan, langkahnya sempat berhenti, lantaran dia melihat Riska dan Claisya ternyata melihat semua kejadian barusan itu.Tidak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka? Arav bermaksud menjelaskan semua sambil dia juga teringat akan Diary yang ada padanya saat ini untuk dikembalikan.Melihat Arav yang berjalan ke arah mereka? Sontak saja, Claisya m
“Jadi. Kita harus bagaimana nona?” tanya pria itu.“Tunggu ...! terlalu dini jika langsung ke puncak? Sepertinya aku akan bermain-main dulu dengannya,” lanjutnya sambil menyeringai.Mereka pun pergi begitu saja setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan.Sementara itu, Arav yang ingin mengembalikan diary pada pemiliknya sedang kebingungan. Lantaran dia tidak melihat Riska dan Claisya di sekolah. Karena tidak ada kabar, dia menanyakan pada siswa lain kenapa mereka tidak datang? Namun tidak ada satupun yang tahu alasan mereka tidak hadir.Sebenarnya Arav masih ragu siapa pemilik Diary itu., tapi dia yakin bahwa itu adalah milik Riska. Melihat dari awal dia menemukan diary, sampai dengan inisial di cover diary itu.Tidak berselang lama, Arav dikejutkan oleh getaran ponsel di kantong kanannya. Ternyata itu adalah pesan dari Ailen.“Untuk apa dia menghubungiku?” Arav dengan wajah kebingungan bertanya-ta
“Ti-tidak nona! Saya yang salah. Saya malu karena kejadian ini. Sungguh! Di luar perkiraan saya.”“Hei kamu? Cepat kemari dan beri hormat pada nona Claisya dan nona Riska,” lanjutnya sambil memanggil penjaga itu.“MAAFKAN SAYA! Karena sudah menahan Anda tadi. Itu karena saya tidak tahu Anda. Sekali lagi maaf,” serunya dengan perasaan bersalah penjaga itu sangat ketakutan.“Aku tidak peduli itu,” tandas Claisya secara tegas.Tentunya jawaban itu membuat penjaga semakin ketakutan. Sampai dia berpikir inilah akhir dari pekerjaannya.“Paman? Tolong antarkan kami bertemu manajer di sini!” lanjutnya.Di saat mereka akan pergi? Riska memegang tangan Claisya dan membuat langkahnya berhenti.“Kak ...!” gumam Riska.Sambil perlahan memalingkan kepala ke arah penjaga itu. Claisya yang langsung paham akan maksud Riska langsung berkata.“Maaf! Nama Anda sia
“Apa yang dilakukan mereka di tempat seperti ini?”Terlihat perempuan itu sedang memikirkan sesuatu setelah ia selesai berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Sambil berdiri di samping mobil berwarna merah muda, seperti sedang menyusun rencana yang belum pasti.“Aha ...! aku tahu apa yang bagus untuk kalian berdua,” ucap perempuan itu sambil menyeringai tertawa senang.KEESOKAN HARINYA.“Hei, putri tidur! Bangun?” panggil Claisya sambil menggoyangkan badan Riska yang masih tidur.Riska langsung berjalan pelan menuju kamar mandi dengan mata yang masih redup. Seperti orang yang sedang mengumpulkan nyawa ke tubuh.“Hmm! Riska ...!” seru Clasiya dengan nada yang manja.“Hari ini tidak bisa,” sela Riska.Setelah selesai dengan urusan paginya itu? Riska sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah langsung membalas dan tahu maksud tujuan dari Claisya.
