“Apa yang dilakukan mereka di tempat seperti ini?”
Terlihat perempuan itu sedang memikirkan sesuatu setelah ia selesai berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Sambil berdiri di samping mobil berwarna merah muda, seperti sedang menyusun rencana yang belum pasti.
“Aha ...! aku tahu apa yang bagus untuk kalian berdua,” ucap perempuan itu sambil menyeringai tertawa senang.
KEESOKAN HARINYA.
“Hei, putri tidur! Bangun?” panggil Claisya sambil menggoyangkan badan Riska yang masih tidur.
Riska langsung berjalan pelan menuju kamar mandi dengan mata yang masih redup. Seperti orang yang sedang mengumpulkan nyawa ke tubuh.
“Hmm! Riska ...!” seru Clasiya dengan nada yang manja.
“Hari ini tidak bisa,” sela Riska.
Setelah selesai dengan urusan paginya itu? Riska sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah langsung membalas dan tahu maksud tujuan dari Claisya.
“Ayu tidak mau bolos hari ini! Kakak juga tahu kan? Ada yang lebih penting sekarang,” lanjutnya sambil mengangkat tas.
“Ayolah ...! Cuma sebentar saja kok,” rayu Claisya sambil memeluknya dari belakang.
“Pulang dari sekolah saja kan juga bisa? Lagian kenapa sih. Harus selalu Ayu yang nemenin kakak?” jawabnya dengan kesal.
Claisya yang kehabisan cara itu pun langsung pergi keluar dari kamar Riska. Namun sesampainya di luar? Claisya menemukan cara ampuh yang pasti tidak bisa ditolak Riska.
“Emm! Riska? Sebenarnya Diary mu itu ...,” bisik Claisya.
Mendengar itu, sontak membuat Riska menghentikan persiapannya itu sembari menatap Claisya antara percaya dan tidak.
“Hah! apa? Jangan bercanda kak?” jawab Riska dengan terkejut.
“Oh iya benar! Kakak lupa? Kamu ada hal yang lebih penting hari ini. Jadi tidak bisa nemenin kakak,” sahut Claisya.
Sambil berjalan, Claisya keluar tanpa menoleh ke belakang. Namun usahanya itu pun tetap gagal? Setelah ia berada diruang tamu, dia masih belum melihat Riska belum datang menghampiri.
“Tin ...! tin ...!”
Terdengar suara mobil dari arah depan rumah.
“KAKAK ...! JANGAN SAMPAI KITA TERLAMBAT,” teriak seseorang dari luar.
Claisya yang sedang duduk menunggu bergegas menuju arah suara itu. Sempat terkejut begitu ia melihat Riska yang ternyata telah berada di luar memanggil.
“Ada maunya saja bersemangat begitu. Lagi pula ...,” gumam Claisya.
Claisya yang dibuat bingung oleh Riska tersenyum melihat tingkah adiknya itu sambil berjalan masuk ke mobil.
“Sejak kapan dia berada di sini?” lanjutnya dalam hati.
Hari itu mereka berdua menuju suatu tempat? Claisya yang harus menyelesaikan urusannya, sementara Riska yang selalu menemani walau terkadang harus di rayu dulu.
Sesampainya di tujuan mereka? Saat mereka berdua berjalan menuju masuk. Di tengah jalan Riska bertanya penasaran.
“Kak! Sepertinya tiba-tiba sekali? Biasanya kita kemari jika sudah selesai dari sekolah? Dan! Pakaian kakak juga tidak seperti biasannya.”
“Kakak mendapat kabar ada yang sedang tidak beres di kantor cabang. Kakak ingin mengeceknya sendiri,” jawab Claisya.
Di hari yang sebelumnya Claisya diberitahu oleh asistennya, bahwa salah satu kantor cabang mereka sedang bermasalah.
“Maaf nona! Mengganggu waktu Anda? Saya sudah mengecek salah satu yang nona perintahkan. Dan benar saja seperti dugaan nona.”
