Setelah aku selesai mandi, kami segera berangkat menggunakan kereta kuda. Walau ini dunia sihir, namun sepertinya lebih maju dari bayanganku. Rumah dengan atap seng, lalu kereta kuda ini, sudah menggunakan ban dari besi dan karet, dilengkapi per seperti truk. Walau sisi kiri dan kanannya hutan lebat, tapi jalanan di sini sudah dikeraskan menggunakan beton semen.
"Sering ada monster yang menyerang pemukiman?" aku bertanya agar tidak bosan karena paman Robert mengendarai dan aku duduk di bagian belakang.
"Biasanya tidak ada, tapi beberapa hari yang lalu kami kehilangan ternak lalu hari berikutnya ada yang memergoki serigala yang mencurinya. Kami takutnya jika para serigala itu sampai menyerang warga lagi," Robert.
"Memangnya tidak bisa kalian usir sendiri? kan hanya serigala,"
"Mau dilawan pun tidak mungkin sanggup, mereka bukan serigala biasa tapi monster tingkat atas,"
"Ehh jadi bukan serigala biasa?" hmm betul juga sih, gurita saja bisa sebesar itu.
"Tentu bukan, ras werewolf, mereka yang dari dulu menjaga hutan ini. Jadi saya mohon jangan sampai membunuh mereka." Dia melihatku sambil tangannya memohon.
"Jadi? Aku harus ngapain?"
"Saya mohon, mereka sudah menjauhkan kami dari para monster, selama ada mereka kami tidak diserang monster lain." Robert melihat ke arahku lagi dengan tatapan memelas.
"Sulit juga, apa kerajaan tidak ada pasukan pembasmi monster atau para petualang seperti itu?"
"Ada, namun mereka bertindak setelah ada laporan,"
"Hmm, aku tidak janji untuk tidak membunuh mereka, tergantung situasi yang akan kita hadapi nanti." Aku menyandarkan kepala di bagian depan karena bingung harus bagaimana.
"Baiklah,"
"Aku tinggal tidur dulu paman, bangunkan kalau hampir sampai." Aku merasa bosan di perjalanan, karena jalannya sudah mulus dan juga cukup nyaman untuk tiduran. Katanya tidak sampai satu jam sudah hampir sampai.
"Wooh luas sekali ladang kedelainya,"
Terlihat dari atas bukit, desa Pontang dengan luas yang melebihi desa nelayan. Desa itu dikelilingi oleh lahan pertanian kedelai sebagai komoditas utama.
"Dulunya desa ini sangat miskin, pajak yang diberikan kerajaan sangat tinggi, banyak yang kelaparan, anak anak banyak yang diculik untuk dijadikan budak. Namun sekitar 35 tahun lalu Raja digulingkan dan wilayah kerajaan ini menjadi bagian dari negara Danirmala," Robert menceritakan sejarah desanya.
"Oh, jadi saat ini sudah diambil alih kerajaan lain?" Aku pindah duduk di samping pak Robert, kusir yang lagi mengendarai kuda.
"Iya, namun kerajaan Lamris tidak dibubarkan, hanya saja di bawah kepemimpinan negara Danirmala. Awalnya pajak dihilangkan, perbudakan dilarang dan dibuatkan pula jalan yang menghubungkan antar desa, lalu kami diajarkan cara bertanam dan beternak,"
"Ehh,
jadi tidak dipungut pajak lagi?" Aku kaget, bagaimana jalannya negara tanpa itu.
"Pada saat itu tidak, namun pajak sekarang lebih tinggi dari saat itu. Tapi karena kondisi kami yang lebih maju, jadi tidak begitu masalah,"
"Luar biasa sekali, siapa pemimpin negara Danirmala?"
"Pada saat itu ada 4 sosok yang dipuja sebagai dewi, beliau Ratu dari masing-masing ras Elf, Druid, Peri dan yang satu lagi rumornya dari ras manusia yang abadi,"
"Abadi? Jadi sudah hidup sangat lama?"
"Saya kurang tahu untuk itu, sedikit sekali informasi tentang beliau, tidak pernah ada yang tahu nama dan wajah beliau semua,"
"Jadi mereka hanya mitos?"
"Bukan, beliau semua benar-benar ada. Beliau muncul hanya disaat saat penting saja dan itu memakai jubah dan topeng." Sambil memperagakan topeng.
