Sudah dua jam kami menunggu di sini. Madania dari tadi tidak henti-hentinya mengelus bulu kelinci yang ia pegang. Apakah benar di luar sana hewan sudah punah? Ketika aku menempelkan telingaku ke tanah. Aku mendengar suara langkah kaki.
Kutarik Madania untuk bersembunyi di balik sebuah batang kayu besar. Terdengar juga suara pengaman senjata di matikan. Apakah mereka musuh atau teman?
“Sinyal Madania berasal dari sini. Tapi di mana orangnya?” ucap mereka.
Madania keluar dari persembunyian kami. Dia melambaikan tangannya, “Aku di sini! Terima kasih karena sudah datang!”
Madania kemudian terlibat sedikit percakapan dengan temannya. Kemudian dia dan temannya menarikku keluar dari persembunyianku. “Perkenalkan, aku Roger. Senang bertemu denganmu peri hutan.”
“Kami ada tugas tambahan untuk menginvestigasi lokasi di sekitar sini. Kamu mau ikut?” tanya Roger padaku. “Lalu Madania bilang kamu punya kekuatan ajaib juga.”
“Kenapa harus aku?” tanyaku.
“Punya warga lokal untuk membantu kami akan lebih mudah. Kami sedang meneliti para mayat hidup yang ada disekitaran sini.” Jawab Roger. “Bisa kamu tunjukkan kekuatan ajaibmu?”
Kubungkukkan badanku, mengambil tanah segenggam di telapak tangan. Kupikirkan sebuah tanaman semangka yang sudah berbuah. Aku buang lagi tanahnya, dari tanah itu muncul tanaman semangka serta buahnya yang besar.
Roger terbelalak tidak percaya. Dia kaget dan terjatuh ke tanah. Melihat keajaiban yang terjadi di depan matanya. “M-Madania! K-kita menemukan jackpot! O-orang ini ... . Penyelamat Bumi!”
“Penyelamat Bumi apaan? Aku sendiri tidak tahu kekuatan ini darimana. Ayo, kalian mau menginvestigasi daerah mana?” tanyaku. Kuambil semangka itu dan kubelah dengan pisau tempur Madania.
Aku bagi menjadi 3 dan membagikannya. “Makan dulu biar segar. Biar tidak lemas kalian.”
Roger menerima dengan cepat dari tanganku. “Terima kasih! A-aku tidak menyangka akan menemukan penyelamat Bumi di sini.”
“Aku duluan yang menemukan.” Kata Madania, tangannya menerima semangka dariku. Dia mengigitnya. “Mmh, segar dan enak!”
“Ahahah, aku senang bisa memakan buah asli. Bukan sintetis buatan laboratorium. Tak kusangka aku bisa merasakan buah asli.” Ucap Roger dengan gembira.
Serius? Sampai segitunya? Apa yang terjadi di luar sana? Setelah menghabiskan sisa semangka. Aku mengekor di belakang mereka. Kami berjalan keluar hutan, melewati reruntuhan desa, kemudian lanjut ke sebuah air terjun di sungai.
“Markas pusat bilang ada di balik air terjun ini.” kata Roger dan melihat gawainya. “Aku akan mulai meminda jalan masuknya.”
“Tetap waspada Madania. Meskipun Markas Pusat bilang tempat ini aman tanpa gangguan. Tapi setidaknya dari tumpukan tengkorak manusia itu. Di sini pasti berbahaya.” Roger menunjuk sebuah tumpukan tengkorak manusia di dekat sebuah batu besar.
“Entah makhluk seperti apa yang bisa memakan manusia sebanyak itu.” Katanya lagi, dia mematikan pengaman senjatanya. “Berhubungan kita berada di dekat sungai, kemungkinan ada hewan air buas.”
“Hewan? Tidak mungkin,” kataku. “Mereka tidak menyakiti asal kita tidak mengusiknya.”
“Hewan yang dulu mungkin iya. Tapi hewan yang sekarang setelah bermutasi jadi ganas.” Ucap Roger. “Pindaian selesai. Mari kita lihat di mana pintu masuknya.”