“Karyawan kita yang sudah lama mengabdi, banyak yang di PHK tanpa alasan yang jelas. Sehingga rating cabang kita menurun secara drastis. Apakah saya harus mengurusnya, nona Clasiya?” lanjutnya.
“Tidak perlu? Saya akan mengeceknya secara langsung. Dan jangan beritahu siapapun saya akan datang,” tegas Claisya dengan sedikit marah.
Claisya yang menjelaskan alasan dia harus datang ke tempat itu.
Saat berada di pintu masuk? Mereka langsung di cegat oleh penjaga pintu utama.
“Maaf! Apa ada yang bisa saya bantu?” Salah satu penjaga menyapa mereka berdua dengan ramah.
Dan betul saja. Seperti dugaan Claisya. Memang benar di kantor cabang ini sedang ada masalah yang cukup serius.
Tidak seperti biasanya? Saat mereka datang disambut oleh manajer dan beberapa karyawan penting lainnya.
Namun sekarang? Baru saja mereka sampai sudah terlihat. Namun! bukannya memberi tahu siapa sebenarnya dia? Agar tujuannya tidak terbongkar. Claisya ingin mengikuti alur permainan itu.
“Kami ingin bertemu dengan manajer kalian? Bisa tunjukkan arah ke ruangannya?” tanya Claisya.
Namun saat penjaga itu ingin bertanya maksud dan tujuan mereka kemari. Datang seorang penjaga lainnya memotong pembicaraan mereka.
“Sepertinya kalian tersesat.”
Bukannya melayani tamu dengan baik! Salah satu penjaga itu langsung mencela mereka berdua.
“Hei dik! Ada urusan apa kalian ingin menemui manajer kami. Lebih baik kalian pergi dari sini. Ini bukan tempat yang bisa kalian masuk dengan mudah. Terlebih lagi sepertinya kalian ini masih anak sekolah,” lanjutnya dengan maksud meremehkan.
“KAMU...!” teriak Riska sambil menunjuk penjaga itu.
Melihat Riska yang sedang emosi. Claisya mencoba menghentikan Riska agar identitasnya tidak terbongkar.
“Pantas saja rating di sini menjadi turun. Ternyata seperti ini kelakuan kalian pada tamu,” pungkas Claisya sambil menatap penjaga itu.
“Hei! Kamu tahu apa tentang perusahaan hah. Lebih baik kalian pulang saja. Pagi-pagi begini sudah membuat ribut di kantor kami,” sahut penjaga.
“Lebih baik kalian menikmati masa sekolah kalian selagi masih sempat,” lanjutnya sambil bermaksud melecehkan mereka berdua.
Namun tindakan itu dihalangi oleh penjaga yang menyapa mereka tadi.
Seandainya saja penjaga itu tahu siapa yang ada di hadapannya itu. Pasti dia tidak akan berbuat seperti itu. Jangankan berbicara? Menatapnya pun pasti tidak berani.
“Hei anak baru! Beraninya kamu menghalangiku. Sepertinya kamu tidak ingin bekerja di sini lagi. Kamu tahu kan manajer saudara saya,” raung penjaga ke juniornya itu.
“Ma-maaf senior. Sepertinya senior tidak perlu melakukan itu? Mereka tamu juga tamu kita,” jawabnya.
Merasa diremehkan oleh juniornya. Dia ingin memberi pelajaran kepadanya.
Namun aksinya itu langsung dihentikan oleh seorang pria yang sudah cukup tua.
“Saya mendengar ada keributan di sini? Ternyata itu kalian. Apa kalian tahu akibat perbuatan kalian,” tutur pria itu sambil berjalan menghampiri kedua penjaga disana.
“Ma-maaf Pak! Bukan seperti itu.”
Salah satu penjaga itu berkata dan langsung berdiri tegak memberi hormat pada pria yang datang itu.
Tidak seperti juniornya? Penjaga yang bersikap angkuh itu tidak menghiraukan Pria itu.
“Ah! kamu lagi pak tua. Selalu saja! Tidak bisakah kamu memberi aku waktu sedikit saja untuk mengurus mereka,” ejek penjaga itu.
