Share

Bab 2. Diusir

Author: WN. Nirwan
last update Last Updated: 2025-03-13 18:40:13

Risma tahu, ulah Rika ini hanya drama. Akal-akalan Rika untuk mencari perhatian Ronny sekaligus menjelek-jelekkan diri Risma dan Ratu. Seperti biasa, selanjutnya akan ada pertunjukan dengan deretan bintang yang tidak memiliki wajah semulus artis sinetron. Risma menantikannya meskipun sebenarnya ia merasa agak tegang karena akhirnya bisa tidak terduga.

 

“Dik, tunggu. Jangan begitu, dong. Bapak dan Ibu sedang di Tanah Suci. Apa kata mereka kalau pulang berhaji, menantu dan cucu laki-lakinya tidak ada?” cegah Ronny, berusaha menahan langkah istri keduanya. Ia merebut tas dari tangan Rika.

 

Nah, ‘kan. Seperti biasa, Rika akan berlagak hendak kabur dan Ronny akan mencegahnya. Biasanya Bapak atau Ibu—panggilan untuk kedua orang tua Ronny—akan menengahi drama ini karena tidak mau rumah tangga kedua Ronny tersebut hancur.

 

Tapi, para mertua Risma dan Rika tersebut baru akan pulang dari Tanah Suci kira-kira dua minggu lagi. Jadi, mau tidak mau, Ronny harus mengatasi sendiri rengekan istri keduanya itu. Caranya, tentu saja dengan ikut-ikutan melakukan drama.

 

“Ya terus aku harus bagaimana, Bang?! Aku tidak mau anakku terkena pengaruh buruk dari Ratu!” tukas Rika, terus menyalahkan anak kecil.

 

“Jangan sembarangan bicara, ya. Anakku itu anak baik. Ratu hanya tidak mau ayahnya terus memukuli aku,” sergah Risma. Setelah sempat berdiam diri, Risma bangkit untuk membela putrinya lagi. Melupakan rasa sakit akibat dipukuli oleh Ronny sebelumnya.

 

“Tuh, ‘kan. Abang lihat? Kak Risma kasar sekali. Makanya, anaknya juga kasar. Sudah jelas anaknya salah, masih juga dia bela. Abang tidak khawatir, Ratu akan membuat Razka jadi anak yang nakal dan suka melawan seperti dirinya?” kata Rika pada Ronny. Kebusukannya makin menjadi.

 

Ronny memijat pelipisnya. Keributan dalam rumah tangganya seperti ini adalah hal yang biasa terjadi sejak Razka belum dilahirkan. Tapi kali ini, ia tampak sudah tak tahan lagi.

 

“Bisakah bersabar lebih lama lagi, Dik? Sedikit lagi rumah kita yang sedang dibangun, akan rampung. Rumahnya lebih bagus dan lebih besar. Dua lantai, pula. Nanti kita pindah ke sana, jadi kau tak perlu lagi khawatir dengan perkembangan anak kita karena hanya ada kita bertiga di sana,” bujuk Ronny, meniru jurus kedua orang tuanya untuk membujuk Rika setiap kali wanita itu merajuk. Rika yang suka dengan kemewahan, tidak akan  menampik fasilitas seperti itu.

 

Rahmat dan Rukmini, orang tua Ronny, memang tengah membangun sebuah rumah lagi untuk diberikan pada Ronny, anak tunggal mereka. Konon rumah yang hanya berjarak satu kilometer dari rumah yang tengah mereka tempati tersebut, lebih megah dan mewah. Ronny dan keluarganya akan hidup sangat nyaman di sana.

 

Akan tetapi, bujukan Ronny pada Rika membuat Risma terkejut. Jadi, Ronny hanya akan memboyong istri dan anak keduanya? Bukankah tujuan orang tuanya membangun rumah tersebut adalah agar Risma dan Ratu juga bisa pindah ke sana? Kedua orang tua itu sendiri yang mengatakannya pada Ronny dengan disaksikan oleh Risma dan Rika.

 

Apalagi, tanpa sepengetahuan mertuanya, Risma telah berkorban sangat banyak demi Ronny. Pengorbanan itu terlalu besar, sehingga rasa-rasanya, Ronny akan kesulitan untuk membalasnya.