“Tepat di balik air terjun. Ada pintu gerbang dari batu.” Kata Roger, dia terjun ke sungai yang dangkal dan menembus air terjun.
“Er Roger, sepertinya kamu harus cepat keluar dari air.” Kata Madania. Dia mengarahkan senjatanya ke arah sosok besar yang berada di belakang Roger. “Tipe A! Mutan raksasa!”
Roger membalikkan badannya dan melihat sebuah raksasa berada di belakangnya. Raksasa ini sangat besar sekali, tingginya tiga kali manusia biasa. Kepalanya ada 5 dan memiliki tangan 18. “Sial! Kenapa munculnya tidak dari tadi!”
Raksasa itu memukul tempat Roger berdiri. Roger berhasil menghindarinya dan cipratan air besar tercipta. Roger menembaki makhluk itu. Tetapi makhluk itu menerima serangannya dan meraung.
“Markas pusat! Aman apanya? Mutan ada di sini!” ucap Roger dan berlari ke seberang sungai yang berlawanan.
Kini pandangan makhluk itu mengarah pada Madania. Dia hentak menghantam Madania yang gemetaran dan duduk tak bisa bergerak di tepian sungai. Aku berlari ke depannya dan menjadi tembok baginya.
Tapi serangan makhluk itu bakal. Jarak tangannya dan mukaku sangat dekat. Hembusan angin yang dikeluarkan pukulannya sangat kuat. Makhluk itu menundukkan kepalanya dan melihatku. Kemudian dia meraung sekali lagi dan berjalan pergi menjauh.
Madania yang gemetaran mencoba untuk berdiri. Roger keluar dari persembunyiannya dan menembaki makhluk itu tadi. Makhluk itu mengamuk dan melempar sebuah batu besar ke arah Roger.
Roger dengan cepat menhindarinya. Batu itu tepat mengenai air terjun. Kami bertiga kaget begitu mengetahui batu itu tembus saja ketika menabrak air terjun. Roger tersenyum dan masuk ke dalamnya. “Jackpot! Aku duluan!”
Makhluk itu kini berada di hadapanku. Dia melihatku begitu saja. Tidak berniat untuk menyerangku sama sekali. Madania bergetar ketakutan di belakangku. Aku membalas tatapan makhluk itu.
“Pergilah! Biarkan tempat ini begitu saja!” teriakku memberanikan diri. Makhluk itu meraung dengan keras. Kemudian pergi perlahan tapi pasti.
“Kalian cepat masuk ke dalam sini!” perintah Roger.
CKRAK!
Dari semak-semak muncul tentara dari Sovyet. Aku dan Madania mengangkat tanganku. Tapi kemudian para tentara itu menurunkan senjatanya. Seorang pria keluar dan mendekatiku dan Madania.
“Dari PMC Silverstar?” tanyanya.
“Iya,” jawab Madania.
“Berarti kalau begitu misi kami selesai. Kami diperintahkan untuk menjemput kalian dan menjaga kalian selama menginvestigasi.” Balasnya. “Lakukan dengan cepat selagi kami menjaga daerah ini.”
Madania dan aku kini masuk ke dalam kuil. Roger melihat kami dengan penuh curiga. Dahinya berkerut dan mengisyaratkan bagi kami untuk bersembunyi bersamanya.
“Ada apa?” bisik Madania.
“Tentara itu mencurigakan. Aku baru saja mengkonfirmasi kepada markas. Kalau mereka tidak meminta bantuan dari Sovyet sama sekali.” Jawab Roger dan berbisik.
“Lalu yang di luar itu mereka siapa?” tanyaku. “Kenapa mereka bilang begitu?”
“Entahlah, kita harus berhati-hati.” Jawab Roger. “Kamu bisa menunggu di sini sementara kami mengamati relief yang ada di tempat ini.”
“Baiklah.” Kataku dan keluar dari persembunyian. Madania dan Roger mulai melakukan tugas mereka. Untuk mengusir rasa penasaranku aku berkeliling tempat ini. Tanpa sengaja aku menyenggol sebuah stalagtit. Dari luarnya stalagtit ini saja sudah aneh.