“Bisakah kamu bersikap sopan sedikit saja pada orang yang lebih tua darimu?” tanya pria itu.
Perdebatan pun terjadi di antara mereka berdua. Walau posisi pria itu lebih tinggi dari penjaga itu? Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa lantaran manajernya adalah adik iparnya.
Pria itu sudah lama bekerja. Dia termasuk orang lama di situ. Kejujurannya dan pengabdiannya pada perusahaan membuat ayah Claisya sangat suka terhadap dia.
“Terserah kamulah pak tua. Kamu urus saja mereka! Aku sudah tidak tertarik,” ucap penjaga itu pergi sambil mendorong juniornya hingga terjatuh.
“Anda tidak apa-apa?” tanya Riska sambil menolong penjaga.
Namun? Bukan main terkejutnya pria tua itu, setelah melihat dan tahu bahwa tamu itu adalah direktur mereka yang sangat dihormati.
“Non-nona ...! maafkan saya tidak menyapa Anda terlebih dulu,” seru pria itu sambil ketakutan.
“Ke-kenapa nona muda! Bisa ada di sini. Setelah cukup lama,” lanjutnya sambil membungkukkan badan.
Pria itu adalah kepala staf di perusahaan itu. Dia cukup dihormati di sana. Tentunya membuat penjaga tadi tercengang. Melihat orang yang posisinya tinggi di perusahaan sangat ketakutan melihat tamu itu.
“Tidak usah bersikap formal begitu! Bukankah sudah saya katakan itu. PAMAN?” pungkas Claisya.
“Itu membuatku tidak nyaman,” lanjutnya.
“Ti-tidak nona! Saya yang salah. Saya malu karena kejadian ini. Sungguh! Di luar perkiraan saya.”“Hei kamu? Cepat kemari dan beri hormat pada nona Claisya dan nona Riska,” lanjutnya sambil memanggil penjaga itu.“MAAFKAN SAYA! Karena sudah menahan Anda tadi. Itu karena saya tidak tahu Anda. Sekali lagi maaf,” serunya dengan perasaan bersalah penjaga itu sangat ketakutan.“Aku tidak peduli itu,” tandas Claisya secara tegas.Tentunya jawaban itu membuat penjaga semakin ketakutan. Sampai dia berpikir inilah akhir dari pekerjaannya.“Paman? Tolong antarkan kami bertemu manajer di sini!” lanjutnya.Di saat mereka akan pergi? Riska memegang tangan Claisya dan membuat langkahnya berhenti.“Kak ...!” gumam Riska.Sambil perlahan memalingkan kepala ke arah penjaga itu. Claisya yang langsung paham akan maksud Riska langsung berkata.“Maaf! Nama Anda sia
“Jadi. Kita harus bagaimana nona?” tanya pria itu.“Tunggu ...! terlalu dini jika langsung ke puncak? Sepertinya aku akan bermain-main dulu dengannya,” lanjutnya sambil menyeringai.Mereka pun pergi begitu saja setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan.Sementara itu, Arav yang ingin mengembalikan diary pada pemiliknya sedang kebingungan. Lantaran dia tidak melihat Riska dan Claisya di sekolah. Karena tidak ada kabar, dia menanyakan pada siswa lain kenapa mereka tidak datang? Namun tidak ada satupun yang tahu alasan mereka tidak hadir.Sebenarnya Arav masih ragu siapa pemilik Diary itu., tapi dia yakin bahwa itu adalah milik Riska. Melihat dari awal dia menemukan diary, sampai dengan inisial di cover diary itu.Tidak berselang lama, Arav dikejutkan oleh getaran ponsel di kantong kanannya. Ternyata itu adalah pesan dari Ailen.“Untuk apa dia menghubungiku?” Arav dengan wajah kebingungan bertanya-ta