"Ohh mereka adalah 4 sosok suci yang dipuja?"
"Sekarang menjadi 6, kabarnya keturunan vampir murni dan naga legendaris,"
"Ehh bagaimana bisa naga?"
"Menurut rumor yang beredar, sebenarnya ada Raja negeri ini namun sama sekali tidak ada yang mengetahui kebenarannya,"
"Lalu apa hubungannya dengan naga?"
"Apabila Naga menjalin kontrak, maka akan berevolusi menyerupai manusia dan bukan orang sembarangan yang bisa melakukannya,"
"Sebentar dulu, kalau setelah dia memimpin, negara ini menjadi lebih maju dengan teknologi yang bisa dibilang modern untuk dunia ini, berarti bisa jadi dia reinkarnator sepertiku," ucapku dalam hati.
"Ohh atas dasar itu bisa di ambil kesimpulan ada Raja di balik layar?"
"Iya seperti itu,"
"Tapi kan bisa jadi para Ratu terdahulu yang melakukan kontrak,"
"Ehh benar juga." Paman Robert melihat ke arahku dan terlihat bingung.
...
"Selamat datang di desa Pontang, mari istirahat dulu di rumah saya." Saat kami sampai, ternyata sudah ada yang menyambut kami.
"Terima kasih banyak,"
Rumah di desa ini tidak berbeda dari desa nelayan, suasana di tengah hutan saja yang menjadi perbedaannya.
"Ini istriku Dita, kau harus merasakan masakannya." Paman Robert memperkenalkan istrinya yang terlihat lebih muda darinya.
"Tuan muda ini yang jadi pahlawan di desa nelayan?" Wanita tadi mendekatiku.
"Iya, aku pun awalnya tidak percaya bahwa dia semuda ini,"
"Bakat yang luar biasa,"
"Saya tidak sehebat itu kok,"
"Kalau begitu mari tuan, sudah saya siapkan hidangan." Mereka menyuruhku untuk segera masuk ke rumah. Setelah masuk ke ruang makan, aku lihat makanan yang sangat tidak asing bagiku.
"Ehhh tempe dan tahu?"
"Iya olahan dari kedelai yang cara pengolahannya diajarkan oleh para Elf yang diutus langsung Ratu Danirmala, bahkan beliau langganan dari desa ini." Dita sambil menyajikan hidangannya.
"Mmm tempe goreng, ahh pas banget ada sambal cabai." Aku lihat ternyata ada juga sambal cabai tersaji di depanku.
"Oh, jadi anda tau cara makannya ya? Warga kami awalnya tidak tahan pedas, namun sekarang kurang lengkap kalau tidak pedas," Robert
"Lebih nikmat memang kalau ada sambal, apalagi kalau dibuat tempe mendoan,"
"Mendoan? Apa itu?" mereka terlihat bingung.
"Gorengan tempe seperti ini, namun dengan irisan lebih tipis dan digoreng tidak terlalu lama jadi tekstur masih lunak,"
"Baiklah akan saya akan mencobanya, silahkan disantap terlebih dahulu." Dita pergi menuju dapur.
Tidak lama kemudian Dita membawa mendoan yang aku bilang tadi.
"Apakah seperti ini?" Sambil menunjukkan hasil gorengannya dan segera aku ambil.
"Mmmm benar sensasi setengah matang ini." Aku mencobanya.
____
[Yang mulia, ada laporan dari kepala desa Pontang bahwa tuan Al sudah berada disana,] seorang cewek dengan pakaian ketat serba hitam dan topeng. Dia adalah pemimpin pasukan ASU di bawah kendali Violet. Dia melapor menggunakan telepati dari hutan desa Pontang.
[Terus saja awasi!] Violet
[Baik Yang Mulia,]
..
[Erin, tuan Al sudah di posisi, kerahkan anak buahmu!] Violet berada di atas pohon yang sangat besar dan tinggi, terlihat hamparan hutan dan lautan yang luas.
[Wokey,] Erin
..
Hutan serigala yang berada di atas pegunungan Goromo. Di bawah pepohonan pinus yang besar-besar ada lapangan luas, di samping itu terlihat ada pemukiman yang mirip perumahan.
"Segawon!" Erin berada di depan pasukan serigala.
"Siap Yang Mulia." Serigala yang paling besar berubah menjadi wujud manusia dan berlutut di depan Erin.
