Share

3

Author: R.S.Tama
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aku akhirnya ikut dengan orang sialan ini. Ketika aku mencoba membunuh diriku. Mereka semua menahannya dan mempertahankanku tetap hidup. Aku merindukan kakakku. Semoga aku segera keluar dari tempat neraka ini.

Setiap hari diperlakukan boneka pemuas bagi setiap petinggi yang datang ke sini. Baik pria maupun wanita semuanya datang dan menggunakanku. Di dalam kamar tidur yang persis sel tahanan ini. Aku meringkuk ketakutan.

“Hei. Jangan begitu.”

Suara siapa tadi itu? Aku pasti berhalusinasi kan? Aku sudah gila rupanya.

“Mengakhiri hidupmu tidak mengakhiri segalanya.”

Seriusan, suara siapa itu? Kulihat para tahanan lain sedang tertidur. Aku berteriak sekeras-kerasnya. Para penjaga datang dan membawaku pergi. Mereka mencelupkan kepalaku ke dalam toilet.

“Mau keluar dari sini?”

Aku mau! Keluarkan aku dari sini! Kumohon keluarkan aku!

“Kalau begitu, setelah kepalamu dimasukkan ke dalam toilet. Kamu bisa tidur?”

Ha? Apa maksudnya, aku tidak paham. Tiba-tiba saja aku tertidur. Ketika aku membuka mataku. Seluruh penjaga yang membawaku ke sini tewas bersimbah darah. Kepala mereka putus dari badan mereka.

“Bagaimana?”

Siapa kamu? Kenapa kamu muncul di kepalaku! Tunjukkan wujudmu!

“Saat ini tidak bisa. Ambil kuncinya, lalu kaburlah. Bebaskan tahanan lain juga boleh.”

Suara tidak jelas mirip suara wanita ini telah membuatku risih. Kalau aku membantumu, kamu akan menunjukkan dirimu kan? Hei jawab, aku penasaran siapa dirimu ini!

Tidak ada balasan. Aku seperti orang gila saja. Paling itu hanya halusinasiku saja. Kuambil kunci dan senjatat dari para penjaga yang tewas. Satu persatu kubuka sel penjara itu. “Bebas dan kaburlah kalian! Bebaskan tahanan yang lain juga!”

Selama terpenjara di desa ini. Aku sudah hafal struktur dan lokasi setiap bangunan di desa. Bersama beberapa tahanan lainnya. Aku berniat untuk menguasai gudang senjata dahulu yang terletak di sebelah sumur tengah desa. “Kumpulkan semuanya, serang gudang senjata dan rebut senjata!”

Kami semua naik ke lantai dasar. Akhirnya kami keluar dari basemen. Kami mulai menyerang para penjaga yang tertidur. Mengambil senapan dan perlengkapan mereka. Lalu menyerbu keluar. Di luar, kami berhasil mengejutkan penjaga yang ada di luar.

Aku memanfaatkan keributan ini untuk menyerbu gudang senjata. Beruntungnya aku gudang senjata tidak dijaga. Setelah kurusak pintunya, beberapa tahan lain kuberikan senapan mesin dan bermacam senjata lainnya.

“Sudah biarkan mereka menikmati. Kamu lari ke arah hutan tenggara sini. Di sana kamu akan bertemu dengan diriku.”

Belum sempat aku keluar dari hutan. Sebuah peluru mengenai kakiku. Kulihat tawanan lain yang kabur sudah tewas. Para penjaga datang lebih cepat dari dugaan kami.

“Nasib buruk sekali dirimu. Tapi apakah kamu menyerah?” tanya suara tanpa wujud ini. Perlahan aku melihat bayangan tipis seorang wanita di hadapanku.

“Aku tidak mau menyerah!” teriakku.

“Kalau begitu, aku rasuki sebentar ya.” Wanita itu memasuki tubuhku. Kesadaranku hilang secara perlahan. Ketika aku membuka mataku kembali. Aku hanya melihat banyak mayat berjatuhan dan tewas.

“Ini semua perbuatanku?” tanyaku penasaran. “Kekuatan apa yang kamu gunakan padaku?”

“Rahasia. Kamu rahasiakan saja kekuatan ini ya,” jawabnya. “Siap-siap untuk melihat wujudku?”

Cahaya tiba-tiba menggumpal di hadapanku. Aku melihat wujud seorang gadis yang cantik sekali. “Mungkin saat ini samar-samar. Tapi suatu saat nanti kamu akan bisa melihatku dengan jelas.”

“Nah sekarang kamu kaburlah. Suatu saat kita pasti kita bertemu lagi.” Bayangan itu menghilang. “Jangan lupakan aku.”

