Share

Bab 6

Author: WN. Nirwan
last update Last Updated: 2025-03-29 07:00:21

Rika yang terkejut, buru-buru menuju garasi. Hal pertama yang ia lihat adalah Rahmat yang berkacak pinggang dengan wajah memerah. Sementara Rukmini menutup mulut dengan mata mengarah pada tiga mobil milik mereka sekeluarga di garasi.

Pada awalnya, Rika tak mengerti, apa yang terjadi pada mobil-mobil tersebut. Namun, setelah melihat ke bagian bawah, barulah ia paham, mengapa mertuanya bereaksi seperti itu.

Setengah dari seluruh ban ketiga mobil tersebut kempes! Keenam buah ban yang dirusak tersebut, dirobek dengan menggunakan benda tajam. Jelas ada seseorang yang sengaja merusak ban-ban mobil tersebut.

Rika langsung teringat pada rencana Ronny. Ternyata ini yang Ronny maksud. Rupanya, suaminya itu selain licik, bisa bergerak cepat juga.

Tanpa sadar, Rika tersenyum tipis. Dengan begini, mertuanya tidak akan bisa mencari Risma. Kalau perlu, selamanya mereka tidak usah menemukan Risma. Agar rumah yang sedang dibangun oleh mertuanya, dikuasai sepenuhnya oleh Rika.

Rukmini yang sedang bingung dan kalut, tersentak melihat senyuman di wajah menantu keduanya itu.

“Kok senyum, sih? Kita ini sedang kena musibah, ada orang yang sengaja merusak mobil kita,” tegur Rukmini sambil melotot.

Rika tentu saja salah tingkah. Dia lupa bahwa dia masih berada di garasi, tepat di hadapan mertuanya sendiri.

“Se-sebentar, Bu. Saya panggilkan Pak Rusdi dulu,” kata Rika, setengah berlari masuk ke dalam untuk menghindari kecurigaan mertuanya.

Tepat saat Rika melewati kamarnya, terdengar tangisan Razka. Mau tak mau, Rika segera masuk ke kamar untuk melihat keadaan putranya yang sebelumnya tengah tertidur.

Di dalam kamar, ternyata sudah ada Ronny yang berusaha menenangkan Razka. Rika yang tak bisa menerka kapan Ronny kembali ke kamar, segera mengambil Razka dari tangan suaminya.

“Itu tadi ulah Abang? Bapak sangat marah, Bang,” tanya Rika.

“Iya,” jawab Ronny santai. Ia merebahkan diri di ranjang seolah tidak terjadi apa-apa.

“Untung tidak ketahuan,” timpal Rika yang masih teringat saat ia dipergoki sedang tersenyum.

“Tidak akan ketahuan. Bapak dan Ibu hanya tahu aku sedang sakit perut. Di sini juga tidak ada CCTV, jadi aman,” sahut Ronny diikuti senyum penuh kemenangan. Sama sekali tidak merasa bersalah karena telah merusak mobil milik keluarga.

Rika menembuskan napas lega karena rencana mereka tidak akan terungkap. Di luar kamar terdengar suara Pak Rusdi yang sedang bergerak menuju ke garasi. Barangkali Rahmat sendiri yang memanggil supir yang setia itu.

Rika lalu keluar kamar sambil menggendong Razka yang mulai tenang. Berpura-pura gelisah, ia kembali ke garasi dan melihat mertua dan supir keluarga masih memeriksa seluruh ban mobil yang dirusak.

“Maaf Bu, Razka tiba-tiba menangis. Jadi saya tidak sempat memanggil Pak Rusdi,” kata Rika pada Rukmini.

Rukmini hanya membalas dengan agak ketus, “di mana Ronny? Sudah baikan?”

“Sudah, Bu. Saya sudah menceritakan kejadian ini. Sebentar lagi Abang ke mari.”

Rukmini tak mengatakan apa-apa lagi. Ia beralih pada suaminya, mengajak pria itu untuk masuk ke dalam.