Melihat keadaan Ailen mulai resah, Arav melepas genggaman tangannya.Terlihat bekas merah tepat di pergelangan tangan Ailen, membuat Arav merasa bersalah akibat itu.“Ma-maaf Ailen! Aku tidak bermaksud membuat tanganmu seperti itu,” tutur Arav merasa bersalah.Namun bukan menjawab, Ailen pergi tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Itu tentu semakin membuat Arav merasa sangat bersalah terhadap Ailen. Bukannya mendapat penjelasan, malah menambah masalah baru lagi.Tidak lama berlalu setelah Arav duduk lemas. Dia bermaksud meninggalkan tempat itu untuk menenangkan pikirannya. Saat berjalan, langkahnya sempat berhenti, lantaran dia melihat Riska dan Claisya ternyata melihat semua kejadian barusan itu.Tidak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka? Arav bermaksud menjelaskan semua sambil dia juga teringat akan Diary yang ada padanya saat ini untuk dikembalikan.Melihat Arav yang berjalan ke arah mereka? Sontak saja, Claisya m
“Teman apaan ...! itu kan derita kamu sendiri. Kamu ini ya ...,” teriak kesal Claisya berdiri sambil mengambil tas dengan muka masam nya. “Sudahlah. Membuat pusing kepala saja. Kakak harus buru-buru,” lanjutnya berjalan pergi dengan tergesa-gesa. Sementara itu dari arah belakang, Riska yang berteriak ingin meminta solusi dari Claisya. “Kak ...! kakak ...! bagaimana ini, masa pergi begitu saja sih.” Namun Claisya sudah terlanjur pergi, dan tidak mendengar teriakannya tanpa menghiraukan candaan Riska. “Huhh ...! dasar kakak. Setidaknya, pura-pura kan bisa,” lanjutnya bergumam. Kediaman Ailen. “Celaka ...! hei kalian. Bisakah menggerakkan tubuh kalian dengan cepat? Kalian akan mendapat masalah jika aku sampai terlambat,” teriak Ailen kepada pengawalnya yang sedang menunggu mobil berjalan dengan lambat. Ailen ingin bertemu dengan salah satu keluarga kaya raya di kota itu. selain urusan bisnis, ada hal lain ju
Semua orang mengatakan cinta itu adalah surga? Tapi bagiku cinta itu adalah penjara yang terbuat dari sangkar emas. Sementara aku adalah tahanannya. Riska claudya ayuniara, duduk termenung di samping jendela bernuansa biru setelah ia membukanya. Sehingga menampilkan halaman yang tropis di samping kamar, menampilkan pemandangan yang bisa membuat suasana hati begitu tenang. Sementara Riska menikmati itu duduk bersandar tepat di atas jendela sambil menyilangkan kakinya. “Riska! kakak tahu keadaanmu sekarang. Bagaimana jika kakak memberi bantuan? Tapi ingat, ini semua tidak gratis.” Seorang gadis berdiri menatap Riska sedang termenung di depan jendela yang saat itu sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. “Biarkan Ayu sendiri kak.” Riska yang manis itu menjawab tanpa menoleh sedikitpun, membuat gadis itu pergi tanpa menghiraukannya. Riska terkenal akan kepopuleran
“Tik ... tik ....”Perlahan ritme suara itu semakin cepat dan deras. Suara itu berasal dari arah jendela, sedangkan aku yang masih tertidur, dengan perlahan membuka mata, sambil menatap langit-langit kamarku.“Hujan. Hem ...! di saat begini, kenapa sesuatu yang tidak kusukai ini selalu mengingatkanku tentang dia.”Gadis cantik itu perlahan berjalan menuju jendela, masih dengan piyama kimono pink yang ia kenakan. Sambil membuka jendela, pandangannya tertuju langsung pada hujan yang turun itu. Sambil berpikir?“Bahkan langit saja sama seperti dia? Yang cerah berwarna hijau, lalu hitam mendung begini. Karena dibalik kebahagiaan? Juga harus siap menghadapi kesengsaraan.”“Ka …! sudah waktunya. Ayo? Cepat bersiap, supaya tamu kita tidak lama menunggu.”suara yang terdengar ragu itu, perlahan mendekat. Benar saja? Itu adalah ibu yang sedang datang. Menghampiriku dengan perlahan,