Entah apa itu tadi. Tapi sekarang fokusku haruslah kabur. Kuambil baju seragam dari para penjaga yang masih bersih dan tidak terlalu banyak noda darahnya. Kemudian memungut senapan serbu dan pistol yang mereka bawa.

Tapi sialnya aku tidak menemukan hal yang paling penting untuk bertahan hidup. Yaitu peta maupun kompas. Aku berlari masuk ke dalam hutan, yang terpenting sekarang aku harus bertahan hidup.

Aku menembus tebalnya semak belukar. Hingga aku sampai di jalan setapak yang ada di dalam hutan. Jalan setapak yang berada di tengah hutan. Berarti ada peradaban di sana! Sebaiknya aku menyusuri saja jalan setapak ini.

Betapa bodohnya aku, saat tiba diujung jalan ini. Aku kembali ke desa tempatku disekap. Untung saja tidak ada yang melihatku. Aku memasuki lagi hutan ini dan terus berjalan ke depan.

Sudah beberapa jam aku melangkah menerobos hutan ini. Untung aku membawa pisau dari mayat tadi. Pisau ini sangat berguna dan bisa membantuku menerobos semak belukar hutan. Lama sekali untuk keluar dari hutan ini pastinya.

Aku potong beberapa daun lebar. Kugunakan untuk wadah penampung air hujan. Dari beberapa daun itu aku membuat tempat menampung air. Setelah tempatku menampung air jadi. Kini tinggalnya mencari sesuatu untuk membangun gubuk kecil sebagai tempat tingga sementara hingga hujan ini selesai.

Akalku berfungsi dengan baik, aku membuat gubuk kecil dari beberapa semak-semak. Bangunan kecil seperti ini lumayan bisa untuk digunakan tempat berteduh. Hujan masih turun dengan deras, aku tidak bisa membuat api untuk menghangatkan tubuh.

Aku kepikiran sebuah akal untuk menyalakan api di dalam sini. Tapi karena berbahaya dan bisa berakibat fatal membunuh diriku sendiri. Aku renungkan kembali hal itu dan memilih untuk melepas bajuku yang basah dan telanjang di dalam sini.

Dua hari kemudian hal yang selanjutnya terjadi membuatku tidak percaya. Tiba-tiba baju kering ada di hadapanku. Ada rusa membawakan baju untukku dan meletakkannya ke dalam gubuk. Mataku tidak percaya melihatnya, hewan itu membawa baju untukku?

Aku mengambil baju itu. Baju ini halus dan lembut. Masih hangat juga, tapi kenapa seekor hewan yang membawanya? Apakah aku sudah gila dan halusinasi?

Aku mengambil pisauku dan menyayat tanganku. Aduh, rasanya masih sakit. Tapi tunggu dulu, luka sayatannya perlahan pulih tanpa bekas. Kejadian apa lagi ini? Kekuatan supranatural kah?

Aku takjub melihat luka pada diriku. Hebat sekali rasanya aku bisa pulih sekejap. Hewan-hewan itu kini pergi dan menghilang begitu saja. Lenyap bagai debu yang disapu angin.

Aku teringat perkataan kakakku sebelum kami terpisah. Lakukan apapun untuk tetap hidup. Meskipun hal itu tidak logis dan etis bagi manusia. Aku harus tetap hidup! Untuk kakakku!

Apakah akan ada seseorang yang akan menyelamatkanku di dalam hutan ini? Kini sudah seminggu lebih aku ada di hutan ini. Aku secara perlahan mulai gila. Aku bahkan melupakan bahasa manusia. Aku kesepian berada di dalam hutan ini.

Tanpa aku sadari juga, aku mulai berkawan akrab bersama hewan-hewan di dalam sini. Mereka rutin mengunjungiku dan membawakanku makanan tanpa aku minta. Kejadian aneh di luar nalar ini aku sudah menganggapnya seperti biasa. Mungkin karena aku sudah di sini selama 1 bulan. Hal macam halusinasi seperti ini terasa nyata.

Mungkin ini karuniaku atau kemampuan khususku yang entah bangkit setelah aku tertangkap jadi tawanan. Ah tidak, aku tidak boleh menyerah dan jadi gila di dalam sini. Saatnya bangkit semangat! Tiba-tiba seekor rusa datang menghampiriku.

Dia menunggu di depan gubuk yang aku buat ini. Rusa itu sepertinya mengisyaratkan diriku untuk menunggangi badannya. Ada apa? Kutunggangi punggungnya dan berpegangan erat. Rusa ini tiba-tiba bergerak dengan cepat dan aku sampai di depan sebuah danau yang membeku.

Di sana ada seseorang yang tersangkut di pohon. Bergeliat meminta pertolongan karena parasutnya menyangkut di atas pohon. Rusa itu menghilang begitu saja dan aku menghampirinya.

