Mataku terbuka kembali. Kudapati aku di kamar pasien. Sekarang kamu puas sudah membuat luka di kepalaku dan membuatku tidak sadarkan diri?
“Puas sekali rasanya. Masih mau melawanku? Bagaimana kekuatanku?”
Sudah, aku cukup tidak mau melawanmu. Aku kapok, kenapa kamu memilihku? Kamu bisa merasuki orang lain kan?
“Ada sesuatu yang membuatmu cocok. Ngomong-ngomong, kamu tidak mau keluar dan berjalan-jalan? Sekaligus bantu aku mengamati kehidupan manusia di sini dong.”
Bayangannya masuk ke tubuhku lagi. “Nih aku kasih kekuatanku. Badanmu perlahan akan sama seperti kaumku.”
Kaummu?
Perlahan-lahan aku merasakan tenagaku berubah dan badanku ringan sekali. Aku menuju jendela kamarku dan melompat keluar. Aku mendengan tembok bawah jendela sebagai tumpuan untuk meloncat.
Hebat! Kaummu kaum apa? Aku semakin penasaran juga. Aku kamu peri hutan?
“Entah.”
Saat berada di atas atap ruko. Aku melihat banyak para prajurit segera menuju ke arah jalan menuju ke atas. Aku melompat lagi ke bangunan satunya lagi dan mengikuti mereka. Aku menghampiri mereka dan mencoba menyentuh salah satu pundak mereka.
Tapi tiba-tiba tanganku menembusnya. Kenapa? Aku sudah mati kah? Ini rohku yang berkeliaran? Pantas saja daritadi aku merasa ringan.
“Kekuatanku ini, kamu masih hidup. Abadi malah,” jawab bayangan itu keluar dari tubuhku. “Saat ini kita tidak terlihat sama sekali oleh mata manusia biasa.”
“Oh. Pantas, aku ingin ke atas.” Aku menembus mereka dan mendahului mereka ke atas. Yang kulihat di atas semuanya sangat siaga. Mereka semua memakai senjata mereka dan berpakaian lengkap dengan pelindung mereka.
Aku mengikuti mereka hingga mereka sampai. Kulihat mereka sedang bertempur bersama mutan dan makhluk aneh lainnya. Aku memanjam dan melompat ke salah satu bangunan tinggi. “Kamu bisa menjelaskan ini?”
“Hukuman manusia merusak Bumi.” Jawabannya. “Inilah hukuman mereka karena tidak merawat Bumi.”
“Kenapa? Ada juga manusia yang selalu berusaha merawat Bumi.” Balasku. “Terlepas mereka banyak yang merusak juga.”
“Ah makhluk raksasa apa itu!” aku melihat makhluk raksasa setinggi 4 meter di hadapanku. Mereka sedang menerima tembakan dari seseorang di bawah. Aku segera menghampirinya. “Madania! Serta teman-temannya dalam bahaya!”
“Ayo kita tolong!” seruku pada bayangan ini.
“Kenapa? Toh ini hukuman mereka. Kenapa harus peduli pada mereka?”
“Aku mohon. Manusia ada yang merusak, tapi ada yang pantas untuk dibantu!” kataku.
“Selama kamu belum menemukan kubus lainnya. Kekuatanku akan berefek buruk pada dirimu.”
“Tidak peduli. Yang penting aku menyelamatkan mereka.” balasku.
Tiba-tiba aku terdampar di tempat lain lagi. Hanya ada bintang di atasku, ada pohon besar itu lagi dan wanita itu tidak ada di sini. Tempat ini, ya aku pernah berada di sini. Kejadian di kuil lebih tepatnya.
Aku tidak tahu dan sadar apa yang terjadi di sana. Lalu kenapa di atasku ada beberapa bintang yang disilang dan dilingkari? Lalu apakah titik bola biru yang dilingkari ini Bumi? Bukan pastinya, Bumi besar kan? Tidak mungkin sekecil ini.
Lalu di bawah pohon itu apa ya? Akarnya banyak yang menyala, apakah aku sopan bila menyentuhnya seenak jidat? Tapi daritadi di sini tidak ada orang. Hanya aku sendirian berada di sini.
Aku berjongkok, kemudian menyentuh salah satu akarnya. Tiba-tiba aku terlempar di dalam sebuah parit. Ada beberapa prajurit yang berpakaian seperti prajurit pada waktu PD 1. Aku menyentuh mereka dan tanganku tembus begitu saja.
Apa ini? Kenapa kepalaku sakit sekali melihat mereka bertempur dan saling bunuh satu sama lain? AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!
