Beranda / Fantasi / Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain / Part 1 : Jatuh di Dunia Lain

Share

Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain
Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain
Penulis: Aldho Alfina

Part 1 : Jatuh di Dunia Lain

Penulis: Aldho Alfina
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-20 19:43:53

"Aaaaa gila! Dari kemarin mimpi cewek kembar 4 mulu dan sekarang mimpi jatuh dari langit?"

Aku berada di atas lautan yang luas dan sangat jauh dari pulau. Ada pulau yang terlihat, namun sangat jauh sekali karena hanya telihat sangat kecil padahal posisiku dari ketinggian. Hanya terlihat lautan biru yang sangat luas dan tidak ada satu kapal pun yang terlihat.

"Woi! Kenapa realistis sekali? Angin ini, lalu aroma lautnya begitu terasa. Bagaimana bisa? Mati aku! Ini jauh sekali dari daratan!" Aku panik sekali karena jatuh dari tempat yang tinggi dan dengan cepat meluncur ke bawah. Agar tidak terjadi cidera saat terjun di air, aku meringkuk dengan memegang kakiku dan aku arahkan kaki duluan yang di bawah. 

Cedlung brussh

Aku masuk ke dalam laut, sangat jauh sekali hingga tekanan air terasa cukup keras di tubuhku. Air laut yang dingin, terasa sangat asin di lidahku dan begitu perih saat aku membuka mata. Air laut yang berada di bawahku begitu luas dan sangat gelap, saat aku lihat ke atas, ternyata hanya sedikit cahaya yang tembus sampai sini. Aku segera berenang menuju permukaan, namun tidak bisa menggapai permukaan kembali, padahal aku yang bisa berenang dengan lancar. Tubuhku lemas, kepalaku pusing, dadaku sesak dan perlahan pucat karena kehabisan oksigen. Tidak lama kemudian, tubuhku dengan sendirinya berusaha menghirup udara, namun yang masuk ke dalam tubuhku hanyalah air. Karena hal itu, alhasil kesadaranku mulai menghilang.

....

"Woi bangun bangun!" teriak seseorang dengan suara cewek sambil menyenggol lenganku. Saat aku bangun, terlihatlah seorang gadis berusia 17 an tahun yang berdiri di sampingku sambil menyilangkan lengannya. Kepalaku terasa pusing, hidungku bagian dalam terasa sakit karena kemasukan air.

"Woyy! Hallo?" Dia menyadarkanku yang sedang terpana dengan parasnya yang begitu cantik.

Cinta pada pandangan pertama? Hahaha gila diriku ini.

"Ehhhh aku masih hidup!?" Aku teringat momen terakhir kali saat aku tenggelam.

"Selamat datang di surga, tuan!" Gadis itu sedikit menunduk sambil memperbaiki rambutnya yang menjuntai ke bawah. Wajahnya yang tirus, matanya hijau cerah dihiasi bulu mata yang lentik, bibirnya tipis yang berwarna merah muda alami.

"Permisi, neraka di sebelah mana ya? Kelihatannya saya salah masuk," ucapku menanggapi candaannya.

"Ngomong-ngomong, bisa kau tutupi itu dulu?" Dia berdiri kembali lalu menunjuk ke arah selangkanganku.

"Ehh, kemana pakaianku?" Aku melihat tubuhku yang benar-benar telanjang bulat, dengan panik aku tutupi kemaluanku dengan kedua tanganku. Aku baru ingat, bahwa sudah telanjang saat terjun dari langit tadi.

"Lah, itu kan pakaianmu, kenapa tanya kepadaku?" Segera dia balik badan.

"Lia!?" ucapku kaget saat melihat papan status yang ada di atas kepalanya. Aku juga baru menyadari, tulisan dan bahasa yang kami gunakan untuk berbicara tadi bukanlah bahasa dari dunia asalku.

Nama: Lia

Ras : Manusia

Umur : 16 tahun

Jumlah sihir : 126

Kekuatan : 879

Kecepatan : 1,2ms

"Bagaimana bisa kau tau namaku?" Dia berbalik badan dengan kagetnya.

"Aku pun bingung, kenapa bisa muncul tulisan nama, ras, umur, hahh jumlah sihir?" Sambil aku tunjuk tulisan yang ada di atasnya. Tentu itu membuatku kaget, malahan aku sempat berfikir ulang, apa benar ini berada di surga?

"Mmm, sihir apa yang kau gunakan? Setahuku, sihir penafsiran tidak dapat menjelaskan nama seseorang." Lia mikir keras karena setahu dia tidak ada sihir seperti ini.

