Share

Part 6 : Monster Aneh

Author: Aldho Alfina
last update Last Updated: 2021-09-20 21:12:16

"Tuan Al?" Serigala paling besar itu berubah menjadi wujud manusia lalu berlutut di hadapanku diikuti serigala lainnya.

 

"Bagaimana kamu tahu namaku?"

 

"Oh maaf, saya hanya mendengar rumor tentang anda,"

 

Wah Segawon, sesat ini yang ngasih nama.

 

"Kau pemimpin mereka? Siapa namamu?" Padahal aku sudah tahu, tapi untuk basa-basi saja. Karena penampilan dia berbeda sendiri, yang lainnya setengah badan bagian bawahnya masih berwujud serigala sedangkan dia seperti manusia seutuhnya.

 

"Iya tuan, nama saya Segawon. Maafkan kami karena telah menyerang manusia, kami dikendalikan oleh lich (undead penyihir),"

 

"Aku sudah tau itu, tenang saja, aku tidak akan menyalahkan kalian. Untuk saat ini tenanglah dan tetap di dalam penghalangku, aku akan segera membereskannya." Aku lihat kembali menuju arah undead tadi.

 

"Baik tuan hati-hatilah,"

 

Lokasi undead itu tidak berubah, jadi aku tinggal teleport saja ke sana. 

 

Bruuuuushshshs

 

Saat aku teleport ke sana, asap hijau mengarah kepadaku. Ternyata itu sihir yang langsung dilancarkannya, untung saja penghalangku mampu menghalaunya. Tanpa sungkan aku serang dia namun dihindarinya dengan mudah. Sulit sekali menggunakan serangan dimensi pada lawan yang bergerak.

 

"Wow mirip hantu beneran, tidak napak di tanah,"

 

Dia menyerangku sambil terus bergerak, aku hanya bisa bertahan sambil menyerang walau tidak pernah mengenainya. Aku hentikan pergerakannya dengan membuat penghalang di depannya, saat dia menabrak penghalang yang aku buat, langsung aku serang hingga membuatnya terbelah. Aku serang terus-terusan hingga seperti tulang cincang.

 

"Mampus!" ucapku sedikit kesal. Karena itu bukan makhluk hidup, jadi aku tenang saja saat menyerangnya. Walau sudah terbelah menjadi kecil-kecil, namun potongan tulang itu kembali menyatu.

 

"Sudah aku duga, hadeh merepotkan." Saat aku ingin menyerangnya lagi, tiba-tiba saja keluar asap hitam di dekatnya. Muncul laki-laki dengan penampilan keren seperti bangsawan Eropa, dengan mata hitam penuh dan ada garis-garis menyilang berwarna merah dari ujung ke ujung. Aura yang dikeluarkan sangat mengerikan, dia hancurkan undead tadi hanya dengan mengibaskan tangannya. Aku sudah bersiap-siap untuk kabur tapi tiba-tiba dia berbicara kepadaku. 

 

"Maafkan anak buah saya yang bertingkah kurang ajar." Sambil berlutut di depanku.

 

Hah? Kenapa dia minta maaf?

 

"Kau siapa?" Saat aku lihat status miliknya, energi sihirnya tidak mampu dihitung. Tidak tercantum apapun dari statusnya, hanya ras demon saja yang tercantum.

 

"Sebaiknya tuan menuju kota sihir Mala. Kalau begitu saya permisi dulu tuan." Demon itu berbicara dengan cepat dan langsung menghilang begitu saja. Padahal aku belum sempat bertanya lagi kepadanya. Aku masih keringat dingin karena aura yang dipancarkannya. Setelah sedikit tenang, aku segera kembali ke kawanan serigala yang aku kurung tadi. Ternyata mereka sudah dikerumuni oleh warga desa dan terlihat para warga itu marah. Ada yang membawa golok, kampak, bahkan cangkul.

 

"Bunuh saja!" "Bakar!"

 

"Woy Robert, apa yang kau lakukan!? Buruan panggil anak muda tadi untuk membunuh para monster ini!" teriak para warga.

 

"Apa yang terjadi?" Aku mendatangi paman Robert.

 

"Maaf, aku tidak bisa mengendalikan amarah warga, untung saja ada penghalang ini yang melindungi mereka," Robert.

 

"Lah, katanya jangan sampai membunuh mereka, kenapa kalian sendiri yang ingin membunuhnya?" tanyaku bingung.

 

"Maaf, itu permintaan pribadi dari saya." Robert menundukkan kepalanya.

 

"Hei tuan muda! Kenapa kau tidak membunuh para monster itu?" Salah satu warga yang membawa golok mendatangiku.

