"Cih, masih hidup saja si kerdil itu!" Demon melihat ke arah mereka dengan tajam.
"Permisi yang mulia, pangeran Elraw ingin bertemu." Pengawal itu mendekatkan Elraw menuju Jade lalu segera pergi.
"Bagaimana keadaanmu?" Jade.
"Sudah tidak apa-apa yah." Dengan lemasnya sambil menengok ke arah kami.
"Itu manusia yang menyusup, lalu." Elraw ragu melanjutkan bicaranya, dia melihat ke arah ayahnya.
"Ayah, itu demon yang menyerangku!" Elraw panik sambil menarik lengan baju ayahnya.
Brakk.. Jade memukul meja hingga membuat meja kayu itu hancur, dia berjalan menuju ke arah kami sambil mengangkat tangannya. Kampak besar perlahan muncul di genggaman tangannya, padahal ukurannya melebihi badannya tapi dia angkat dengan santai.
"Jade, kau tidak sopan seperti itu di depan tuanku!" Violet masih duduk tenang di pangkuanku.
"Aaaaaaa..." teriak Jade kesakitan, dia pegang kepalanya sambil terhuyung seakan ada benda yang menusuknya. Kampak Jade menghilang secara perlahan lalu tubuh Jade berubah menjadi merah. Energi sihir semakin lama semakin berkumpul di tubuh Jade. Sekarang posisinya berdiri dengan punggung yang menekuk ke belakang, tangan dan kepalanya menjuntai hampir seperti kayang namun dengan tumpuan kaki saja. "Yang Mulia, bolehkah saya serius menghadapinya?" Demon itu berjalan mendekat, lalu bertanya entah kepadaku atau mereka. "Hmm bagaimana ya?" Erin melihat ke arahku sambil menjentikkan jarinya. Ssssutt. Sekarang aku berada di dalam penghalang sedangkan demon itu sudah di luar. "Al semangat!" teriak Erin, mereka semua terlihat tenang dengan masih duduk di kursinya masing-masing. "Apa apaan ini woy!?" Aku balik badan dan segera berlari menuju arah merek
Terbentuk bola hitam mengelilingi senjata kami yang menyatu, tak lama kemudian bola itu pecah dan keluar sesosok hitam besar. Ledakan energi yang disebabkan oleh pecahnya bola itu lebih besar daripada sebelumnya. "Ahahaha akhirnya! Aku kembali!" Makhluk itu merentangkan tangannya. "Hah? Tidak mungkin! Kenapa manusia itu masih hidup setelah terkena kutukanku!?" teriaknya saat melihatku, entah apaan dia itu sebenarnya, tubuhnya hanya bayangan hitam besar dengan mata merah. "Genderuwo?" ucapku lirih. "Lah, belum tidur?" Noa melihatku lalu kami teleport ke kamar mereka. "Sudah tidurlah!" Noa membaringkanku di tempat tidur, diikuti Nay yang berteleport kemari. .... "Berani-beraninya kau dengan tuanku!" Violet mengeluarkan sayap dan auranya yang sangat kuat itu. Walau aura yang dipancarkannya sangat mengerikan, tapi Violet malah s
Pertama kalinya aku keluar kamar asrama menggunakan pintu, ternyata kamarku berada paling dekat dengan gedung sekolah. "Ehh Al, ternyata kita bersebelahan juga?" Anton keluar dari kamar yang letaknya hanya terhalang satu kamar dari kamarku. "Juga?" tanyaku sambil mengunci pintu. "Iya, ternyata Sasa ada di kamar sebelah kita." Anton menunjuk ke ruangan yang ada di antara kamar kami. Sasa ini cewek yang sempat diganggu oleh anak pemimpin pasukan Elf yang bernama Ramon sedangkan Anton, laki-laki yang membantu Sasa. "Jadi laki-laki dan perempuan dicampur satu gedung?" "Iya begitulah." Sambil berjalan ke arahku. "Ehh ada Al di sini?" Sasa keluar dari kamarnya, tepat sekali saat Anton berjalan di depan pintu kamarnya. "Iya, dia menempati kamar itu." Anton menunjuk ke arah kamarku. "Ehh