Dari pecahannya terdapat sebuah lubang. Aku melongok masuk ke dalam lubang itu. Kumasukkan tangan kiriku karena aku melihat ada sesuatu di dalamnya. Sebuah pintu batu terbuka.
“Er kalian tidak mau melihat ini?” tanyaku pada Madania dan Roger. Mereka tidak menjawabnya karena sedang asik memindai beberapa relief di dinding tempat ini.
Ya sudahlah, sepertinya aku akan masuk duluan. Dari pintu batu yang terletak di bagian belakang tempat ini. Ada lorong menjorok ke bawah. Tidak ada tangga sama sekali dan tempat ini sangat licin.
Langkahku aku pelankan, tentu saja tidak ada yang mau terjerumus dan terpeleset di sini kan. Semakin ke dalam semakin gelap. Aku mencoba kembali karena terlalu gelap untuk aku eksplorasi sendirian.
Eh?
SRAT!
Aku terpeleset dan meluncur jauh ke bawah.
“AAAAAAAAAAA!”
Setelah menabrak dinding lorong ini sana-sini akhirnya aku sampai di suatu tempat. Tempatnya gelap sekali dan aku tidak bisa melihat apa-apa. “Halo? Ada seseorang yang bisa membantuku?”
Tempat ini begitu gelap sekali. Juga bau pengap, saking gelap gulitanya aku harus mengatakannya beberapa kali. Aw, kakiku tersandung sesuatu! Aku terjungkal jatuh ke depan dan menabrak sesuatu yang keras.
BRAK! BLAR! BYUR!
Air! Aku terjatuh di dalam kolam! Tolong! Tiba-tiba seluruh ruangan ini bercahaya dan bersinar. Mataku silau untuk melihat apa yang terjadi. Aku memejamkan mataku dan berenang ke permukaan.
FUAH!
Begitu aku sampai ke permukaan kolam semuanya sudah terlihat. Tembok ruangan ini bercahaya, nampak sebuah relief bersinar. Ada beberapa gambar-gambar aneh yang aku tidak tahu artinya.
“Di sini kamu rupanya, apa ini!” Roger terkejut melihat relief di tempat ini bercahaya. “Madania cepat dokumentasikan!”
Roger menolongku keluar dari kolam. “Kamu tidak apa-apa. Kerja bagus menemukan ruang rahasia.”
“Entahlah, aku hanya bosan dan berkeliling tiba-tiba terjatuh ke sini.” Jawabku dan memeriksa relief di dinding ruangan ini. sebuah pilar yang ada di tengah-tengah ruangan ini roboh. Dari dalam pilar itu terdapat suatu bola yang berkilau.
Roger berusaha menyentuhnya, “Aduh! Bola ini melukaiku.”
Sarung tangan Roger robek bagian telapak tangannya dikala ia mencoba mengambil bola itu. Madania yang selesai mendokumentasikan relief itu mencoba mengambilnya. “Aw! Sama, bola ini merobak sarung tanganku.”
“Ambillah.”
Suara ini lagi, mengapa sih kamu menghantuiku. “Kenapa aku harus mengambil. Bukankah mereka tidak bisa mengambilnya? Aku tidak mau melukai diriku.”
“Kamu bicara dengan siapa?” tanya Madania.
“Dengan suara aneh di kepalaku.” Jawabku. Tetap, aku tidak mau mengambilnya. Toh, mereka berdua mencoba mengambilnya malah terluka kan? Kenapa aku harus mengambilnya juga?
“Ambil kataku!”
Suara ini muncul lagi. Aku diam saja dan tak meresponsnya. Roger berinisiatif lain, dia membuka tas peralatannya. Dia mengambil sebuah capit dan kotak khusus. Ketika ia hendak mengambilnya dengan capit itu.
Capit itu hancur berantakan, Roger dan Madania terkejut. Madania melihatku, “Coba kamu ambil peri hutan. Mungkin kamu bisa mengambilnya. Bola ini misterius sekali.”
Roger menyentuh suatu tombol di baju tempurnya. “Aku akan merekam dan menyiarkan ini langsung kepada markas pusat. Supaya mereka percaya bola ini tidak bisa diambil.”