 

"Maaf, kami semua hanya dikendalikan, kami tidak bermaksud melukai manusia," ucap Segawon dari dalam penghalang.

 

"Maaf bapak-bapak, kepala desa kalian memintaku untuk tidak membunuhnya. Lagi pula, mereka semua dikendalikan oleh Undead, jadi mereka juga termasuk korban." Aku mencoba menenangkan para warga yang marah. 

 

"Buat apa mempercayai perkataan monster itu!? mereka hanya membual agar tidak dibunuh!" seorang warga berteriak kepadaku.

 

"Aku sendiri yang melihat itu semua dan sudah aku bunuh juga undead itu! Jadi, perkataan mereka itu bukan kebohongan!" Aku naikkan nada bicaraku karena mereka terlihat ngotot.

 

"Sudah saya bilang untuk tenang kan, apabila para serigala tidak menghuni hutan ini, mungkin akan banyak monster yang akan menyerang desa kita," Robert berbicara dengan tenang.

 

"Pasti kepala desa dan anak itu bekerjasama dengan monster untuk mengambil keuntungan dari desa kita." Ada profokator yang menunjuk ke arah kami.

 

"Para serigala berubah lah!" Aku kesal sekali dengan mereka, segera aku pindahkan para warga yang marah tadi di dalam penghalang. Para warga panik mencari jalan untuk melarikan diri. Sesuai perintahku, para serigala yang tadinya masih berwujud manusia, kembali berubah ke wujud serigala.

 

"Kalau mau membunuh para werewolf itu silahkan saja!" ucapku kesal.

 

"Tolong selamatkan kami!" Mereka berteriak panik dan berusaha kabur namun terhalang penghalang yang aku buat.

 

"Diam! Kalian semua berisik! Kalau aku ingin merampas harta kalian, kenapa pula aku harus susah-susah melakukan ini semua? Lihatlah para werewolf itu, bahkan tidak ada yang ingin menyerang kalian," teriakku ke arah mereka.

 

"Maafkan kami karena telah menyerang desa kalian, kalau diizinkan kami ingin ganti rugi dengan cara membantu kalian, dengan kekuatan kami pasti kalian sangat terbantu," Segawon.

 

"Baiklah baiklah, kami maafkan,"

 

"Tolong jangan makan kami,"

 

Aku lepaskan penghalang di antara mereka dan Robert langsung mendekati Segawon.

 

"Kembalilah ke wujud manusia!" Aku perintahkan mereka berubah karena saat didekati Robert, mereka semua masih saja dalam bentuk serigala.

 

"Perkenalkan, saya Robert kepala desa ini. Tepat sekali, kami memasuki musim panen jadi mohon bantuannya." Mengulurkan tangannya.

 

"Saya Segawon pemimpin kawanan werewolf, tentu saja akan kami bantu sekuatnya." Mereka berdua bersalaman.

 

"Terima kasih tuan Al atas bantuannya, untuk kesalahpahaman para warga biar saya saja yang mengurusnya,"Robert

 

"Baiklah, bukankah lebih baik kalian hidup berdampingan,"

 

"Terima kasih atas idenya, akan saya usahakan agar para warga percaya terhadap mereka." Segera Robert menjelaskan kepada para warga, kami semua kembali ke desa.

 

....

 

"Ini tuan Al bayaran yang kami janjikan." Robert memberiku sekantong koin yang cukup besar.

 

"Ehh bayaran apaan?" Aku menolaknya karena tidak ada niatan dengan bayaran.

 

"Itu hasil negosiasi dengan tuan Bob,"

 

"Ohh baiklah kalau begitu aku terima, aku tidak akan ikut campur urusan kalian dengan werewolf itu. Setelah urusanku selesai, aku akan langsung kembali ke desa." Aku berjalan menuju Segawon.

 

"Baik, itu saja sudah sangat membantu. Kalau begitu, akan saya siapkan kereta kudanya." Robert buru-buru pergi namun aku hentikan.

 

"Ohh itu tidak perlu, aku bisa berpindah tempat ke tempat yang pernah aku kunjungi dalam sekejap." Aku hentikan dia.

 

"Jadi sihir yang anda gunakan untuk menghilang tadi, mampu digunakan untuk berpindah sejauh itu?" Robert penasaran.

 

"Begitulah, kalau begitu aku ada urusan sebentar dengan Segawon." Aku segera pergi menuju Segawon berada, melihat kedatanganku, dia segera menghampiriku.

 

"Tuan Al." Dia berlutut di depanku, aku sudah tidak peduli, mau jongkok, tiduran atau jungkir balik sekalipun.

 

"Segawon, aku penasaran kenapa wujudmu berbeda dengan yang lainnya?"