"Demon Lord!?" "Kamu tidak tahu? Yang mulia Ratu masing-masing memiliki dua gelar lho, yang satunya adalah Demon Lord." Anton melihat ke arahku dengan serius. "Gelar apaan itu?" "Kalau itu aku kurang tau," Anton. "Kakekku pernah cerita kalau gelar itu membutuhkan ratusan ribu jiwa manusia," lanjut Anton dengan cueknya sambil meneruskan membaca buku. "Hah!? Dari mana mereka mendapatkan jiwa itu?" Aku kaget dengan jumlah tumbal yang dibutuhkan. Ratusan ribu, berarti minimal ada 600 ribu manusia yang mereka bunuh untuk evolusi. "Dari membunuh musuh yang menyerang negara ini lah!" Anton kembali melihat ke arahku. "Setelah evolusi gelar Demon Lord, peningkatan kekuatan sangat pesat, jadi bisa dengan mudah menggunakan sihir tingkat tertinggi." Sasa menghentikan membacanya. "Wooh mantap sekali ternyata,
Dengan takut aku melakukan pemanggilan, seluruh bangunan gemetar seperti gempa lalu muncul asap hitam yang sangat tebal memenuhi penghalang. Tiba-tiba saja muncul bayangan hitam besar dengan sayap lebar di balik kabut tebal itu. Semuanya panik ketakutan termasuk Rani yang berlindung di belakangku. Tak lama kemudian, bayangan itu menghilang begitu saja bersamaan dengan munculnya 2 sosok seperti orang di sana. Setelah kabut menghilang, ternyata 2 sosok itu adalah Nia dan Violet yang sedang memeriksa keadaan. "Apa yang terjadi Yang mulia?" Rani berlutut saat menyadari bahwa 2 orang di depannya adalah sang Ratu, terlihat tubuh Rani masih gemetaran. "Tidak ada apa-apa, jangan khawatir." ujar Nia sambil tersenyum ke arahku. Kali ini tidak ada ejekan sama sekali, karena mereka semua masih mematung ketakutan. Sosok yang sama sekali belum pernah mereka lihat, muncul begitu saja walau hanya bayangannya.
Dengan takut aku melakukan pemanggilan, seluruh bangunan gemetar seperti gempa lalu muncul asap hitam yang sangat tebal memenuhi penghalang. Tiba-tiba saja muncul bayangan hitam besar dengan sayap lebar di balik kabut tebal itu. Semuanya panik ketakutan termasuk Rani yang berlindung di belakangku. Tak lama kemudian, bayangan itu menghilang begitu saja bersamaan dengan munculnya 2 sosok seperti orang di sana. Setelah kabut menghilang, ternyata 2 sosok itu adalah Nia dan Violet yang sedang memeriksa keadaan. "Apa yang terjadi Yang mulia?" Rani berlutut saat menyadari bahwa 2 orang di depannya adalah sang Ratu, terlihat tubuh Rani masih gemetaran. "Tidak ada apa-apa, jangan khawatir." ujar Nia sambil tersenyum ke arahku. Kali ini tidak ada ejekan sama sekali, karena mereka semua masih mematung ketakutan. Sosok yang sama sekali belum pernah mereka lihat, muncul begitu saja walau hanya bayangannya.