"Lakukan sesuai perintahku, awas kalau tidak dapat!" Erin
"Siap yang mulia,"
"Maaf menyela Yang Mulia, izinkan saya memimpin pasukan ini." Berbeda dari Segawon yang memiliki wujud manusia seutuhnya, dia ini masih memiliki ekor dan telinga serigala.
"Alpha, lalu siapa yang mengawasi pasukanmu? Sudah ada tugasnya masing-masing, Selen saja tetap mau mengawasi dari jauh sebagai pemimpin ASU," Erin memarahinya.
"Baik, maafkan hamba Yang Mulia," Alpha terlihat lesu tapi tetap mematuhi perintah Erin.
"Woy demon labil, bagaimana denganmu?" Erin berteriak ke arah pria yang matanya hitam.
"Tenang saja yang mulia, tugas ini mudah bagi saya." Demon yang bermata hitam dengan garis merah menyilang di matanya. Berbeda dari para serigala yang berlutut, demon ini hanya menundukkan kepalanya dengan tangan berada di dadanya.
"Awas kalau membuat masalah lagi, nanti aku yang kena getahnya. Kalau Al sampai tau, kau pasti akan kena ganjarannya!" Erin lalu menjentikkan jarinya dan membuat gravitasi di sekitar demon itu menjadi sangat berat. Demon tadi tidak kuat menahan gravitasi dan jadi merangkak.
"Baik Yang Mulia, tidak akan saya lakukan kesalahan yang ke-dua kalinya," jawabnya dengan santai.
"Kedua!? Sudah 2 kali kau membuat kesalahan!" Erin mendekatinya sambil mengeluarkan kuku jarinya dan meletakan di dagu demon itu. Demon itu terpaksa mendongak ke arah Erin yang sedang menatapnya dengan mata merah menyala.
"Baik, saya mengerti," jawab demon itu masih dengan santai.
Erin melepaskan sihirnya lalu menjentikkan jari lagi, lingkaran sihir sangat besar mengitari mereka semua.
Casssh cassh cringg
Ternyata sihir teleport berskala area yang digunakannya. Semua orang kecuali Erin dan Alpha sudah dipindahkan menuju hutan desa Pontang.
____
Setelah makan, kami beristirahat sejenak sampai menjelang sore.
"Karena para serigala itu menyerang saat malam hari, untuk saat ini apakah tuan mau saya ajak untuk berkeliling desa?" ajak Robert.
"Tentu saja!" aku iyain saja daripada diam saja di sini, aku merasa canggung kalau berdiam diri tapi tidak di rumah sendiri. Robert mengajakku berkeliling desanya dan menjelaskan bagian desa. Setelah itu, kami menuju pertenakan yang diberi jarak puluhan meter dari desa. Kandang ternak dijadikan satu membentuk bangunan yang panjang.
"Lumayan luas juga ternyata, jadi ternak apa yang kalian punya?"
"Kami memelihara sapi, kambing dan kerbau, mereka sarankan itu karena banyaknya ladang rumput di sekitar sini. Ampas hasil pembuatan tahu juga digunakan sebagai pakan," Robert
Tidak ada bedanya ternak di sini sama dunia asalku. Di samping kandang ada padang rumput yang cukup luas, tepat di pinggir hutan yang lebat.
"Bagus sekali diberi jarak dari pemukiman untuk mencegah gangguan. Ehh tunggu sebentar, bahkan feses pun dimanfaatkan untuk gas rumah tangga?" Aku lihat di belakang kandang ada septic tank dan di atasnya ada bambu untuk menyalurkan gasnya.
"Gas? Itu pasokan sihir untuk menyalakan lampu dan kompor," jawabnya.
"Kok sihir?"
"Iya hasil penguraian dari feses berubah menjadi sihir, begitu pula dengan fosil hewan atau monster yang sudah terurai oleh tanah,"
Lah, jadi kalau di dunia ini fosil tidak berubah jadi minyak bumi namun berubah menjadi sihir.
Tiba-tiba aku merasakan aura sihir yang cukup besar dari arah hutan. Setelah aku lihat, ternyata ada sekelompok serigala yang sedang berbaris di pinggir hutan. Aku gunakan pendeteksi untuk mengetahui berapa jumlah serigala itu, aku dikagetkan oleh energi aneh di atasnya yang berkumpul menuju suatu tempat. Saat aku lihat arah energi itu, ternyata ada yang mengendalikan serigala.