“Tolong turunkan aku!” pintanya. “Akhirnya ada yang datang menolongku.”

“Tolong gunakan pisauku yang jatuh itu. Sepertinya aku tidak benar memasangnya. Saat aku hendak memotong tali ini aku pisau terjatuh.” Ucapnya dan menunjuk sebuah pisau di bawah pohon tempatnya tersangkut.

“Tunggu. Aku akan segera menyelamatkanmu.” Ucapku dan mengambil pisaunya. Kupanjat pohon itu dan memotong tali parasutnya. Orang ini terjatuh ke tumpukan daun-daun basah di tanah.

BRUK! BRAK! SRAK! BUGH!

Kemudian aku melihat bekas darah di pohon tempatnya tersangkut. Saat aku melihat ke bawah dan melihat punggungnya. Bagian belakang bajunya robek dan menunjukkan luka besar di punggungnya.

“Punggungmu terluka. Jangan bergerak terlalu banyak,” aku melompat turun dan memeriksa lukanya. Kutempelkan tangaku ke lukanya. Ajaibnya lukanya langsung sembuh.

“Aw, punggungku sudah tidak terasa sakit kembali.” Katanya. Tangannya perlahan merogoh punggungnya. “Lho, kok tidak ada lukanya? Perasaan tadi punggungku tergores ranting yang tajam.

“Tanganku yang patah juga kenapa menjadi normal lagi?” tanyanya keheranan padaku. Mata birunya menatapku dengan penuh tanya.

“Aku sendiri juga tidak tahu.” Jawabku. Matahari sudah mulai terbenam. Aku memeriksa sekali lagi lukanya. “Yap benar-benar sembuh.”

“Kamu punya suar darurat? Untuk memberitahu posisimu ada di sini?” tanyaku lagi. Mata birunya masih menatapku secara tajam. “Hei aku bertanya, harusnya menerima jawaban. Bukan tatapan mata.”

“Kamu ajaib sekali. Disentuh olehmu lukaku bisa sembuh. Apa aku bertemu peri hutan? Tapi biasanya peri hutan itu wanita. Lalu kenapa ini menjadi laki-laki?” Orang itu melepas helmnya dan mengurai rambutnya yang panjang.

“Salam kenal peri hutan, aku Madania.” Ucapnya dan mengulurkan tangannya padaku. “Aku tidak berhalusinasi kan ini?”

“Tidak, salam kenal juga, namaku? Loh siapa namaku?” Kepalaku terasa pening. “Jangan tanya soal nama. Aku sudah terlalu lama di hutan ini hingga melupakan namaku.”

Madania mengangguk-angguk, “Lalu kenapa kamu ada di hutan ini peri hutan? Apa kamu orang yang sengaja menghilangkan diri ke hutan untuk menjauh dari peradaban?”

“Entah, aku sudah tidak ingat. Mari pulang ke gubukku sebelum larut malam.” Kataku dan menggenggam tangannya. Kami berdua berjalan menerobos jalan setapak yang aku buat menuju gubukku.

“Kenapa kamu terjun? Kamu tentara?” tanyaku sambil berjalan. “Dari negara mana? Bagaimana kondisi di luar sana?”

“Tentara sih belum bisa dibilang tentara, aku masih kadet yang menjalani pelatihanku di Silverstar. Aku berasal dari kota 1820, kota yang dibuat oleh Silverstar menampung manusia yang selamat dari perang besar.” Jawabnya.

“Beritahu aku dengan cepat dan jelas!” Aku memegang pundaknya. “Apa yang terjadi pada perangnya?”

Madania melepaskan tanganku dari pundaknya. “Hampir semua negara yang ada di dunia hancur lebur. Cuma perusahaan prajurit bayaran seperti Silverstar lah yang maju. Mereka mengambil keuntungan dari gelombang pengungsi, mendirikan kota-kota bawah tanah dan kota di permukaan untuk menampung pengungsi yang selamat.”

“Negara yang masih berdiri bisa kamu sebutkan?” tanyaku penasaran. “Aku ... entahlah, aku terlalu lama meninggalkan negaraku.”

“KNAT, masih tersisa di Filipina, Indonesia, Malaysia. Sekutu masih berdiri kuat, Uni Eropa sisa Perancis, Jerman, Inggris. Sovyet masih utuh bersama China.” Jawabnya. “Tunggu kamu bilang sudah terlalu lama meninggalkan negaramu?”

“Giliranmu cerita dong!” pintanya. Kami tiba di gubukku yang nyaman. Matanya terpana melihat kondisi gubukku.

Beragam hewan berada di gubukku. Mereka seolah-olah menyambut kami. Bahkan api untuk menghangatkan badan sudah tersediaa. Dia takjub melihat hewan-hewan berkumpul di hadapannya.