 

"Ini berkat evolusi dan penggantian nama yang diberikan tuan saya,"

 

"Ohh, jadi selain kamu tidak ada yang memiliki nama?"

 

"Masih ada nama bawaan dan juga untuk evolusi membutuhkan energi sihir dari orang yang menyetujui evolusi," jawabnya.

 

"Berarti tidak bisa seenaknya evolusi?"

 

"Iya tuan, tolong buat kami semua menjadi bawahan anda!" Dia tambah menunduk, mungkin agar lebih menghayati.

 

"Aku tidak perlu bawahan, tapi kalau kalian ingin evolusi akan aku bantu,"

 

"Terima kasih banyak. Mohon tunggu sebentar, saya ingin menemui tuan Robert." Saat Segawon berdiri ingin mencari Robert, Robert malah datang dengan sendirinya.

 

"Tuan Robert, bolehkah saya meminjam ruangan untuk evolusi kami?" Segawon.

 

"Baik, akan saya siapkan." Robert segera pergi lagi meninggalkan kami.

 

"Lah dia pergi lagi, jadi untuk apa dia menuju kemari?" tanyaku dalam hati bingung dengan kelakuannya.

 

"Untuk apa ruangannya?"

 

"Tuan lihat saja nanti,"

 

Setelah ruangan siap, aku beri energi sihir kepada mereka untuk evolusi. Prosesinya ternyata simpel, hanya perlu memfokuskan energi sihir kepada mereka, lalu memberi perintah untuk evolusi. Saat aku perintahkan untuk evolusi, ternyata mereka langsung menjadi wujud manusia dengan keadaan telanjang. Tentu saja aku nikmati saat-saat memberi energi bagi para wanita dan saat para pria aku berbalik badan.

 

"Hahaha kerja bagus Segawon." Aku datangi dia.

 

"Terima kasih atas pujiannya." Dia berlutut lagi.

 

"Kalau begitu, aku titip salam ke Robert ya, aku mau pulang sekarang,"

 

"Tuan pernah pergi ke kota sihir Mala?" Dengan tergesa-gesa, mungkin takutnya aku sudah pergi sebelum dia bicara.

 

"Belum pernah, kenapa memangnya?"

 

"Kemampuan tuan sangat bagus, saya kira lulusan akademi sihir,"

 

"Akademi sihir? Di kota Mala?"

 

"Iya tuan!"

 

"Ohh terima kasih infonya, aku pergi dulu." Karena ingin segera bersantai, aku langsung teleport ke dalam rumah.

 

"Lia! Apa yang kau lakukan!?"

 

Lia terlihat tidak menggunakan pakaian apapun dengan tubuhnya yang masih basah namun rambutnya terlihat kering.

 

"Oh selamat datang Al! Bisa dilihat kan? Aku habis mandi." Lia malah memutar tubuhnya.

 

"Bukan begitu, kenapa kamu telanjang di sini? Sana pakai bajumu di kamar!"

 

"Lagian tidak ada orang di rumah." Sambil menengok kanan kirinya.

 

"Ada aku di sini!" Aku tunjuk diriku sendiri.

 

"Berarti ini salahmu karena asal masuk." Sambil dia pegang pipiku.

 

"Ehh,"

 

"Kau pasti capek kan? Kalau begitu sini aku lemaskan." Lia berjalan di belakangku dan memijat pundakku.

 

"Pakai bajumu dulu sana!"

 

"Gak mau kalau tidak dipakaikan." Bergaya manja.

 

"Liaa!"

 

"Gak mau, pokoknya gak mau!" Sambil memelukku.

 

"Basah woy!"

 

"Ya dilepas pakaianmu biar gak basah!" Lia menarik bajuku ke atas.

 

"Nenek mana?"

 

"Nenek sedang menuju ke kerajaan, katanya ada sesuatu yang harus diurus. Ehh, jangan mengalihkan!"

 

"Aku capek mau tidur, karena nenek lagi tidak ada di rumah, kamu tidur di kamar nenek!"

 

"Mana bisa begitu!" Dilepaskan pelukannya lalu berjalan di depanku.

 

"Ya sudah kalau begitu, aku yang tidur di kamar nenek." Aku berjalan menuju kamar nenek Lona namun Lia segera menangkap tanganku.

 

"Aku ikut juga!" 

 

"Pakai bajumu dulu!"

 

"Iya iya." Lia segera masuk ke kamarnya, tak lama kemudian menuju kamar ini.

 

"Al ada apa?" tanyanya saat aku berdiri dan mendorongnya menuju tempat tidur.

 

"Tadi tidak mau, setelah aku pakai baju malah begini," Lia dengan santainya menurut saja.

 

"Kau tau? Dengan pakaianmu seperti itu membuatmu terlihat lebih menggoda."