 

Meskipun dua tahun yang lalu Ronny pernah sangat menyakiti hatinya, Risma masih bertahan karena janji Ronny untuk memboyong Risma dan Ratu ke rumah baru yang sedang dibangun tersebut. Bagaimana pun, Risma juga ingin agar Ratu tumbuh di rumah yang menurutnya adalah rumah yang baik. Apalagi setelah pengorbanan Risma untuk Ronny, sudah sepatutnya Ronny juga memberikan yang terbaik bagi istri dan anak pertamanya itu.

 

“Anggaplah pengganti rumah peninggalan orang tuamu,” kata Ronny kala itu. Saat ia menceritakan rencana orang tuanya untuk membangun rumah baru bagi Ronny sekeluarga.

 

Risma saat itu mengiyakan saja. Masa yang indah karena Rika belum hadir dalam kehidupannya. Hanya ada Risma dan Ratu dalam kehidupan Ronny.

 

Namun, kebahagiaan Risma karena janji Ronny saat itu tak berlangsung lama. Ronny tiba-tiba memboyong Rika sebagai istri kedua. Yang lebih mengejutkan sekaligus menyakitkan, Rika ternyata tengah mengandung janin berjenis kelamin laki-laki, keturunan yang sudah sangat lama dinantikan oleh Ronny dan kedua orang tuanya.

 

Rika rupanya menyadari bahwa Risma terkejut mendengar kata-kata Ronny yang hanya ingin memboyong Rika dan Razka. Ia tersenyum miring, lalu melanjutkan rengekannya. Melancarkan aksinya lagi.

 

“Tapi, Bang. Aku sudah tidak tahan jika harus tinggal serumah dengan Kak Risma dan Ratu lebih lama lagi. Aku capek, Bang. Aku tidak mau terganggu terus seperti ini. Abang tak kasihan pada Razka? Bisa sakit dia kalau tidurnya terganggu terus. Apalagi jika nanti Ratu membuatnya jadi anak yang nakal, aku tidak bisa membayangkannya, Bang!”

 

Risma hendak membuka mulutnya untuk protes, namun tidak jadi ia lakukan. Sebab, Ronny menoleh cepat padanya. Tatapannya yang tajam membuat nyali Risma surut.

 

“Benar juga,” kata Ronny menyetujui Rika. “Kau adalah sumber masalah di rumah ini, Risma. Selama ini Bapak dan Ibu selalu membelamu. Tapi, sekarang mereka sedang tidak ada, jadi aku yang berkuasa atas rumah ini.”

 

“M-maksud Abang apa?” sahut Risma terbata-bata. Ah, ternyata drama ini berakhir tidak seperti biasanya. Akhirnya mungkin akan buruk bagi Risma.

 

“Iya, kau sumber masalah, sumber keributan di sini. Daripada Ratu menjadi semakin nakal dan suka melawan, lebih baik kau menjauh darinya. Aku juga tidak ingin kau mengganggu ketenangan Rika dan Razka,” tegas Ronny.

 

Dengan kasar, Ronny meraih tangan Risma, lalu menarik istri pertamanya itu menuju ke pintu depan. Risma berusaha melepaskan diri, tapi tenaga Ronny lebih kuat.

 

“Bang! Tolong jangan begini! Abang, aku ini istrimu juga!” teriak Risma.

 

“Ayah mau bawa Bunda ke mana?!” teriak Ratu sambil mencoba melepaskan ibunya.

 

“Jangan ke sini, Nak. Nanti kau ikut terseret,” cegah Risma yang mencemaskan keselamatan anaknya, sambil tetap berusaha melepaskan diri.

 

Ronny sendiri tak menghiraukan protes anaknya. Ia terus menyeret Risma hingga ke halaman rumah, tak peduli saat Ratu jadi ikut terseret karena mencoba menolong ibunya.

 

“Sekarang,” kata Ronny sambil mendorong tubuh Risma hingga tersungkur di atas rerumputan, “pergi dari rumah ini! Jangan mengganggu ketenteraman keluargaku lagi!”