Madania menghampirinya dan hewan-hewan itu kabur. “Ka-kamu hebat, bisa tinggal di hutan seperti ini berteman dengan alam.”

“Berkat merekalah aku hidup. Aku diberi karunia oleh alam.” Aku melihat hewan-hewan itu sudah memasakkanku sebuah sup sayur. “Ucapan terima kasih karena aku telah mengusir pemburu kemarin ya.”

“Oh ya. Aku belum cerita, singkatnya aku tentara dari KNAT. Tertawan, bebas dan kabur ke dalam hutan belantara ini.” Kataku dan membagi makananku dengannya.

“Lalu darimana kekuatanmu itu datang? Bukannya aneh bila datang tiba-tiba tanpa sebab?” tanya Madania penuh penasaran. “Kamu mirip seorang tokoh yang ada di buku pelajaran di Silverstar kemampuanmu.”

“Tokoh apalagi? Aku selalu di hutan ini dan tidak mengimbangi perkembangan dunia.” Jawabku.

“Pendiri Silverstar percaya, suatu saat Bumi akan memilih manusia untuk menjadi seorang wakilnya dalam mengontrol Bumi. Dilihat dari kemampuanmu itu aku yakin, kamu mirip sekali dengan apa yang kubaca.” Katanya terus terang.

“Makan supnya dulu sebelum dingin.” Kataku. “Supnya dingin tidak enak di makan.”

“Ah benar!” Madania dan diriku melanjutkan makan bersama kami. Sesudah makan, aku mengajak Madania ke sumber air terdekat yang kutemukan beberapa hari yang lalu. Kemudian mengajaknya minum di sini.

“Segar sekali. Sudah lama aku tidak merasakan air segar.”ucap Madania dengan senang. Dia mengeluarkan botol air minumnya. Kemudian mengisinya dengan air sumber ini.

“Saatnya memikirkan caraku untuk pulang.” Madania berucap. Raut mukanya menjadi tegang. Dia membuka tas peralatan daruratnya.

“Sinyal daruratku sudah aktif sih. Tinggal menunggu mereka menemukanku. Kalau aku dievakuasi kamu mau ikut kembali ke peradaban? Peri hutan?” tanyanya.

“Boleh saja. Tapi ... aku tidak tahu apakah aku bisa berbaur dengan peradaban sekarang.” Jawabku.

“Pasti bisa. Ditambah lagi mungkin kamu akan menjadi tenar berkat kekuatanmu itu. Kalau tidak salah apa ya ... .” Madania diam tanpa kata-kata. Dia melihatku, “Lupakanlah. Pertama-tama, aku minta tolong ambilkan satu ekor kelinci liar saja dong.”

“Sudah lama aku tidak melihat hewan asli. Kebanyakan hewan di luar sana ada di buku saja.” Pintanya kepadaku.

Kuputar kepalaku melihat sekitar. Seekor kelinci putih datang, dia mendekatiku. Aku mengambilnya dan mengelusnya. Madania terbelalak senang. Saking hebohnya dia menabrakku dan mengambil kelinci itu langsung dariku.

“Boleh aku bawa pulang dan kupelihara?” tanyanya dengan berbinar-binar. Kelinci itu melihat padaku dan memberikan anggukan halus. Madania sepertinya berharap jawaban iya dariku.

“Iya, tapi wajib sepasang.” Kataku, seekor kelinci lagi muncul. “Harus sepasang biar dia tidak kesepian!”

Related chapters

  • Re:Diva dari Gaia   4

    Sudah dua jam kami menunggu di sini. Madania dari tadi tidak henti-hentinya mengelus bulu kelinci yang ia pegang. Apakah benar di luar sana hewan sudah punah? Ketika aku menempelkan telingaku ke tanah. Aku mendengar suara langkah kaki.Kutarik Madania untuk bersembunyi di balik sebuah batang kayu besar. Terdengar juga suara pengaman senjata di matikan. Apakah mereka musuh atau teman?“Sinyal Madania berasal dari sini. Tapi di mana orangnya?” ucap mereka.Madania keluar dari persembunyian kami. Dia melambaikan tangannya, “Aku di sini! Terima kasih karena sudah datang!”Madania kemudian terlibat sedikit percakapan dengan temannya. Kemudian dia dan temannya menarikku keluar dari persembunyianku. “Perkenalkan, aku Roger. Senang bertemu denganmu peri hutan.”“Kami ada tugas tambahan untuk menginvestigasi lokasi di sekitar sini. Kamu mau ikut?” tanya Roger padaku. “Lalu Madania bilang kamu punya