 

Lia hanya menggunakan kaos tipis dan basah di beberapa bagian hingga membuatnya transparan.

 

"Katanya suruh pakai baju emm," ucap Lia tertahan saat aku cumbu dia.

 

"Al tenanglah," ucap Lia lirih.

 

 

"Kenapa?"

 

"Mmm pelan-pelan ya, aku belum pernah,"

 

Kesalahan Lia malah mengucapkan green light, tentu saja aku yang sudah nafsunya mencapai ubun-ubun tidak dapat menahannya lagi.

 

____

 

Ruang tahta Kota Mala

 

"Yang Mulia, sudah saya lakukan sesuai perintah." Demon yang sebelumnya menemui Al, berlutut di depan para Ratu Danirmala.

 

"Baguslah kalau begitu," Erin dengan cueknya duduk santai di singgasananya.

 

Tidak lama kemudian, muncullah Segawon, pemimpin dari werewolf langsung berlutut. 

 

"Maaf yang mulia." Segawon

 

"Oh iya, bagaimana denganmu?" Noe

 

"Tidak salah lagi, beliau Tuan Al,"

 

"Anak buahmu bagaimana bisa berevolusi?" Noe. 

 

"Maafkan saya yang tidak sopan meminta langsung kepada tuan Al," Sepertinya segawon disuruh erin untuk menutupi kalau semua ini atas perintahnya.

 

"Betapa beruntungnya kalian diberi kehormatan oleh Tuan Al. Yang Mulia bolehkah saya meminta kehormatan juga kepada tuan Al?" Demon hitam tadi dengan santainya berjalan di depan mereka.

 

"Tidak usah ikut-ikutan! Ada saatnya untukmu!" Erin terlihat kesal.

 

"Hmm baiklah, akan saya sangat nantikan saat-saat itu tiba, kalau begitu saya permisi." Demon tadi langsung menghilang.

 

"Baiklah kalau begitu, saya juga permisi dulu." Segawon ikut pergi.

 

"Sejak kapan Al memanggil Roh yang berevolusi ke Demon?" Noe penasaran karena selama ini dia tidak mengetahui itu.

 

"Ya, sudah lama sekali," Erin dengan cueknya.

 

"Al tidak pernah bilang sama sekali, lagi pula demon itu tidak pernah terlihat sekalipun." Noe terlihat lesu sambil menopang dagunya.

 

"Kalau secara rinci aku juga tidak tau, tapi dia beneran milik Al," Erin

 

"Maaf yang mulia." Tiba tiba Lona muncul di hadapan mereka.

 

"Lona, jadi sering sekali kau kemari, sekarang ada apa?." Noe berdiri mendatangi Lona.

 

"Mohon maaf sebelumnya, hamba ingin meminta tolong." Tidak hanya berlutut, dia sekarang bersujud.

 

"Iya, kenapa bilang saja!" Noe

 

"Bangsawan Slosom meminta perjodohan dengan cucu saya,"  nenek Lona terlihat panik sekali.

 

 

 

 

Related chapters

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย Part 7 : Kota Akademi Sihir

    "Bangsawan Slosom meminta perjodohan dengan cucu saya," nenek Lona terlihat panik sekali. "Cucumu Lia? Hahaha apa hubungannya dengan kami?" Erin menyilangkan tangannya di dada. "Cari mati dia! Bangsawan bangsawan apaan? Beraninya mengaku bangsawan di negara ini!" Violet berdiri dan mengangkat tangannya sambil mengeluarkan energi sihir di tangannya. "Tenanglah Violet!" Noe. ____ "Waduh aku kebablasan." Saat aku bangun, kami berdua masih telanjang dan Lia masih tidur sambil memelukku dengan erat. "Woh iya, koin kemarin." Aku lupa menaruhnya di mana, aku lihat di sekelilingku tapi tidak terlihat. Saat aku ingin berdiri, kakiku mengenai sesuatu. Crikk.. Ternyata kantong koin itu ada di pojokan kasur. "Al ada apa?" Lia terbangun karena suara berisik dari sekantong koin.