Aku kembali lagi ke bawah pohon. Hah, hah, hah, sakit. Apa itu tadi? Kenapa bisa begitu? Aku tidak bisa memproses apa yang barusan terjadi.
Aku terdiam dan menggigil ketakutan. Rasa sakit yang kuterima setelah melihat mereka saling bunuh membunuh tadi sangatlah hebat.
Clash!
Sial. Aku tidak sengaja menyentuh salah satu akar lagi. Aku tiba-tiba terlempar di suatu tempat. Tunggu dulu! Tempat ini familiar bagiku! Ada banyak orang di kurung di sini. Lalu itu diriku?!
Pemandangan yang kulihat kini adalah di mana diriku diintrogasi dan dilecehkan. Kepalaku sakit lagi, ini kenangan hidupku? AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!
Tiba-tiba aku tertarik keluar. Wanita dalam wujud bayangan itu membakar akar yang aku sentuh tadi. Lalu kenapa tadi kepalaku sakit?
“Hampir saja kamu bisa tewas di sini. Tubuhmu hanya tubuh manusia biasa sekarang. Kamu masih belum kuat menanggung ini bersamaku.”
“Kamu perlu menemukan kubus lainnya. Supaya aku bisa menjadi diriku yang utuh. Ada yang ingin kamu tanyakan?”
Sebuah tangan bayangan memegang kepalaku. Perlahan rasa sakit yang kuterima tadi menghilang. “Banyak yang ingin kutanyakan. Siapa kamu? Lalu tempat apa ini?”
“Entahlah. Aku sendiri juga tidak tahu. Yang kutahu aku benci manusia. Aku punya suatu tugas penting di sini. Entah apa itu tugasnya. Aku melupakannya, yang hanya dipikiranku adalah menemukan manusia yang bisa kurasuki.”
“Setelah merasukiku apa yang kamu inginkan?” tanyaku.
“Temukan bagian tubuhku yang lain. Supaya aku bisa menjadi diriku sendiri. Kubus-kubus itu berisi potongan tubuhku.” Jawabnya. “Lalu aku bisa menggunakan wujudku sendiri.”
“Di mana aku harus mencari lokasi kubus-kubusnya?” tanyaku lagi.
“Aku tidak tahu. Terlalu lama mengembara mencari manusia yang dapat kurasuki sudah membuatku lupa.” Jawabnya.
“Mari berteman kalau begitu. Pinjami aku kekuatanmu. Lalu akan membuatmu mengubah pandanganmu tentang membenci manusia.” Aku mengulurkan tanganku. “Lalu akan kubantu sekuat tenaga mencari kubus-kubus itu.”
“Aku juga penasaran wujudmu seperti apa nanti.” Aku tersenyum kepadanya. “Aku janji akan membantumu sampai mendapatkan semuanya.”
“Coba saja kalau bisa. Tapi sebelum itu bisakah kita bertukar? Misalnya satu hari kamu di sini. Aku pakai tubuhmu?” balasnya.
“Tidak mau. Aku hanya mengijinkanmu memakai tubuhku kalau darurat saja.” jawabku.
“Mau memanfaatkanku? Bertolak belakang dengan apa yang kamu katakan padaku untuk mengubah pandanganku tentang umat manusia.” Dia tiba-tiba memegang tanganku dan menyentuh salah satu akar dari pohon ini.
Kami berpindah tempat dan muncul melayang di langit. Di bawah kami, sedang terjadi pembalakan hutan secara besar-besaran. Hutan dan satwa mulai dibunuh dan dihilangkan. “Manusia sangat baik ya.”
“Ya, sangat baik. Lalu apa tujuanmu mengajakku melihat penebangan- oh. Aku tahu kamu sedang sarkas.” Balasku. “Mari kita hentikan! Jangan diam di sini!”
“Tidak ada gunanya. Ini adalah memori Bumi. Seperti rekaman ulang. Bumi kesakitan berkat ulah kalian.” Bayangan itu menarikku turun.
Anehnya entah kenapa aku merasakan dari pohon-pohon ini rasa amarah dan balas dendam. “Tolong jelaskan kepadaku. Apa hanya ini yang membuat Bumi kesakitan?”
“Tidak juga.”
Kami berpimdah lokasi lagi. Kali ini pada salah satu kamp tahanan perang. Kami menyaksikan penyiksaan brutal terhadap sesama manusia dan pembunuhan. “Ini juga termasuk. Lihat, kuharap kamu paham mengapa aku benci manusia.”
“Dari awal seharusnya penciptaan kalian dihilangkan saja.” katanya.