Arav adelard adnan, sehari sebelum tiba hari pertunangan itu, meminta untuk bertemu denganku setelah dia kembali dari luar negeri. Tentunya aku sangat senang, karena bisa bertemu kembali dengan dia setelah waktu yang cukup lama.Sedangkan di lain sisi, aku yang berpikir, keputusannya untuk menemuiku adalah untuk saling melepaskan kerinduan di antara kami berdua. Mungkin inilah waktu yang tepat.Aku yang sangat senang bertemu dengan Arav, ia langsung memelukku dengan hangat waktu itu.Namun aku merasa ada yang janggal dari itu, baru pertama ini aku merasakan tangannya bergetar.“Mereka siapa?”“Apakah mereka pasangan?”“Lelaki itu tampan juga. Tapi sayang, ya?”Terdengar suara berisik yang bisa kami dengar dengan jelas di sekitar kami.Dalam pertemuan itu, tidak ada kendala dan masalah sama sekali? Walaupun sedikit banyak orang yang memperhatikan kami? Namun selama
Tahukah kamu? Apa hal yang paling menyakitkan dalam pengkhianatan? Itu adalah sesuatu yang datang dari orang terdekatmu? Bukan dari musuhmu. Memaafkan orang yang kita kenal? Rasanya lebih sulit dibandingkan memaafkan musuh."Maaf ya tuan putri ...! Diriku akhirnya bisa sampai setelah melewati berbagai rintangan hanya untuk demi dirimu.”Kakak perempuanku yang tiba-tiba saja berada di belakangku.“Sumpah Riska? Macetnya sangat parah,” lanjutnya sambil membuka tasnya.“Tidak usah lebay gitu deh kak? Bilang saja kalau memang terpaksa?” jawabku dengan cemberut.Melihatku yang seperti itu, kakak langsung menyadari satu hal.“Hai Riska Claudya Ayuniara? Terkadang setiap aku berharap dari bangunku? Dan tidak mengingat apapun tentang adikku yang jelek ini.”Sambil bangun kakak secara tiba-tiba mencubit pipiku.“Tadi, saat waktu mau masuk? Kakak lihat Arav keluar terbur
“Teman apaan ...! itu kan derita kamu sendiri. Kamu ini ya ...,” teriak kesal Claisya berdiri sambil mengambil tas dengan muka masam nya. “Sudahlah. Membuat pusing kepala saja. Kakak harus buru-buru,” lanjutnya berjalan pergi dengan tergesa-gesa. Sementara itu dari arah belakang, Riska yang berteriak ingin meminta solusi dari Claisya. “Kak ...! kakak ...! bagaimana ini, masa pergi begitu saja sih.” Namun Claisya sudah terlanjur pergi, dan tidak mendengar teriakannya tanpa menghiraukan candaan Riska. “Huhh ...! dasar kakak. Setidaknya, pura-pura kan bisa,” lanjutnya bergumam. Kediaman Ailen. “Celaka ...! hei kalian. Bisakah menggerakkan tubuh kalian dengan cepat? Kalian akan mendapat masalah jika aku sampai terlambat,” teriak Ailen kepada pengawalnya yang sedang menunggu mobil berjalan dengan lambat. Ailen ingin bertemu dengan salah satu keluarga kaya raya di kota itu. selain urusan bisnis, ada hal lain ju