Kamar para Ratu Sepulang sekolah, aku segera menuju ke kamar para Ratu. Aku merasa aneh dengan mereka, tidak ada yang mengikutiku sejak kemarin. Tidak ada orang sama sekali di rumah, saat aku pakai sihir pendeteksi pun tidak merasakan aura mereka. "Tumben sepi sekali, aku juga tidak merasakan aura mereka. Ahh coba ke rumah Lia lagi, semoga saja dia di rumah." Aku segera berteleport ke rumah Lia. Sama seperti sebelumnya, rumah mereka kosong dan terkunci. Karena penasaran, aku coba tanya tetangga sebelah, semoga saja mereka tau. Untung ada tetangga yang sedang menjemur ikan asin. "Ohh Lia? Dia kan sedang dijodohkan dengan bangsawan," jawab tetangganya. "Dijodohkan? Di mana tempatnya?" tanyaku panik. "Saya kurang tau kalau itu," Sial! Kenapa paman tidak memberitahu aku? Padahal kemarin bertemu denganku malah langsung pergi begitu saja. Aku putuskan u
"Kan saat malam juga bisa? Dengan penampilannya itu, bisa jadi dia sudah mendapat banyak wanita bangsawan di sana," "Walau mendapatkan wanita lain, tidak mungkin Al melupakan aku begitu saja, dia bukan cowok seperti itu!" teriak Lia kepada ayahnya. "Memangnya siapa dirimu? Sadarlah! Kamu hanya anak nelayan biasa!" bentak paman Bob kepada Lia yang masih mempertahankan haknya. "Al sudah memilihku, baik tubuh maupun hatiku, aku persembahkan hanya untuk Al!" "Jadi kamu sudah melakukannya dengan Al!? Ah sudahlah, setelah ini juga akan menjadi milik tuan Kras," Pintu kamar terbuka dengan kencang dan menimbulkan suara yang sangat keras. "Kenapa kalian ribut sekali? Upacara pernikahannya sebentar lagi!" Kras masuk lalu mendekati Lia. "Maaf tuan Kras, kami sedang membujuk Lia." Paman Bob menundukkan kepala di depan Kras.
Author rekap aja langsung end.Arlom akhirnya setuju membantu, namun ia hanya terima beres saja. Semua sudah diselesaikan oleh pasukan Elf dan dia hanya menggantikan tahta saja. Saat melihat-lihat para korban perbudakan, ada yang menarik perhatian kami. Seorang gadis kecil ras serigala, ia adalah senjata pembunuh yang mereka ciptakan. Anak dari kedua serigala hybrid. Instingnya sangat mengerikan, bahkan hanya didekati saja langsung melesat bagaikan petir. Bukan melesat menjauh, namun langsung menyerang tanpa pandang bulu.Akhirnya ia kami besarkan dan diberi nama Selen, ada juga ayahnya yang diberi nama Fenrir. Mereka semua kami rehabilitasi, namun Sania aku urus sendiri. Sifatnya yang masih ganas, tidak mungkin orang biasa yang menanganinya. Kalaupun para Elf, mereka tetap terpaksa menggunakan kekerasan untuk menghentikannya. Jadi lebih baik bersama kami dan ternlyata malah dekat denganku, bahkan Fenrir sebagai ayah Selen, mereka tidak pernah bertemu satu sama lain. Emosinya tidak b
"Baiklah! Aku hargai kepedulianmu kepada makhluk lain, tapi kau urus sendiri mereka. Latihlah dengan benar!" Aku menyetujuinya sambil memberikan syarat."Deal!" Ignis langsung menyetujuinya dan mengulurkan jabat tangan, aku diam sejenak karena sedikit terkejut sebelum menjabat tangannya."Oi kamu yang paling besar, siapa namamu!?" Ignis meneriaki serigala terbesar yang memiliki 5 ekor, serigala itu langsung berubah wujud menjadi manusia dan berlutut di depan Ignis."Saya pemimpin kawanan ini, nama saya serigala petir ekor lima tuan," jawabnya membuat Ignis menepuk jidat."Kamu, tuanku ini ingin menjadikanmu bawahannya. Bersyukurlah dan patuhi dia!" Ignis menunjuknya sambil menepuk pundakku cukup kuat hingga membuatku terhuyung ke depan, sedangkan si serigala petir ekor lima bingung akan apa yang dikatakan Ignis."Kalian serigala petir merupakan makhluk tingkat tinggi, tapi kehidupan kalian terlalu bebas hingga lalai melatih bakat asli kalian. Aku Aldho Alfina akan membuat kalian menja