  • Re:Diva dari Gaia   5

    Aku tiba-tiba saja berada di tempat lain. Banyak bintang-bintang di langitnya. Ada sebuah pohon besar di sana. Lalu ada seorang wanita di sana. Kakiku melangkah menghampirinya.Wanita itu melihatku dan tersenyum. Dia melompat secara tiba-tiba pada tubuhku. Lalu tidak terjadi apa-apa. Apakah ini aku pertanda dulunya wanita?Tempat ini pasti tempat sebelum menuju neraka atau surga. Mungkin wanita itu tadi malaikat maut? Aku lihat ada semacam garis-garis aneh di bawah pohon itu. Hingga beberapa waktu kemudian, aku menyadari bahwa garis-garis ini bukan garis. Melainkan gambar tata surya.Belum hilang rasa penasaranku tentang gambar ini. Tiba-tiba aku kembali ke dunia nyata. Kudapati Roger dan Madania memeriksa tentara sovyet yang tiba-tiba tewas begitu saja. Di tubuh mereka tumbuh tanaman yang menjulur keluar dari mulut mereka.Mereka juga menempel di tembok ruangan ini yang notabenenya adalah tanah. Roger melihatku yang memegang kubus ini. “Apa yang te

  • Re:Diva dari Gaia   6

    Hup! Hup! Hiyah!SRAK!Aku mendarat di semak belukar di halaman belakang gedung. Yang tidak kupikirkan adalah ada pengawal juga di sini. Untung mereka tidak melihatku turun ke sini tadi. Nah sekarang ada apa di sini, saatnya mencari tahu.Walaupun aku masih terbilang baru sebagai prajurit bayaran dari Silverstar. Kemampuanku mencari informasi sangatlah hebat. Perlahan-lahan aku mendengar perbincangan mereka.“Benarkah dia adalah ... .” kata pengawal satunya. Tidak terlalu jelas dan samar-samar pembicaraan mereka. Mau tidak mau aku harus mendekat. Tapi jika mendekat akan merisikokan posisiku.Kuputuskan untuk diam di sini. Pengawal satunya lagi membalas, “Jika benar, bumi akan terselamatkan. Nanti akhirnya kita bisa tinggal di permukaan tanpa takut adanya serangan dari mutan dan lain-lain.”Menarik, apa yang mereka bicarakan. Tapi itu saja tidak cukup. Perlahan aku keluar dari semak ini dan melangkah dengan hati-hati.

  • Re:Diva dari Gaia   7

    “Tentu saja akan saya jelaskan,” balasku. Komandan Vina tersenyum dan menepuk pundakku berulang kali.“Nah akan kujelaskan tentang B3. B3 area penelitian dan laboratorium. Serta area pembangkit energi kita.” Ucap Komandan Vina. Kami memasuki lift, “Gaiantum, tahu kan soal Gaiantum?”“Sumber daya yang baru kan?” tanyaku. “Mohon maaf saya tidak begitu mengerti soal ini.”“Dasarnya seperti itu. Lalu kamu tahu soal penyelamat Bumi?” tanya balik Komandan Vina. “Kurasa waktu di sekolah sudah dijelaskan kan?”Aku mengangguk-angguk. Komandan Vina melangkah keluar lift. Kami berada di sebuah lorong penuh dengan ruangan. Komandan Vina memberiku isyarat untuk mengikutinya. Aku mengekor di belakangnya.“Pria yang kamu temukan adalah adikku.” Komandan Vina berhenti di sebuah tembok kaca satu arah. Di dalam ruangan itu ada peri hutan, dia sedang berada di dalam sana b

  • Re:Diva dari Gaia   8

    Suara doa ini semakin dekat! Rombongan ini penyebabnya ternyata. Aku harus mencari tahu kepada mereka. Kenapa suara doa mereka bisa terdengar di dalam kepalaku?“Karena diriku.”Lagi-lagi suara wanita ini. Apa sih maumu? Jangan ganggu kehidupanku.“Tanpa diriku kamu sudah mati dimakan mayat hidup dan mutan. Ditangkap lagi oleh Sovyet tahu. Oh ya, aku sekarang bisa nampak tipis di hadapanmu.”Sebuah kabut terbentuk di hadapanku. Membentuk figur seorang wanita. “Bagaimana? Kamu masih kurang 3 kubus lagi untuk memberiku kekuatan menjadi manusia dan tidak mengganggu pikiranmu.”“Ah kamu. Terima kasih kalau begitu. Apakah aku harus mengikuti orang-orang dengan doa itu?” tanyaku padanya.“Hmm. Aku juga tidak tahu, selama 15rb tahun aku hidup. Baru kali ini aku lihat mereka.” Jawab kabut itu.“Kalau begitu aku akan mengikuti mereka dan bertanya-tanya kepada mereka. Keberuntung

