Pintu mobil terbuka, tepat setelah Nauna mengakhiri pembicaraannya dengan Dinara. Dean muncul dengan raut wajah yang sama sekali tidak baik. Lelaki itu masuk ke dalam mobil, lantas menutup pintu dengan kencang. Nauna menatapnya dan bertanya dengan cemas, "Bagaimana, Mas?""Mas Yoga sudah resign," sahut Dean dengan nada kesal. "Nggak ada satupun rekan kerjanya yang tahu dia di mana sekarang. Mereka juga kaget saat tahu Mas Yoga mengundurkan diri secara tiba-tiba tadi pagi."Mendengar ini, Nauna menghela napas panjang. Sejak Dean mengajaknya pergi ke kantor tempat Yoga bekerja untuk memastikan keberadaan lelaki itu, dia sudah menduga akan seperti ini. Sama seperti saat mereka pergi ke kantor tempat Rudy bekerja. Lelaki itu juga sudah mengundurkan diri dan pergi entah ke mana. Sebelumnya, mereka juga sudah pergi ke toko milik Daniel dan Tika. Sesuai dugaan, pasangan itu tidak ada di sana. Bahkan, tokonya sudah tutup sejak pagi. Pemilik toko sebelah mengatakan, Daniel sempat datang ta
Informasi dari petugas itu sudah cukup untuk membuat Dean, Nauna dan Rey berhenti mencari. Mereka duduk berjajar di bangku bandara dengan wajah lelah dan juga pasrah. Hanya terlambat beberapa menit, Rudy dan Lusi sudah berhasil melarikan diri ke luar kota dengan membawa serta Citra bersama mereka. Dean dan Nauna merasa sangat marah, begitu pula dengan Rey, tetapi anak itu lebih mampu menyembunyikan emosi. "Kenapa mereka melarikan diri ke Pontianak?" Nauna bergumam bingung. Dia lalu menatap Rey dan bertanya, "Apa kalian punya saudara di sana?" Rey menggeleng. Sepanjang yang dia tahu, keluarganya tidak memiliki sanak saudara di Pontianak, baik dari pihak Rudy maupun Lusi. Dia juga tidak mengerti mengapa ayah dan ibunya kabur ke kota itu. "Aku rasa, mereka memilih kabur ke Pontianak justru karena nggak ada sanak saudara di sana. Dengan begitu, kita nggak akan terpikir untuk mencari mereka ke sana." Dean menyampaikan pemikirannya. "Benar juga." Nauna mengangguk pelan. Pemikiran Dean t
Keesokan paginya, Dean dan Nauna datang ke kantor polisi untuk membuat laporan. Dinara ikut serta untuk mendampingi mereka. Berbekal bukti yang sudah dikumpulkan, mereka resmi melaporkan Rudy dan kawan-kawan atas tuduhan penipuan dan penganiayaan. Jeremy juga turut dilaporkan atas keterlibatannya dalam rencana Rudy dan yang lainnya, tetapi karena tidak cukup bukti, laporan atas namanya tidak bisa segera diproses. Meski begitu, polisi tetap akan menyelidikinya dan mengirimkan surat panggilan padanya untuk menjalani pemeriksaan. Setelah mendapatkan surat bukti laporan, Dean, Nauna dan Dinara dipersilahkan pulang. Mereka akan segera dikabari mengenai perkembangan kasus ini. Dean menghela napas panjang saat berjalan menuju mobilnya yang terparkir di depan. Perasaannya benar-benar sedang berkecamuk. Di satu sisi, dia merasa lega, tapi di sisi lainnya, dia merasa sedih. Bagaimanapun, tidak mudah baginya melaporkan saudara kandungnya sendiri ke polisi. Akan tetapi, tidak ada pilihan lain.
