-Ajeng dan Romi… "Besok Mas Azka sama Sandi gak kerja Yu, kita mulai persiapan buat acara nikahan kalian ya," ucap Ayra, ia menghampiri Ayu yang saat ini sedang berbaring sambil menonton Tv. "Entaran aja lah Kak, aku lagi males ngapa-ngapain," jawab Ayu terlihat tak bersemangat. "Sebenarnya kenapa sih? Kamu sama Sandi lagi ada masalah? Coba cerita sama aku," bujuk Ayra, ia duduk di samping Ayu. "Entahlah Kak, aku lagi nggak pengen cerita. Aku istirahat dulu ya perutku mual," ucap Ayu, ia meninggalkan Ayra yang menatapnya dengan bingung. "Nggak biasanya Ayu gitu" Ayra membatin, namun tangisan Reyhan membuat Ayra membatalkan niatnya untuk menyusul Ayu. Dona menghubungi Lastri dan mengatakan ingin bertemu, karena tak ada pilihan lain Lastri Pun terpaksa menyetujuinya. Kini mereka ada di sebuah cafe di pinggiran kota. "Mau pesan apa Las? Tenang saja gratis, aku yang akan membayarnya," ucap Dona, ia duduk di hadapan Lastri sambil menurunkan kacamata hitamnya. "Aku kenyang, mau apa
-POV ROMI +21 Entah apa yang merasukiku, aku berselingkuh dengan Ibu mertuaku sendiri. Tapi apa yang bisa ku perbuat? Ibu selalu menggodaku entah melalui mata ataupun pakaiannya yang selalu terbuka jika kebetulan ia hanya berdua denganku di rumah. Ibu memang terlihat tua, namun wajahnya masih sangat cantik karena ia rajin perawatan. Selain itu tubuhnya yang berisi membuatku sering membandingkannya dengan tubuh istriku yang mulai kurus kerempeng tak nyaman dalam pelukan. Aku teringat ketika pertama kali melakukan hal keji itu dengannya, saat itu hujan turun dengan derasnya. Lastri sedang tak berada di rumah, aku yang masih lemah karena luka bekas pukulan anak buah Dona berniat ke dapur untuk mengambil air minum dan aku terkejut saat melihat Ibu sedang berbaring di sofa ruang tengah dengan posisi baju terangkat hingga memperlihatkan pahanya yang sangat putih dan mulus. Aku yang memang sudah berhari-hari memendam hasratku karena Lastri sedang kedatangan tamu bulanannya duduk di depa
-Keisha Lastri sedang berada di UGD, tak ada seorang pun yang datang mengkhawatirkan kondisinya kecuali Romi yang saat ini duduk lemas di kursi tunggu. Penyesalan demi penyesalan ia rasakan karena ia tau ia salah dan membuat Istrinya menjadi murka hingga mengalami kecelakaan seperti ini. Romi menghubungi Ajeng namun Ibu mertuanya itu menolak datang karena ia merasa tak harus mempedulikan anak yang sudah membuatnya terluka, Romi meminta Ajeng membayar biaya rumah sakit Lastri namun lagi-lagi Ajeng menolak, membuat Romi mencengkram kuat Hpnya dan berjalan cepat ke parkiran untuk bisa kembali ke rumah dimana manusia berhati batu itu berada. ***Azka, Ayra, Ayu dan Sandi sudah selesai berbelanja kini mereka sedang mengobrol santai di sebuah Cafe pinggir jalan yang lumayan ramai. "Hai boleh saya bergabung disini?" tanya seorang wanita dengan rambut sebahu, ia duduk bergabung bersama mereka tanpa persetujuan siapapun. "Apa kabar Mas Azka?" Ia tersenyum dengan sangat manis, membuat Azka
-Keisha kena batunya. Keisha tersenyum bahagia karena rencananya sudah berjalan setengah dari keseluruhan. Saat ini ia sedang berada di depan kaca besar miliknya, Keisha memakai baju pengantin putih panjang dengan rambut yang tergerai. "Aku sangat cantik seharusnya Mas Azka bangga bila aku menjadi miliknya," ucap Keisha bangga, ia berputar-putar memamerkan tubuh rampingnya yang menonjol di beberapa bagian. "Paketku sudah sampai belum ya?" tanya Keisha sembari tesenyum jahat.***Tok.. tok.. tok..Bunyi suara ketukan pintu membuat Ayu yang sedang asyik menonton TV melangkahkan kakinya menuju pintu. "Maaf Mbak ada paket," ucap seorang kurir yang memberikan sebuah amplop coklat berukuran besar. "Oh iya, terima kasih Mas," jawab Ayu, sembari menandatangani tanda terima. "Paket apa ini, penerimanya sih kak Ayra," batin Ayu. "Siapa Yu?" tanya Ayra yang baru saja keluar dari kamar Reyhan. "Pengantar paket Kak," jawab Ayu sambil memberikan amplop pada Ayra. "Perasaan aku gak punya p