Hari yang semakin sore, terlihat awan hitam berkumpul di langit? Membuat sinar sang mentari yang meredupkan cahayanya. Angin perlahan datang yang diikuti setitik demi setitik air yang turun dari langit.Di tengah obrolan yang hangat itu?“Hei Rav lu mau pergi?” tanya Ansel melihat Arav yang tiba-tiba bangun dari tempat duduknya.“Maaf Ansel? Gua ingin sendiri dulu,” jawab Arav dengan nada datar sambil bergegas pergi.Langkah kaki Arav semakin cepat begitu ia melihat di luar hujan yang sudah turun. Namun? Tepat di pintu keluar dan saat yang bersamaan? Terdengar suara yang membuat semua teman-teman Arav di ruangan itu tertuju ke arah suara itu.“Aduh! ma-maaf? Kami tidak tahu ternyata ruangan ini sudah ada orangnya?” ucap seorang gadis sambil menahan sedikit rasa malu.“Ah! tidak perlu minta maaf? Saya yang seharusnya meminta maaf,” jawab Arav sambil memungut kunci motornya yang jatuh.Nam
Jika memang cinta sulit membedakan antara yang benar dan yang salah? Jadi! Kenapa Ailen melarikan diri dan tidak berani menghadapi ini semua. Itu adalah pertanyaan yang selalu membayangi pikiran Arav.”Cinta sungguh memerlukan keberanian untuk menghadapi rumor dan gosip. Jadi ...? kenapa kamu lari dari semua ini Ailen” gumam Arav dengan hati yang kecewa.Setelah selesai merenung? Arav akhirnya memutuskan untuk menemui Ailen dengan harapan agar semua bisa menjadi lebih jelas.Tidak lama berlalu! Arav sampai juga di pertemuan itu. Tempat teman-temannya biasa untuk berkumpul bersama.“Nah ...! itu dia akhirnya datang juga,” ucap salah satu teman Arav.Suasana yang menjadi terasa ramai setelah kedatangan Arav pun akhirnya menjadi pecah setelah sekian lama dia tidak menghadiri perkumpulan itu.“Wah ...! akhirnya pangeran yang kita tunggu-tunggu datang juga. Ayo duduk sini Rav.” sapa Ansel dengan gembira. Teman
Arav yang juga telah sampai di kediamannya? Tanpa membuang waktu langsung mengganti pakaiannya setelah mandi. Namun setelah ia melihat buku yang dipungutnya? Hatinya bertanya-tanya sambil berjalan pelan. Dalam hatinya ia berniat untuk mengembalikan buku itu? Namun ia tidak tahu di mana alamat rumah pemilik buku itu. Tanpa pikir panjang ia kembali meletakan buku itu di atas meja kerjanya. Namun? Mata Arav kembali dipenuhi dengan rasa penasaran ketika ia melihat lembaran buku terbuka yang tertiup angin. Seolah tidak ingin rasa penasaran itu menghantuinya! Ia langsung membaca buku itu dimulai dari lembaran terbuka yang ia lihat pertama kali. “R.C.A.” Tulisan yang ia lihat di sampul buku itu. “Sepertinya nama inisial yang punya,” ucap Arav sambil tersenyum. Arav yang penasaran langsung membuka dan membaca isi diary itu. “Waktu kian berjalan pergi, semakin lama semakin jauh? Seakan sangat lambat untuk bergerak. Namun? Tanpa sadar! Ternyata aku yang semakin ketinggalan. Aku dan diriku
Banyak yang bertanya mengapa aku bertahan dibalik penjara ini? Diam-diam aku tertawa dalam hatiku? Dan tidak menghiraukannya. Sebab jiwaku sedikit tenang melihat bunga yang mekar dengan indah di taman kecilku.Warna putihnya yang seperti salju? melambangkan kesucian dan kesejukan? Ditambah harumnya saat aku ingin menciumnya. Hanya dikala itu aku merasa nyaman walau sementara.Sebenarnya jatuh cinta itu tidak jauh seperti dua insan yang sedang memainkan permainan? Orang lain hanya boleh melihat? Akan Tetapi tidak boleh berpartisipasi di dalamnya.Bertemu denganmu adalah takdir? Menjadi temanmu adalah pilihanku? Namun jika jatuh cinta denganmu adalah diluar kendaliku.Awal Perjalanan Kisah Ini. (satu tahun sebelumnya)Hari yang terus berganti? Tanpa terasa hari libur telah usai. Pagi ini Riska dan Claisya bersiap untuk pergi sekolah? Sementara sopir pribadi mereka telah menunggu di halaman depan, ber