"Ehh hantu tengkorak?" ada tengkorak yang berdiri sambil memegang tongkat, matanya menyala dan menyadari bahwa aku mengintainya.
"Ada apa tuan?" tanya Robert kaget.
"Itu, para serigala ternyata dikendalikan oleh tengkorak." Aku menujuk ke arah hutan.
"Tengkorak? Maksud anda undead?"
"Ohh, jadi ada makhluk seperti itu juga?"
"Kalau sampai bisa mengendalikan kawanan werewolf berarti itu undead tingkat atas,"
"Baiklah aku akan mendekat ke sana, paman Robert di sini saja," lebih baik aku datangi saja daripada mereka datang kemari dan membahayakan warga di sini.
"Berhati-hatilah, saya akan segera beritahu warga untuk membantu." Paman Robert berlari menuju desanya.
Saat teleport di dekat kawanan werewolf itu, aku langsung diserang. Gerakan mereka sangat cepat, aku hanya bisa menghindar menggunakan teleport dan penghalang.
Slash slash slash
Serangan dari para serigala silir berganti ke arahku. Untung saja sudah berlatih dengan paman Bob, reflekku sekarang jadi jauh lebih baik.
"Aku di sini mau membantu kalian!" teriakku, nsmun mereka tetap saja menyerangku, untung saja serangan mereka masih bisa aku hindari.
"Auuuuuuuuu," terdengar suara lolongan yang sangat keras, para serigala itu mundur dan muncullah satu serigala yang sangat besar.
Suuuuuut Cetas
Serangan serigala itu sangat cepat mengenai penghalang di depanku, betapa kagetnya aku tiba-tiba saja dia menyerang.
"Woy aku tidak mau menyerang kalian!"
"Lah iya mereka kan monster kenapa aku ajak bicara?" batinku.
Mereka kembali menyerang secara serentak dan lebih cepat. Dengan kecepatan itu, kalau aku tidak memiliki teleport, pasti aku sudah dicabik-cabik nya.
"Sial! Harus aku hilangkan efek kendali sama pemimpinnya itu duluan. Tapi akan sulit kalau menyerang tengkorak itu sebelum mereka lepas. Haduh, mana aku harus menyelesaikan tanpa membunuh para serigala," gerutuku.
Energi sihir yang ada di atas mereka aku serang menggunakan pemotong dimensi, namun tidak berefek sama sekali. Aku teringat dengan sihir penghalangku, lalu aku coba buat penghalang yang mengitari semua kawanan serigala. Padahal niatku hanya mengurung para kawanan serigala, namun ternyata malah membatalkan sihir pengendalinya.
"Tuan Al?"
"Tuan Al?" Serigala paling besar itu berubah menjadi wujud manusia lalu berlutut di hadapanku diikuti serigala lainnya. "Bagaimana kamu tahu namaku?" "Oh maaf, saya hanya mendengar rumor tentang anda," Wah Segawon, sesat ini yang ngasih nama. "Kau pemimpin mereka? Siapa namamu?" Padahal aku sudah tahu, tapi untuk basa-basi saja. Karena penampilan dia berbeda sendiri, yang lainnya setengah badan bagian bawahnya masih berwujud serigala sedangkan dia seperti manusia seutuhnya. "Iya tuan, nama saya Segawon. Maafkan kami karena telah menyerang manusia, kami dikendalikan oleh lich (undead penyihir),"
"Bangsawan Slosom meminta perjodohan dengan cucu saya," nenek Lona terlihat panik sekali. "Cucumu Lia? Hahaha apa hubungannya dengan kami?" Erin menyilangkan tangannya di dada. "Cari mati dia! Bangsawan bangsawan apaan? Beraninya mengaku bangsawan di negara ini!" Violet berdiri dan mengangkat tangannya sambil mengeluarkan energi sihir di tangannya. "Tenanglah Violet!" Noe. ____ "Waduh aku kebablasan." Saat aku bangun, kami berdua masih telanjang dan Lia masih tidur sambil memelukku dengan erat. "Woh iya, koin kemarin." Aku lupa menaruhnya di mana, aku lihat di sekelilingku tapi tidak terlihat. Saat aku ingin berdiri, kakiku mengenai sesuatu. Crikk.. Ternyata kantong koin itu ada di pojokan kasur. "Al ada apa?" Lia terbangun karena suara berisik dari sekantong koin.