“Apa kamu salah satu dewa?” tanyaku.
“Entahlah. Aku tidak tahu.” Jawabnya dan membawaku keluar dari sini. Kami kembali lagi ke bawah pohon.
“Pasti Bumi ini memiliki kenangan baik juga kan tentang manusia?” tanyaku. “Pasti ada di salah satu akar ini.”
“Sudah cukup. Saatnya kamu ke tubuhmu.”
PATS!
Mataku terbuka kembali di dunia nyata. Sedang hujan deras dan aku menemukan diriku terbaring di pangkuan seseorang menggunakan helm besar dan tebal. Aku melihat ke atasku, rintik hujan terus menerus jatuh ke mukaku. Aku mencoba duduk dan melihat sekitarku.
Demi apa tiba-tiba di sekelilingku penuh dengan pohon menjulang tinggi dan banyak satwa dan tumbuhan? Banyak prajurit lain yang terpana dan terdiam melihat pemandangan ini. “Apa yang terjadi?”
“Kamu berutang budi padaku. Sekarang aku mau istirahat dulu.” Sang bayangan muncul di hadapanku. Kemudian masuk tubuhku lagi. Aku masih belum mengerti apa yang terjadi setelah aku membiarkan tubuhku dikendalikan olehnya.
Orang berhelm tebal tadi memelukku dengan erat dan membuka helmnya. “Kamu hebat Atma. Tidak kusangka kamu menghabisi semua mutan tadi dengan kekuatanmu.”
“Madania?” tanyaku begitu melihat orang di balik helm adalah dia. “Apa yang terjadi. Aku tidak tahu apa-apa. Aku baru membuka mataku dan semuanya menjadi hijau dan segar kembali.”
Roger menghampiriku dan menepuk pundakku. “Bagus sekali, kini dengan tembok dari pohon tebal ini para mutan tidak akan bisa menerobos masuk. Lalu kamu juga membuat kami menghirup oksigen segar tanpa teracuni secara langsung.”
“Ah seperti ini rasanya oksigen murni tanpa penyaringan!” Roger kemudian pergi meninggalkan kami berdua. Aku masih belum paham apa maksudnya.
Hujan ini pun belum berhenti. Dari bawah tanah terdengar suara bergemuruh dan pohon segala macam mulai tumbuh menembus aspal. Sebuah pohon besar muncul dan menerobos sebuah bangunan tua yang mau runtuh.
“Aku masih perlu seseorang menjelaskan kepadaku apa yang terjadi.” Kataku dan mengadahi air hujan di telapak tanganku. “Tapi air ini memang terasa segar dan sejuk sekali.”
“Air murni dari alam langsung. Dan ajaibnya air ini bebas racun. Apakah era Bumi akan kembali seperti dulu sudah hadir?” tanya Madania dan langsung meminum air hujan di tanganku.
Sebuah helikopter datang di atas kami dan menurunkan dua buah tali. Kak Vina turun bersama para pengawalnya. Wajahnya nampak tidak bahagia sama sekali dan kelihatan cemas. Dia memelukku dengan erat.
“Bodoh.” Katanya. Kemudian dia beralih pada Madania. Setelah mengatakan beberapa kata pada Madania. Madania meninggalkanku dan bergabung bersama prajurit yang lain. Kakakku memelukku dengan erat lagi. “Pegangan yang erat.”
Dia menempelkan sebuah alat ke talinya dan kami tertarik ke atas helikopter. Dia menyuruhku duduk duluan dan memasang sabuk pengamanku. Beberapa pengawalnya juga naik dan menepuk pundakku dengan bangga. “Era kehancuran Bumi selesai. Akhirnya Bumi bisa kembali seperti semula.”
“Kenapa kalian berkata seperti itu?” tanyaku dengan heran. Kemudian aku melihat sekelilingku.
Sejauh mata memandang semua penuh dengan pemandangan yang hijau. Seorang prajurit memberi peta yang bersumber langsung dari siaran langsung satelit. “Seluruh daerah di Asia Timur tempat kita, tiba-tiba pulih kembali ke keadaan Bumi dahulu.”
“Ini siaran langsung dari Tokyo, Seoul, Beijing, Kamchatka,” dia menggeser ke samping layar yang sedang kulihat. Benar, semua tempatnya pulih, bangunan hancur, dikembalikan ke asalnya. Yang dahulunya rawa-rawa kembali menjadi rawa. Tempat yang dulunya hutan rimbun yang ditebang oleh manusia kembali lagi penuh dengan hutan. Salju kembali memutih dan muncul kembali es yang menutupi sungai dan lautan.