"Mana aku tahu, muncul begitu saja!" Aku jawab dengan nada agak tinggi karena merasa aneh. Apa kemungkinan aku reinkarnasi di dunia sihir? Lalu penyebabnya apa? Apa aku sudah mati? Walau ada ingatan kehidupanku, namun ingatan terakhir kali masih buram.

"Ngomong-ngomong, ini di mana?" Aku lihat-lihat sekitar, pantai pasir putih yang cukup luas, tapi tidak aku lihat adanya sampah plastik sedikitpun.

"Desa nelayan bagian paling ujung dari kerajaan Lamris, lalu dari mana asalmu?" Lia berjongkok di depanku, sepertinya dia sudah merasa pegal berdiri.

"Aku tidak tahu, tidak ada ingatanku," ucapku ngeles, mana mungkin aku beritahu dari dunia lain kan?

"Hmm kalau begitu, untuk saat ini sebaiknya ikut saja ke rumahku." Dia berdiri lagi sambil mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri, namun tidak aku raih. Mana mungkin kan aku raih, kedua tanganku digunakan untuk menutupi badanku.

"Lalu pakaianku?" tanyaku bingung, aku hanya telanjang bulat dengan kedua tangan menutupi selangkanganku.

"Cari apalah buat menutupinya, lagi pula itumu juga kecil, jadi tidak sulit menutupinya." Menunjuk ke arah selangkanganku lagi sambil tertawa kecil.

"Ini efek kedinginan, coba saja kalau sudah normal, kamu pasti akan tercengang!" Aku segera berdiri sendiri, aku panik karena Lia sudah mulai berjalan menjauh.

"Iya iya, buruan ikut aku!" Dia berhenti dan menengok sebentar.

Aku tengok kanan kiri, untung saja ada pohon pisang dan langsung aku ambil daunnya untuk menutupiku.

"Kasihan sekali kau pohon, maaf ya aku ambil daunmu," pohon yang masih lumayan kecil dan sendirian di pasir pantai. Mungkin pohon ini memang ditakdirkan untukku, terima kasih banyak pohon.

"Tunggu aku!" teriakku panik, segera aku lilitkan melingkar seperti rok di perutku sampai menutupi bagian bawah tubuhku. Karena daunnya cukup kecil, jadi hanya bisa menutupi bagian di atas lutut. Setelah selesai melilitkan daun di tubuhku, aku segera berlari mengejar Lia.

 ....

Tidak jauh dari pantai, ada desa nelayan yang cukup kecil. Bangunan rumah di sini seperti rumah panggung yang di bagian bawahnya digunakan untuk barang-barang menangkap ikan. Walau hanya ada belasan warga, namun aku sangat malu karena mereka melihat ke arahku semua. Setiap kali aku melangkahkan kakiku, benda itu berayun menyentuh pahaku. Rasanya begitu tidak nyaman, ada sesuatu yang menggantung bebas.

"Ada apa dengan orang gila itu?" mungkin begitu pikir mereka.

"Buruann di mana rumahmu?" Aku menarik lengan baju milik Lia, seperti anak kecil meminta jajan kepada orang tuanya.

"Sabar, itu ada di sana." Lia menunjuk sebuah rumah yang cukup kecil, terbuat dari kayu dan beratapkan seng. Ada nenek-nenek di depan rumah itu dengan ekspresi kaget melihatku, tentu saja karena aku bugil.

"Lia siapa dia?" Nenek itu tergesa-gesa menghampiri kami, dia menatapku dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Aku tadi menemukannya terdampar di pinggiran pantai. Oh iya, siapa namamu?" Lia dengan santainya berjalan menuju rumahnya.

"Namaku Al," dengan perasaan malu, canggung harus bagaimana.

"Ayo masuk, lalu basuhlah tubuhmu dulu. Saya carikan pakaian untukmu, Lia antar tuan Al ke kamar mandi." Nenek itu mendorongku untuk segera masuk ke rumahnya. 

"Siall, rumah panggung dan aku harus menaiki tangga itu dengan keadaan seperti ini?" batinku.

Dengan hati-hati aku menaiki tangga, semoga saja tidak ada orang yang melihat pusaka milikku. Rumah dengan 2 kamar, ruang tamu dan dapur di bagian belakang. Dari pintu depan, langsung ada lorong sampai ke belakang rumah yang menuju ke dapur dan kamar mandi.

"Kemarilah! Buruan mandi, baumu seperti ikan." Lia tunjukkan kamar mandi yang berada di belakang rumah.

"Uhh bener juga," aku baru menyadarinya karena dari tadi hanya perasaan bingung dan malu saja.

....

Selesainya mandi, nenek itu sudah membawakan handuk dan pakaian yang cukup besar untukku.

"Ini pakailah, mungkin sedikit kebesaran." Nenek meletakkan pakaian di depan pintu kamar mandi lalu segera pergi.