Saat aku sadar, posisiku sudah diikat di kursi. "Darling, akhirnya bangun juga." Cewek tadi berada di pangkuanku, tiba-tiba saja dia menciumku sambil terus menatap mataku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya, aroma wangi dari tubuhnya begitu harum. Matanya berkaca-kaca, aku merasakan ada perasaan yang mengalir. Saat aku sedang menikmati ciumannya, aku dikagetkan dengan teriakan seseorang. "Nia apa yang kau lakukan!?" teriak seorang cewek yang mukanya sangat mirip dengannya. "Hahh kembar 4!?" Ternyata cewek yang menciumku bukanlah cewek yang tadi menyerangku. Ada 6 orang di sini, 4 cewek memiliki muka dan warna rambut yang sama persis. Namun 2 diantaranya memiliki telinga runcing seperti Elf dan 2 lainnya seperti manusia, ke-empatnya memiliki gaya rambutnya berbeda. Tidak hanya kembar 4 saja, namun ada 2 cewek lagi yang tidak kalah cantiknya. Ada yang tinggi dengan kulit putih, rambut hitam k
"Iya karena cincin ini." Noe menunjukkan cincin di jari manisnya, cincin dari kristal yang mungkin saja berlian dengan ukiran seperti ranting tanaman yang melilit. Aku langsung ingat cincin yang dipakai nenek Lona, persis sekali. "Cincin apa itu?" tanyaku penasaran. "Mmm cincin apa ya." Noe dengan nada menggodaku. "Lah kok tanya balik?" "Cincin pemberian dari orang spesial," Erin "Aku laper, kamu mau masakan apa?" Nia berdiri sambil memandang ke arahku. "Aku!?" Aku tunjuk diriku sendiri untuk memastikan. "Siapa lagi!?" Nia ketus. "Nasi goreng pasti enak," "Oke." Nia segera beranjak meninggalkan ruangan ini namun tiba-tiba berteriak. "Pakai daging ayam, sapi apa seafood?" Nia. "Udangg," jawabku. "Aku mau ba
"Ehh tunggu dulu!" "Tapi tuan." Membalikkan badannya menghadap ke arahku namun tidak berusaha melepaskan tanganku. "Duduk dulu, dengarkan aku!" "Maaf tuan." Violet duduk kembali. "Aku lanjutkan ceritanya, di sana aku sempat melawan dan ada wyvern yang terluka, tapi para dwarf sama sekali tidak ada yang terluka," "Kalau belum diberi pelajaran, izinkan saya yang melakukannya." Violet memotong pembicaraan lagi sambil berdiri, aku tarik dia di pangkuanku dan aku peluk erat. Posisinya membelakangi aku, jadi tangannya bisa aku pegangi. "Licik! Kenapa Violet saja yang dipeluk?" Erin berdiri sambil menggebrak meja. Aku baru sadar kalau di sini ada banyak pelanggan yang memperhatikan kami, segera aku lepas pelukanku. "Kan kemarin kamu sudah menghisap darah tuan Al banyak sekali, gantian lah!" Violet malah membalikkan badan samb
Di lantai kedua rumah mereka, terdapat tempat untuk bersantai dan menikmati pemandangan. "Itu gunung berapi selalu ngeluarin api biru?" tanyaku, soalnya aku lihat dari awal kemari sampai sekarang selalu saja menyala. Apalagi saat malam seperti ini, cahayanya bisa terlihat dari seluruh sudut kota. Posisi rumah ini memang spot terbaik, dapat melihat semua spot menarik dari kota ini dalam satu tempat. "Iya, tidak pernah padam," ucap Noe yang sedang duduk santai di sofa sambil menyilangkan kakinya "Walau masih mengeluarkan api, namun tidak akan meletus lagi kok," Nay di sisiku. "Baru saja mau tanya," dan dibalasnya dengan senyuman, lalu mengambil tanganku dan ditaruh di atas kepalanya. Aku usap kepalanya sambil aku mainkan rambut putihnya yang halus dan sangat harum itu. "Tuan, saya juga saya juga!" Violet melakukan hal sama, kelakuan mereka berdua setiap saat pasti di kedu