 

Risma terperanjat bukan main. Benar-benar tak mengira bahwa Ronny akan bertindak sekejam itu. Ia buru-buru melihat keadaan Ratu yang ikut tersungkur dan bersyukur karena anaknya tampak baik-baik saja.

 

Setelah menghempaskan istrinya begitu saja, Ronny berbalik untuk masuk ke rumah. Namun, seperti belum puas, ia kembali berbalik untuk mengucapkan kata-kata yang tidak ingin Risma dengar.

 

“Oh iya, aku juga akan menceraikanmu, supaya aku bisa menikahi Rika secara hukum negara. Ratu, masuk ke dalam!”

 

Namun Ratu bergeming. Ia memeluk ibunya, menolak perintah ayahnya.

 

Ronny mengumpat. Ia tampak tak peduli lagi dengan perlawanan Ratu. Dengan penuh amarah, ia masuk ke dalam rumah. Melewati Rika yang menyaksikan kejadian tersebut sambil menggendong Razka.

 

Dari teras rumah tempatnya berdiri, Rika tersenyum mengejek. Menunjukkan kemenangannya karena berhasil menguasai suaminya sepenuhnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 3. Kesayangan

    Selamatan yang meriah diadakan untuk menyambut kedatangan Rahmat dan Rukmini. Kedua orang tua itu sangat bersyukur karena berhasil menunaikan ibadah haji dengan baik sehingga bisa kembali ke tanah air dengan selamat.Sangat banyak orang-orang yang datang untuk memberi selamat pada pasangan suami istri tersebut. Tidak hanya para tetangga, tokoh masyarakat yang mengenal Rahmat dan Rukmini pun memenuhi rumah besar milik suami istri tersebut. Para tokoh agama, lurah, camat hingga kepala polisi setempat, memenuhi undangan syukuran yang diadakan besar-besaran tersebut.Rukmini yang tak henti-henti mengumbar senyuman, mendampingi Rahmat menerima ucapan selamat dan mengikuti rangkaian acara. Walaupun mereka baru saja tiba dari bandara, Rukmini sama sekali tak merasa lelah. Kebahagiaannya karena telah kembali ke tanah air telah menghapus kelelahan akibat perjalanan mengarungi udara selama belasan jam.Akan tetapi, lama kelamaan, Rukmini mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda. Bukan hanya kar

    Last Updated : 2025-03-13
  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 4. Pemulung

    Sekolah masih libur, jadi Ratu menemani Risma bekerja memulung sampah. Awalnya Risma tidak mengizinkan karena khawatir anaknya itu kelelahan. Namun, Ratu bersikeras.“Ratu mau bantu Bunda. Kasihan Bunda, setiap pulang pasti capek. Siapa tahu, capeknya berkurang karena Ratu bantu.”Risma menoleh pada tetangga kos yang sudah berbaik hati mengajaknya bekerja memulung. Meminta izin untuk mengajak anak perempuannya yang ingin berbakti.Tetangga kos yang baik hati itu mengangguk tanda setuju. Ia tidak keberatan sama sekali.Maka, berangkatlah tiga wanita berbeda usia itu menyusuri jalanan untuk mengumpulkan sampah kardus dan plastik bekas. Sepanjang perjalanan, Risma tak henti memerhatikan Ratu, khawatir jika anaknya kelelahan. Sesekali mereka beristirahat dan memakan bekal yang dibawa.Apa yang Risma khawatirkan tentang Ratu, justru tidak terjadi sama sekali. Sebaliknya, Risma-lah yang merasa kesulitan dan perjalanan mereka. Sinar matahari yang bersinar terik membuat dirinya merasa lelah d

    Last Updated : 2025-03-13
  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 5. Si Baik Hati