"Terima kasih banyak." Segera aku ambil pakaiannya saat nenek sudah pergi.

Sedikit kebesaran? Ini besar banget, aku jadi seperti jamet. Ahh biarlah, daripada bugil, lagian udara di sini panas.

....

Selesainya berpakaian, mereka sudah menungguku di ruang tamu. Ruang tamu masih beralaskan tikar yang cukup tipis.

"Duduklah kemari tuan Al!" Nenek menyuruhku duduk di sampingnya. 

"Dari mana asal tuan Al?" tanya nenek saat aku sudah duduk di depan mereka.

"Aku tidak tahu nek, aku tidak ingat, yang aku ingat hanya namaku saja,"

"Oh iya nek, dia bisa menggunakan sihir yang aneh. Dia bisa tau namaku hanya dengan melihatku saja," Lia terlihat begitu semangat.

"Benarkah?" neneknya malah berekspresi datar.

"Iya, Lia dan nenek Lona kan?" tanyaku untuk memberi bukti.

"Luar biasa kan!? Lalu sihir apalagi?" Lia terlihat antusias sekali, bahkan sambil mendekatkan tubuhnya kepadaku. Aku dapat melihat dengan jelas wajahnya yang begitu manis, dadaku langsung berdetak kencang.

"Aku tidak tahu, bahkan baru kali ini mendengar adanya sihir." Sambil memundurkan badanku untuk menjauh dari Lia yang ada tepat di depan mukaku.

"Kau bisa membaca?" tanya Lia.

"Bisa, kenapa?"

"Aku punya sobekan buku mantra yang aku temukan. Sebentar, aku carikan dulu." Lia berdiri lalu menuju ruangan yang mungkin saja kamarnya. Tidak lama kemudian Lia kembali sambil membawa satu lembar kertas yang cukup usang.

"Ini lihatlah!" Lia segera duduk di sampingku dan memberikan kertas itu kepadaku.

"Sihir dapat digunakan dengan membayangkan sambil melafalkan mantra, namun dapat juga hanya membayangkannya saja. Contohnya sihir api, imajinasikan api lalu baca mantra 'Dengan'." Baru aku mau mulai membaca mantra, Lia sudah merebut kertas itu.

"Kau ingin membakar rumah kami!? Cobalah di luar!" Sambil mengangkat kertas itu seperti ingin memukulkannya kepadaku.

"Maaf maaf,"

Kami segera keluar menuju belakang rumah, terdapat lahan terbuka yang cukup luas. Aku membuat jarak yang cukup jauh dari rumah lalu membaca lagi mantra itu.

"Dengan kekuatan yang dapat menyucikan dosa, bakar lah musuh di depanku! Bola api!"

Terjadi ledakan hingga membuatku terpental, untung saja beralaskan pasir pantai yang cukup lembut. 

"Apa sudah benar seperti itu?" Aku melihat ke arah Lia dan neneknya, aku bingung kenapa jadi ikut terkena ledakan.

"Sepertinya bukan, yang aku tahu saat berkunjung di kerajaan dulu seharusnya muncul bola api." Lia memperagakan bola bulat di tangannya.

"Coba sihir lain!" lanjut Lia.

"Lia temani tuan Al ya, nenek mau masak." Nenek segera meninggalkan kami.

Lalu aku coba sihir air, angin dan tanah, bahkan saat hanya imajinasikan saja dan belum baca mantra, semua berakhir dengan ledakan hingga membuatku babak belur dan membuat bajuku sobek-sobek. 

"Sial! Setelah berada di dunia sihir kenapa aku tidak bisa menggunakan sihir?" Umpatku dalam hati.

"Sudahlah jangan dipaksakan!" Lia mendatangiku lalu menepuk pundakku dan dengan muka lesu, aku menuruti kata-kata nya.

"Tuan Al berhenti dulu! Ganti baju lalu mari makan bersama, nanti bisa dicoba lagi," nenek memanggil kami dari pintu belakang dengan masih membawa centong sayur.

"Baik nek," jawab kami secara bersamaan dan Lia segera menarikku masuk ke rumah. Saat masuk rumah, aku mencium aroma yang tidak asing. Masakan yang dihidangkan ternyata gulai ikan kakap. 

"Masakan dengan bumbu khas Indonesia kenapa bisa dihidangkan di sini!? Lah, bahkan ada nasi juga ternyata!?" ucapku dalam hati.

"Mohon maaf nek, ini gulai kan?" 

"Maaf kan saya, apa kurang cocok dengan lidah tuan?" Nenek Lona terlihat panik.