“Ambil bodoh! Manusia biasa tidak akan pernah berhasil mengambilnya.”
Aku tidak peduli. Aku tidak mau menuruti suara misterius ini. Tiba-tiba kepalaku pusing karena tidak mendengarkan perkataannya.
“Ambil! Cepat ambillah kalau kamu mau melihatku lagi!”
Persetan, aku mendekati bola itu. Ketika tanganku menyentuhnya, bola itu berubah menjadi kubus dan bersinar dengan terang. Bencana selanjutnya terjadi.
DOR! DOR! DOR!
Aku tertembak di kepalaku. Madania dan Roger juga sama. Kubus ditanganku jatuh bersamaku. Para tentara sovyet di luar tadi masuk dan mencoba merebut kubus di tanganku.
Eh, bukannya ketika tertembak di kepala aku harusnya mati. Tapi kenapa aku masih hidup? Suara misterius itu terdengar lagi.
“Pinjam tubuhmu sebentar.”
Aku tiba-tiba saja berada di tempat lain. Banyak bintang-bintang di langitnya. Ada sebuah pohon besar di sana. Lalu ada seorang wanita di sana. Kakiku melangkah menghampirinya.Wanita itu melihatku dan tersenyum. Dia melompat secara tiba-tiba pada tubuhku. Lalu tidak terjadi apa-apa. Apakah ini aku pertanda dulunya wanita?Tempat ini pasti tempat sebelum menuju neraka atau surga. Mungkin wanita itu tadi malaikat maut? Aku lihat ada semacam garis-garis aneh di bawah pohon itu. Hingga beberapa waktu kemudian, aku menyadari bahwa garis-garis ini bukan garis. Melainkan gambar tata surya.Belum hilang rasa penasaranku tentang gambar ini. Tiba-tiba aku kembali ke dunia nyata. Kudapati Roger dan Madania memeriksa tentara sovyet yang tiba-tiba tewas begitu saja. Di tubuh mereka tumbuh tanaman yang menjulur keluar dari mulut mereka.Mereka juga menempel di tembok ruangan ini yang notabenenya adalah tanah. Roger melihatku yang memegang kubus ini. “Apa yang te
Hup! Hup! Hiyah!SRAK!Aku mendarat di semak belukar di halaman belakang gedung. Yang tidak kupikirkan adalah ada pengawal juga di sini. Untung mereka tidak melihatku turun ke sini tadi. Nah sekarang ada apa di sini, saatnya mencari tahu.Walaupun aku masih terbilang baru sebagai prajurit bayaran dari Silverstar. Kemampuanku mencari informasi sangatlah hebat. Perlahan-lahan aku mendengar perbincangan mereka.“Benarkah dia adalah ... .” kata pengawal satunya. Tidak terlalu jelas dan samar-samar pembicaraan mereka. Mau tidak mau aku harus mendekat. Tapi jika mendekat akan merisikokan posisiku.Kuputuskan untuk diam di sini. Pengawal satunya lagi membalas, “Jika benar, bumi akan terselamatkan. Nanti akhirnya kita bisa tinggal di permukaan tanpa takut adanya serangan dari mutan dan lain-lain.”Menarik, apa yang mereka bicarakan. Tapi itu saja tidak cukup. Perlahan aku keluar dari semak ini dan melangkah dengan hati-hati.