    Saat Risma membuka mata, wajah pertama yang dilihatnya adalah wajah Ratu. Mata gadis kecil itu sembab karena menangisi ibunya yang mendadak tak sadarkan diri.“Bunda!” panggil Ratu sambil memeluk ibunya. Anak itu masih menangis. Dia pasti sangat ketakutan saat Risma masih pingsan.Wajah berikutnya yang Risma lihat adalah tetangga kosnya. Apakah dia tidak lanjut bekerja dan menunggui Risma hingga sadar?“Bu Risma istirahat dulu. Kalau sudah enakan, kita pulang saja.”Risma hanya mengangguk sambil balas memeluk Ratu. Sesungguhnya, dia sendiri masih terguncang. Perasaannya seperti orang yang baru bangun tidur, bingung karena tidak tahu apa yang terjadi saat ia masih kehilangan kesadaran.Kemudian, saat ingatan dan penglihatannya menjadi lebih jernih, Risma mulai menyadari keadaan di sekitarnya. Ia mengedarkan pandangan, melihat bahwa saat ini ia tengah berada di sebuah kamar, namun bukan kamarnya sendiri.Setumpuk pakaian yang tergantung di balik pintu, jendela yang tidak dibuka sehingga

    Last Updated : 2025-03-13
  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 6

    Rika yang terkejut, buru-buru menuju garasi. Hal pertama yang ia lihat adalah Rahmat yang berkacak pinggang dengan wajah memerah. Sementara Rukmini menutup mulut dengan mata mengarah pada tiga mobil milik mereka sekeluarga di garasi. Pada awalnya, Rika tak mengerti, apa yang terjadi pada mobil-mobil tersebut. Namun, setelah melihat ke bagian bawah, barulah ia paham, mengapa mertuanya bereaksi seperti itu. Setengah dari seluruh ban ketiga mobil tersebut kempes! Keenam buah ban yang dirusak tersebut, dirobek dengan menggunakan benda tajam. Jelas ada seseorang yang sengaja merusak ban-ban mobil tersebut. Rika langsung teringat pada rencana Ronny. Ternyata ini yang Ronny maksud. Rupanya, suaminya itu selain licik, bisa bergerak cepat juga. Tanpa sadar, Rika tersenyum tipis. Dengan begini, mertuanya tidak akan bisa mencari Risma. Kalau perlu, sel

    Last Updated : 2025-03-29
  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 7

    Setelah pingsan saat memulung, Risma terpaksa beristirahat selama satu hari untuk memulihkan diri. Hanya Ratu yang menemani karena tetangga kos Risma tetap berjalan untuk memulung. Keesokan harinya, saat Risma sudah sehat, ia kembali memulung bersama tetangganya yang baik hati. Ratu bersikeras menemaninya, khawatir jika Risma mendadak sakit lagi. Rute yang mereka lalui untuk memulung, berbeda setiap harinya. Namun yang pasti, mereka akan melalui daerah-daerah yang ramai karena biasanya lebih mudah memperoleh sampah yang masih bisa dijual. “Bunda, kita akan lewat di depan warung Om Raka lagi, ya?” kata Ratu saat melihat bahwa gerobak yang mereka bawa tengah berada di jalan dekat warung makan milik Raka berada. “Iya, memangnya kenapa?” jawab Risma. “Siapa tahu, Om Raka mau mentraktir makan ayam lagi. Makanannya enak-enak, Bunda,” ha

    Last Updated : 2025-03-29
  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 8

    Butuh waktu dua hari untuk mengganti ban-ban yang telah dirusak. Ronny memang sengaja tidak melibatkan Rusdi agar ia terlihat kerepotan. Sehingga, rencana untuk mencari Risma dan Ratu, agak terlupakan. Selama itu pula, Rahmat lebih sering marah-marah karena tidak bisa menerima perlakuan itu. Rukmini harus sering-sering membujuknya agar bersabar. Rika mengambil kesempatan tersebut untuk menambah kedekatan Razka dengan kakek dan neneknya. Setiap kali ia melihat Rahmat hendak marah-marah karena mengingat apa yang terjadi pada mobil-mobilnya, jika Razka sedang terjaga, Rika akan menyodorkan putranya untuk membuat kakeknya lebih tenang. “Tuh, Razka…. Kakek lagi ngapain, tuh…. Mau main?” “Razka mau main dengan Kakek. Boleh, ya, Kek?” “Kakek… Razka sudah bisa merangkak, loh. Lihat, lihat, Kek.”