"Bukan begitu, cocok banget malahan dan juga tolong jangan panggil aku tuan,"

"Makanan ini resepnya dari Yang Mulia Ratu negara ini." Sambil membagikan piring kepada kami.

"Ratu? Jadi dari kerajaan ya?" Aku malah duduk bersama Lia dan melupakan berganti baju.

"Bukan tuan, tapi dari Yang Mulia Ratu negara Danirmala,"

"Hah!? Maksudnya bagaimana?"

"Jadi ini wilayah kerajaan Lamris, namun kerajaan Lamris merupakan bagian dari Negara Danirmala," terangnya.

"Ohh," mungkin saja yang dimaksud kerajaan di sini adalah provinsi.

"Mau sampai kapan kalian ngobrol terus? Aku sudah lapar ini, ayo kita makan!" Lia terlihat cemberut memperhatikan kami.

"Maaf maaf,"

"Ayo mari dimakan Tuan," nenek

Saat aku makan ternyata benar-benar rasa khas Indonesia, tidak aku sangka kalau ini ada di dunia lain. Setelah kenyang, aku baru sadar dengan bajuku yang belum diganti, segera aku meminta Lia untuk mencarikan baju.

"Nanti kalau latihan buka bajumu, jangan merusak baju ayahku!" Lia dengan pandangan tajamnya sambil menarik bajuku.

"Bilang saja ingin melihat tubuh telanjangku." Sedikit aku naikkan bajuku dan memperlihatkan perutku yang terbentuk cukup bagus.

"Kepedean sekali kau, padahal kecil." Diperagakan jari telunjuk dan jempol seperti capit.

"Itu karena kedinginan," aku mengelak karena malu.

"Sudah sudah, Lia jangan ribut," tegur nenek yang sedang mebereskan piring kami.

"Kok aku?" Lia terlihat sedikit kesal dengan cepat menengok ke arah neneknya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.

"Maaf nek." Aku sambil sedikit tersenyum ke arah Lia.

"Nenek mau cuci piring dulu, Lia temani tuan Al saja." Nenek berdiri sambil membawa piring kotor lalu menuju dapur.

"Yaaa," Lia dengan cueknya, Lia menarik tanganku untuk masuk ke kamarnya, dia langsung mencarikan baju untukku.

"Oh iya, ngomong-ngomong kalian tinggal hanya berdua saja?" Aku berusaha mengalihkan kekesalan Lia.

"Ayahku sedang melaut, kalau ibuku meninggal saat melahirkanku," Lia

"Maaf, turut berdukacita,"

"Tidak apa-apa, lagi pula ibuku meninggal saat aku lahir dan juga ada nenek yang menggantikannya, jadi aku tidak begitu merasa kehilangan," ucap Lia dengan santainya. Memang telihat biasa saja dari ekspresi wajah Lia, dan juga rasa kesal tadi sepertinya tidak benar-benar kesal.

____

Kota sihir Mala

Di dalam ruang singgasana, terdapat 7 singgasana dengan singgasana yang di tengah kosong, sedangkan 6 yang lainnya diduduki oleh 5 orang (Noe- Ratu Elf, Nay- Ratu Druid, Nia- Ratu Peri, Noa- Ratu Es dan Violet- Naga bayang) dan satu anak kecil (Erin- Ratu Vampir). Mereka semua memakai pakaian putih yang tertutup lengkap dengan topeng.

"Yang mulia Ratu!" Tiba-tiba saja muncul seorang pria dengan pakaian rapi seperti bangsawan Eropa. Seluruh mata pria itu hitam, dengan 2 garis merah menyilang yang bercabang pada setiap ujungnya. Karena tidak menyadari kehadiran pria itu, sang Naga bayang langsung saja melancarkan serangannya ke arah pria itu.

Bab terkait

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   Part 2 : Nyawa Para Nelayan

    "Yang mulia Ratu!" Tiba-tiba saja muncul seorang pria dengan pakaian rapi seperti bangsawan Eropa. Seluruh mata pria itu hitam, dengan 2 garis merah menyilang yang bercabang pada setiap ujungnya. Karena tidak menyadari kehadiran pria itu, sang Naga bayang langsung saja melancarkan serangannya ke arah pria itu. Bruussshh Angin berhembus sangat kencang karena tendangan sang naga berhasil ditangkis oleh pria itu. "Siapa kau!? Kenapa bisa masuk kemari!?" Mereka semua terkejut dan segera berdiri sambil mengeluarkan auranya yang sangat besar kecuali Erin sang Ratu Vampir. "Tenang saja, dia roh panggilan milik Al," ucap sang Ratu Vampir dengan santai dan masih duduk di singgasana. Sang Naga bayang dan para ratu kembali duduk di singgasananya, sedangkan demon itu kembali menundukkan kepalanya. "Kenapa kami tidak tau sama sekali!? Kamu juga sudah tau kenapa tidak memberitahu kam