-Balasan untuk Ajeng dan Lastri. PLAK "BIKIN MALU, KAMU GAK PUNYA MUKA LAGI KEISHA?" ucap Ibu Keisha, ini adalah tamparan yang ke sekian kali yang ia berikan pada Putrinya. "Aku bikin malu apa Ma? Aku cinta dia, aku cuma mau dia, kalau aku nggak dapetin dia aku nggak akan pernah nikah seumur hidup, bahkan aku nggak mau hidup lagi!" jawab Keisha sambil menangis dan memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan dari Rani Ibunya. "Anakmu memang sudah tak waras Yah," ucap Rani putus asa, ia memandang suaminya yang hanya diam saja. "Lalu apa maumu Keisha?" tanya Aldo Ayah Keisha. Rani dan Keisha menatap Aldo dengan tatapan yang berbeda, Keisha menaruh harapan pada Ayahnya. Sedangkan Rani tak percaya suaminya memberikan pilihan pada Keisha yang menurutnya adalah jalan yang salah. Ting..ting..ting.. Bunyi notifikasi sosmed terus berbunyi membuat Keisha merogoh ponsel di kantongnya. "Mbak, kok cantik-cantik doyan sama suami orang sih?" "Mbak, pernah koar-koar soal pelakor kan
-Ajeng ditahan. Lastri terbangun dengan rasa lelah yang menjalar di seluruh tubuhnya, ia menatap langit-langit kamar tempat ia berada."Tempat ini rasanya tak asing," ucap Lastri sambil mencoba bangun dari posisi tidurnya. "Udah bangun Kak?" tanya seseorang yang suaranya sangat dikenali oleh Lastri. "Ayra!" ucap Lastri terkejut. "Kenapa kamu ada disini Ra?" tanya Lastri dengan nada yang meninggi. "Pergi kamu dari sini Ra, PERGI!" Lastri melempar gelas air minum yang terletak tepat di meja samping tempat tidurnya. "Aww" Ayra meringis saat pecahan kaca yang berserakan mengenai kakinya. "Kenapa Kak?" Ayu yang mendengar Ayra meringis bergegas memasuki kamar dan melihat darah yang mengucur dari kaki kakak iparnya. "Kamu apaan sih Las? Kok malah ngamuk gitu?" ucap Ayu marah sambil membantu Ayra duduk di kursi yang terletak di dekat pintu kamar. "Kalian yang merencanakan semua ini kan? Kalian puas melihatku hancur dan menderita seperti ini kan? Kalian memang bengis, jahat, kalian me
-Ayu melahirkan Lastri berada di ruang tengah memperhatikan kesibukan orang-orang yang sedang merenovasi rumah Azka, Azka sengaja memperbesar rumahnya untuk persiapan pernikahan Ayu dan Sandi yang akan dilaksanakan dua bulan lagi. "Kak, kok ngelamun?" tanya Ayra yang sejak tadi memperhatikan Lastri dari jauh. "Nggak papa Ra, aku cuma bersyukur aja Ayu akhirnya bisa mendapatkan kebahagiaannya," jawab Lastri sambil tersenyum pada Ayra. "Aku juga bersyukur karena Kakak sekarang ada disini sama kami," ucap Ayra tulus, membuat Lastri terharu. ***"Yank, aku mau ketemu Ibu ya," izin Ayu pada Sandi di telepon. "Untuk apa Sayang?" tanya Sandi khawatir. "Aku cuma mau ngomong sama Ibu tentang pernikahan kita, walaupun mungkin Ibu nggak akan merestui tapi seenggaknya aku harus bilang," jawab Ayu mencoba meyakinkan Sandi agar tak keberatan memberi izin."Aku temanin ya? Aku juga harus minta izin pada Ibumu," ucap Sandi tulus. "Tapi..." Ayu menggantungkan kata-katanya. "Nggak ada tapi-tap
-Pernikahan Ayu"Heh Nenek tuir, pijitin belakangku," ucap Nani tahanan senior di sel tempat Ajeng ditahan. "Emang aku Babumu, pijit aja sendiri," jawab Ajeng santai sambil kembali menggigiti kukunya yang terlihat menguning. "Emang songong banget dah ni Nenek peyot," jawab Usi tahanan yang agak kurus badannya. "Ku tindis aja kamu tu penyot Nenek tua," sahut Wulan yang badannya paling gendut di antara semuanya. "Cuss lan jadiin peyek tu si peyot," ucap Meli tahanan lainnya.Satu sel berisi lima orang termasuk Ajeng, mereka memberlakukan sistem senior junior namun Ajeng tak memperdulikan itu, ia tak peduli akan siapapun yang menyuruh bahkan mengancamnya. Saat bersih-bersih halaman lapas, Ajeng pernah menjadi bahan bullyan tahanan lain, bagaimana tidak? Ia seperti bos yang tak mau mengerjakan apa-apa. Benar-benar tak ada kapoknya. "Jangan cari masalah sekarang, aku lagi gak mood," ucap Ajeng tanpa menoleh pada keempat tahanan lain yang sedang menatap tajam dirinya. Wulan yang suda