    Last Updated : 2025-03-29
  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 9

    Rika kembali tersentak. Kamar kosong itu artinya kamar yang dahulu pernah dihuni oleh Risma dan Ratu. Untuk apa Rahmat menyuruh menempatkan CCTV di sana? “Kamar Risma dan Ratu itu sekarang kosong, jadi Bapak pikir harus dipantau sering-sering. Siapa tahu, orang yang kemarin merusak ban mobil kembali ke sini dan bersembunyi di sana. Biar kita gampang menangkapnya,” kata Rahmat pada Rika. Rika terdiam. Ia hanya bisa menyaksikan para kru bekerja dengan diawasi oleh Rahmat. Pasrah. *** Ratu tampak kecewa karena hari ini, mereka lagi-lagi tidak melewati warung makan milik Raka. Dia tentu mengharapkan es teh yang segar dinikmati pada siang hari seperti ini. “Sabar ya, Nak. Kalau hari ini kita dapat uang lebih, Bunda belikan es teh,” janji Risma untuk menghibur Ratu. Ratu hanya mengangguk lemah. Langkahnya makin gontai, buah kekecewaan karena

    Last Updated : 2025-03-30
  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 10

    Sudah lima hari berlalu setelah insiden perusakan ban mobil di kediaman Rahmat sekeluarga. Rahmat sendiri mulai mengikhlaskan peristiwa itu. Bagi Ronny, hal ini berbahaya. Sebab, itu berarti ayah dan ibunya akan kembali memusatkan perhatian dalam upaya mencari keberadaan Risma dan Ratu. Apalagi Rukmini mulai sakit-sakitan karena memikirkan cucu perempuannya. Keberadaan Razka memang menghiburnya, namun Rukmini juga tetap merindukan cucu perempuannya. “Kau ini ayahnya, Ronny. Anak perempuanmu hilang entah ke mana, kau malah santai-santai di sini,” semprot Rukmini saat ia sudah tak tahan lagi melihat Ronny yang seolah tak peduli keberadaan anak pertamanya. “Bu, aku tadinya mau lapor polisi. Tapi kalau aku lapor, sama dengan membuka aib sendiri. Ibu tahu ‘kan, alasan mengapa Risma dan Ratu pergi dari rumah ini,” kilah Ronny dengan segala dustanya. “Apa pun alasannya, kau tetap harus menca

    Last Updated : 2025-03-30

Latest chapter

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 17

    “Mbak Risma tidak bertengkar dengan Mbak Rika, tapi dengan Mas Ronny.” Ronny melotot saat mendengar kelanjutan kata-kata Rusdi. Pada saat yang bersamaan, kedua orang tuanya menoleh padanya. Ronny jadi salah tingkah karena kini orang tuanya tahu bahwa ia telah berbohong. “Bisa jelaskan, Ronny? Apa benar kau bertengkar dengan istrimu sebelum pergi?” tanya Rahmat tajam. Rukmini bertindak lebih jauh. Ia menoleh pada Ratih. “Tolong panggilkan Mbak Rika di kamarnya. Kalau Razka sedang tidur, tolong ditemani dulu.” “Iya, Bu.” Wajah Ronny memucat saat Ratih berjalan menuju ke kamar. Ibunya pasti hendak mencocokkan pengakuan Ronny dan Rika dengan Rusdi. “Jadi sebenarnya apa yang membuat Risma pergi?” tanya Rahmat pada Ronny lagi. Rika datang ke ruang tengah dan langsung duduk di sisi suaminya. Dengan takut-takut, ia melirik suaminya.

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 16

    Usai makan malam, Ronny dibuat jantungan oleh ayahnya. Dengan tenang Rahmat menyuruh agar ia mengumpulkan para pekerja rumah tangga di ruang tengah. Padahal putranya sudah mau pingsan karena terlalu takut. “Harus malam ini ya, Pak? Mereka pasti masih capek setelah bekerja dan….” “Bapak hanya ingin bertanya, siapa tahu ada yang tahu, ke mana Risma membawa Ratu. Kau ini kenapa? Bukannya kau yang seharusnya bertanya pada mereka? Seandainya kau tidak peduli pada Risma sekali pun, seharusnya kau memikirkan nasib anakmu!” sergah Rahmat setengah membentak, memotong kalimat Ronny. “I-iya, Pak. Sebentar, saya panggilkan mereka semua.” Ronny tergopoh-gopoh ke belakang rumah, mencari para pekerja yang memang mendapatkan kamar di sana. Selain Rusdi yang menjadi supir, masih ada tiga orang lagi yang bekerja bagi Rahmat dan semuanya masih satu keluarga. Yaitu Ratih, istri Rusdi yang menjadi asisten