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   Part 3 : Tertutupnya Mata pencaharian

    Tidak lama kemudian, Lia sudah tertidur pulas. Karena aku tidak bisa tidur, aku putuskan untuk jalan-jalan keluar. Tidak aku sangka, ternyata di ruang tamu ada Paman Bob yang sedang memandangiku dengan serius. "Bagaimana? Sudah bersenang-senang dengan anakku?" Paman Bob duduk santai di ruang tamu. "Ehh, bukan seperti itu paman," aku panik sekali, bisa-bisa aku dihajar masa. "Ahahaha bercanda, kenapa malah keluar kamar?" anehnya paman Bob malah tertawa santai. "Karena dari tadi tidurku diganggu Lia, jadi tidak bisa tidur lagi. Ada banyak pikiran, aku mau jalan-jalan sebentar sekalian melatih sihirku." Aku berjalan menuju pintu depan dengan perasaan masih tidak yakin dengan tanggapan paman Bob. "Sudah malam lho," "Malah bisa lebih tenang latihan." Aku berhenti dan melihat paman Bob. "Oh iya, kau mau tidak aku ajari teknik berp

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   Part 4 : Monster Gurita

    Bruuussshh byuurr Tiang itu jatuh sampai mengenai air laut, ombak besar terbuat karena hentakannya. "Kenapa kita di sini?" "Kita selamat?" Jean, anak buahnya dan beberapa bagian kapalnya berhasil aku pindahkan menuju daratan. "Woyy! Apa yang kau lakukan!? Gurita tadi sudah terkena seranganku!" Jean berteriak kepadaku yang masih di atas mercusuar. "Tidak kah kau lihat kondisi kapalmu? Kalau aku diamkan, semua kru kapal termasuk dirimu hanya akan menjadi santapannya!" aku sedikit kesal, bukannya berterima kasih malah menyalahkanku. "Bersyukurlah Jean karena masih selamat," Bob "Asssh sial! Jadi bagaimana rencana kalian selanjutnya?" Jean "Menyerangnya dari atas air sangatlah berbahaya." Paman Bob kemudian turun dari mercusuar. "Aku punya ide, aku akan pindahkan gurita itu men

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   Part 5 : Desa Pontang

    Setelah aku selesai mandi, kami segera berangkat menggunakan kereta kuda. Walau ini dunia sihir, namun sepertinya lebih maju dari bayanganku. Rumah dengan atap seng, lalu kereta kuda ini, sudah menggunakan ban dari besi dan karet, dilengkapi per seperti truk. Walau sisi kiri dan kanannya hutan lebat, tapi jalanan di sini sudah dikeraskan menggunakan beton semen. "Sering ada monster yang menyerang pemukiman?" aku bertanya agar tidak bosan karena paman Robert mengendarai dan aku duduk di bagian belakang. "Biasanya tidak ada, tapi beberapa hari yang lalu kami kehilangan ternak lalu hari berikutnya ada yang memergoki serigala yang mencurinya. Kami takutnya jika para serigala itu sampai menyerang warga lagi," Robert. "Memangnya tidak bisa kalian usir sendiri? kan hanya serigala," "Mau dilawan pun tidak mungkin sanggup, mereka bukan serigala biasa tapi monster tingkat atas,"

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   Part 6 : Monster Aneh

    "Tuan Al?" Serigala paling besar itu berubah menjadi wujud manusia lalu berlutut di hadapanku diikuti serigala lainnya. "Bagaimana kamu tahu namaku?" "Oh maaf, saya hanya mendengar rumor tentang anda," Wah Segawon, sesat ini yang ngasih nama. "Kau pemimpin mereka? Siapa namamu?" Padahal aku sudah tahu, tapi untuk basa-basi saja. Karena penampilan dia berbeda sendiri, yang lainnya setengah badan bagian bawahnya masih berwujud serigala sedangkan dia seperti manusia seutuhnya. "Iya tuan, nama saya Segawon. Maafkan kami karena telah menyerang manusia, kami dikendalikan oleh lich (undead penyihir),"

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   Part 7 : Kota Akademi Sihir