“Biar Ronny dan Pak Rusdi yang mengurus mobil-mobil kita,” kata Rukmini pada Rahmat. “Bapak istirahat saja, jangan sampai sstroke lagi.”

“Iya, tapi kita harus cari tahu, siapa pelaku perusakan ini, Bu,” tukas Rahmat gusar.

Meskipun sedang marah besar, Rahmat mengikuti saran istrinya untuk masuk ke dalam. Rencana mereka untuk mencari menantu dan cucu pertamanya, terpaksa ditunda.

Setelah yakin mertuanya telah pergi, Rika kembali tersenyum. Kali ini senyumannya sangat lebar karena merasa merdeka. Sebab, Risma dan Ratu tidak akan ditemukan dalam waktu dekat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 7

    Setelah pingsan saat memulung, Risma terpaksa beristirahat selama satu hari untuk memulihkan diri. Hanya Ratu yang menemani karena tetangga kos Risma tetap berjalan untuk memulung. Keesokan harinya, saat Risma sudah sehat, ia kembali memulung bersama tetangganya yang baik hati. Ratu bersikeras menemaninya, khawatir jika Risma mendadak sakit lagi. Rute yang mereka lalui untuk memulung, berbeda setiap harinya. Namun yang pasti, mereka akan melalui daerah-daerah yang ramai karena biasanya lebih mudah memperoleh sampah yang masih bisa dijual. “Bunda, kita akan lewat di depan warung Om Raka lagi, ya?” kata Ratu saat melihat bahwa gerobak yang mereka bawa tengah berada di jalan dekat warung makan milik Raka berada. “Iya, memangnya kenapa?” jawab Risma. “Siapa tahu, Om Raka mau mentraktir makan ayam lagi. Makanannya enak-enak, Bunda,” ha

    Last Updated : 2025-03-29
  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 8

    Butuh waktu dua hari untuk mengganti ban-ban yang telah dirusak. Ronny memang sengaja tidak melibatkan Rusdi agar ia terlihat kerepotan. Sehingga, rencana untuk mencari Risma dan Ratu, agak terlupakan. Selama itu pula, Rahmat lebih sering marah-marah karena tidak bisa menerima perlakuan itu. Rukmini harus sering-sering membujuknya agar bersabar. Rika mengambil kesempatan tersebut untuk menambah kedekatan Razka dengan kakek dan neneknya. Setiap kali ia melihat Rahmat hendak marah-marah karena mengingat apa yang terjadi pada mobil-mobilnya, jika Razka sedang terjaga, Rika akan menyodorkan putranya untuk membuat kakeknya lebih tenang. “Tuh, Razka…. Kakek lagi ngapain, tuh…. Mau main?” “Razka mau main dengan Kakek. Boleh, ya, Kek?” “Kakek… Razka sudah bisa merangkak, loh. Lihat, lihat, Kek.”

    Last Updated : 2025-03-29
  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 9

    Rika kembali tersentak. Kamar kosong itu artinya kamar yang dahulu pernah dihuni oleh Risma dan Ratu. Untuk apa Rahmat menyuruh menempatkan CCTV di sana? “Kamar Risma dan Ratu itu sekarang kosong, jadi Bapak pikir harus dipantau sering-sering. Siapa tahu, orang yang kemarin merusak ban mobil kembali ke sini dan bersembunyi di sana. Biar kita gampang menangkapnya,” kata Rahmat pada Rika. Rika terdiam. Ia hanya bisa menyaksikan para kru bekerja dengan diawasi oleh Rahmat. Pasrah. *** Ratu tampak kecewa karena hari ini, mereka lagi-lagi tidak melewati warung makan milik Raka. Dia tentu mengharapkan es teh yang segar dinikmati pada siang hari seperti ini. “Sabar ya, Nak. Kalau hari ini kita dapat uang lebih, Bunda belikan es teh,” janji Risma untuk menghibur Ratu. Ratu hanya mengangguk lemah. Langkahnya makin gontai, buah kekecewaan karena