    Last Updated : 2021-09-24
  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย Part 8 : Interogasi

    Saat aku sadar, posisiku sudah diikat di kursi. "Darling, akhirnya bangun juga." Cewek tadi berada di pangkuanku, tiba-tiba saja dia menciumku sambil terus menatap mataku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya, aroma wangi dari tubuhnya begitu harum. Matanya berkaca-kaca, aku merasakan ada perasaan yang mengalir. Saat aku sedang menikmati ciumannya, aku dikagetkan dengan teriakan seseorang. "Nia apa yang kau lakukan!?" teriak seorang cewek yang mukanya sangat mirip dengannya. "Hahh kembar 4!?" Ternyata cewek yang menciumku bukanlah cewek yang tadi menyerangku. Ada 6 orang di sini, 4 cewek memiliki muka dan warna rambut yang sama persis. Namun 2 diantaranya memiliki telinga runcing seperti Elf dan 2 lainnya seperti manusia, ke-empatnya memiliki gaya rambutnya berbeda. Tidak hanya kembar 4 saja, namun ada 2 cewek lagi yang tidak kalah cantiknya. Ada yang tinggi dengan kulit putih, rambut hitam k

    Last Updated : 2021-09-25
  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย Part 9 : Kelakuan Cewek-Cewek Aneh

    "Iya karena cincin ini." Noe menunjukkan cincin di jari manisnya, cincin dari kristal yang mungkin saja berlian dengan ukiran seperti ranting tanaman yang melilit. Aku langsung ingat cincin yang dipakai nenek Lona, persis sekali. "Cincin apa itu?" tanyaku penasaran. "Mmm cincin apa ya." Noe dengan nada menggodaku. "Lah kok tanya balik?" "Cincin pemberian dari orang spesial," Erin "Aku laper, kamu mau masakan apa?" Nia berdiri sambil memandang ke arahku. "Aku!?" Aku tunjuk diriku sendiri untuk memastikan. "Siapa lagi!?" Nia ketus. "Nasi goreng pasti enak," "Oke." Nia segera beranjak meninggalkan ruangan ini namun tiba-tiba berteriak. "Pakai daging ayam, sapi apa seafood?" Nia. "Udangg," jawabku. "Aku mau ba

    Last Updated : 2021-09-26
  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย Part 10 : Para Ratu Danirmala

    "Ehh tunggu dulu!" "Tapi tuan." Membalikkan badannya menghadap ke arahku namun tidak berusaha melepaskan tanganku. "Duduk dulu, dengarkan aku!" "Maaf tuan." Violet duduk kembali. "Aku lanjutkan ceritanya, di sana aku sempat melawan dan ada wyvern yang terluka, tapi para dwarf sama sekali tidak ada yang terluka," "Kalau belum diberi pelajaran, izinkan saya yang melakukannya." Violet memotong pembicaraan lagi sambil berdiri, aku tarik dia di pangkuanku dan aku peluk erat. Posisinya membelakangi aku, jadi tangannya bisa aku pegangi. "Licik! Kenapa Violet saja yang dipeluk?" Erin berdiri sambil menggebrak meja. Aku baru sadar kalau di sini ada banyak pelanggan yang memperhatikan kami, segera aku lepas pelukanku. "Kan kemarin kamu sudah menghisap darah tuan Al banyak sekali, gantian lah!" Violet malah membalikkan badan samb

    Last Updated : 2021-09-27
  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย Part 11 : Mengetahui Lebih jauh

    Di lantai kedua rumah mereka, terdapat tempat untuk bersantai dan menikmati pemandangan. "Itu gunung berapi selalu ngeluarin api biru?" tanyaku, soalnya aku lihat dari awal kemari sampai sekarang selalu saja menyala. Apalagi saat malam seperti ini, cahayanya bisa terlihat dari seluruh sudut kota. Posisi rumah ini memang spot terbaik, dapat melihat semua spot menarik dari kota ini dalam satu tempat. "Iya, tidak pernah padam," ucap Noe yang sedang duduk santai di sofa sambil menyilangkan kakinya "Walau masih mengeluarkan api, namun tidak akan meletus lagi kok," Nay di sisiku. "Baru saja mau tanya," dan dibalasnya dengan senyuman, lalu mengambil tanganku dan ditaruh di atas kepalanya. Aku usap kepalanya sambil aku mainkan rambut putihnya yang halus dan sangat harum itu. "Tuan, saya juga saya juga!" Violet melakukan hal sama, kelakuan mereka berdua setiap saat pasti di kedu

    Last Updated : 2021-09-28
  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย Part 11.5 : Pertarunganku dengan Noe

    "Maaf tuan, kami bikin keributan." Violet dan Noe kembali. "Anak sialan itu berulah lagi!" Noe kesal. "Elf yang kemarin?" "Iya, sudah aku suruh penjarakan dia sekarang!" Noe. "Ehh segitunya?" "Memangnya mau cewekmu ini digangguin?" Noe. "Cewekku?" "Ini wedang ronde, bentar lagi satenya matang." Noe membagikan mangkok berisi wedang ronde. Rasanya benar-benar sama seperti di dunia asalku, tidak kami sangka sudah menjelang tengah malam. Kami putuskan untuk pulang namun mereka memaksaku untuk tidur bersama mereka. "Baiklah, kalau kau bisa mengalahkan ku, kau boleh tidur sendiri," tantang Noe. "Beneran? Kemarin saja tidak ada perlawanan yang berarti," aku dengan percaya diri, menyetujui tantangan Noe. "Hahaha jangan sombong dulu, wal