    "Bangsawan Slosom meminta perjodohan dengan cucu saya," nenek Lona terlihat panik sekali. "Cucumu Lia? Hahaha apa hubungannya dengan kami?" Erin menyilangkan tangannya di dada. "Cari mati dia! Bangsawan bangsawan apaan? Beraninya mengaku bangsawan di negara ini!" Violet berdiri dan mengangkat tangannya sambil mengeluarkan energi sihir di tangannya. "Tenanglah Violet!" Noe. ____ "Waduh aku kebablasan." Saat aku bangun, kami berdua masih telanjang dan Lia masih tidur sambil memelukku dengan erat. "Woh iya, koin kemarin." Aku lupa menaruhnya di mana, aku lihat di sekelilingku tapi tidak terlihat. Saat aku ingin berdiri, kakiku mengenai sesuatu. Crikk.. Ternyata kantong koin itu ada di pojokan kasur. "Al ada apa?" Lia terbangun karena suara berisik dari sekantong koin.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24
  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   Part 8 : Interogasi

    Saat aku sadar, posisiku sudah diikat di kursi. "Darling, akhirnya bangun juga." Cewek tadi berada di pangkuanku, tiba-tiba saja dia menciumku sambil terus menatap mataku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya, aroma wangi dari tubuhnya begitu harum. Matanya berkaca-kaca, aku merasakan ada perasaan yang mengalir. Saat aku sedang menikmati ciumannya, aku dikagetkan dengan teriakan seseorang. "Nia apa yang kau lakukan!?" teriak seorang cewek yang mukanya sangat mirip dengannya. "Hahh kembar 4!?" Ternyata cewek yang menciumku bukanlah cewek yang tadi menyerangku. Ada 6 orang di sini, 4 cewek memiliki muka dan warna rambut yang sama persis. Namun 2 diantaranya memiliki telinga runcing seperti Elf dan 2 lainnya seperti manusia, ke-empatnya memiliki gaya rambutnya berbeda. Tidak hanya kembar 4 saja, namun ada 2 cewek lagi yang tidak kalah cantiknya. Ada yang tinggi dengan kulit putih, rambut hitam k

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   Part 9 : Kelakuan Cewek-Cewek Aneh

    "Iya karena cincin ini." Noe menunjukkan cincin di jari manisnya, cincin dari kristal yang mungkin saja berlian dengan ukiran seperti ranting tanaman yang melilit. Aku langsung ingat cincin yang dipakai nenek Lona, persis sekali. "Cincin apa itu?" tanyaku penasaran. "Mmm cincin apa ya." Noe dengan nada menggodaku. "Lah kok tanya balik?" "Cincin pemberian dari orang spesial," Erin "Aku laper, kamu mau masakan apa?" Nia berdiri sambil memandang ke arahku. "Aku!?" Aku tunjuk diriku sendiri untuk memastikan. "Siapa lagi!?" Nia ketus. "Nasi goreng pasti enak," "Oke." Nia segera beranjak meninggalkan ruangan ini namun tiba-tiba berteriak. "Pakai daging ayam, sapi apa seafood?" Nia. "Udangg," jawabku. "Aku mau ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-26

Bab terbaru

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   122. End

    Author rekap aja langsung end.Arlom akhirnya setuju membantu, namun ia hanya terima beres saja. Semua sudah diselesaikan oleh pasukan Elf dan dia hanya menggantikan tahta saja. Saat melihat-lihat para korban perbudakan, ada yang menarik perhatian kami. Seorang gadis kecil ras serigala, ia adalah senjata pembunuh yang mereka ciptakan. Anak dari kedua serigala hybrid. Instingnya sangat mengerikan, bahkan hanya didekati saja langsung melesat bagaikan petir. Bukan melesat menjauh, namun langsung menyerang tanpa pandang bulu.Akhirnya ia kami besarkan dan diberi nama Selen, ada juga ayahnya yang diberi nama Fenrir. Mereka semua kami rehabilitasi, namun Sania aku urus sendiri. Sifatnya yang masih ganas, tidak mungkin orang biasa yang menanganinya. Kalaupun para Elf, mereka tetap terpaksa menggunakan kekerasan untuk menghentikannya. Jadi lebih baik bersama kami dan ternlyata malah dekat denganku, bahkan Fenrir sebagai ayah Selen, mereka tidak pernah bertemu satu sama lain. Emosinya tidak b

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   121 -- Peluasan Wilayah Danirmala

    "Baiklah! Aku hargai kepedulianmu kepada makhluk lain, tapi kau urus sendiri mereka. Latihlah dengan benar!" Aku menyetujuinya sambil memberikan syarat."Deal!" Ignis langsung menyetujuinya dan mengulurkan jabat tangan, aku diam sejenak karena sedikit terkejut sebelum menjabat tangannya."Oi kamu yang paling besar, siapa namamu!?" Ignis meneriaki serigala terbesar yang memiliki 5 ekor, serigala itu langsung berubah wujud menjadi manusia dan berlutut di depan Ignis."Saya pemimpin kawanan ini, nama saya serigala petir ekor lima tuan," jawabnya membuat Ignis menepuk jidat."Kamu, tuanku ini ingin menjadikanmu bawahannya. Bersyukurlah dan patuhi dia!" Ignis menunjuknya sambil menepuk pundakku cukup kuat hingga membuatku terhuyung ke depan, sedangkan si serigala petir ekor lima bingung akan apa yang dikatakan Ignis."Kalian serigala petir merupakan makhluk tingkat tinggi, tapi kehidupan kalian terlalu bebas hingga lalai melatih bakat asli kalian. Aku Aldho Alfina akan membuat kalian menja