"Maaf tuan, kami bikin keributan." Violet dan Noe kembali. "Anak sialan itu berulah lagi!" Noe kesal. "Elf yang kemarin?" "Iya, sudah aku suruh penjarakan dia sekarang!" Noe. "Ehh segitunya?" "Memangnya mau cewekmu ini digangguin?" Noe. "Cewekku?" "Ini wedang ronde, bentar lagi satenya matang." Noe membagikan mangkok berisi wedang ronde. Rasanya benar-benar sama seperti di dunia asalku, tidak kami sangka sudah menjelang tengah malam. Kami putuskan untuk pulang namun mereka memaksaku untuk tidur bersama mereka. "Baiklah, kalau kau bisa mengalahkan ku, kau boleh tidur sendiri," tantang Noe. "Beneran? Kemarin saja tidak ada perlawanan yang berarti," aku dengan percaya diri, menyetujui tantangan Noe. "Hahaha jangan sombong dulu, wal
Gua Cryostar Di bawah pegunungan Smabor, terdapat gua yang sangat panjang dan besar. Gua itu dihuni oleh puluhan ribu dwarf, sekaligus tambang berbagai mineral alam. Sebagian besar besi dan emas ditambang dari tempat ini. Walau dwarf memiliki tubuh yang kecil, tapi ruang tahta Raja dwaft sangat luas. Violet dalam wujud naganya masih bisa muat di dalam ruangan itu. Tidak hanya besar, ruangan itu sangat megah, dihiasi batu permata yang menyala di seluruh sisinya. Raja dwarf duduk di singgasana yang berupa kristal-kristal besar. Berjejer pengawal dwarf dengan badan kekar membawa kampak sebesar badannya. "Bagaimana kondisi putraku?" Jade, Raja dwarf bertanya kepada ajudannya. "Pangeran Elraw mengalami patah tulang di beberapa tempat. Sekarang sedang dilarikan menuju kota Mala agar segera mendapat penanganan yang terbaik." Ajudan itu berlutut di depan rajanya. "Siapkan wyver
Author rekap aja langsung end.Arlom akhirnya setuju membantu, namun ia hanya terima beres saja. Semua sudah diselesaikan oleh pasukan Elf dan dia hanya menggantikan tahta saja. Saat melihat-lihat para korban perbudakan, ada yang menarik perhatian kami. Seorang gadis kecil ras serigala, ia adalah senjata pembunuh yang mereka ciptakan. Anak dari kedua serigala hybrid. Instingnya sangat mengerikan, bahkan hanya didekati saja langsung melesat bagaikan petir. Bukan melesat menjauh, namun langsung menyerang tanpa pandang bulu.Akhirnya ia kami besarkan dan diberi nama Selen, ada juga ayahnya yang diberi nama Fenrir. Mereka semua kami rehabilitasi, namun Sania aku urus sendiri. Sifatnya yang masih ganas, tidak mungkin orang biasa yang menanganinya. Kalaupun para Elf, mereka tetap terpaksa menggunakan kekerasan untuk menghentikannya. Jadi lebih baik bersama kami dan ternlyata malah dekat denganku, bahkan Fenrir sebagai ayah Selen, mereka tidak pernah bertemu satu sama lain. Emosinya tidak b
"Baiklah! Aku hargai kepedulianmu kepada makhluk lain, tapi kau urus sendiri mereka. Latihlah dengan benar!" Aku menyetujuinya sambil memberikan syarat."Deal!" Ignis langsung menyetujuinya dan mengulurkan jabat tangan, aku diam sejenak karena sedikit terkejut sebelum menjabat tangannya."Oi kamu yang paling besar, siapa namamu!?" Ignis meneriaki serigala terbesar yang memiliki 5 ekor, serigala itu langsung berubah wujud menjadi manusia dan berlutut di depan Ignis."Saya pemimpin kawanan ini, nama saya serigala petir ekor lima tuan," jawabnya membuat Ignis menepuk jidat."Kamu, tuanku ini ingin menjadikanmu bawahannya. Bersyukurlah dan patuhi dia!" Ignis menunjuknya sambil menepuk pundakku cukup kuat hingga membuatku terhuyung ke depan, sedangkan si serigala petir ekor lima bingung akan apa yang dikatakan Ignis."Kalian serigala petir merupakan makhluk tingkat tinggi, tapi kehidupan kalian terlalu bebas hingga lalai melatih bakat asli kalian. Aku Aldho Alfina akan membuat kalian menja