“Tentu saja akan saya jelaskan,” balasku. Komandan Vina tersenyum dan menepuk pundakku berulang kali.“Nah akan kujelaskan tentang B3. B3 area penelitian dan laboratorium. Serta area pembangkit energi kita.” Ucap Komandan Vina. Kami memasuki lift, “Gaiantum, tahu kan soal Gaiantum?”“Sumber daya yang baru kan?” tanyaku. “Mohon maaf saya tidak begitu mengerti soal ini.”“Dasarnya seperti itu. Lalu kamu tahu soal penyelamat Bumi?” tanya balik Komandan Vina. “Kurasa waktu di sekolah sudah dijelaskan kan?”Aku mengangguk-angguk. Komandan Vina melangkah keluar lift. Kami berada di sebuah lorong penuh dengan ruangan. Komandan Vina memberiku isyarat untuk mengikutinya. Aku mengekor di belakangnya.“Pria yang kamu temukan adalah adikku.” Komandan Vina berhenti di sebuah tembok kaca satu arah. Di dalam ruangan itu ada peri hutan, dia sedang berada di dalam sana b
Suara doa ini semakin dekat! Rombongan ini penyebabnya ternyata. Aku harus mencari tahu kepada mereka. Kenapa suara doa mereka bisa terdengar di dalam kepalaku?“Karena diriku.”Lagi-lagi suara wanita ini. Apa sih maumu? Jangan ganggu kehidupanku.“Tanpa diriku kamu sudah mati dimakan mayat hidup dan mutan. Ditangkap lagi oleh Sovyet tahu. Oh ya, aku sekarang bisa nampak tipis di hadapanmu.”Sebuah kabut terbentuk di hadapanku. Membentuk figur seorang wanita. “Bagaimana? Kamu masih kurang 3 kubus lagi untuk memberiku kekuatan menjadi manusia dan tidak mengganggu pikiranmu.”“Ah kamu. Terima kasih kalau begitu. Apakah aku harus mengikuti orang-orang dengan doa itu?” tanyaku padanya.“Hmm. Aku juga tidak tahu, selama 15rb tahun aku hidup. Baru kali ini aku lihat mereka.” Jawab kabut itu.“Kalau begitu aku akan mengikuti mereka dan bertanya-tanya kepada mereka. Keberuntung
Mataku terbuka kembali. Kudapati aku di kamar pasien. Sekarang kamu puas sudah membuat luka di kepalaku dan membuatku tidak sadarkan diri?“Puas sekali rasanya. Masih mau melawanku? Bagaimana kekuatanku?”Sudah, aku cukup tidak mau melawanmu. Aku kapok, kenapa kamu memilihku? Kamu bisa merasuki orang lain kan?“Ada sesuatu yang membuatmu cocok. Ngomong-ngomong, kamu tidak mau keluar dan berjalan-jalan? Sekaligus bantu aku mengamati kehidupan manusia di sini dong.”Bayangannya masuk ke tubuhku lagi. “Nih aku kasih kekuatanku. Badanmu perlahan akan sama seperti kaumku.”Kaummu?Perlahan-lahan aku merasakan tenagaku berubah dan badanku ringan sekali. Aku menuju jendela kamarku dan melompat keluar. Aku mendengan tembok bawah jendela sebagai tumpuan untuk meloncat.Hebat! Kaummu kaum apa? Aku semakin penasaran juga. Aku kamu peri hutan?“Entah.”Saat berada di atas atap ruko. Ak
Kalau kehebohan seperti ini. Pasti ayah akan tahu. Adikku tolol sekali kamu menunjukkan kekuatanmu. Kulipat kembali foto kami berdua di masa lalu di dompet. Foto berwarna satu-satunya yang tetap membuatku semangat hidup dan bertekad menemukan adikku.Adikku kini sudah ketemu. Tapi dia hilang ingatan, ditambah lagi dia punya kekuatan yang sangat dicari-cari oleh ayah angkatku. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada adikku sehingga ia dirasuki seorang perwujudan dari Bumi.TOK! TOK! TOK!“Ayah, ini aku.” Kataku dan menutup mataku sebentar dan menarik napas panjang. Aku akan mencoba bernegosiasi dengannya supaya dia tidak dijadikan alat olehnya.“Silakan masuk” katanya melalui interkom. Pintu terbuka dan terlihat dia sedang rapat bersama para komandan pemimpin kota lainnya. Meja bundar di sini sudah hampir penuh, kecuali kursi milikku. Sengaja aku biarkan kosong, aku ssengaja tidak ikut rapat ini.“Silakan duduk. Kamu terla
