-Pernikahan Ayu"Heh Nenek tuir, pijitin belakangku," ucap Nani tahanan senior di sel tempat Ajeng ditahan. "Emang aku Babumu, pijit aja sendiri," jawab Ajeng santai sambil kembali menggigiti kukunya yang terlihat menguning. "Emang songong banget dah ni Nenek peyot," jawab Usi tahanan yang agak kurus badannya. "Ku tindis aja kamu tu penyot Nenek tua," sahut Wulan yang badannya paling gendut di antara semuanya. "Cuss lan jadiin peyek tu si peyot," ucap Meli tahanan lainnya.Satu sel berisi lima orang termasuk Ajeng, mereka memberlakukan sistem senior junior namun Ajeng tak memperdulikan itu, ia tak peduli akan siapapun yang menyuruh bahkan mengancamnya. Saat bersih-bersih halaman lapas, Ajeng pernah menjadi bahan bullyan tahanan lain, bagaimana tidak? Ia seperti bos yang tak mau mengerjakan apa-apa. Benar-benar tak ada kapoknya. "Jangan cari masalah sekarang, aku lagi gak mood," ucap Ajeng tanpa menoleh pada keempat tahanan lain yang sedang menatap tajam dirinya. Wulan yang suda
-Ajeng kena karma "Assalamualaikum," ucap seseorang di seberang sana, dengan tangis terisak. "Wa'alaikumussalam, Mama kenapa?" tanya Meyra yang mulai mengucek matanya karena masih mengantuk, ia melirik jam dinding yang ternyata masih pukul tiga subuh. "Kak Tari udah nggak ada Ra," ucap Mala, dengan tangis yang semakin menjadi. Ayra seperti kehilangan nafasnya, tangisnya perlahan pecah. Azka yang baru tersadar dari tidurnya melihat istrinya menangis langsung memeluknya. "Sayang, Umi kenapa?" tanyanya lalu membawa Ayra ke dalam pelukannya. "Kak Tari udah nggak ada Bi," jawab Ayra yang semakin mengencangkan tangisnya. "Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un", ucap Azka sambil terus mengeratkan pelukannya pada Ayra, beberapa kali ia mencium puncak kepala Ayra dengan sayang."Ayo kita siap-siap ke rumah A Rafi Mi," ajak Azka yang diangguki oleh Ayra. "Kak, Kak Lastri," panggil Azka sambil mengetuk pintu kamar Lastri. "Iya, kenapa Ka?" tanya Lastri yang baru saja membuka pintu lalu me
-POV LASTRI Aku baru saja keluar dari Pengadilan Agama dan berniat untuk menemui Ibu dan suamiku di Rutan."Aku harus mencoba berdamai dengan keadaan untuk memperoleh ketenangan," ucapku dalam hati. "Ngapain kamu disini Las? Cerai?" sindir seseorang yang seumuran dengan Ibuku, membuatku mengalihkan pandangan dan menatap ke arah suara. "Tante Indah?" ucapku ramah, lalu berniat mencium tangannya, namun Tante Indah menepis tanganku dengan kasar "Nggak usah sok manis kamu depanku," tolaknya sinis, Tante Indah adalah adik dari Ayahku, namun entah kenapa ia selalu menunjukkan sikap tak sukanya terhadap Ibu dan kami keponakannya. "Kenapa sih Tan, Tante selalu aja sinis sama aku?" Aku mengeluh padanya untuk ke sekian ribu kalinya. "Ya iyalah aku sinis, ngapain juga baik-baik sama orang yang gak ada hubungan darah sama aku," jawabnya santai. "Maksud tante apa? Aku ini keponakannya tante loh, anaknya Kakaknya tante," ucapku kesal. "Oh ya? Kata siapa? Apa kamu udah pernah tes DNA dan bis
-Lastri jujur Ayu berbaring di samping Aldi, ia kelelahan karena Aldi sangat rewel dan membuatnya terjaga semalaman, selain itu hati Ayu juga sedang risau, ia memikirkan apa yang dikatakan oleh Lastri tentang status Lastri yang ternyata bukanlah anak dari Ayah mereka. ***"Kak, kakak kenapa? tanya Ayu, yang menyusul Lastri ke dalam kamarnya. Lastri tak menjawab, ia hanya diam lalu air mata mengalir dengan deras di pipinya. "Kak, ngomong ada apa? Kalau kakak diam gini aku jadi khawatir," ucap Ayu, ia meraih tangan Lastri dan mengusapnya lembut. "Aku tadi mengunjungi Ibu Yu," jawab Lastri, membuat Ayu terkejut seperti kehabisan nafas. "Ngapain kakak kesana?" tanya Ayu, ia sangat khawatir Ibunya kembali membuat onar dan melukai batin Lastri yang masih belum sembuh akibat trauma yang Ibu dan Kakak iparnya berikan. "Awalnya aku cuma mau lihat keadaan Ibu, karena aku tak sengaja mendengar saat Azka berbicara tentang kesehatan Ibu di telepon," jawab Lastri, ia menarik nafasnya pelan.