Pada lokasi kedua, kami menemukan 4 bangsawan yang telah berkumpul. Banyak sekali pasukannya yang sedang berjaga di halaman kediamannya membuat Erin san Noe harus turun tangan.Di dalam ruang utama, para bangsawan terkejut mendengar suara ledakan dari energi listik milik Erin. Semuanya langsung mendekat ke jendela dan melihat ke halaman depan. Saat mereka baru mengecek dari jendela, ada satu penjaga yang berlari hingga tersandung-sandung masuk ruangan."Tuan, tuan!""Ada apa!?" teriak salah satu bangsawan."Elf menyerang, ada vampir, juga yang ikut!" teriaknya terbata-bata karena kehabisan napas."Bagaimana bisa ada Elf di sini? Apalagi vampir." Para bangsawan tidak percaya, namun mereka berfikir ulang karena penyerangan ini."Tidak mungkin juga pasukan kerajaan, sebagian besarnya merupakan orang-orang kita," ujar bangsawan lain."Hallo semuanya!" Noe mengagetkan para bangsawan dengan muncul tiba-tiba bersama kami semua."Topeng dan jubah itu!" Salah satu bangsawan menunjuk Noe, lalu
"Mereka keluar dari pegunungan Goromo, baru saja aku rasakan dari penghalangku," ucapku kepada Noe dan Erin setelah merasakan ada yang melewati penghalangku."Mungkin mencari kita," ujar Erin cuek."Iya, paling hanya kembali ke kota Danirmala," ujar Noe, ia lalu berdiri dari singgasana, mendekati para bangsawan kerajaan Lamris...Beberapa saat yang lalu"Yang Mulia! Para pemberontak di sekitar istana telah di singkirkan. Tidak ada korban jiwa dari pasukan kami, hanya beberapa saja yang mengalami luka dan sedang proses pengobatan." Tim melapor kepada Noe dengan tubuh yang dilumuri oleh darah, keadaanya terluka ataupun sehat tidak bisa diketahui karena tertutup oleh darah.Erin mengulurkan tangannya ke depan, ia membuka telapak tangannya dan tersorot mata vampirnya yang merah menyala. Darah di sekujur tubuh Tim tiba-tiba melayang ke arah telapak tangan Erin dan berkumpul membentuk bola. Gumpalan darah itu tiba-tiba menghilang seakan diserap olehnya."Bagaimana kondisimu?" Noe bertanya
Rumah di pegunungan GoromoNay bangun dan tidak menemukan Al di sisinya, ia kemudian dikejutkan oleh sesuatu dan bergegas keluar rumah."Darah?" ujarnya, lalu melihat Noa dan Violet yang sedang berlatih bersama Ignis.Ignis berdiri di tengah padang rumput, area sekitarnya sudah menjadi seperti kawah gunung berapi. Lava panas bergerak mengikuti alunan gerakan Ignis yang menari-nari untuk menyerang dan bertahan dari serangan Noa dan Violet.Violet seakan menggunakan teleportasi, ia selalu berpindah ke area sekitar Ignis untuk melakukan serangan. Menendang dan ditangkis oleh Ignis, berpindah lagi ke sisi lain dan mengayunkan lengannya yang ada satu cakar berbentuk bilah pedang menempel sejajar dengan lengan dan jari kelingking. Serangannya terus ditangkis, namun Violet juga terus menyerang, bahkan dirinya tidak pernah menapak di tahan karena selalu berpindah dengan sangat cepat."Ignis, lepaskan penguasaan areamu!" Noa tidak bisa menyerang dengan jarak dekat, ia dari jarak jauh hanya mel
