-Kedatangan Keluarga Ayra "Ayra yakin besok gak papa di rumah dengan para monster di luar?" Azka nampak ragu ketika akan pergi ke kantor, sebenarnya dia sangat enggan meninggalkan Ayra, namun rapat besok sangat penting dan dia harus menghadirinya tanpa bisa diwakilkan."Insyaa Allah nggak apa Mas, lagian mereka bukan kanibal kan?" Ayra berusaha meyakinkan Azka bahwa dia akan baik-baik saja, namun jauh di lubuk hatinya ia merasa sangat takut. "Ayra ikut Mas aja ke kantor ya? Mas cuma sebentar aja," pinta Azka, ia masih merasa tak tenang. "Mas nggak liat perut Ayra dah segede ini, capek Mas kalau kesana kesini. Ayra nggak apa kok, yakin deh! Kalau ada apa-apa Ayra janji langsung menghubungi Mas," jawab Ayra menangkup kedua pipi suaminya itu dan menciumnya dengan sayang. Azka mengalah dan mereka pun mulai tidur. Sementara di luar kamar, ketiga trio lampir sedang berdebat tentang siapa yang tidur di luar. Kipas angin yang berada di kamar mereka sudah dipindahkan oleh Azka ke gudang,
-Ajeng dilabrak. Ajeng sedang berada di rumah Ilham sepupunya, dia menceritakan segalanya pada Ilham dengan wajah memelas dan tangis yang tersedu-sedu mengharapkan iba. Ilham merasa sedih mendengar cerita Ajeng. Ia pun mengusap punggung Ajeng lembut. "Yang sabar ya Mbak, Aku nggak nyangka Azka bisa berbuat seperti itu sama Mbak dan anak-anak," ucap Ilham membuat Ajeng merasa berhasil memainkan triknya. "Surat tanahnya nggak usah Mbak gadai ke aku, uangnya nanti sore aku transfer ya." Ilham berpikir akan meminjamkan uang pada Ajeng karena merasa kasihan padanya. "Makasih ya Ham, Mbak janji kalau tanah yang di kota sudah laku Mbak pasti langsung bayar hutang Mbak ke kamu," ucap Ajeng sembari mengusap air mata buayanya. "Nggak usah dipikirin Mbak, kapan Mbak ada uang aja gantinya," jawab Ilham, ia tersenyum hangat pada Ajeng. Ting, bunyi notifikasi Wa masuk.[Sayang, kapan kita melepas rindu? Aku sudah menunggu di tempat biasa.]Senyum Ajeng mengembang, kekasihnya yang merupakan s
-Ayu hamil.Ajeng merasakan gemetar di seluruh tubuhnya, untuk pertama kalinya ia dibawa ke kantor polisi dengan kasus yang sangat memalukan. Ratih tak berhenti mencaci makinya, Pandi sangat lemah, ia hanya diam dan tak mampu mengatakan apa-apa sehingga Ajeng merasa semakin terpojokkan. Ketika diminta menghubungi keluarga untuk mendampingi, Ajeng bingung ingin menelpon siapa tak mungkin ia menelpon kedua putrinya, karena jika mereka tau maka mereka akan marah besar padanya. Pikiran Ajeng sangat kalut sampai ia tak sadar bahwa dia memanggil nomor Azka. Azka mengerutkan keningnya karena ia tau saat ini Ajeng sedang berada di Kantor polisi, lalu apa tujuan Ibu angkatnya itu menelpon? "Assalamualaikum," ucap Azka, ia akhirnya memilih untuk mengangkat bukan karena ia ingin, tapi karena ia penasaran. "Ka kamu harus bantu saya." Tanpa menjawab dan basa basi Ajeng langsung meminta, emm lebih tepatnya memerintahkan Azka untuk membantunya. "Maaf? Saya nggak salah dengar? Apa Ibu barusan me
-Romi menggila. Ajeng sudah buntu pikirannya, ia tak tau harus meminta tolong pada siapa,ia berkali-kali mengusap kasar wajahnya. "Ibu." panggilan dari seseorang yang sangat ia kenali mengalihkan pandangannya. Benar saja Ayu dan Lastri datang menemuinya, entah dari mana mereka tahu tentang keberadaannya saat ini. "Ini semua pasti ulah Azka" Ajeng membatin penuh marah. "Ibu kenapa bisa kayak gini sih?" tanya Ayu, ia nampak kesal namun juga khawatir pada Ajeng. "Kalian tau dari mana kalau Ibu ada disini?" tanya Ajeng, ia sengaja mengalihkan pembicaraan mereka. "Dari video yang sudah tersebar luas, Ibu bener-bener bikin malu," sahut Lastri ketus, ia merasa paling dirugikan dan malu karena ulah Ibunya itu."Kalau Ibu kalian tau malu, dia tak akan mungkin mengencani suami sahabatnya sendiri," ucap Ratih yang mendengar percakapan Ajeng dan kedua putrinya, mereka bertiga menoleh secara bersamaan, Ayu dan Lastri sangat mengenal Ratih, karena Ratih adalah sahabat Ajeng sejak lama. "Tak