Padang pasir di Mongolia kembali pulih tanpa tercemari radiasi. Kakakku tampak sibuk menjawab sebuah panggilan. Dia khawatir dan cemas sembari menjawab panggilan itu. Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan. Kenapa ia tidak bergembira seperti yang lainnya.
“Tunggu aku masih bingung. Apa yang terjadi.” Kataku.
Kakakku tersenyum dan memberi sebuah permen. Kemudian mengisyaratkan kepadaku untuk memakannya. Aku turuti saja isyaratnya. Lagi pula aku sudah kelaparan juga.
Sebelum aku sempat memakan permen pemberian dari kakakku ini. Hidungku mengeluarkan darah, aku merasa lemas dan tidak kuat lagi. Aku menutup mataku dan tiba-tiba aku berada di tempat lain tadi.
“Bagaimana kekuatanku? Masih meremehkanku? Ini belum seberapa jika semua kubusnya lengkap,” tanya bayangan itu.
“Kamu membuatku tidak sadarkan diri hanya untuk bertanya itu?” tanyaku dan duduk di tempat ini. “Setidaknya tidak apa-apa lah, ada kakakku di sana yang merawat tubuh ini.”
“Bukan aku. Tubuhmu sendiri yang tidak kuat menahan ketika menggunakan kekuatanku. Nah sekaligus ini menjadi pembelajaran bagi dirimu agar tidak sering-sering meminta bantuan kekuatanku.” Jawabnya. “Kamu juga harus bisa menjadi kuat sendiri.”
“Aku tahu.” Jawabku dan melihat langit-langit. Aku merebahkan diriku dan menatap langit-langit ini.
“Apa yang kamu lakukan?” tanyanya.
“Mengamati bintang-bintang yang ada di langit ini.” jawabku.
“Oh.” Bayangan itu kembali ke bawah pohon dan mengatur akar-akar pohon. “Aku lupa bilang. Kalau kamu berhasil menemukan semua tubuhku. Akan kukembalikan ingatanmu sebelum aku rasuki.”
“Ha?”
PHATS!
Aku kembali ke dunia nyata lagi. Kali ini aku terbangun di sebuah ruangan yang mewah. Di tanganku terdapat infus lalu aku dapati kembali aku mengenakan baju pasien lagi. Ini pasti bukan di rumah sakit.
Perapian yang menyala dan hangat, ada sebuah sofa panjang dan besar di depannya. Sebuah meja yang nampaknya meja kerja di depan jejeran rak-rak buku panjang yang menggandakan tembok ruangan ini. Aku berdiri dan melangkah dan menuju meja itu.
Aku sentuh kursinya dan masih hangat. Komputer di atasnya juga hangat tapi layarnya mati. Seseorang pasti berada di sini. Kakakku? Atau orang lain. Di ruang bawah tanah B3 tidak ada seperti ini. Entah ini ada di mana aku tidak tahu. Benar-benar tidak tahu pula aku dibawa ke mana.
Ada sebuah buku yang menarik perhatianku. Buku tebal dan nampak tua berada di meja kerja ini. Aku mengambilnya dan membaca judulnya. “Diva Gaia: Kebaikan Bagi Bumi atau Kehancuran?” aku bawa buku itu ke depan perapian dan mulai membuka halaman pertamanya.