    Last Updated : 2025-03-30
  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 10

    Sudah lima hari berlalu setelah insiden perusakan ban mobil di kediaman Rahmat sekeluarga. Rahmat sendiri mulai mengikhlaskan peristiwa itu. Bagi Ronny, hal ini berbahaya. Sebab, itu berarti ayah dan ibunya akan kembali memusatkan perhatian dalam upaya mencari keberadaan Risma dan Ratu. Apalagi Rukmini mulai sakit-sakitan karena memikirkan cucu perempuannya. Keberadaan Razka memang menghiburnya, namun Rukmini juga tetap merindukan cucu perempuannya. “Kau ini ayahnya, Ronny. Anak perempuanmu hilang entah ke mana, kau malah santai-santai di sini,” semprot Rukmini saat ia sudah tak tahan lagi melihat Ronny yang seolah tak peduli keberadaan anak pertamanya. “Bu, aku tadinya mau lapor polisi. Tapi kalau aku lapor, sama dengan membuka aib sendiri. Ibu tahu ‘kan, alasan mengapa Risma dan Ratu pergi dari rumah ini,” kilah Ronny dengan segala dustanya. “Apa pun alasannya, kau tetap harus menca

    Last Updated : 2025-03-30
  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 11

    Dua orang anak yang sedang bermain, mendongak ke Rukmini. Anak yang lebih tua berlari masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, dia kembali bersama seorang wanita yang tampaknya adalah ibunya. “Assalamu ‘alaikum,” ulang Rukmini. “Risma-nya ada, Bu?” Wanita yang sebaya dengan Rukmini itu membalas salam sambil mengerutkan kening. Bingung. “Risma, pemilik rumah ini? Anaknya perempuan. Ratu, namanya,” tambah Rukmini. Setelah melihat berbagai perubahan di rumah sederhana tersebut, Rukmini bersikap hati-hati. “Bu Risma? Oh, maksud Ibu, pemilik rumah ini sebelumnya?” balas wanita itu akhirnya. Rupanya dia mengenal Risma. “Iya, pemilik rumah ini. Ibu kenal?” sela Rahmat. “Hanya bertemu beberapa kali di kantor notaris, Pak. Dua tahun lalu, waktu suami saya membeli rumah ini dari Bu Risma,” jawab wanita tersebut. Rahmat d

    Last Updated : 2025-03-30
  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 12

    Hari ini, seperti biasa, Risma, Ratu dan tetangga kos mereka menyusuri jalan untuk memungut sampah yang masih bisa dijual kembali. Meskipun agak murung, Ratu tetap mengikuti ibunya. Membantu Risma dan tetangga kos mereka bekerja mencari nafkah. “Kenapa, Nak?” tanya Risma, menyadari bahwa ada yang tidak biasa dengan Ratu. “Tidak apa-apa, Bunda. Ratu hanya….” Kalimat Ratu menggantung saat kedua bola matanya menangkap benda-benda tertentu yang teronggok di sebuah tempat sampah yang tengah ia periksa. Seketika sepasang mata itu berbinar cerah. “Bunda! Ini boleh untuk Ratu saja?!” kata Ratu sambil menunjukkan apa yang ia temukan. Risma dan tetangga kosnya tercengang. Benda yang ditunjukkan oleh Ratu adalah setumpuk buku pelajaran sekolah dasar yang sebagian kertasnya sudah lenyap karena robek atau lepas. “Buat Ratu saja, ya, Bunda,” ulang Ratu. “I-iy

    Last Updated : 2025-03-31
  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 13