Pada lokasi kedua, kami menemukan 4 bangsawan yang telah berkumpul. Banyak sekali pasukannya yang sedang berjaga di halaman kediamannya membuat Erin san Noe harus turun tangan.Di dalam ruang utama, para bangsawan terkejut mendengar suara ledakan dari energi listik milik Erin. Semuanya langsung mendekat ke jendela dan melihat ke halaman depan. Saat mereka baru mengecek dari jendela, ada satu penjaga yang berlari hingga tersandung-sandung masuk ruangan."Tuan, tuan!""Ada apa!?" teriak salah satu bangsawan."Elf menyerang, ada vampir, juga yang ikut!" teriaknya terbata-bata karena kehabisan napas."Bagaimana bisa ada Elf di sini? Apalagi vampir." Para bangsawan tidak percaya, namun mereka berfikir ulang karena penyerangan ini."Tidak mungkin juga pasukan kerajaan, sebagian besarnya merupakan orang-orang kita," ujar bangsawan lain."Hallo semuanya!" Noe mengagetkan para bangsawan dengan muncul tiba-tiba bersama kami semua."Topeng dan jubah itu!" Salah satu bangsawan menunjuk Noe, lalu
"Mereka keluar dari pegunungan Goromo, baru saja aku rasakan dari penghalangku," ucapku kepada Noe dan Erin setelah merasakan ada yang melewati penghalangku."Mungkin mencari kita," ujar Erin cuek."Iya, paling hanya kembali ke kota Danirmala," ujar Noe, ia lalu berdiri dari singgasana, mendekati para bangsawan kerajaan Lamris...Beberapa saat yang lalu"Yang Mulia! Para pemberontak di sekitar istana telah di singkirkan. Tidak ada korban jiwa dari pasukan kami, hanya beberapa saja yang mengalami luka dan sedang proses pengobatan." Tim melapor kepada Noe dengan tubuh yang dilumuri oleh darah, keadaanya terluka ataupun sehat tidak bisa diketahui karena tertutup oleh darah.Erin mengulurkan tangannya ke depan, ia membuka telapak tangannya dan tersorot mata vampirnya yang merah menyala. Darah di sekujur tubuh Tim tiba-tiba melayang ke arah telapak tangan Erin dan berkumpul membentuk bola. Gumpalan darah itu tiba-tiba menghilang seakan diserap olehnya."Bagaimana kondisimu?" Noe bertanya
Rumah di pegunungan GoromoNay bangun dan tidak menemukan Al di sisinya, ia kemudian dikejutkan oleh sesuatu dan bergegas keluar rumah."Darah?" ujarnya, lalu melihat Noa dan Violet yang sedang berlatih bersama Ignis.Ignis berdiri di tengah padang rumput, area sekitarnya sudah menjadi seperti kawah gunung berapi. Lava panas bergerak mengikuti alunan gerakan Ignis yang menari-nari untuk menyerang dan bertahan dari serangan Noa dan Violet.Violet seakan menggunakan teleportasi, ia selalu berpindah ke area sekitar Ignis untuk melakukan serangan. Menendang dan ditangkis oleh Ignis, berpindah lagi ke sisi lain dan mengayunkan lengannya yang ada satu cakar berbentuk bilah pedang menempel sejajar dengan lengan dan jari kelingking. Serangannya terus ditangkis, namun Violet juga terus menyerang, bahkan dirinya tidak pernah menapak di tahan karena selalu berpindah dengan sangat cepat."Ignis, lepaskan penguasaan areamu!" Noa tidak bisa menyerang dengan jarak dekat, ia dari jarak jauh hanya mel