Kalau kehebohan seperti ini. Pasti ayah akan tahu. Adikku tolol sekali kamu menunjukkan kekuatanmu. Kulipat kembali foto kami berdua di masa lalu di dompet. Foto berwarna satu-satunya yang tetap membuatku semangat hidup dan bertekad menemukan adikku.Adikku kini sudah ketemu. Tapi dia hilang ingatan, ditambah lagi dia punya kekuatan yang sangat dicari-cari oleh ayah angkatku. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada adikku sehingga ia dirasuki seorang perwujudan dari Bumi.TOK! TOK! TOK!“Ayah, ini aku.” Kataku dan menutup mataku sebentar dan menarik napas panjang. Aku akan mencoba bernegosiasi dengannya supaya dia tidak dijadikan alat olehnya.“Silakan masuk” katanya melalui interkom. Pintu terbuka dan terlihat dia sedang rapat bersama para komandan pemimpin kota lainnya. Meja bundar di sini sudah hampir penuh, kecuali kursi milikku. Sengaja aku biarkan kosong, aku ssengaja tidak ikut rapat ini.“Silakan duduk. Kamu terla
TENG! TENG! TENG!Apakah ini pertanda jam tidur? Bayangan ini keluar dari tubuhku dan memegang tanganku. Dia berhenti sejenak entah menatapku atau tidak.“Ruang bawah tanah. Aku merasakan sesuatu di dalam sana.” Katanya. “Aku mohon carilah cara menuju ruang bawah tanah itu.”“Kamu tidak mendengar perkataan kakakku? Ayah angkatku akan membunuhku bila aku ke sana.” Jawabku dan menolaknya. “Terlebih lagi aku sudah berjanji akan ke kamar kakakku.”“Aku mohon. Aku merasakan sesuatu di dalam sana. Entah berbahaya atau tidak.” tukasnya. “Jika berbahaya bukankah akan membahayakan keluargamu?”Tok! Tok!Gawat! Aku segera melompat kembali ke dalam kasur dan pura-pura tertidur. Pintu kamar ini terbuka dan terdengar derap langkah suara orang banyak. Aku merasakan diriku digendong oleh seseorang.Aku membuka mataku dan melihat siapa yang menggendongku ternyata seseorang memaka
Begitu terbangun, aku mendapati aku berada di sebuah kamar. Hanya tersedia meja belajar, satu lemari, gantungan pakaian dan satu pintu lagi yang aku yakini pintu ke kamar mandi kamar. Er, semalam terjadi apa ya?Benar, percobaan di bawah tanah. Aku pingsan lalu bagaimana caranya aku bisa sampai ke sini? Pasti orang-orang bertandu itu kah yang membawaku ke sini. Lalu kamar ini di mana?Aku bangkit dari kasur ini dan menuju jendela. Aku buka jendelanya dan mendapati fakta bahwa aku berada di lantai 3. Whoa, dingin sekali saat membuka jendela rasanya. Yah karena tempat ini berada di atas bukit sih.Saatnya ke kamar mandi dan melepas berat yang kuterima dalam tubuh. Tisu toilet di dalamnya juga tertata dengan rapi. Setelah membersihkan diri aku teringat bahwa aku belum punya baju ganti sama sekali.Aku menuju lemari dan mengecek lemari. Sudah ada beberapa baju yang tersedia bagiku. Belum selesai aku berpakaian pintu sudah diketuk saja dari luar.Tok!
Setelah memakai peralatan yang diberikan padaku. Aku diberikan sebuah senapan serbu. Madania masih tampak senang melihatku. “Ah benar Atma. Aku lupa memberikan sesuatu padamu. Nanti kalau sudah pulang aku kasihkan.” “Ngomong-ngomong enak jadi tanker dengan pakaian seberat itu?” tanyaku padanya. “Enak saja sih walaupun berat. Enaknya tingkat bertahan hidupku paling tinggi di tim. Tidak enaknya jadi tameng tubuh!” Madania mendengus kesal. “Terlebih lagi Roger sering plin-plan! Aku pernah dikeroyok segerombolan mutan dan Roger belum memerintahkan apapun buat menyelamatkanku!” “Terkepung selama 20 menit dan pelindungku hampir rusak! Barulah Roger membantu sialan!” katanya lagi. “Ah waktu itu kan aku sengaja menunggu gerombolannya lebih banyak biar banyak yang kena jebakan!” tukas Roger membela diri. “Kalian simpan pembicaraan untuk nanti. Fokusnya sekarang adalah menghentikan para mutan dan makhluk aneh itu.” Terdengar suara kakak melalui alat kom