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 15

    “Kalau menurut saya, lebih baik Bu Risma kerja pada Pak Raka saja. Bukannya ngatur Bu Risma atau Pak Raka. Tapi, kerja di sini lebih aman dan mungkin lebih cocok untuk Bu Risma,” lanjut tetangga yang sudah menolong Risma mendapatkan uang itu. “Lebih aman? Maksud Ibu?” tanya Risma tak mengerti. Dua kali insiden hanya dalam waktu kurang dari satu bulan. Pertama adalah saat Risma pingsan yang berakhir dengan ditolong oleh Raka. Kedua adalah apa yang baru saja terjadi. Ratu nyaris menjadi korban kecelakaan lalu lintas yang lagi-lagi, berakhir dengan ditolong oleh Raka. Bagi tetangga kos Risma, dua peristiwa itu sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa Risma dan Ratu tidak cocok berada di jalanan. Sebab, selain sangat melelahkan untuk menyusuri jalanan sepanjang hari, jalanan juga menjadi tempat yang berbahaya bagi mereka yang ceroboh. “Saya bukannya mau menolak Bu Risma dan Ratu untuk ikut memulung bersama-sama.

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 14

    CKIIITT!!! Decit ban mobil yang beradu dengan aspal, seolah mengirimkan efek kejut bagi Risma yang sebelumnya terpaku di tempatnya. Akhirnya ia bisa bergerak lagi. Bahkan bisa berteriak, menyebut nama anaknya. “RATU!” Ratu sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Ia hanya merasakan, seseorang menarik tubuhnya dengan kuat hingga ke tepi jalan. Buku yang sudah ia pegang, terlepas dari tangannya. Buku itulah yang akhirnya ditabrak oleh mobil yang nyaris menabraknya. Kertas-kertasnya berhamburan, melayang beberapa saat di udara sebelum akhirnya jatuh di aspal yag keras. Risma segera memeluk Ratu. Air matanya bercucuran. Merasa bersalah karena tak mampu menyelamatkan anaknya. Malah membeku di tempatnya. “Bunda….” Ratu pun tak kalah terkejutnya. Perlahan ia mulai menyadari apa yang terjadi. Bahwa alih-alih buku yang dici

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 13

    Akan tetapi, saat mereka bertiga melalui warung makan milik Raka, Ratu harus menelan kekecewaan. Warung sederhana itu tampak lengang. Sebuah papan bertuliskan ‘TUTUP’ tergantung pada pintu masuknya. Raka pun tak terlihat di sekitar warungnya. Barangkali ia sedang berada di kamarnya di bagian belakang warung. Atau memang sedang berada di luar. Entahlah. “Jangan terlalu berharap, Nak. Rezeki itu Allah yang mengatur. Hari ini kelihatannya rezeki kita bukan di warung makan Pak Raka,” kata Risma, menasihati sekaligus menghibur putrinya. Meskipun agak lega karena tidak perlu bertemu dengan Raka, tak ayal Risma merasa sedih karena melihat putrinya kecewa. “Iya, Bunda,” balas Ratu lesu. Pupus sudah harapannya untuk menikmati hidangan enak dari om yang tidak pelit berbagi itu. “Mau makan bekalnya lagi? Yang tadi belum habis, ‘kan?” sela tetangga kos Risma, mengalihkan perhatian Ratu untuk ikut menghiburnya.