TENG! TENG! TENG!Apakah ini pertanda jam tidur? Bayangan ini keluar dari tubuhku dan memegang tanganku. Dia berhenti sejenak entah menatapku atau tidak.“Ruang bawah tanah. Aku merasakan sesuatu di dalam sana.” Katanya. “Aku mohon carilah cara menuju ruang bawah tanah itu.”“Kamu tidak mendengar perkataan kakakku? Ayah angkatku akan membunuhku bila aku ke sana.” Jawabku dan menolaknya. “Terlebih lagi aku sudah berjanji akan ke kamar kakakku.”“Aku mohon. Aku merasakan sesuatu di dalam sana. Entah berbahaya atau tidak.” tukasnya. “Jika berbahaya bukankah akan membahayakan keluargamu?”Tok! Tok!Gawat! Aku segera melompat kembali ke dalam kasur dan pura-pura tertidur. Pintu kamar ini terbuka dan terdengar derap langkah suara orang banyak. Aku merasakan diriku digendong oleh seseorang.Aku membuka mataku dan melihat siapa yang menggendongku ternyata seseorang memaka
Begitu terbangun, aku mendapati aku berada di sebuah kamar. Hanya tersedia meja belajar, satu lemari, gantungan pakaian dan satu pintu lagi yang aku yakini pintu ke kamar mandi kamar. Er, semalam terjadi apa ya?Benar, percobaan di bawah tanah. Aku pingsan lalu bagaimana caranya aku bisa sampai ke sini? Pasti orang-orang bertandu itu kah yang membawaku ke sini. Lalu kamar ini di mana?Aku bangkit dari kasur ini dan menuju jendela. Aku buka jendelanya dan mendapati fakta bahwa aku berada di lantai 3. Whoa, dingin sekali saat membuka jendela rasanya. Yah karena tempat ini berada di atas bukit sih.Saatnya ke kamar mandi dan melepas berat yang kuterima dalam tubuh. Tisu toilet di dalamnya juga tertata dengan rapi. Setelah membersihkan diri aku teringat bahwa aku belum punya baju ganti sama sekali.Aku menuju lemari dan mengecek lemari. Sudah ada beberapa baju yang tersedia bagiku. Belum selesai aku berpakaian pintu sudah diketuk saja dari luar.Tok!
Madania kembali mengambil buku kuno yang isinya kosong. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang terjadi pada buku itu. Buku kuno tebal itu isinya hanya lembaran kosong. Peneliti dan dirinya sendiri bingung kenapa buku kuno yang dikatakan kitab suci ini bisa kosong. Madania membuka kembali buku itu dan kini sudah ada isinya. “Kok bisa? Kenapa bisa ada isinya? Padahal dulu kosong kan?” Madania dengan cepat berlari ke meja kerjanya. Menyalakan komputernya dan memeriksa foto dokumentasi buku kuno itu dulu. “Memang benar kosong. Lalu kenapa ada tulisannya sekarang?” Madania mengambil kamus bahasa kuno miliknya dan buku kuno ini. “Diva dari Gaia, asal-usul. Diva, dewi yang terlahir dari perkawinan X dengan Gaia. Tunggu, ini buku sejarah jadinya?” “Kalau begitu ini buku yang asli?” Madania menaruh buku kuno itu dan mengambil buku-buku kuno lainnya. Namun, buku kuno lainnya kini menjadi kosong. “Kok kosong.” “Berarti ... ada apa ini? Kenapa aku tidak paham?” Madania memegang kepalanya. “Ap