    Akan tetapi, saat mereka bertiga melalui warung makan milik Raka, Ratu harus menelan kekecewaan. Warung sederhana itu tampak lengang. Sebuah papan bertuliskan ‘TUTUP’ tergantung pada pintu masuknya. Raka pun tak terlihat di sekitar warungnya. Barangkali ia sedang berada di kamarnya di bagian belakang warung. Atau memang sedang berada di luar. Entahlah. “Jangan terlalu berharap, Nak. Rezeki itu Allah yang mengatur. Hari ini kelihatannya rezeki kita bukan di warung makan Pak Raka,” kata Risma, menasihati sekaligus menghibur putrinya. Meskipun agak lega karena tidak perlu bertemu dengan Raka, tak ayal Risma merasa sedih karena melihat putrinya kecewa. “Iya, Bunda,” balas Ratu lesu. Pupus sudah harapannya untuk menikmati hidangan enak dari om yang tidak pelit berbagi itu. “Mau makan bekalnya lagi? Yang tadi belum habis, ‘kan?” sela tetangga kos Risma, mengalihkan perhatian Ratu untuk ikut menghiburnya.

    Last Updated : 2025-03-31
  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 14

    CKIIITT!!! Decit ban mobil yang beradu dengan aspal, seolah mengirimkan efek kejut bagi Risma yang sebelumnya terpaku di tempatnya. Akhirnya ia bisa bergerak lagi. Bahkan bisa berteriak, menyebut nama anaknya. “RATU!” Ratu sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Ia hanya merasakan, seseorang menarik tubuhnya dengan kuat hingga ke tepi jalan. Buku yang sudah ia pegang, terlepas dari tangannya. Buku itulah yang akhirnya ditabrak oleh mobil yang nyaris menabraknya. Kertas-kertasnya berhamburan, melayang beberapa saat di udara sebelum akhirnya jatuh di aspal yag keras. Risma segera memeluk Ratu. Air matanya bercucuran. Merasa bersalah karena tak mampu menyelamatkan anaknya. Malah membeku di tempatnya. “Bunda….” Ratu pun tak kalah terkejutnya. Perlahan ia mulai menyadari apa yang terjadi. Bahwa alih-alih buku yang dici

    Last Updated : 2025-03-31

Latest chapter

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 17

    “Mbak Risma tidak bertengkar dengan Mbak Rika, tapi dengan Mas Ronny.” Ronny melotot saat mendengar kelanjutan kata-kata Rusdi. Pada saat yang bersamaan, kedua orang tuanya menoleh padanya. Ronny jadi salah tingkah karena kini orang tuanya tahu bahwa ia telah berbohong. “Bisa jelaskan, Ronny? Apa benar kau bertengkar dengan istrimu sebelum pergi?” tanya Rahmat tajam. Rukmini bertindak lebih jauh. Ia menoleh pada Ratih. “Tolong panggilkan Mbak Rika di kamarnya. Kalau Razka sedang tidur, tolong ditemani dulu.” “Iya, Bu.” Wajah Ronny memucat saat Ratih berjalan menuju ke kamar. Ibunya pasti hendak mencocokkan pengakuan Ronny dan Rika dengan Rusdi. “Jadi sebenarnya apa yang membuat Risma pergi?” tanya Rahmat pada Ronny lagi. Rika datang ke ruang tengah dan langsung duduk di sisi suaminya. Dengan takut-takut, ia melirik suaminya.

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 16

    Usai makan malam, Ronny dibuat jantungan oleh ayahnya. Dengan tenang Rahmat menyuruh agar ia mengumpulkan para pekerja rumah tangga di ruang tengah. Padahal putranya sudah mau pingsan karena terlalu takut. “Harus malam ini ya, Pak? Mereka pasti masih capek setelah bekerja dan….” “Bapak hanya ingin bertanya, siapa tahu ada yang tahu, ke mana Risma membawa Ratu. Kau ini kenapa? Bukannya kau yang seharusnya bertanya pada mereka? Seandainya kau tidak peduli pada Risma sekali pun, seharusnya kau memikirkan nasib anakmu!” sergah Rahmat setengah membentak, memotong kalimat Ronny. “I-iya, Pak. Sebentar, saya panggilkan mereka semua.” Ronny tergopoh-gopoh ke belakang rumah, mencari para pekerja yang memang mendapatkan kamar di sana. Selain Rusdi yang menjadi supir, masih ada tiga orang lagi yang bekerja bagi Rahmat dan semuanya masih satu keluarga. Yaitu Ratih, istri Rusdi yang menjadi asisten