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   120 -- Serigala Hybrid

    Pada lokasi kedua, kami menemukan 4 bangsawan yang telah berkumpul. Banyak sekali pasukannya yang sedang berjaga di halaman kediamannya membuat Erin san Noe harus turun tangan.Di dalam ruang utama, para bangsawan terkejut mendengar suara ledakan dari energi listik milik Erin. Semuanya langsung mendekat ke jendela dan melihat ke halaman depan. Saat mereka baru mengecek dari jendela, ada satu penjaga yang berlari hingga tersandung-sandung masuk ruangan."Tuan, tuan!""Ada apa!?" teriak salah satu bangsawan."Elf menyerang, ada vampir, juga yang ikut!" teriaknya terbata-bata karena kehabisan napas."Bagaimana bisa ada Elf di sini? Apalagi vampir." Para bangsawan tidak percaya, namun mereka berfikir ulang karena penyerangan ini."Tidak mungkin juga pasukan kerajaan, sebagian besarnya merupakan orang-orang kita," ujar bangsawan lain."Hallo semuanya!" Noe mengagetkan para bangsawan dengan muncul tiba-tiba bersama kami semua."Topeng dan jubah itu!" Salah satu bangsawan menunjuk Noe, lalu

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   119 -- Perbudakan

    "Mereka keluar dari pegunungan Goromo, baru saja aku rasakan dari penghalangku," ucapku kepada Noe dan Erin setelah merasakan ada yang melewati penghalangku."Mungkin mencari kita," ujar Erin cuek."Iya, paling hanya kembali ke kota Danirmala," ujar Noe, ia lalu berdiri dari singgasana, mendekati para bangsawan kerajaan Lamris...Beberapa saat yang lalu"Yang Mulia! Para pemberontak di sekitar istana telah di singkirkan. Tidak ada korban jiwa dari pasukan kami, hanya beberapa saja yang mengalami luka dan sedang proses pengobatan." Tim melapor kepada Noe dengan tubuh yang dilumuri oleh darah, keadaanya terluka ataupun sehat tidak bisa diketahui karena tertutup oleh darah.Erin mengulurkan tangannya ke depan, ia membuka telapak tangannya dan tersorot mata vampirnya yang merah menyala. Darah di sekujur tubuh Tim tiba-tiba melayang ke arah telapak tangan Erin dan berkumpul membentuk bola. Gumpalan darah itu tiba-tiba menghilang seakan diserap olehnya."Bagaimana kondisimu?" Noe bertanya

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   118 -- Latihan para Naga

    Rumah di pegunungan GoromoNay bangun dan tidak menemukan Al di sisinya, ia kemudian dikejutkan oleh sesuatu dan bergegas keluar rumah."Darah?" ujarnya, lalu melihat Noa dan Violet yang sedang berlatih bersama Ignis.Ignis berdiri di tengah padang rumput, area sekitarnya sudah menjadi seperti kawah gunung berapi. Lava panas bergerak mengikuti alunan gerakan Ignis yang menari-nari untuk menyerang dan bertahan dari serangan Noa dan Violet.Violet seakan menggunakan teleportasi, ia selalu berpindah ke area sekitar Ignis untuk melakukan serangan. Menendang dan ditangkis oleh Ignis, berpindah lagi ke sisi lain dan mengayunkan lengannya yang ada satu cakar berbentuk bilah pedang menempel sejajar dengan lengan dan jari kelingking. Serangannya terus ditangkis, namun Violet juga terus menyerang, bahkan dirinya tidak pernah menapak di tahan karena selalu berpindah dengan sangat cepat."Ignis, lepaskan penguasaan areamu!" Noa tidak bisa menyerang dengan jarak dekat, ia dari jarak jauh hanya mel

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   117 -- Bangsawan Pemberontak

