-Keisha Lastri sedang berada di UGD, tak ada seorang pun yang datang mengkhawatirkan kondisinya kecuali Romi yang saat ini duduk lemas di kursi tunggu. Penyesalan demi penyesalan ia rasakan karena ia tau ia salah dan membuat Istrinya menjadi murka hingga mengalami kecelakaan seperti ini. Romi menghubungi Ajeng namun Ibu mertuanya itu menolak datang karena ia merasa tak harus mempedulikan anak yang sudah membuatnya terluka, Romi meminta Ajeng membayar biaya rumah sakit Lastri namun lagi-lagi Ajeng menolak, membuat Romi mencengkram kuat Hpnya dan berjalan cepat ke parkiran untuk bisa kembali ke rumah dimana manusia berhati batu itu berada. ***Azka, Ayra, Ayu dan Sandi sudah selesai berbelanja kini mereka sedang mengobrol santai di sebuah Cafe pinggir jalan yang lumayan ramai. "Hai boleh saya bergabung disini?" tanya seorang wanita dengan rambut sebahu, ia duduk bergabung bersama mereka tanpa persetujuan siapapun. "Apa kabar Mas Azka?" Ia tersenyum dengan sangat manis, membuat Azka
-Keisha kena batunya. Keisha tersenyum bahagia karena rencananya sudah berjalan setengah dari keseluruhan. Saat ini ia sedang berada di depan kaca besar miliknya, Keisha memakai baju pengantin putih panjang dengan rambut yang tergerai. "Aku sangat cantik seharusnya Mas Azka bangga bila aku menjadi miliknya," ucap Keisha bangga, ia berputar-putar memamerkan tubuh rampingnya yang menonjol di beberapa bagian. "Paketku sudah sampai belum ya?" tanya Keisha sembari tesenyum jahat.***Tok.. tok.. tok..Bunyi suara ketukan pintu membuat Ayu yang sedang asyik menonton TV melangkahkan kakinya menuju pintu. "Maaf Mbak ada paket," ucap seorang kurir yang memberikan sebuah amplop coklat berukuran besar. "Oh iya, terima kasih Mas," jawab Ayu, sembari menandatangani tanda terima. "Paket apa ini, penerimanya sih kak Ayra," batin Ayu. "Siapa Yu?" tanya Ayra yang baru saja keluar dari kamar Reyhan. "Pengantar paket Kak," jawab Ayu sambil memberikan amplop pada Ayra. "Perasaan aku gak punya p
-Balasan untuk Ajeng dan Lastri. PLAK "BIKIN MALU, KAMU GAK PUNYA MUKA LAGI KEISHA?" ucap Ibu Keisha, ini adalah tamparan yang ke sekian kali yang ia berikan pada Putrinya. "Aku bikin malu apa Ma? Aku cinta dia, aku cuma mau dia, kalau aku nggak dapetin dia aku nggak akan pernah nikah seumur hidup, bahkan aku nggak mau hidup lagi!" jawab Keisha sambil menangis dan memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan dari Rani Ibunya. "Anakmu memang sudah tak waras Yah," ucap Rani putus asa, ia memandang suaminya yang hanya diam saja. "Lalu apa maumu Keisha?" tanya Aldo Ayah Keisha. Rani dan Keisha menatap Aldo dengan tatapan yang berbeda, Keisha menaruh harapan pada Ayahnya. Sedangkan Rani tak percaya suaminya memberikan pilihan pada Keisha yang menurutnya adalah jalan yang salah. Ting..ting..ting.. Bunyi notifikasi sosmed terus berbunyi membuat Keisha merogoh ponsel di kantongnya. "Mbak, kok cantik-cantik doyan sama suami orang sih?" "Mbak, pernah koar-koar soal pelakor kan
-Ajeng ditahan. Lastri terbangun dengan rasa lelah yang menjalar di seluruh tubuhnya, ia menatap langit-langit kamar tempat ia berada."Tempat ini rasanya tak asing," ucap Lastri sambil mencoba bangun dari posisi tidurnya. "Udah bangun Kak?" tanya seseorang yang suaranya sangat dikenali oleh Lastri. "Ayra!" ucap Lastri terkejut. "Kenapa kamu ada disini Ra?" tanya Lastri dengan nada yang meninggi. "Pergi kamu dari sini Ra, PERGI!" Lastri melempar gelas air minum yang terletak tepat di meja samping tempat tidurnya. "Aww" Ayra meringis saat pecahan kaca yang berserakan mengenai kakinya. "Kenapa Kak?" Ayu yang mendengar Ayra meringis bergegas memasuki kamar dan melihat darah yang mengucur dari kaki kakak iparnya. "Kamu apaan sih Las? Kok malah ngamuk gitu?" ucap Ayu marah sambil membantu Ayra duduk di kursi yang terletak di dekat pintu kamar. "Kalian yang merencanakan semua ini kan? Kalian puas melihatku hancur dan menderita seperti ini kan? Kalian memang bengis, jahat, kalian me