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 15

    “Kalau menurut saya, lebih baik Bu Risma kerja pada Pak Raka saja. Bukannya ngatur Bu Risma atau Pak Raka. Tapi, kerja di sini lebih aman dan mungkin lebih cocok untuk Bu Risma,” lanjut tetangga yang sudah menolong Risma mendapatkan uang itu. “Lebih aman? Maksud Ibu?” tanya Risma tak mengerti. Dua kali insiden hanya dalam waktu kurang dari satu bulan. Pertama adalah saat Risma pingsan yang berakhir dengan ditolong oleh Raka. Kedua adalah apa yang baru saja terjadi. Ratu nyaris menjadi korban kecelakaan lalu lintas yang lagi-lagi, berakhir dengan ditolong oleh Raka. Bagi tetangga kos Risma, dua peristiwa itu sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa Risma dan Ratu tidak cocok berada di jalanan. Sebab, selain sangat melelahkan untuk menyusuri jalanan sepanjang hari, jalanan juga menjadi tempat yang berbahaya bagi mereka yang ceroboh. “Saya bukannya mau menolak Bu Risma dan Ratu untuk ikut memulung bersama-sama.

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 14

    CKIIITT!!! Decit ban mobil yang beradu dengan aspal, seolah mengirimkan efek kejut bagi Risma yang sebelumnya terpaku di tempatnya. Akhirnya ia bisa bergerak lagi. Bahkan bisa berteriak, menyebut nama anaknya. “RATU!” Ratu sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Ia hanya merasakan, seseorang menarik tubuhnya dengan kuat hingga ke tepi jalan. Buku yang sudah ia pegang, terlepas dari tangannya. Buku itulah yang akhirnya ditabrak oleh mobil yang nyaris menabraknya. Kertas-kertasnya berhamburan, melayang beberapa saat di udara sebelum akhirnya jatuh di aspal yag keras. Risma segera memeluk Ratu. Air matanya bercucuran. Merasa bersalah karena tak mampu menyelamatkan anaknya. Malah membeku di tempatnya. “Bunda….” Ratu pun tak kalah terkejutnya. Perlahan ia mulai menyadari apa yang terjadi. Bahwa alih-alih buku yang dici

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 13

    Akan tetapi, saat mereka bertiga melalui warung makan milik Raka, Ratu harus menelan kekecewaan. Warung sederhana itu tampak lengang. Sebuah papan bertuliskan ‘TUTUP’ tergantung pada pintu masuknya. Raka pun tak terlihat di sekitar warungnya. Barangkali ia sedang berada di kamarnya di bagian belakang warung. Atau memang sedang berada di luar. Entahlah. “Jangan terlalu berharap, Nak. Rezeki itu Allah yang mengatur. Hari ini kelihatannya rezeki kita bukan di warung makan Pak Raka,” kata Risma, menasihati sekaligus menghibur putrinya. Meskipun agak lega karena tidak perlu bertemu dengan Raka, tak ayal Risma merasa sedih karena melihat putrinya kecewa. “Iya, Bunda,” balas Ratu lesu. Pupus sudah harapannya untuk menikmati hidangan enak dari om yang tidak pelit berbagi itu. “Mau makan bekalnya lagi? Yang tadi belum habis, ‘kan?” sela tetangga kos Risma, mengalihkan perhatian Ratu untuk ikut menghiburnya.