    "Tidak ada yang tidak mungkin, lihatlah dia." Aku menunjuk ke arah Erin yang masih berdiri di samping Downer dan Harnes, mereka berdua masih berada di bawah tekanan Erin."Dia vampir yang membantuku pergi, dia juga yang membuat tubuhku seperti ini. Untuk kematian kakek tua itu, dia patut mendapatkan. Kelakuan bejat dan semena-menanya sungguh membuatku muak." Aku membantu paman Ronald jalan menuju singgasananya, lalu melambaikan tangan ke arah Erin. Dia mengerti dan melepaskan Downer serta Harnes dari tekanan gravitasinya."Jadi kamu beneran pangeran Aldho?" ujar Harnes sambil berjalan mendekat."Iya, tidak ada waktu buat bercerita tentangku. Sekarang jelaskan apa yang terjadi pada kerajaan Lamris!" ucapku sambil berjalan menuju tempat duduk di sisi samping singgasana."Baik pangeran." Downer dan Harnes menunduk sambil terus menurunkan pandangan karena ada Erin di sampingku."Para bangsawan mengerahkan anak buahnya dan menyewa beberapa petualang untuk melengserkan posisi Raja Lamris,"

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   116 -- Kembali ke kerajaan Lamris

    "Memangnya tidak ada Raja Elf sebelumnya? Mungkin dialah ayahmu kalau ras Elf susah hamil dengan ras manusia." Aku sontak diam telat menyadari, lalu kemudian bangun dan duduk di samping Noe."Aku manusia, kamu Elf, lalu bagaimana?" tanyaku khawatir dan bingung, Noe mengelus pipiku, lalu menyuruhku untuk rebahan kembali."Mungkin kalau sering-sering bikin ada kemungkinan jadi," "Sudah pernah ada half Elf?" "Kalau ayahnya Elf dan ibunya manusia banyak, tapi kalau sebaliknya belum pernah ada," jawabnya membuat hatiku semakin sakit."Memangnya kenapa? Kan ada kakak-kakakku, mereka." Noe terdiam dan tidak melanjutkan bicaranya."Mereka kenapa?""Tidak apa-apa," ujarnya, walau terlihat tenang tapi jelas sekali menutupi sesuatu."Nay roh dari tanaman, Nia juga seorang peri, tubuh mereka hanya sebuah energi yang menyerupai tubuh manusia. Sedangkan Noa dulunya roh yang menempati tubuh naga sejati. Mereka bisa hamil?" Aku bertanya dengan ragu-ragu, takut akan jawaban yang sesuai dengan perkir

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   115 -- Kucing kuno

    "Noa bagus!" seruku sambil tersenyum lebar dan mendekatkan mukanya kepadaku."Bagus kepalamu!" Nia spontan berteriak dan menamparku. Aku terjungkal ke belakang dan menatapnya bingung, ia kemudian berjalan mendekatiku."Kalau mau menenangkan orang, jangan begitu juga caranya!" teriaknya sambil menarik kerah bajuku dan menatapku dengan sinis. Aku hanya tersenyum, kemudian melepaskan tangannya dari kerah bajuku dan merangkulnya."Nia marah-marah mulu," ujarku secara halus sambil mendorongnya perlahan mendekati Noa. Aku duduk di antara mereka berdua dan merangkulnya secara bersamaan. Kepala mereka aku sandarkan di dadaku sambil aku usap perlahan rambutnya."Kenapa sih!? Ishh!" Nia menepis tanganku, sedangkan Noa masih menangis."Ei kalian diem dulu, perhatikan," ucapku secara halus sambil menatap ke arah Violet, kemudian aku buat penghalang di depan Violet."Violet, tolong serang penghalang itu dengan sekuat tenaga," ucapku sambil tersenyum."Jangan aneh-aneh!" Nia menatapku dengan geram

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain   114 -- Seluk-beluk Dunia

    "Kontrak darah denganku, kau menjadi tuanku dan harus melindungi apa yang aku lindungi!" ucap Ignis dengan serius."Aku lebih lemah darimu, bukannya malah terbalik?""Kau saat ini memang lemah, tapi para Ratu di sekelilingmu tidak bisa dikatakan lemah. Belum lagi kalau kau meningkatkan kekuatan rua..""Stop!" Erin bersama Noe serempak menghentikan Ignis berbicara. "Al, akan aku jelaskan semuanya nanti," ujar Erin saat mengetahui kegelisahanku."Ok baiklah, tapi apa tugasku? Apa yang harus aku lindungi?" tanyaku lagi untuk memastikan agar lebih jelas."Menjaga benua Kalenex dan juga menjaga dunia Roh dari semua ancaman!" ucap Ignis dengan serius."Dunia Roh!?" tanyaku sambil menengok ke arah Noa."Al, lakukan kontraknya dulu, nanti aku jelaskan." Erin meyakinkanku, aku segera melihat ke arah kembar 4 dan Violet. Mereka semua mengangguk menyetujuinya, setelah itu aku segera mengulurkan jariku kepada Erin. Dengan kukunya yang tajam, ia dengan mudah menggores jariku. Setelah menggabungka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status