Melihat keadaan Ailen mulai resah, Arav melepas genggaman tangannya.Terlihat bekas merah tepat di pergelangan tangan Ailen, membuat Arav merasa bersalah akibat itu.“Ma-maaf Ailen! Aku tidak bermaksud membuat tanganmu seperti itu,” tutur Arav merasa bersalah.Namun bukan menjawab, Ailen pergi tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Itu tentu semakin membuat Arav merasa sangat bersalah terhadap Ailen. Bukannya mendapat penjelasan, malah menambah masalah baru lagi.Tidak lama berlalu setelah Arav duduk lemas. Dia bermaksud meninggalkan tempat itu untuk menenangkan pikirannya. Saat berjalan, langkahnya sempat berhenti, lantaran dia melihat Riska dan Claisya ternyata melihat semua kejadian barusan itu.Tidak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka? Arav bermaksud menjelaskan semua sambil dia juga teringat akan Diary yang ada padanya saat ini untuk dikembalikan.Melihat Arav yang berjalan ke arah mereka? Sontak saja, Claisya m
“Jadi. Kita harus bagaimana nona?” tanya pria itu.“Tunggu ...! terlalu dini jika langsung ke puncak? Sepertinya aku akan bermain-main dulu dengannya,” lanjutnya sambil menyeringai.Mereka pun pergi begitu saja setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan.Sementara itu, Arav yang ingin mengembalikan diary pada pemiliknya sedang kebingungan. Lantaran dia tidak melihat Riska dan Claisya di sekolah. Karena tidak ada kabar, dia menanyakan pada siswa lain kenapa mereka tidak datang? Namun tidak ada satupun yang tahu alasan mereka tidak hadir.Sebenarnya Arav masih ragu siapa pemilik Diary itu., tapi dia yakin bahwa itu adalah milik Riska. Melihat dari awal dia menemukan diary, sampai dengan inisial di cover diary itu.Tidak berselang lama, Arav dikejutkan oleh getaran ponsel di kantong kanannya. Ternyata itu adalah pesan dari Ailen.“Untuk apa dia menghubungiku?” Arav dengan wajah kebingungan bertanya-ta
“Ti-tidak nona! Saya yang salah. Saya malu karena kejadian ini. Sungguh! Di luar perkiraan saya.”“Hei kamu? Cepat kemari dan beri hormat pada nona Claisya dan nona Riska,” lanjutnya sambil memanggil penjaga itu.“MAAFKAN SAYA! Karena sudah menahan Anda tadi. Itu karena saya tidak tahu Anda. Sekali lagi maaf,” serunya dengan perasaan bersalah penjaga itu sangat ketakutan.“Aku tidak peduli itu,” tandas Claisya secara tegas.Tentunya jawaban itu membuat penjaga semakin ketakutan. Sampai dia berpikir inilah akhir dari pekerjaannya.“Paman? Tolong antarkan kami bertemu manajer di sini!” lanjutnya.Di saat mereka akan pergi? Riska memegang tangan Claisya dan membuat langkahnya berhenti.“Kak ...!” gumam Riska.Sambil perlahan memalingkan kepala ke arah penjaga itu. Claisya yang langsung paham akan maksud Riska langsung berkata.“Maaf! Nama Anda sia
“Apa yang dilakukan mereka di tempat seperti ini?”Terlihat perempuan itu sedang memikirkan sesuatu setelah ia selesai berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Sambil berdiri di samping mobil berwarna merah muda, seperti sedang menyusun rencana yang belum pasti.“Aha ...! aku tahu apa yang bagus untuk kalian berdua,” ucap perempuan itu sambil menyeringai tertawa senang.KEESOKAN HARINYA.“Hei, putri tidur! Bangun?” panggil Claisya sambil menggoyangkan badan Riska yang masih tidur.Riska langsung berjalan pelan menuju kamar mandi dengan mata yang masih redup. Seperti orang yang sedang mengumpulkan nyawa ke tubuh.“Hmm! Riska ...!” seru Clasiya dengan nada yang manja.“Hari ini tidak bisa,” sela Riska.Setelah selesai dengan urusan paginya itu? Riska sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah langsung membalas dan tahu maksud tujuan dari Claisya.