Aku membuka topengku dan melepaskan tali penarik ini dari bajuku. Temanku yang satu ini punya kekuatan hebat. Sepertinya harus mendesakku untuk mencari tahu lebih dalam padanya. Aku membuka saluran komunikasiku.“Komandan VVIP berhasil aku dapatkan.” Laporku pada Komandan Vina.“Bagus. Cepat bawa ke kembali.” Jawabnya.Atma, kekuatanmu bisa berguna dan berbahaya sekaligus. Tapi aku merasa aneh dengan kepribadiannya saat mengeluarkan kekuatan dan tidak. Sekilas sebelum aku terkena lemparan batu besar itu aku melihat dia seperti menahan diri.Setelah itu dia berubah menjadi seseorang yang berbeda sekali. Bahkan menyerang kami seolah-olah sesuatu mengendalikan dirinya. Anehnya lagi para mutan dan makhluk aneh itu seolah tunduk dan menurut padanya.Mereka menganggapnya tidak ada sama sekali dan hanya terdiam saat Atma menyentuhnya dan mengubah mereka jadi tanaman dan meleburkan mereka ke tanah. Setelah perlahan-lahan muncu
Keesokan harinya, adalah hari pertama masuk ke Universitas Kota 1. Universitas terbaik diseluruh kota-kota buatan Silverstars. Warga umum bisa masuk ke dalam sini. Tapi pendidikan yang mereka terima hanya akan berfokus terhadap ilmu-ilmu penunjang pemerintahan dan menjadikan mereka menjadi ilmuwan.Tapi khusus mereka yang menjadi anggota yang bersenjata universitas ini menyajikan segalanya. Alaram kamarku berbunyi dahulu kumatikan dengan halus sekali. Aku keluar kamar dan mendapati yang lain masih tidur. Serius kalian ini sudah dapat promosi khusus malah malas-malasan.Oh ya. Saat ini kami berada di asrama yang disediakan universitas. Bangunannya mirip bangunan rumah susun. Tinggi bangunan ini mencapai lantai 6. Oh, gawaiku bergetar.Aku ambil gawai disaku celanaku. Pesan rahasia dari Komandan Vina. Yang berbunyi, “Gawat, aku tidak menemukan Atma di mana saja. Terakhir aku lihat dia bersama James. Tidak sesuai ekspetasiku, ternyata orang tua itu berg
Kubawa Atma keluar melalui gerbang utama universitas dan sialnya lagi. Kami berpapasan dengan James yang ingin menjemput Atma. Uh-oh, ini tidak ada di dalam rencanaku.“Nah di sini kamu rupanya Atma,” ucap James dan mencengkram lengan Atma. Kulihat reaksi Atma sedikit kesakitan. “Kamu tidak melupakan setelah ini ikut ayah ke pertemuan penting?”Atma memejamkan matanya sebentar. Dia tampak menahan sesuatu rasa sakit. “Benar. Aku ingat. Maaf Madania, aku harus ikut ayahku.”“Kamu siapanya? Temannya?” tanya James padaku. Pria tua itu menatapku dengan tajam. “Hoo. Atau jangan-jangan kekasihnya? Kamu kalau mau ikut tidak apa-apa.”“Bukan, aku bukan kekasihnya. Saya hanya teman satu timnya.” Jawabku. Tapi melihat raut muka Atma yang aneh. Akan bagus juga apabila aku ikut dia.Kini tangan kirinya menggenggam tanganku dengan erat. Tak ingin melepaskanku entah kenapa. Apakah ini isyarat
Setelah 1 jam terbang kami berada di dekat kepulauan Kuril. Kami melihat ada empat buah kapal induk bersandar di salah satu pulau. Bendera RKAT, Sovyet, Sekutu, serta simbol yang tidak kuketahui dinaikkan pada semua kapal induk itu.“Simbol apakah itu?” tanyaku.“Gaia.” Jawab James. “Simbol bagi kita. Simbol bagi pihak-pihak netral yang diundang.”“Atma kamu sudah tahu peranmu nanti kan?” tanya James pada Atma.Atma mengangguk-angguk halus. James kemudian mengusap kepalanya. Perlahan helikopter kami mendarat di atas atap hotel di tepi pantai. Ah suasana yang sudah kembali normal, berkat Atma dulu memulihkan bagian timur. Tidak ada hujan abu, sinar matahari sudah masuk kembali.Beberapa prajurit Silverstar ada di atap. James tersenyum melihat para pemimpin dari RKAT, Sekutu, Sovyet muncul menunggunya di atap. “Atma, apapun yang terjadi. Berhati-hatilah terhadap mereka bertiga. Mereka licik, bisa