-Lastri resmi bercerai.Surat gugatan cerai sudah keluar, kini Lastri dan Romi sudah resmi berpisah. Lastri sekarang sudah jauh lebih baik bahkan terlihat sangat baik dan terurus, tubuhnya yang dulu sangat kurus kini sudah berisi. dan satu hal perubahan yang paling mencolok darinya adalah kini ia memakai hijab dan pakaian longgar, terlihat sangat sederhana namun juga sangat anggun. "Cantik," ucap Ayra memuji kakak iparnya yang saat ini sedang bersiap menuju rutan tempat mantan suaminya ditahan."Iss, apaan sih Ra? Lebay tau nggak?" jawab Lastri, ia tersipu malu karena Ayra terlalu sering memujinya semenjak ia memutuskan menutup auratnya."Seriusan Kak, aku yakin deh lelaki baik akan segera melamar kakak," ucap Ayra tersenyum sangat manis. "Aamiin ya Allah," jawab Lastri sembari mengangkat kedua tangannya, ia meng aamiini doa Ayra dengan hati yang penuh harap. "Bu Ibu, dah selesai belum ngobrolnya? Soalnya aku bisa telat meeting nih," ucap Azka yang mengetuk pintu kamar Lastri. "S
-Ajeng dan KeishaAyra sedang berada di sebuah minimarket untuk berbelanja bulanan, ia pergi setelah menitipkan Reyhan pada Lastri. Ayra tak henti tersenyum karena ia berencana untuk menjodohkan Lastri dengan Rafi. Ia baru tahu bahwa Kakaknya itu memiliki perasaan pada Lastri. Setelah membayar semua belanjaannya Ayra keluar dan akan segera pulang, namun sebuah mobil hitam menghalangi pandangannya.Tiba-tiba seorang lelaki menghampirinya dan merangkulnya, membuat Ayra merasa terkejut namun sebuah benda tajam terasa menusuk di pinggangnya. “Diam dan jangan coba berteriak!” ancam lelaki itu dengan berbisik. Ayra dibawa ke sebuah gedung tua dalam kondisi pingsan karena saat di jalan ia disuntik obat penenang oleh orang suruhan Keisha, Keisha sendiri sudah menunggu kedatangan mereka bersama dengan Ajeng yang saat ini memakai kaca mata hitam, ia sangat tak sabar menunggu kedatangan mantan menantunya itu walaupun sebenarnya ia tak pernah menganggap Ayra sebagai seseorang yang menjadi bag
“Kenapa kamu kirim alamat ke Kak Lastri, Yank? Kenapa kamu bisa seceroboh itu sih?” teriak Ayu pada Sandi yang kini hanya mampu terdiam menunduk karena rasa bersalah. Ayu menyusul mereka semua setelah mendapat kabar dari Sandi.Sandi mengakui segalanya pada Ayu, Ayra, dan Azka namun hanya Ayu yang memaki suaminya dengan penuh amarah. Azka tak mampu mengatakan apapun lagi, ia sibuk menenangkan dirinya sendiri dan juga menenangkan Ayra yang terus saja menangis.“Kita harus apa Bi? Kita harus apa sekarang?” tanya Ayra yang merasa tubuhnya semakin melemah.“Sabar Mi, kita pasrahkan semuanya sama Allah semoga Allah memberikan keselamatan pada Kak Lastri,” jawab Azka, ia mengusap pelan punggung istrinya, ia pun tak henti mengusap air matanya yang juga ikut mengalir karena perasaan bersalah.“Maafin aku Yank,” ucap Sandi lirih.“Maaf kamu bilang? Maaf kamu apa bisa menyelamatkan Kak Lastri? Maaf kamu apa bisa membuat Kak Lastri sadar?” teriak Ayu, ia sangat murka terhadap apa yang sudah dila
Ajeng menatap nanar ke sebuah ruangan tempat putrinya berada, ia merasakan penyesalan yang begitu mendalam karena sudah membuat Lastri terluka.“Maaf Bu,” kata seorang perawat yang tak sengaja menabraknya, Ajeng segera menarik pashmina yang ia pakai untuk menutupi wajahnya dan berlalu dari sana untuk menghindari tatapan Azka yang menoleh ke arah mereka.“Ibu Lastri sekarang dalam keadaan kritis dan karena ada pendarahan saat operasi kedua, dia membutuhkan lebih banyak darah. Stok darah AB di rumah sakit ini sedang kosong, jadi tolong carikan pendonor untuk Bu Lastri secepatnya,” ucap Dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi, Azka mengangguk dan segera menghubungi beberapa teman, rekan, dan anak buahnya agar menemukan pendonor yang cocok untuk Kakaknya.“Yu, golongan darahmu apa?” tanya Azka saat telepon sudah tersambung.“Aku B kak, kenapa?” jawab Ayu khawatir.“Kak Lastri butuh pendonor Yu, golongan darahnya AB dan rumah sakit tak memiliki stok. Coba kamu tolong hubungi teman-