  • Re:Diva dari Gaia   9

    Mataku terbuka kembali. Kudapati aku di kamar pasien. Sekarang kamu puas sudah membuat luka di kepalaku dan membuatku tidak sadarkan diri?“Puas sekali rasanya. Masih mau melawanku? Bagaimana kekuatanku?”Sudah, aku cukup tidak mau melawanmu. Aku kapok, kenapa kamu memilihku? Kamu bisa merasuki orang lain kan?“Ada sesuatu yang membuatmu cocok. Ngomong-ngomong, kamu tidak mau keluar dan berjalan-jalan? Sekaligus bantu aku mengamati kehidupan manusia di sini dong.”Bayangannya masuk ke tubuhku lagi. “Nih aku kasih kekuatanku. Badanmu perlahan akan sama seperti kaumku.”Kaummu?Perlahan-lahan aku merasakan tenagaku berubah dan badanku ringan sekali. Aku menuju jendela kamarku dan melompat keluar. Aku mendengan tembok bawah jendela sebagai tumpuan untuk meloncat.Hebat! Kaummu kaum apa? Aku semakin penasaran juga. Aku kamu peri hutan?“Entah.”Saat berada di atas atap ruko. Ak

  • Re:Diva dari Gaia   10

    Kalau kehebohan seperti ini. Pasti ayah akan tahu. Adikku tolol sekali kamu menunjukkan kekuatanmu. Kulipat kembali foto kami berdua di masa lalu di dompet. Foto berwarna satu-satunya yang tetap membuatku semangat hidup dan bertekad menemukan adikku.Adikku kini sudah ketemu. Tapi dia hilang ingatan, ditambah lagi dia punya kekuatan yang sangat dicari-cari oleh ayah angkatku. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada adikku sehingga ia dirasuki seorang perwujudan dari Bumi.TOK! TOK! TOK!“Ayah, ini aku.” Kataku dan menutup mataku sebentar dan menarik napas panjang. Aku akan mencoba bernegosiasi dengannya supaya dia tidak dijadikan alat olehnya.“Silakan masuk” katanya melalui interkom. Pintu terbuka dan terlihat dia sedang rapat bersama para komandan pemimpin kota lainnya. Meja bundar di sini sudah hampir penuh, kecuali kursi milikku. Sengaja aku biarkan kosong, aku ssengaja tidak ikut rapat ini.“Silakan duduk. Kamu terla

  • Re:Diva dari Gaia   11

    TENG! TENG! TENG!Apakah ini pertanda jam tidur? Bayangan ini keluar dari tubuhku dan memegang tanganku. Dia berhenti sejenak entah menatapku atau tidak.“Ruang bawah tanah. Aku merasakan sesuatu di dalam sana.” Katanya. “Aku mohon carilah cara menuju ruang bawah tanah itu.”“Kamu tidak mendengar perkataan kakakku? Ayah angkatku akan membunuhku bila aku ke sana.” Jawabku dan menolaknya. “Terlebih lagi aku sudah berjanji akan ke kamar kakakku.”“Aku mohon. Aku merasakan sesuatu di dalam sana. Entah berbahaya atau tidak.” tukasnya. “Jika berbahaya bukankah akan membahayakan keluargamu?”Tok! Tok!Gawat! Aku segera melompat kembali ke dalam kasur dan pura-pura tertidur. Pintu kamar ini terbuka dan terdengar derap langkah suara orang banyak. Aku merasakan diriku digendong oleh seseorang.Aku membuka mataku dan melihat siapa yang menggendongku ternyata seseorang memaka

Latest chapter

  • Re:Diva dari Gaia   47

    Madania kembali mengambil buku kuno yang isinya kosong. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang terjadi pada buku itu. Buku kuno tebal itu isinya hanya lembaran kosong. Peneliti dan dirinya sendiri bingung kenapa buku kuno yang dikatakan kitab suci ini bisa kosong. Madania membuka kembali buku itu dan kini sudah ada isinya. “Kok bisa? Kenapa bisa ada isinya? Padahal dulu kosong kan?” Madania dengan cepat berlari ke meja kerjanya. Menyalakan komputernya dan memeriksa foto dokumentasi buku kuno itu dulu. “Memang benar kosong. Lalu kenapa ada tulisannya sekarang?” Madania mengambil kamus bahasa kuno miliknya dan buku kuno ini. “Diva dari Gaia, asal-usul. Diva, dewi yang terlahir dari perkawinan X dengan Gaia. Tunggu, ini buku sejarah jadinya?” “Kalau begitu ini buku yang asli?” Madania menaruh buku kuno itu dan mengambil buku-buku kuno lainnya. Namun, buku kuno lainnya kini menjadi kosong. “Kok kosong.” “Berarti ... ada apa ini? Kenapa aku tidak paham?” Madania memegang kepalanya. “Ap