Madania menerima laporan langsung dari pasukan elit yang menyerang Emirat Timur Tengah. Atma malah melarikan diri dan lolos dari kepungan pasukan elitnya. Tingkah laku Atma hanya menambah rasa penasaran Madania.Tapi dia tidak bisa meninggalkan kursi pemerintahan. Siapa yang akan dia percayai untuk memerintah bila dia pergi ke sana. Vina, kakak iparnya belum kembali. Hanya dia yang bisa dia percayai untuk menggantikan dirinya.“Harusnya invasinya dibagi menjadi 3. Tapi karena keterbatasan personel kita cuma bisa 2 saja.” Madania bergumam. “Andai saja sekutu berhenti menyerang dan meminta untuk berdamai.”“Dua front sangat tidak menguntungkan bagi kita.” Madania mendengus. “Apakah kita meminta front timur untuk berdamai dengan pecahan RKAT dan Sekutu?”“Kurasa itu hal buruk Yang Mulia,” jawab mentri pertahanannya. “Kita harus tetap tegar dan kuat. Kaisar kembali, pastilah dia bisa mengatasi
Atma kini berada di satu gudang pusat di wilayah Kairo. Zaidin menunjuk ke arah puluhan silo yang berisi gandum. “Kira-kira sebanyak inilah yang akan aku gunakan untuk mendapatkan hati rakyat yang pro terhadap ayahku.”“Kamu bisa menggunakan sihirmu untuk menyuburkan tanah pertanian juga kan? Kamu saat ini berguna sekali dan sangat berharga bagiku.” Zaidin menepuk pundak Atma. “Thoma, kamu pasti bisa kan?”“Tuanku kalau aku sudah tidak berguna bagi tuan. Tuan akan membuangku?” Atma memelas pada Zaidin.“Tentu saja tidak. Tanpamu semua ini tidak akan bisa terjadi Thoma! Aku tidak pernah berpikiran untuk membuangmu.” Zaidin memeluk Atma. “Kamu sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri.”“Tu-tuanku,” Atma berpura-pura terharu. “Saya senang akhirnya punya tempat yang menetap. Selama ini saya diusir karena kemampuan saya.”“Tetapi tuan memberi saya temp
Madania kaget saat membaca berita tentang Emirat Timur Tengah. Serta kehadiran sosok penyihir yang muncul di sana membantu Zaidin untuk merebut kekuasaan. Itu pasti Atma, suaminya yang diculik oleh Dewi Diva yang kini adalah dewi yang mereka sembah.Madania berjalan perlahan menuju ruang dewan rakyat. Eksistensi tambang kerjasama mereka dengan emir terdahulu soal Gaiantum terancam. Namun Madania juga ingin memastikan apakah penyihir yang ada di berita tersebut adalah Atma atau bukan.“Semuanya berdiri!” teriak perdana mentri ketika Madania memasuki ruangan. Suaranya menggema karena keheningan semua anggota rapat menghormati Madania.“Silakan duduk kembali.” Perintah Madania. “Kurasa dalam rapat bulanan hari ini. Kita akan mendahulukan agenda untuk memastikan keamanan tambang Gaiantum kita di emirat.”“Bagaimana tentang kesiapan pasukan di front timur tengah? Jendral Roger?” tanya Madania pada Roger.&
Kompleks Istana seluas 15km ini memiliki 4 bagian. Bagian di tengah tempat istana Emir, bangunan 5 lantai bergaya timur-tengah di depannya ada lapangan luas. Bagian kedua adalah kompleks selir dan keluarga Emir yang terletak di belakang istana. Bagian ketiga adalah kompleks perumahan untuk bangsawan dan perwakilan rakyat. Bagian keempat terletak di depan lapangan luas istana adalah kompleks gedung pemerintahan pusat.Jalur masuk ke kompleks ini bisa dari sisi kanan istana yang berupa taman luas, tetapi hanya diperuntukkan oleh Emir dan keluarganya saja. Tempat pesta rakyat terjadi, selebihnya rakyat biasa masuk melalui jalur pemerintahan pusat. Sekarang kami berada di lapangan depan istana.Keluarga Emir Rifai dikumpulkan di tengah lapangan. Disaksikan oleh para warga. Zaidin menarik adiknya yang sakit-sakitan. Kemudian dilemparkan padaku. Dari matanya sepertinya ia tidak tega mengeksekusi adiknya yang paling bungsu dan sakit-sakitan ini.“Eksekusi saja ak