-Ayu melahirkan Lastri berada di ruang tengah memperhatikan kesibukan orang-orang yang sedang merenovasi rumah Azka, Azka sengaja memperbesar rumahnya untuk persiapan pernikahan Ayu dan Sandi yang akan dilaksanakan dua bulan lagi. "Kak, kok ngelamun?" tanya Ayra yang sejak tadi memperhatikan Lastri dari jauh. "Nggak papa Ra, aku cuma bersyukur aja Ayu akhirnya bisa mendapatkan kebahagiaannya," jawab Lastri sambil tersenyum pada Ayra. "Aku juga bersyukur karena Kakak sekarang ada disini sama kami," ucap Ayra tulus, membuat Lastri terharu. ***"Yank, aku mau ketemu Ibu ya," izin Ayu pada Sandi di telepon. "Untuk apa Sayang?" tanya Sandi khawatir. "Aku cuma mau ngomong sama Ibu tentang pernikahan kita, walaupun mungkin Ibu nggak akan merestui tapi seenggaknya aku harus bilang," jawab Ayu mencoba meyakinkan Sandi agar tak keberatan memberi izin."Aku temanin ya? Aku juga harus minta izin pada Ibumu," ucap Sandi tulus. "Tapi..." Ayu menggantungkan kata-katanya. "Nggak ada tapi-tap
-Pernikahan Ayu"Heh Nenek tuir, pijitin belakangku," ucap Nani tahanan senior di sel tempat Ajeng ditahan. "Emang aku Babumu, pijit aja sendiri," jawab Ajeng santai sambil kembali menggigiti kukunya yang terlihat menguning. "Emang songong banget dah ni Nenek peyot," jawab Usi tahanan yang agak kurus badannya. "Ku tindis aja kamu tu penyot Nenek tua," sahut Wulan yang badannya paling gendut di antara semuanya. "Cuss lan jadiin peyek tu si peyot," ucap Meli tahanan lainnya.Satu sel berisi lima orang termasuk Ajeng, mereka memberlakukan sistem senior junior namun Ajeng tak memperdulikan itu, ia tak peduli akan siapapun yang menyuruh bahkan mengancamnya. Saat bersih-bersih halaman lapas, Ajeng pernah menjadi bahan bullyan tahanan lain, bagaimana tidak? Ia seperti bos yang tak mau mengerjakan apa-apa. Benar-benar tak ada kapoknya. "Jangan cari masalah sekarang, aku lagi gak mood," ucap Ajeng tanpa menoleh pada keempat tahanan lain yang sedang menatap tajam dirinya. Wulan yang suda
-Ajeng kena karma "Assalamualaikum," ucap seseorang di seberang sana, dengan tangis terisak. "Wa'alaikumussalam, Mama kenapa?" tanya Meyra yang mulai mengucek matanya karena masih mengantuk, ia melirik jam dinding yang ternyata masih pukul tiga subuh. "Kak Tari udah nggak ada Ra," ucap Mala, dengan tangis yang semakin menjadi. Ayra seperti kehilangan nafasnya, tangisnya perlahan pecah. Azka yang baru tersadar dari tidurnya melihat istrinya menangis langsung memeluknya. "Sayang, Umi kenapa?" tanyanya lalu membawa Ayra ke dalam pelukannya. "Kak Tari udah nggak ada Bi," jawab Ayra yang semakin mengencangkan tangisnya. "Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un", ucap Azka sambil terus mengeratkan pelukannya pada Ayra, beberapa kali ia mencium puncak kepala Ayra dengan sayang."Ayo kita siap-siap ke rumah A Rafi Mi," ajak Azka yang diangguki oleh Ayra. "Kak, Kak Lastri," panggil Azka sambil mengetuk pintu kamar Lastri. "Iya, kenapa Ka?" tanya Lastri yang baru saja membuka pintu lalu me
-POV LASTRI Aku baru saja keluar dari Pengadilan Agama dan berniat untuk menemui Ibu dan suamiku di Rutan."Aku harus mencoba berdamai dengan keadaan untuk memperoleh ketenangan," ucapku dalam hati. "Ngapain kamu disini Las? Cerai?" sindir seseorang yang seumuran dengan Ibuku, membuatku mengalihkan pandangan dan menatap ke arah suara. "Tante Indah?" ucapku ramah, lalu berniat mencium tangannya, namun Tante Indah menepis tanganku dengan kasar "Nggak usah sok manis kamu depanku," tolaknya sinis, Tante Indah adalah adik dari Ayahku, namun entah kenapa ia selalu menunjukkan sikap tak sukanya terhadap Ibu dan kami keponakannya. "Kenapa sih Tan, Tante selalu aja sinis sama aku?" Aku mengeluh padanya untuk ke sekian ribu kalinya. "Ya iyalah aku sinis, ngapain juga baik-baik sama orang yang gak ada hubungan darah sama aku," jawabnya santai. "Maksud tante apa? Aku ini keponakannya tante loh, anaknya Kakaknya tante," ucapku kesal. "Oh ya? Kata siapa? Apa kamu udah pernah tes DNA dan bis