  • Re:Diva dari Gaia   46

    Madania menerima laporan langsung dari pasukan elit yang menyerang Emirat Timur Tengah. Atma malah melarikan diri dan lolos dari kepungan pasukan elitnya. Tingkah laku Atma hanya menambah rasa penasaran Madania.Tapi dia tidak bisa meninggalkan kursi pemerintahan. Siapa yang akan dia percayai untuk memerintah bila dia pergi ke sana. Vina, kakak iparnya belum kembali. Hanya dia yang bisa dia percayai untuk menggantikan dirinya.“Harusnya invasinya dibagi menjadi 3. Tapi karena keterbatasan personel kita cuma bisa 2 saja.” Madania bergumam. “Andai saja sekutu berhenti menyerang dan meminta untuk berdamai.”“Dua front sangat tidak menguntungkan bagi kita.” Madania mendengus. “Apakah kita meminta front timur untuk berdamai dengan pecahan RKAT dan Sekutu?”“Kurasa itu hal buruk Yang Mulia,” jawab mentri pertahanannya. “Kita harus tetap tegar dan kuat. Kaisar kembali, pastilah dia bisa mengatasi

  • Re:Diva dari Gaia   45

    Atma kini berada di satu gudang pusat di wilayah Kairo. Zaidin menunjuk ke arah puluhan silo yang berisi gandum. “Kira-kira sebanyak inilah yang akan aku gunakan untuk mendapatkan hati rakyat yang pro terhadap ayahku.”“Kamu bisa menggunakan sihirmu untuk menyuburkan tanah pertanian juga kan? Kamu saat ini berguna sekali dan sangat berharga bagiku.” Zaidin menepuk pundak Atma. “Thoma, kamu pasti bisa kan?”“Tuanku kalau aku sudah tidak berguna bagi tuan. Tuan akan membuangku?” Atma memelas pada Zaidin.“Tentu saja tidak. Tanpamu semua ini tidak akan bisa terjadi Thoma! Aku tidak pernah berpikiran untuk membuangmu.” Zaidin memeluk Atma. “Kamu sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri.”“Tu-tuanku,” Atma berpura-pura terharu. “Saya senang akhirnya punya tempat yang menetap. Selama ini saya diusir karena kemampuan saya.”“Tetapi tuan memberi saya temp

  • Re:Diva dari Gaia   44

    Madania kaget saat membaca berita tentang Emirat Timur Tengah. Serta kehadiran sosok penyihir yang muncul di sana membantu Zaidin untuk merebut kekuasaan. Itu pasti Atma, suaminya yang diculik oleh Dewi Diva yang kini adalah dewi yang mereka sembah.Madania berjalan perlahan menuju ruang dewan rakyat. Eksistensi tambang kerjasama mereka dengan emir terdahulu soal Gaiantum terancam. Namun Madania juga ingin memastikan apakah penyihir yang ada di berita tersebut adalah Atma atau bukan.“Semuanya berdiri!” teriak perdana mentri ketika Madania memasuki ruangan. Suaranya menggema karena keheningan semua anggota rapat menghormati Madania.“Silakan duduk kembali.” Perintah Madania. “Kurasa dalam rapat bulanan hari ini. Kita akan mendahulukan agenda untuk memastikan keamanan tambang Gaiantum kita di emirat.”“Bagaimana tentang kesiapan pasukan di front timur tengah? Jendral Roger?” tanya Madania pada Roger.&

  • Re:Diva dari Gaia   43

    Kompleks Istana seluas 15km ini memiliki 4 bagian. Bagian di tengah tempat istana Emir, bangunan 5 lantai bergaya timur-tengah di depannya ada lapangan luas. Bagian kedua adalah kompleks selir dan keluarga Emir yang terletak di belakang istana. Bagian ketiga adalah kompleks perumahan untuk bangsawan dan perwakilan rakyat. Bagian keempat terletak di depan lapangan luas istana adalah kompleks gedung pemerintahan pusat.Jalur masuk ke kompleks ini bisa dari sisi kanan istana yang berupa taman luas, tetapi hanya diperuntukkan oleh Emir dan keluarganya saja. Tempat pesta rakyat terjadi, selebihnya rakyat biasa masuk melalui jalur pemerintahan pusat. Sekarang kami berada di lapangan depan istana.Keluarga Emir Rifai dikumpulkan di tengah lapangan. Disaksikan oleh para warga. Zaidin menarik adiknya yang sakit-sakitan. Kemudian dilemparkan padaku. Dari matanya sepertinya ia tidak tega mengeksekusi adiknya yang paling bungsu dan sakit-sakitan ini.“Eksekusi saja ak