"Tidak ada yang tidak mungkin, lihatlah dia." Aku menunjuk ke arah Erin yang masih berdiri di samping Downer dan Harnes, mereka berdua masih berada di bawah tekanan Erin."Dia vampir yang membantuku pergi, dia juga yang membuat tubuhku seperti ini. Untuk kematian kakek tua itu, dia patut mendapatkan. Kelakuan bejat dan semena-menanya sungguh membuatku muak." Aku membantu paman Ronald jalan menuju singgasananya, lalu melambaikan tangan ke arah Erin. Dia mengerti dan melepaskan Downer serta Harnes dari tekanan gravitasinya."Jadi kamu beneran pangeran Aldho?" ujar Harnes sambil berjalan mendekat."Iya, tidak ada waktu buat bercerita tentangku. Sekarang jelaskan apa yang terjadi pada kerajaan Lamris!" ucapku sambil berjalan menuju tempat duduk di sisi samping singgasana."Baik pangeran." Downer dan Harnes menunduk sambil terus menurunkan pandangan karena ada Erin di sampingku."Para bangsawan mengerahkan anak buahnya dan menyewa beberapa petualang untuk melengserkan posisi Raja Lamris,"
"Memangnya tidak ada Raja Elf sebelumnya? Mungkin dialah ayahmu kalau ras Elf susah hamil dengan ras manusia." Aku sontak diam telat menyadari, lalu kemudian bangun dan duduk di samping Noe."Aku manusia, kamu Elf, lalu bagaimana?" tanyaku khawatir dan bingung, Noe mengelus pipiku, lalu menyuruhku untuk rebahan kembali."Mungkin kalau sering-sering bikin ada kemungkinan jadi," "Sudah pernah ada half Elf?" "Kalau ayahnya Elf dan ibunya manusia banyak, tapi kalau sebaliknya belum pernah ada," jawabnya membuat hatiku semakin sakit."Memangnya kenapa? Kan ada kakak-kakakku, mereka." Noe terdiam dan tidak melanjutkan bicaranya."Mereka kenapa?""Tidak apa-apa," ujarnya, walau terlihat tenang tapi jelas sekali menutupi sesuatu."Nay roh dari tanaman, Nia juga seorang peri, tubuh mereka hanya sebuah energi yang menyerupai tubuh manusia. Sedangkan Noa dulunya roh yang menempati tubuh naga sejati. Mereka bisa hamil?" Aku bertanya dengan ragu-ragu, takut akan jawaban yang sesuai dengan perkir
"Noa bagus!" seruku sambil tersenyum lebar dan mendekatkan mukanya kepadaku."Bagus kepalamu!" Nia spontan berteriak dan menamparku. Aku terjungkal ke belakang dan menatapnya bingung, ia kemudian berjalan mendekatiku."Kalau mau menenangkan orang, jangan begitu juga caranya!" teriaknya sambil menarik kerah bajuku dan menatapku dengan sinis. Aku hanya tersenyum, kemudian melepaskan tangannya dari kerah bajuku dan merangkulnya."Nia marah-marah mulu," ujarku secara halus sambil mendorongnya perlahan mendekati Noa. Aku duduk di antara mereka berdua dan merangkulnya secara bersamaan. Kepala mereka aku sandarkan di dadaku sambil aku usap perlahan rambutnya."Kenapa sih!? Ishh!" Nia menepis tanganku, sedangkan Noa masih menangis."Ei kalian diem dulu, perhatikan," ucapku secara halus sambil menatap ke arah Violet, kemudian aku buat penghalang di depan Violet."Violet, tolong serang penghalang itu dengan sekuat tenaga," ucapku sambil tersenyum."Jangan aneh-aneh!" Nia menatapku dengan geram
"Kontrak darah denganku, kau menjadi tuanku dan harus melindungi apa yang aku lindungi!" ucap Ignis dengan serius."Aku lebih lemah darimu, bukannya malah terbalik?""Kau saat ini memang lemah, tapi para Ratu di sekelilingmu tidak bisa dikatakan lemah. Belum lagi kalau kau meningkatkan kekuatan rua..""Stop!" Erin bersama Noe serempak menghentikan Ignis berbicara. "Al, akan aku jelaskan semuanya nanti," ujar Erin saat mengetahui kegelisahanku."Ok baiklah, tapi apa tugasku? Apa yang harus aku lindungi?" tanyaku lagi untuk memastikan agar lebih jelas."Menjaga benua Kalenex dan juga menjaga dunia Roh dari semua ancaman!" ucap Ignis dengan serius."Dunia Roh!?" tanyaku sambil menengok ke arah Noa."Al, lakukan kontraknya dulu, nanti aku jelaskan." Erin meyakinkanku, aku segera melihat ke arah kembar 4 dan Violet. Mereka semua mengangguk menyetujuinya, setelah itu aku segera mengulurkan jariku kepada Erin. Dengan kukunya yang tajam, ia dengan mudah menggores jariku. Setelah menggabungka