Hari yang semakin sore, terlihat awan hitam berkumpul di langit? Membuat sinar sang mentari yang meredupkan cahayanya. Angin perlahan datang yang diikuti setitik demi setitik air yang turun dari langit.Di tengah obrolan yang hangat itu?“Hei Rav lu mau pergi?” tanya Ansel melihat Arav yang tiba-tiba bangun dari tempat duduknya.“Maaf Ansel? Gua ingin sendiri dulu,” jawab Arav dengan nada datar sambil bergegas pergi.Langkah kaki Arav semakin cepat begitu ia melihat di luar hujan yang sudah turun. Namun? Tepat di pintu keluar dan saat yang bersamaan? Terdengar suara yang membuat semua teman-teman Arav di ruangan itu tertuju ke arah suara itu.“Aduh! ma-maaf? Kami tidak tahu ternyata ruangan ini sudah ada orangnya?” ucap seorang gadis sambil menahan sedikit rasa malu.“Ah! tidak perlu minta maaf? Saya yang seharusnya meminta maaf,” jawab Arav sambil memungut kunci motornya yang jatuh.Nam
Jika memang cinta sulit membedakan antara yang benar dan yang salah? Jadi! Kenapa Ailen melarikan diri dan tidak berani menghadapi ini semua. Itu adalah pertanyaan yang selalu membayangi pikiran Arav.”Cinta sungguh memerlukan keberanian untuk menghadapi rumor dan gosip. Jadi ...? kenapa kamu lari dari semua ini Ailen” gumam Arav dengan hati yang kecewa.Setelah selesai merenung? Arav akhirnya memutuskan untuk menemui Ailen dengan harapan agar semua bisa menjadi lebih jelas.Tidak lama berlalu! Arav sampai juga di pertemuan itu. Tempat teman-temannya biasa untuk berkumpul bersama.“Nah ...! itu dia akhirnya datang juga,” ucap salah satu teman Arav.Suasana yang menjadi terasa ramai setelah kedatangan Arav pun akhirnya menjadi pecah setelah sekian lama dia tidak menghadiri perkumpulan itu.“Wah ...! akhirnya pangeran yang kita tunggu-tunggu datang juga. Ayo duduk sini Rav.” sapa Ansel dengan gembira. Teman
Arav yang juga telah sampai di kediamannya? Tanpa membuang waktu langsung mengganti pakaiannya setelah mandi. Namun setelah ia melihat buku yang dipungutnya? Hatinya bertanya-tanya sambil berjalan pelan. Dalam hatinya ia berniat untuk mengembalikan buku itu? Namun ia tidak tahu di mana alamat rumah pemilik buku itu. Tanpa pikir panjang ia kembali meletakan buku itu di atas meja kerjanya. Namun? Mata Arav kembali dipenuhi dengan rasa penasaran ketika ia melihat lembaran buku terbuka yang tertiup angin. Seolah tidak ingin rasa penasaran itu menghantuinya! Ia langsung membaca buku itu dimulai dari lembaran terbuka yang ia lihat pertama kali. “R.C.A.” Tulisan yang ia lihat di sampul buku itu. “Sepertinya nama inisial yang punya,” ucap Arav sambil tersenyum. Arav yang penasaran langsung membuka dan membaca isi diary itu. “Waktu kian berjalan pergi, semakin lama semakin jauh? Seakan sangat lambat untuk bergerak. Namun? Tanpa sadar! Ternyata aku yang semakin ketinggalan. Aku dan diriku
Banyak yang bertanya mengapa aku bertahan dibalik penjara ini? Diam-diam aku tertawa dalam hatiku? Dan tidak menghiraukannya. Sebab jiwaku sedikit tenang melihat bunga yang mekar dengan indah di taman kecilku.Warna putihnya yang seperti salju? melambangkan kesucian dan kesejukan? Ditambah harumnya saat aku ingin menciumnya. Hanya dikala itu aku merasa nyaman walau sementara.Sebenarnya jatuh cinta itu tidak jauh seperti dua insan yang sedang memainkan permainan? Orang lain hanya boleh melihat? Akan Tetapi tidak boleh berpartisipasi di dalamnya.Bertemu denganmu adalah takdir? Menjadi temanmu adalah pilihanku? Namun jika jatuh cinta denganmu adalah diluar kendaliku.Awal Perjalanan Kisah Ini. (satu tahun sebelumnya)Hari yang terus berganti? Tanpa terasa hari libur telah usai. Pagi ini Riska dan Claisya bersiap untuk pergi sekolah? Sementara sopir pribadi mereka telah menunggu di halaman depan, ber