    Last Updated : 2021-09-29
  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย Part 12 : Raja Dwarf

    Gua Cryostar Di bawah pegunungan Smabor, terdapat gua yang sangat panjang dan besar. Gua itu dihuni oleh puluhan ribu dwarf, sekaligus tambang berbagai mineral alam. Sebagian besar besi dan emas ditambang dari tempat ini. Walau dwarf memiliki tubuh yang kecil, tapi ruang tahta Raja dwaft sangat luas. Violet dalam wujud naganya masih bisa muat di dalam ruangan itu. Tidak hanya besar, ruangan itu sangat megah, dihiasi batu permata yang menyala di seluruh sisinya. Raja dwarf duduk di singgasana yang berupa kristal-kristal besar. Berjejer pengawal dwarf dengan badan kekar membawa kampak sebesar badannya. "Bagaimana kondisi putraku?" Jade, Raja dwarf bertanya kepada ajudannya. "Pangeran Elraw mengalami patah tulang di beberapa tempat. Sekarang sedang dilarikan menuju kota Mala agar segera mendapat penanganan yang terbaik." Ajudan itu berlutut di depan rajanya. "Siapkan wyver

    Last Updated : 2021-09-29
  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย Part 12.5 : Jade vs Demon

    "Cih, masih hidup saja si kerdil itu!" Demon melihat ke arah mereka dengan tajam. "Permisi yang mulia, pangeran Elraw ingin bertemu." Pengawal itu mendekatkan Elraw menuju Jade lalu segera pergi. "Bagaimana keadaanmu?" Jade. "Sudah tidak apa-apa yah." Dengan lemasnya sambil menengok ke arah kami. "Itu manusia yang menyusup, lalu." Elraw ragu melanjutkan bicaranya, dia melihat ke arah ayahnya. "Ayah, itu demon yang menyerangku!" Elraw panik sambil menarik lengan baju ayahnya. Brakk.. Jade memukul meja hingga membuat meja kayu itu hancur, dia berjalan menuju ke arah kami sambil mengangkat tangannya. Kampak besar perlahan muncul di genggaman tangannya, padahal ukurannya melebihi badannya tapi dia angkat dengan santai. "Jade, kau tidak sopan seperti itu di depan tuanku!" Violet masih duduk tenang di pangkuanku.

    Last Updated : 2021-09-29

Latest chapter

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย 122. End

    Author rekap aja langsung end.Arlom akhirnya setuju membantu, namun ia hanya terima beres saja. Semua sudah diselesaikan oleh pasukan Elf dan dia hanya menggantikan tahta saja. Saat melihat-lihat para korban perbudakan, ada yang menarik perhatian kami. Seorang gadis kecil ras serigala, ia adalah senjata pembunuh yang mereka ciptakan. Anak dari kedua serigala hybrid. Instingnya sangat mengerikan, bahkan hanya didekati saja langsung melesat bagaikan petir. Bukan melesat menjauh, namun langsung menyerang tanpa pandang bulu.Akhirnya ia kami besarkan dan diberi nama Selen, ada juga ayahnya yang diberi nama Fenrir. Mereka semua kami rehabilitasi, namun Sania aku urus sendiri. Sifatnya yang masih ganas, tidak mungkin orang biasa yang menanganinya. Kalaupun para Elf, mereka tetap terpaksa menggunakan kekerasan untuk menghentikannya. Jadi lebih baik bersama kami dan ternlyata malah dekat denganku, bahkan Fenrir sebagai ayah Selen, mereka tidak pernah bertemu satu sama lain. Emosinya tidak b

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย 121 -- Peluasan Wilayah Danirmala

    "Baiklah! Aku hargai kepedulianmu kepada makhluk lain, tapi kau urus sendiri mereka. Latihlah dengan benar!" Aku menyetujuinya sambil memberikan syarat."Deal!" Ignis langsung menyetujuinya dan mengulurkan jabat tangan, aku diam sejenak karena sedikit terkejut sebelum menjabat tangannya."Oi kamu yang paling besar, siapa namamu!?" Ignis meneriaki serigala terbesar yang memiliki 5 ekor, serigala itu langsung berubah wujud menjadi manusia dan berlutut di depan Ignis."Saya pemimpin kawanan ini, nama saya serigala petir ekor lima tuan," jawabnya membuat Ignis menepuk jidat."Kamu, tuanku ini ingin menjadikanmu bawahannya. Bersyukurlah dan patuhi dia!" Ignis menunjuknya sambil menepuk pundakku cukup kuat hingga membuatku terhuyung ke depan, sedangkan si serigala petir ekor lima bingung akan apa yang dikatakan Ignis."Kalian serigala petir merupakan makhluk tingkat tinggi, tapi kehidupan kalian terlalu bebas hingga lalai melatih bakat asli kalian. Aku Aldho Alfina akan membuat kalian menja