  • Re:Diva dari Gaia   42

    Semua orang di dalam sini takjub melihat kekuatanku. Mereka bertepuk tangan dan bertanya padaku apakah aku bisa mengobati penyakit tua yang diderita oleh mereka. Kerumunan mereka dipecah oleh Zaidin.“Kalian bisa diobati semuanya oleh dia. Pokok setelah kudeta ini berakhir. Aku memberinya rumah di kompleks istana. Kalian bisa datang setelah kudeta ini berhasil.” Zaidin merangkulku. “Kita punya kartu AS.”“Kamu tidak akan mengkhianati kami kan?” tanya Zaidin.“Tentu saja tidak tuanku. Anda semua bisa percaya pada saya.” Jawabku. “Tuan Zaidin sendiri juga sudah memberi saya banyak keuntungan.”Semuanya lega mendengarkan perkataanku. Mereka membeberkan jurnal mereka dan membuka laptop mereka masing-masing. Seorang anggota militer yang duduk di samping Beria membuka suara. “Kurasa harus dimulai dari saya. Angkatan Udara juga sudah siap untuk memulai kudeta. Semua yang ada di Angkatan Udara mend

  • Re:Diva dari Gaia   41

    Suasana mulai menggelap. Kami berhenti di salah desa yang memiliki penginapan. Pemilik penginapan ketakutan melihat kami. Zaidin mendekati gadis anak pemilik penginapan di balik konter resepsionis.“Sedia berapa kamar?” tanya Zaidin.“Kosong tiga puluh lebih. Dengan 5 kamar fasilitas kelas utama sisanya kelas biasa.” Jawab gadis itu.“Aku sewa semuanya dan tutup tempat ini. Mari kita jalan-jalan sebentar Thoma. Sepertinya di desa ini banyak perempuan cantiknya.” Kata Zaidin dan mengajakku keluar.Gaya bangunan desa ini sangatlah kuno. Mereka masih terbuat dari tanah dan sangat primitif sekali. Hanya penginapan saja yang terlihat sedikit moderen. Apakah ini dulunya desa wisata tempat preservasi bangunan kuno?“Sepertinya saya tidak usah ikut Tuanku.” Jawabku. “Saya takut dengan wanita.”“Wajib ikut.” Zaidin memukul perutku lagi. “Kalau tidak ikut akan kuhajar lebih

  • Re:Diva dari Gaia   40

    Aku dimasukkan ke dalam sebuah ruangan introgasi berukuran 4x6 meter. Ada kaca satu arah dan aku disuruh menunggu di sini sendirian dengan beberapa buah-buahan dan minuman. Entah apa yang mereka tunggu dan tidak menanyaiku langsung.Setengah jam kemudian seseorang masuk ke sini. Dari pakaiannya tampak ia seorang petinggi militer. Dia menyuguhkan secangkir minuman coklat kepadaku. “Anda seorang penyihir?”“Penyihir? Kurasa bukan. Lalu mengapa tanganku diborgol? Kalian takut? Tenang, jangan khawatir. Aku ke sini dengan niatan yang baik tanpa ingin melukai siapapun.” Aku mengucapkannya dengan lembut dan halus.Pria militer ini tampak khawatir. “Tapi cara Anda mempraktekkan sihir membangkitkan orang mati ke salah satu anak buah saya cukup brutal. Oleh karena itu Anda kami borgol. Takutnya Anda akan berulah lagi.”“Hal konyol macam apa itu. Aku tadi hanya mempraktekkan sedikit. Mau contoh yang tidak brutal?” Aku

  • Re:Diva dari Gaia   39

    Setelah berjalan kaki selama dua hari tanpa henti. Akhirnya sampai juga di perimeter markas besar di dekat tembok ini. Kusembuhkan tubuhku dahulu dan berkemah di dekatnya. Dari pengamatanku keamanannya ketat sekali.Mereka mengganti penjaga setiap 1 jam 2 kali. Tembok menuju markas besar sangat tinggi, walaupun itu bukan masalah bagiku karena bisa terbang. Tapi mereka sudah memakai peluru anti Gaia semua, yang sepertinya tipe terbaru.Manusia masih berpikir bisa membunuh dewa mereka kah? Tapi capek juga yah seperti ini terus. Bagaimana kalau aku menyuruh Atma yang ke sana. Risikonya juga tinggi sekali jika Atma tiba-tiba tidak mau bertukar.“Kamu menunggu apa?” tanya Atma di dalam sana.“Mengumpulkan informasi. Aku masih tidak mau menggunakan kekuatanku secara berlebih.” Jawabku.“Mau kubantu?” tanya Atma.“Tidak. kamu hanya berperan seperti ini saja dan memberitahuku di mana letak komputer utamanya.

DMCA.com Protection Status