Madania kembali mengambil buku kuno yang isinya kosong. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang terjadi pada buku itu. Buku kuno tebal itu isinya hanya lembaran kosong. Peneliti dan dirinya sendiri bingung kenapa buku kuno yang dikatakan kitab suci ini bisa kosong. Madania membuka kembali buku itu dan kini sudah ada isinya. “Kok bisa? Kenapa bisa ada isinya? Padahal dulu kosong kan?” Madania dengan cepat berlari ke meja kerjanya. Menyalakan komputernya dan memeriksa foto dokumentasi buku kuno itu dulu. “Memang benar kosong. Lalu kenapa ada tulisannya sekarang?” Madania mengambil kamus bahasa kuno miliknya dan buku kuno ini. “Diva dari Gaia, asal-usul. Diva, dewi yang terlahir dari perkawinan X dengan Gaia. Tunggu, ini buku sejarah jadinya?” “Kalau begitu ini buku yang asli?” Madania menaruh buku kuno itu dan mengambil buku-buku kuno lainnya. Namun, buku kuno lainnya kini menjadi kosong. “Kok kosong.” “Berarti ... ada apa ini? Kenapa aku tidak paham?” Madania memegang kepalanya. “Ap
Madania menerima laporan langsung dari pasukan elit yang menyerang Emirat Timur Tengah. Atma malah melarikan diri dan lolos dari kepungan pasukan elitnya. Tingkah laku Atma hanya menambah rasa penasaran Madania.Tapi dia tidak bisa meninggalkan kursi pemerintahan. Siapa yang akan dia percayai untuk memerintah bila dia pergi ke sana. Vina, kakak iparnya belum kembali. Hanya dia yang bisa dia percayai untuk menggantikan dirinya.“Harusnya invasinya dibagi menjadi 3. Tapi karena keterbatasan personel kita cuma bisa 2 saja.” Madania bergumam. “Andai saja sekutu berhenti menyerang dan meminta untuk berdamai.”“Dua front sangat tidak menguntungkan bagi kita.” Madania mendengus. “Apakah kita meminta front timur untuk berdamai dengan pecahan RKAT dan Sekutu?”“Kurasa itu hal buruk Yang Mulia,” jawab mentri pertahanannya. “Kita harus tetap tegar dan kuat. Kaisar kembali, pastilah dia bisa mengatasi
Atma kini berada di satu gudang pusat di wilayah Kairo. Zaidin menunjuk ke arah puluhan silo yang berisi gandum. “Kira-kira sebanyak inilah yang akan aku gunakan untuk mendapatkan hati rakyat yang pro terhadap ayahku.”“Kamu bisa menggunakan sihirmu untuk menyuburkan tanah pertanian juga kan? Kamu saat ini berguna sekali dan sangat berharga bagiku.” Zaidin menepuk pundak Atma. “Thoma, kamu pasti bisa kan?”“Tuanku kalau aku sudah tidak berguna bagi tuan. Tuan akan membuangku?” Atma memelas pada Zaidin.“Tentu saja tidak. Tanpamu semua ini tidak akan bisa terjadi Thoma! Aku tidak pernah berpikiran untuk membuangmu.” Zaidin memeluk Atma. “Kamu sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri.”“Tu-tuanku,” Atma berpura-pura terharu. “Saya senang akhirnya punya tempat yang menetap. Selama ini saya diusir karena kemampuan saya.”“Tetapi tuan memberi saya temp
Madania kaget saat membaca berita tentang Emirat Timur Tengah. Serta kehadiran sosok penyihir yang muncul di sana membantu Zaidin untuk merebut kekuasaan. Itu pasti Atma, suaminya yang diculik oleh Dewi Diva yang kini adalah dewi yang mereka sembah.Madania berjalan perlahan menuju ruang dewan rakyat. Eksistensi tambang kerjasama mereka dengan emir terdahulu soal Gaiantum terancam. Namun Madania juga ingin memastikan apakah penyihir yang ada di berita tersebut adalah Atma atau bukan.“Semuanya berdiri!” teriak perdana mentri ketika Madania memasuki ruangan. Suaranya menggema karena keheningan semua anggota rapat menghormati Madania.“Silakan duduk kembali.” Perintah Madania. “Kurasa dalam rapat bulanan hari ini. Kita akan mendahulukan agenda untuk memastikan keamanan tambang Gaiantum kita di emirat.”“Bagaimana tentang kesiapan pasukan di front timur tengah? Jendral Roger?” tanya Madania pada Roger.&
Kompleks Istana seluas 15km ini memiliki 4 bagian. Bagian di tengah tempat istana Emir, bangunan 5 lantai bergaya timur-tengah di depannya ada lapangan luas. Bagian kedua adalah kompleks selir dan keluarga Emir yang terletak di belakang istana. Bagian ketiga adalah kompleks perumahan untuk bangsawan dan perwakilan rakyat. Bagian keempat terletak di depan lapangan luas istana adalah kompleks gedung pemerintahan pusat.Jalur masuk ke kompleks ini bisa dari sisi kanan istana yang berupa taman luas, tetapi hanya diperuntukkan oleh Emir dan keluarganya saja. Tempat pesta rakyat terjadi, selebihnya rakyat biasa masuk melalui jalur pemerintahan pusat. Sekarang kami berada di lapangan depan istana.Keluarga Emir Rifai dikumpulkan di tengah lapangan. Disaksikan oleh para warga. Zaidin menarik adiknya yang sakit-sakitan. Kemudian dilemparkan padaku. Dari matanya sepertinya ia tidak tega mengeksekusi adiknya yang paling bungsu dan sakit-sakitan ini.“Eksekusi saja ak