Siang itu, surat panggilan resmi dari kepolisian sampai ke kantor Jeremy. Sekretarisnya menyerahkan surat itu pada yang bersangkutan dengan wajah bingung dan juga penasaran. David menerima surat tersebut dan berpesan agar Sekretaris Jeremy tutup mulut. Tidak boleh ada yang tahu soal surat panggilan itu atau dia akan kehilangan pekerjaannya. Sekretaris Jeremy tidak berani membantah dan mengangguk dengan patuh. Dia masih membutuhkan pekerjaan, jadi tidak ada pilihan lain selain tutup mulut. Jeremy sama sekali tidak panik saat selembar surat itu sampai ke tangannya. Dia membaca dan menelitinya dengan baik selama beberapa saat, lalu melipatnya kembali dan memasukkannya ke dalam amplop dengan tenang. "Kamu sudah dapat pengacara seperti yang saya inginkan?" Jeremy bertanya pada David sembari meletakkan surat panggilan itu di atas meja. David mengangguk dengan sigap dan berkata, "Sudah, Pak. Sesuai keinginan anda, beliau adalah pengacara kondang dengan reputasi yang baik dan sudah memen
Sudah hampir sepuluh menit berlalu, polisi belum juga tiba di lokasi. Dean dan Nauna mulai merasa cemas. Mereka tidak bisa menunggu lebih lama lagi, sebab Daniel bisa pergi kapan saja. Setelah mempertimbangkan berbagai resiko, Dean meminta Nauna menunggu di dekat mobil, sementara dia sendiri pergi ke seberang jalan untuk menghalangi Daniel, kalau-kalau kakaknya itu keluar dari minimarket sebelum polisi datang."Hati-hati, Mas!" Nauna berpesan sebelum Dean benar-benar pergi menyebrangi jalan. Sesuai dugaan, tepat saat Dean sampai di depan minimarket, Daniel melangkah keluar. Lelaki itu seketika terpaku. Langkahnya yang lebar sontak tertahan di dekat pintu. "Mas Daniel." Dean pura-pura menyapa, seolah mereka tidak sedang bermasalah. Dia berharap, Daniel juga bersikap biasa, tetapi lelaki itu malah berlari ke arah motornya. Dean buru-buru mengejar dan berhasil mencegat sebelum kakaknya itu menyalakan mesin motor. "Kenapa lari?" Dean bertanya sembari mencabut kunci motor Daniel dan m
Selama proses interogasi, Daniel menolak semua tuduhan dan menyangkal semua bukti yang ada. Dia juga bersikeras mengatakan, bahwa dirinya tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa mengenai kasus penipuan yang menimpa Dean. Pada akhirnya, polisi memutuskan untuk melakukan penahanan terhadapnya selama proses penyelidikan berlangsung. Daniel merasa sangat marah, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah menunggu selama lebih dari satu jam, Dean dan Nauna diperbolehkan bertemu dan bicara dengan Daniel. Mereka duduk berhadapan, dibawah pengawasan dua orang petugas. "Aku nggak nyangka kamu benar-benar melaporkanku." Daniel berkata dengan dingin. Raut wajahnya begitu suram dan tatapan matanya begitu tajam. Terlihat jelas kebencian di kedua bola matanya. Dean menghela napas dan berkata dengan tenang, "Ini sudah konsekuensinya.""Konsekuensi apa?!" Daniel berteriak marah. Dia sudah mengambil ancang-ancang untuk menggebrak meja, tetapi tangannya hanya bisa menggantung di udara saat menyadari
Dalam perjalanan pulang, Nauna menghubungi Dinara dan mengabarkan padanya soal ditahannya Daniel di kantor polisi. Dinara merasa lega mendengarnya. Meskipun bukan pelaku utama dan masih dalam proses penyelidikan, setidaknya satu dari mereka sudah ditahan. Berdasarkan pengalamannya, jika salah satu pelaku sudah tertangkap, maka akan lebih mudah untuk menangkap pelaku lainnya. "Selain Mas Daniel, istrinya juga akan diperiksa hari ini," kata Nauna. "Tapi, dia punya anak balita, jadi kami nggak tega jika dia ditahan."Dinara paham masalahnya. "Polisi juga akan mempertimbangkan hal itu. Dia mungkin nggak akan ditahan, tapi tetap dalam pengawasan. Kalian nggak perlu khawatir," ucapnya menenangkan. "Iya, Kak. Kami mengerti," sahut Nauna. "Ya sudah, kalau begitu, sekarang pulanglah dan beristirahat. Kalian pasti lelah." Dinara berkata dengan penuh perhatian. Nauna berterima kasih atas perhatiannya, lalu menutup pembicaraan mereka dengan ucapan salam. Setelah sambungan telepon terputus,
Di kantor polisi, Daniel akhirnya dipertemukan dengan Tika setelah istrinya itu selesai menjalani pemeriksaan. Mereka duduk berhadapan, di bawah pengawasan dua orang petugas. Raut wajah Tika terlihat sangat kacau. Dia tidak mengatakan apa-apa sampai Daniel lebih dulu bersuara, "Di mana Bella?"Pertanyaan itu terlontar, sebab Daniel tidak melihat putrinya bersama dengan Tika. Tika menatapnya dengan tajam dan menjawab dengan ketus, "Tentu saja aku tinggalkan bersama Linda, mana mungkin aku membawanya ke sini!"Linda adalah saudara Tika yang menyediakan tempat tinggal sementara untuknya. Setelah pergi dari rumah Dean, dia dan Daniel tidak memiliki tempat untuk tinggal. Jadi, untuk sementara, mereka pergi ke rumah Linda dan menginap di sana sampai menemukan tempat untuk tinggal. Sebenarnya, Daniel dan Tika tidak pernah menyangka, bahwa mereka akan dilaporkan ke polisi. Jadi, mereka tidak melarikan diri ke luar kota seperti yang dilakukan Rudy. Mereka hanya menutup toko dan mengganti no