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย 120 -- Serigala Hybrid

    Pada lokasi kedua, kami menemukan 4 bangsawan yang telah berkumpul. Banyak sekali pasukannya yang sedang berjaga di halaman kediamannya membuat Erin san Noe harus turun tangan.Di dalam ruang utama, para bangsawan terkejut mendengar suara ledakan dari energi listik milik Erin. Semuanya langsung mendekat ke jendela dan melihat ke halaman depan. Saat mereka baru mengecek dari jendela, ada satu penjaga yang berlari hingga tersandung-sandung masuk ruangan."Tuan, tuan!""Ada apa!?" teriak salah satu bangsawan."Elf menyerang, ada vampir, juga yang ikut!" teriaknya terbata-bata karena kehabisan napas."Bagaimana bisa ada Elf di sini? Apalagi vampir." Para bangsawan tidak percaya, namun mereka berfikir ulang karena penyerangan ini."Tidak mungkin juga pasukan kerajaan, sebagian besarnya merupakan orang-orang kita," ujar bangsawan lain."Hallo semuanya!" Noe mengagetkan para bangsawan dengan muncul tiba-tiba bersama kami semua."Topeng dan jubah itu!" Salah satu bangsawan menunjuk Noe, lalu

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย 119 -- Perbudakan

    "Mereka keluar dari pegunungan Goromo, baru saja aku rasakan dari penghalangku," ucapku kepada Noe dan Erin setelah merasakan ada yang melewati penghalangku."Mungkin mencari kita," ujar Erin cuek."Iya, paling hanya kembali ke kota Danirmala," ujar Noe, ia lalu berdiri dari singgasana, mendekati para bangsawan kerajaan Lamris...Beberapa saat yang lalu"Yang Mulia! Para pemberontak di sekitar istana telah di singkirkan. Tidak ada korban jiwa dari pasukan kami, hanya beberapa saja yang mengalami luka dan sedang proses pengobatan." Tim melapor kepada Noe dengan tubuh yang dilumuri oleh darah, keadaanya terluka ataupun sehat tidak bisa diketahui karena tertutup oleh darah.Erin mengulurkan tangannya ke depan, ia membuka telapak tangannya dan tersorot mata vampirnya yang merah menyala. Darah di sekujur tubuh Tim tiba-tiba melayang ke arah telapak tangan Erin dan berkumpul membentuk bola. Gumpalan darah itu tiba-tiba menghilang seakan diserap olehnya."Bagaimana kondisimu?" Noe bertanya

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย 118 -- Latihan para Naga

    Rumah di pegunungan GoromoNay bangun dan tidak menemukan Al di sisinya, ia kemudian dikejutkan oleh sesuatu dan bergegas keluar rumah."Darah?" ujarnya, lalu melihat Noa dan Violet yang sedang berlatih bersama Ignis.Ignis berdiri di tengah padang rumput, area sekitarnya sudah menjadi seperti kawah gunung berapi. Lava panas bergerak mengikuti alunan gerakan Ignis yang menari-nari untuk menyerang dan bertahan dari serangan Noa dan Violet.Violet seakan menggunakan teleportasi, ia selalu berpindah ke area sekitar Ignis untuk melakukan serangan. Menendang dan ditangkis oleh Ignis, berpindah lagi ke sisi lain dan mengayunkan lengannya yang ada satu cakar berbentuk bilah pedang menempel sejajar dengan lengan dan jari kelingking. Serangannya terus ditangkis, namun Violet juga terus menyerang, bahkan dirinya tidak pernah menapak di tahan karena selalu berpindah dengan sangat cepat."Ignis, lepaskan penguasaan areamu!" Noa tidak bisa menyerang dengan jarak dekat, ia dari jarak jauh hanya mel

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย 117 -- Bangsawan Pemberontak