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 12

    Hari ini, seperti biasa, Risma, Ratu dan tetangga kos mereka menyusuri jalan untuk memungut sampah yang masih bisa dijual kembali. Meskipun agak murung, Ratu tetap mengikuti ibunya. Membantu Risma dan tetangga kos mereka bekerja mencari nafkah. “Kenapa, Nak?” tanya Risma, menyadari bahwa ada yang tidak biasa dengan Ratu. “Tidak apa-apa, Bunda. Ratu hanya….” Kalimat Ratu menggantung saat kedua bola matanya menangkap benda-benda tertentu yang teronggok di sebuah tempat sampah yang tengah ia periksa. Seketika sepasang mata itu berbinar cerah. “Bunda! Ini boleh untuk Ratu saja?!” kata Ratu sambil menunjukkan apa yang ia temukan. Risma dan tetangga kosnya tercengang. Benda yang ditunjukkan oleh Ratu adalah setumpuk buku pelajaran sekolah dasar yang sebagian kertasnya sudah lenyap karena robek atau lepas. “Buat Ratu saja, ya, Bunda,” ulang Ratu. “I-iy

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 11

    Dua orang anak yang sedang bermain, mendongak ke Rukmini. Anak yang lebih tua berlari masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, dia kembali bersama seorang wanita yang tampaknya adalah ibunya. “Assalamu ‘alaikum,” ulang Rukmini. “Risma-nya ada, Bu?” Wanita yang sebaya dengan Rukmini itu membalas salam sambil mengerutkan kening. Bingung. “Risma, pemilik rumah ini? Anaknya perempuan. Ratu, namanya,” tambah Rukmini. Setelah melihat berbagai perubahan di rumah sederhana tersebut, Rukmini bersikap hati-hati. “Bu Risma? Oh, maksud Ibu, pemilik rumah ini sebelumnya?” balas wanita itu akhirnya. Rupanya dia mengenal Risma. “Iya, pemilik rumah ini. Ibu kenal?” sela Rahmat. “Hanya bertemu beberapa kali di kantor notaris, Pak. Dua tahun lalu, waktu suami saya membeli rumah ini dari Bu Risma,” jawab wanita tersebut. Rahmat d

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 10

    Sudah lima hari berlalu setelah insiden perusakan ban mobil di kediaman Rahmat sekeluarga. Rahmat sendiri mulai mengikhlaskan peristiwa itu. Bagi Ronny, hal ini berbahaya. Sebab, itu berarti ayah dan ibunya akan kembali memusatkan perhatian dalam upaya mencari keberadaan Risma dan Ratu. Apalagi Rukmini mulai sakit-sakitan karena memikirkan cucu perempuannya. Keberadaan Razka memang menghiburnya, namun Rukmini juga tetap merindukan cucu perempuannya. “Kau ini ayahnya, Ronny. Anak perempuanmu hilang entah ke mana, kau malah santai-santai di sini,” semprot Rukmini saat ia sudah tak tahan lagi melihat Ronny yang seolah tak peduli keberadaan anak pertamanya. “Bu, aku tadinya mau lapor polisi. Tapi kalau aku lapor, sama dengan membuka aib sendiri. Ibu tahu ‘kan, alasan mengapa Risma dan Ratu pergi dari rumah ini,” kilah Ronny dengan segala dustanya. “Apa pun alasannya, kau tetap harus menca

  • Rebutan Rumah Mertua   Bab 9

    Rika kembali tersentak. Kamar kosong itu artinya kamar yang dahulu pernah dihuni oleh Risma dan Ratu. Untuk apa Rahmat menyuruh menempatkan CCTV di sana? “Kamar Risma dan Ratu itu sekarang kosong, jadi Bapak pikir harus dipantau sering-sering. Siapa tahu, orang yang kemarin merusak ban mobil kembali ke sini dan bersembunyi di sana. Biar kita gampang menangkapnya,” kata Rahmat pada Rika. Rika terdiam. Ia hanya bisa menyaksikan para kru bekerja dengan diawasi oleh Rahmat. Pasrah. *** Ratu tampak kecewa karena hari ini, mereka lagi-lagi tidak melewati warung makan milik Raka. Dia tentu mengharapkan es teh yang segar dinikmati pada siang hari seperti ini. “Sabar ya, Nak. Kalau hari ini kita dapat uang lebih, Bunda belikan es teh,” janji Risma untuk menghibur Ratu. Ratu hanya mengangguk lemah. Langkahnya makin gontai, buah kekecewaan karena

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status