"Tidak ada yang tidak mungkin, lihatlah dia." Aku menunjuk ke arah Erin yang masih berdiri di samping Downer dan Harnes, mereka berdua masih berada di bawah tekanan Erin."Dia vampir yang membantuku pergi, dia juga yang membuat tubuhku seperti ini. Untuk kematian kakek tua itu, dia patut mendapatkan. Kelakuan bejat dan semena-menanya sungguh membuatku muak." Aku membantu paman Ronald jalan menuju singgasananya, lalu melambaikan tangan ke arah Erin. Dia mengerti dan melepaskan Downer serta Harnes dari tekanan gravitasinya."Jadi kamu beneran pangeran Aldho?" ujar Harnes sambil berjalan mendekat."Iya, tidak ada waktu buat bercerita tentangku. Sekarang jelaskan apa yang terjadi pada kerajaan Lamris!" ucapku sambil berjalan menuju tempat duduk di sisi samping singgasana."Baik pangeran." Downer dan Harnes menunduk sambil terus menurunkan pandangan karena ada Erin di sampingku."Para bangsawan mengerahkan anak buahnya dan menyewa beberapa petualang untuk melengserkan posisi Raja Lamris,"
"Memangnya tidak ada Raja Elf sebelumnya? Mungkin dialah ayahmu kalau ras Elf susah hamil dengan ras manusia." Aku sontak diam telat menyadari, lalu kemudian bangun dan duduk di samping Noe."Aku manusia, kamu Elf, lalu bagaimana?" tanyaku khawatir dan bingung, Noe mengelus pipiku, lalu menyuruhku untuk rebahan kembali."Mungkin kalau sering-sering bikin ada kemungkinan jadi," "Sudah pernah ada half Elf?" "Kalau ayahnya Elf dan ibunya manusia banyak, tapi kalau sebaliknya belum pernah ada," jawabnya membuat hatiku semakin sakit."Memangnya kenapa? Kan ada kakak-kakakku, mereka." Noe terdiam dan tidak melanjutkan bicaranya."Mereka kenapa?""Tidak apa-apa," ujarnya, walau terlihat tenang tapi jelas sekali menutupi sesuatu."Nay roh dari tanaman, Nia juga seorang peri, tubuh mereka hanya sebuah energi yang menyerupai tubuh manusia. Sedangkan Noa dulunya roh yang menempati tubuh naga sejati. Mereka bisa hamil?" Aku bertanya dengan ragu-ragu, takut akan jawaban yang sesuai dengan perkir
"Noa bagus!" seruku sambil tersenyum lebar dan mendekatkan mukanya kepadaku."Bagus kepalamu!" Nia spontan berteriak dan menamparku. Aku terjungkal ke belakang dan menatapnya bingung, ia kemudian berjalan mendekatiku."Kalau mau menenangkan orang, jangan begitu juga caranya!" teriaknya sambil menarik kerah bajuku dan menatapku dengan sinis. Aku hanya tersenyum, kemudian melepaskan tangannya dari kerah bajuku dan merangkulnya."Nia marah-marah mulu," ujarku secara halus sambil mendorongnya perlahan mendekati Noa. Aku duduk di antara mereka berdua dan merangkulnya secara bersamaan. Kepala mereka aku sandarkan di dadaku sambil aku usap perlahan rambutnya."Kenapa sih!? Ishh!" Nia menepis tanganku, sedangkan Noa masih menangis."Ei kalian diem dulu, perhatikan," ucapku secara halus sambil menatap ke arah Violet, kemudian aku buat penghalang di depan Violet."Violet, tolong serang penghalang itu dengan sekuat tenaga," ucapku sambil tersenyum."Jangan aneh-aneh!" Nia menatapku dengan geram
"Kontrak darah denganku, kau menjadi tuanku dan harus melindungi apa yang aku lindungi!" ucap Ignis dengan serius."Aku lebih lemah darimu, bukannya malah terbalik?""Kau saat ini memang lemah, tapi para Ratu di sekelilingmu tidak bisa dikatakan lemah. Belum lagi kalau kau meningkatkan kekuatan rua..""Stop!" Erin bersama Noe serempak menghentikan Ignis berbicara. "Al, akan aku jelaskan semuanya nanti," ujar Erin saat mengetahui kegelisahanku."Ok baiklah, tapi apa tugasku? Apa yang harus aku lindungi?" tanyaku lagi untuk memastikan agar lebih jelas."Menjaga benua Kalenex dan juga menjaga dunia Roh dari semua ancaman!" ucap Ignis dengan serius."Dunia Roh!?" tanyaku sambil menengok ke arah Noa."Al, lakukan kontraknya dulu, nanti aku jelaskan." Erin meyakinkanku, aku segera melihat ke arah kembar 4 dan Violet. Mereka semua mengangguk menyetujuinya, setelah itu aku segera mengulurkan jariku kepada Erin. Dengan kukunya yang tajam, ia dengan mudah menggores jariku. Setelah menggabungka