Semua orang di dalam sini takjub melihat kekuatanku. Mereka bertepuk tangan dan bertanya padaku apakah aku bisa mengobati penyakit tua yang diderita oleh mereka. Kerumunan mereka dipecah oleh Zaidin.“Kalian bisa diobati semuanya oleh dia. Pokok setelah kudeta ini berakhir. Aku memberinya rumah di kompleks istana. Kalian bisa datang setelah kudeta ini berhasil.” Zaidin merangkulku. “Kita punya kartu AS.”“Kamu tidak akan mengkhianati kami kan?” tanya Zaidin.“Tentu saja tidak tuanku. Anda semua bisa percaya pada saya.” Jawabku. “Tuan Zaidin sendiri juga sudah memberi saya banyak keuntungan.”Semuanya lega mendengarkan perkataanku. Mereka membeberkan jurnal mereka dan membuka laptop mereka masing-masing. Seorang anggota militer yang duduk di samping Beria membuka suara. “Kurasa harus dimulai dari saya. Angkatan Udara juga sudah siap untuk memulai kudeta. Semua yang ada di Angkatan Udara mend
Suasana mulai menggelap. Kami berhenti di salah desa yang memiliki penginapan. Pemilik penginapan ketakutan melihat kami. Zaidin mendekati gadis anak pemilik penginapan di balik konter resepsionis.“Sedia berapa kamar?” tanya Zaidin.“Kosong tiga puluh lebih. Dengan 5 kamar fasilitas kelas utama sisanya kelas biasa.” Jawab gadis itu.“Aku sewa semuanya dan tutup tempat ini. Mari kita jalan-jalan sebentar Thoma. Sepertinya di desa ini banyak perempuan cantiknya.” Kata Zaidin dan mengajakku keluar.Gaya bangunan desa ini sangatlah kuno. Mereka masih terbuat dari tanah dan sangat primitif sekali. Hanya penginapan saja yang terlihat sedikit moderen. Apakah ini dulunya desa wisata tempat preservasi bangunan kuno?“Sepertinya saya tidak usah ikut Tuanku.” Jawabku. “Saya takut dengan wanita.”“Wajib ikut.” Zaidin memukul perutku lagi. “Kalau tidak ikut akan kuhajar lebih
Aku dimasukkan ke dalam sebuah ruangan introgasi berukuran 4x6 meter. Ada kaca satu arah dan aku disuruh menunggu di sini sendirian dengan beberapa buah-buahan dan minuman. Entah apa yang mereka tunggu dan tidak menanyaiku langsung.Setengah jam kemudian seseorang masuk ke sini. Dari pakaiannya tampak ia seorang petinggi militer. Dia menyuguhkan secangkir minuman coklat kepadaku. “Anda seorang penyihir?”“Penyihir? Kurasa bukan. Lalu mengapa tanganku diborgol? Kalian takut? Tenang, jangan khawatir. Aku ke sini dengan niatan yang baik tanpa ingin melukai siapapun.” Aku mengucapkannya dengan lembut dan halus.Pria militer ini tampak khawatir. “Tapi cara Anda mempraktekkan sihir membangkitkan orang mati ke salah satu anak buah saya cukup brutal. Oleh karena itu Anda kami borgol. Takutnya Anda akan berulah lagi.”“Hal konyol macam apa itu. Aku tadi hanya mempraktekkan sedikit. Mau contoh yang tidak brutal?” Aku
Setelah berjalan kaki selama dua hari tanpa henti. Akhirnya sampai juga di perimeter markas besar di dekat tembok ini. Kusembuhkan tubuhku dahulu dan berkemah di dekatnya. Dari pengamatanku keamanannya ketat sekali.Mereka mengganti penjaga setiap 1 jam 2 kali. Tembok menuju markas besar sangat tinggi, walaupun itu bukan masalah bagiku karena bisa terbang. Tapi mereka sudah memakai peluru anti Gaia semua, yang sepertinya tipe terbaru.Manusia masih berpikir bisa membunuh dewa mereka kah? Tapi capek juga yah seperti ini terus. Bagaimana kalau aku menyuruh Atma yang ke sana. Risikonya juga tinggi sekali jika Atma tiba-tiba tidak mau bertukar.“Kamu menunggu apa?” tanya Atma di dalam sana.“Mengumpulkan informasi. Aku masih tidak mau menggunakan kekuatanku secara berlebih.” Jawabku.“Mau kubantu?” tanya Atma.“Tidak. kamu hanya berperan seperti ini saja dan memberitahuku di mana letak komputer utamanya.