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 12

    Hari ini, seperti biasa, Risma, Ratu dan tetangga kos mereka menyusuri jalan untuk memungut sampah yang masih bisa dijual kembali. Meskipun agak murung, Ratu tetap mengikuti ibunya. Membantu Risma dan tetangga kos mereka bekerja mencari nafkah. “Kenapa, Nak?” tanya Risma, menyadari bahwa ada yang tidak biasa dengan Ratu. “Tidak apa-apa, Bunda. Ratu hanya….” Kalimat Ratu menggantung saat kedua bola matanya menangkap benda-benda tertentu yang teronggok di sebuah tempat sampah yang tengah ia periksa. Seketika sepasang mata itu berbinar cerah. “Bunda! Ini boleh untuk Ratu saja?!” kata Ratu sambil menunjukkan apa yang ia temukan. Risma dan tetangga kosnya tercengang. Benda yang ditunjukkan oleh Ratu adalah setumpuk buku pelajaran sekolah dasar yang sebagian kertasnya sudah lenyap karena robek atau lepas. “Buat Ratu saja, ya, Bunda,” ulang Ratu. “I-iy

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 11

    Dua orang anak yang sedang bermain, mendongak ke Rukmini. Anak yang lebih tua berlari masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, dia kembali bersama seorang wanita yang tampaknya adalah ibunya. “Assalamu ‘alaikum,” ulang Rukmini. “Risma-nya ada, Bu?” Wanita yang sebaya dengan Rukmini itu membalas salam sambil mengerutkan kening. Bingung. “Risma, pemilik rumah ini? Anaknya perempuan. Ratu, namanya,” tambah Rukmini. Setelah melihat berbagai perubahan di rumah sederhana tersebut, Rukmini bersikap hati-hati. “Bu Risma? Oh, maksud Ibu, pemilik rumah ini sebelumnya?” balas wanita itu akhirnya. Rupanya dia mengenal Risma. “Iya, pemilik rumah ini. Ibu kenal?” sela Rahmat. “Hanya bertemu beberapa kali di kantor notaris, Pak. Dua tahun lalu, waktu suami saya membeli rumah ini dari Bu Risma,” jawab wanita tersebut. Rahmat d

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 10

    Sudah lima hari berlalu setelah insiden perusakan ban mobil di kediaman Rahmat sekeluarga. Rahmat sendiri mulai mengikhlaskan peristiwa itu. Bagi Ronny, hal ini berbahaya. Sebab, itu berarti ayah dan ibunya akan kembali memusatkan perhatian dalam upaya mencari keberadaan Risma dan Ratu. Apalagi Rukmini mulai sakit-sakitan karena memikirkan cucu perempuannya. Keberadaan Razka memang menghiburnya, namun Rukmini juga tetap merindukan cucu perempuannya. “Kau ini ayahnya, Ronny. Anak perempuanmu hilang entah ke mana, kau malah santai-santai di sini,” semprot Rukmini saat ia sudah tak tahan lagi melihat Ronny yang seolah tak peduli keberadaan anak pertamanya. “Bu, aku tadinya mau lapor polisi. Tapi kalau aku lapor, sama dengan membuka aib sendiri. Ibu tahu ‘kan, alasan mengapa Risma dan Ratu pergi dari rumah ini,” kilah Ronny dengan segala dustanya. “Apa pun alasannya, kau tetap harus menca

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 9

    Rika kembali tersentak. Kamar kosong itu artinya kamar yang dahulu pernah dihuni oleh Risma dan Ratu. Untuk apa Rahmat menyuruh menempatkan CCTV di sana? “Kamar Risma dan Ratu itu sekarang kosong, jadi Bapak pikir harus dipantau sering-sering. Siapa tahu, orang yang kemarin merusak ban mobil kembali ke sini dan bersembunyi di sana. Biar kita gampang menangkapnya,” kata Rahmat pada Rika. Rika terdiam. Ia hanya bisa menyaksikan para kru bekerja dengan diawasi oleh Rahmat. Pasrah. *** Ratu tampak kecewa karena hari ini, mereka lagi-lagi tidak melewati warung makan milik Raka. Dia tentu mengharapkan es teh yang segar dinikmati pada siang hari seperti ini. “Sabar ya, Nak. Kalau hari ini kita dapat uang lebih, Bunda belikan es teh,” janji Risma untuk menghibur Ratu. Ratu hanya mengangguk lemah. Langkahnya makin gontai, buah kekecewaan karena

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status