Semua orang di dalam sini takjub melihat kekuatanku. Mereka bertepuk tangan dan bertanya padaku apakah aku bisa mengobati penyakit tua yang diderita oleh mereka. Kerumunan mereka dipecah oleh Zaidin.“Kalian bisa diobati semuanya oleh dia. Pokok setelah kudeta ini berakhir. Aku memberinya rumah di kompleks istana. Kalian bisa datang setelah kudeta ini berhasil.” Zaidin merangkulku. “Kita punya kartu AS.”“Kamu tidak akan mengkhianati kami kan?” tanya Zaidin.“Tentu saja tidak tuanku. Anda semua bisa percaya pada saya.” Jawabku. “Tuan Zaidin sendiri juga sudah memberi saya banyak keuntungan.”Semuanya lega mendengarkan perkataanku. Mereka membeberkan jurnal mereka dan membuka laptop mereka masing-masing. Seorang anggota militer yang duduk di samping Beria membuka suara. “Kurasa harus dimulai dari saya. Angkatan Udara juga sudah siap untuk memulai kudeta. Semua yang ada di Angkatan Udara mend
Suasana mulai menggelap. Kami berhenti di salah desa yang memiliki penginapan. Pemilik penginapan ketakutan melihat kami. Zaidin mendekati gadis anak pemilik penginapan di balik konter resepsionis.“Sedia berapa kamar?” tanya Zaidin.“Kosong tiga puluh lebih. Dengan 5 kamar fasilitas kelas utama sisanya kelas biasa.” Jawab gadis itu.“Aku sewa semuanya dan tutup tempat ini. Mari kita jalan-jalan sebentar Thoma. Sepertinya di desa ini banyak perempuan cantiknya.” Kata Zaidin dan mengajakku keluar.Gaya bangunan desa ini sangatlah kuno. Mereka masih terbuat dari tanah dan sangat primitif sekali. Hanya penginapan saja yang terlihat sedikit moderen. Apakah ini dulunya desa wisata tempat preservasi bangunan kuno?“Sepertinya saya tidak usah ikut Tuanku.” Jawabku. “Saya takut dengan wanita.”“Wajib ikut.” Zaidin memukul perutku lagi. “Kalau tidak ikut akan kuhajar lebih
Aku dimasukkan ke dalam sebuah ruangan introgasi berukuran 4x6 meter. Ada kaca satu arah dan aku disuruh menunggu di sini sendirian dengan beberapa buah-buahan dan minuman. Entah apa yang mereka tunggu dan tidak menanyaiku langsung.Setengah jam kemudian seseorang masuk ke sini. Dari pakaiannya tampak ia seorang petinggi militer. Dia menyuguhkan secangkir minuman coklat kepadaku. “Anda seorang penyihir?”“Penyihir? Kurasa bukan. Lalu mengapa tanganku diborgol? Kalian takut? Tenang, jangan khawatir. Aku ke sini dengan niatan yang baik tanpa ingin melukai siapapun.” Aku mengucapkannya dengan lembut dan halus.Pria militer ini tampak khawatir. “Tapi cara Anda mempraktekkan sihir membangkitkan orang mati ke salah satu anak buah saya cukup brutal. Oleh karena itu Anda kami borgol. Takutnya Anda akan berulah lagi.”“Hal konyol macam apa itu. Aku tadi hanya mempraktekkan sedikit. Mau contoh yang tidak brutal?” Aku
Setelah berjalan kaki selama dua hari tanpa henti. Akhirnya sampai juga di perimeter markas besar di dekat tembok ini. Kusembuhkan tubuhku dahulu dan berkemah di dekatnya. Dari pengamatanku keamanannya ketat sekali.Mereka mengganti penjaga setiap 1 jam 2 kali. Tembok menuju markas besar sangat tinggi, walaupun itu bukan masalah bagiku karena bisa terbang. Tapi mereka sudah memakai peluru anti Gaia semua, yang sepertinya tipe terbaru.Manusia masih berpikir bisa membunuh dewa mereka kah? Tapi capek juga yah seperti ini terus. Bagaimana kalau aku menyuruh Atma yang ke sana. Risikonya juga tinggi sekali jika Atma tiba-tiba tidak mau bertukar.“Kamu menunggu apa?” tanya Atma di dalam sana.“Mengumpulkan informasi. Aku masih tidak mau menggunakan kekuatanku secara berlebih.” Jawabku.“Mau kubantu?” tanya Atma.“Tidak. kamu hanya berperan seperti ini saja dan memberitahuku di mana letak komputer utamanya.