    "Tidak ada yang tidak mungkin, lihatlah dia." Aku menunjuk ke arah Erin yang masih berdiri di samping Downer dan Harnes, mereka berdua masih berada di bawah tekanan Erin."Dia vampir yang membantuku pergi, dia juga yang membuat tubuhku seperti ini. Untuk kematian kakek tua itu, dia patut mendapatkan. Kelakuan bejat dan semena-menanya sungguh membuatku muak." Aku membantu paman Ronald jalan menuju singgasananya, lalu melambaikan tangan ke arah Erin. Dia mengerti dan melepaskan Downer serta Harnes dari tekanan gravitasinya."Jadi kamu beneran pangeran Aldho?" ujar Harnes sambil berjalan mendekat."Iya, tidak ada waktu buat bercerita tentangku. Sekarang jelaskan apa yang terjadi pada kerajaan Lamris!" ucapku sambil berjalan menuju tempat duduk di sisi samping singgasana."Baik pangeran." Downer dan Harnes menunduk sambil terus menurunkan pandangan karena ada Erin di sampingku."Para bangsawan mengerahkan anak buahnya dan menyewa beberapa petualang untuk melengserkan posisi Raja Lamris,"

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย 116 -- Kembali ke kerajaan Lamris

    "Memangnya tidak ada Raja Elf sebelumnya? Mungkin dialah ayahmu kalau ras Elf susah hamil dengan ras manusia." Aku sontak diam telat menyadari, lalu kemudian bangun dan duduk di samping Noe."Aku manusia, kamu Elf, lalu bagaimana?" tanyaku khawatir dan bingung, Noe mengelus pipiku, lalu menyuruhku untuk rebahan kembali."Mungkin kalau sering-sering bikin ada kemungkinan jadi," "Sudah pernah ada half Elf?" "Kalau ayahnya Elf dan ibunya manusia banyak, tapi kalau sebaliknya belum pernah ada," jawabnya membuat hatiku semakin sakit."Memangnya kenapa? Kan ada kakak-kakakku, mereka." Noe terdiam dan tidak melanjutkan bicaranya."Mereka kenapa?""Tidak apa-apa," ujarnya, walau terlihat tenang tapi jelas sekali menutupi sesuatu."Nay roh dari tanaman, Nia juga seorang peri, tubuh mereka hanya sebuah energi yang menyerupai tubuh manusia. Sedangkan Noa dulunya roh yang menempati tubuh naga sejati. Mereka bisa hamil?" Aku bertanya dengan ragu-ragu, takut akan jawaban yang sesuai dengan perkir

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย 115 -- Kucing kuno

    "Noa bagus!" seruku sambil tersenyum lebar dan mendekatkan mukanya kepadaku."Bagus kepalamu!" Nia spontan berteriak dan menamparku. Aku terjungkal ke belakang dan menatapnya bingung, ia kemudian berjalan mendekatiku."Kalau mau menenangkan orang, jangan begitu juga caranya!" teriaknya sambil menarik kerah bajuku dan menatapku dengan sinis. Aku hanya tersenyum, kemudian melepaskan tangannya dari kerah bajuku dan merangkulnya."Nia marah-marah mulu," ujarku secara halus sambil mendorongnya perlahan mendekati Noa. Aku duduk di antara mereka berdua dan merangkulnya secara bersamaan. Kepala mereka aku sandarkan di dadaku sambil aku usap perlahan rambutnya."Kenapa sih!? Ishh!" Nia menepis tanganku, sedangkan Noa masih menangis."Ei kalian diem dulu, perhatikan," ucapku secara halus sambil menatap ke arah Violet, kemudian aku buat penghalang di depan Violet."Violet, tolong serang penghalang itu dengan sekuat tenaga," ucapku sambil tersenyum."Jangan aneh-aneh!" Nia menatapku dengan geram

  • Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lainย ย ย 114 -- Seluk-beluk Dunia

    "Kontrak darah denganku, kau menjadi tuanku dan harus melindungi apa yang aku lindungi!" ucap Ignis dengan serius."Aku lebih lemah darimu, bukannya malah terbalik?""Kau saat ini memang lemah, tapi para Ratu di sekelilingmu tidak bisa dikatakan lemah. Belum lagi kalau kau meningkatkan kekuatan rua..""Stop!" Erin bersama Noe serempak menghentikan Ignis berbicara. "Al, akan aku jelaskan semuanya nanti," ujar Erin saat mengetahui kegelisahanku."Ok baiklah, tapi apa tugasku? Apa yang harus aku lindungi?" tanyaku lagi untuk memastikan agar lebih jelas."Menjaga benua Kalenex dan juga menjaga dunia Roh dari semua ancaman!" ucap Ignis dengan serius."Dunia Roh!?" tanyaku sambil menengok ke arah Noa."Al, lakukan kontraknya dulu, nanti aku jelaskan." Erin meyakinkanku, aku segera melihat ke arah kembar 4 dan Violet. Mereka semua mengangguk menyetujuinya, setelah itu aku segera mengulurkan jariku kepada Erin. Dengan kukunya yang tajam, ia dengan mudah menggores jariku. Setelah menggabungka

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status