-Ayra ….Mama, Papa dan Kakak Ayra datang dengan wajah yang sangat tegang mereka sangat khawatir terhadap kondisi Ayra. Mala mendekati Azka yang saat ini tertunduk lemah Azka merasa seolah-olah hidupnya telah hancur ia tak mampu menahan tangisnya. Mala mengusap pelan punggung menantunya sedangkan air matanya pun tak henti mengalir, ia berdo'a dalam hati tanpa henti agar Ayra selamat dan mampu melewati ini semua. Ayu menangis di ujung koridor ruangan, ia meratapi nasibnya yang sangat mengenaskan saat ini. Video viral Ibunya semakin banyak penontonnya, dan yang paling parah banyak netizen yang mengatakan bahwa Ibu dan anak sama-sama Menjual diri untuk kepuasan semata. Lastri datang tergopoh-gopoh mencari Ayu setelah mendapat telepon darinya. Lastri khawatir terhadap keadaan Ayu, dia belum mengetahui semuanya karena yang ia dengar dari telepon adalah Ayu ada di rumah sakit karena Ayra. Hatinya mendidih ia berpikir bahwa Ayra sudah mencelakakan adiknya. PLAK Lastri yang baru sampai me
-Ayra kembali Lastri menuju arah sebuah cafe di mana Romi menunggunya, saat dia baru keluar dari rumah sakit Romi menelponnya dan mengatakan ingin menemuinya.Lastri bergegas menyusulnya, dan ketika sampai ia melihat suaminya itu sedang terduduk lemas, ia pun menepikan motornya dan menghampiri Romi. "Mas, kamu ngapain disini?" tanya Lastri memegang pundak Romi. "Lastri …." Romi memeluknya dengan erat. Lastri kaget karena sudah lama sekali rasanya ia tak merasakan pelukan Romi. "Mas kenapa?" Lastri kembali menatap Romi dengan tatapan khawatir. "Hidupku hancur Dek, aku tau saat ini adikmu dan adik iparmu sedang gencar memfitnahku. Mereka sangat tak ingin aku kembali bersamamu," ucap Romi sembari menampilkan raut wajah sedihnya, membuat Lastri bingung. "Ini maksudnya gimana sih Mas?" tanya Lastri, ia semakin tak mengerti. "Aku datang ke rumah Azka dengan maksud mencarimu, aku ingin meminta maaf karena sudah mempermalukanmu di depan umum. Saat itu aku hanya sangat kesal pada keadaa
-Perpecahan Trio Lampir"AYU ... AYU … AYU ...." Lastri berteriak seperti orang kesetanan. Ajeng yang saat ini sedang menonton di ruang tengah pun menoleh dibuatnya. "Apa-apaan kamu Lastri berteriak kaya lagi dalam hutan" sahut Ajeng menghampiri Lastri sambil memarahinya. "Mana Ayu Bu, biar ku beri pelajaran dia," tanya Lastri, ia terlihat sangat murka dan beranjak ke dalam kamar tamu dimana Ayu berada, tapi bertepatan dengan itu Ayu keluar. "Ini dia nih si B**G**T," ucap Lastri, ia maju dan menjambak rambut Ayu. Ajeng kaget lalu menarik Lastri. "Kamu apa-apaan Lastri, sama Adekmu kok begitu?" tanya Ajeng melindungi Ayu. "Adek apaan? Adek mana yang tega fitnah suami Kakaknya sendiri? Supaya apa AYU? supaya ada yang bertanggung jawab pada BAYIMU yang tak tau siapa AYAHNYA itu?" Lastri berteriak dan menunjuk keras wajah Ayu. "Bayi, bayi apa? Ini maksudnya apa?" Ajeng kaget, ia bingung apa yang dimaksud Lastri. Ia menuntut jawaban dari kedua putrinya yang saat ini saling tatap deng
-Pembalasan Azka dimulai. Lastri sudah keluar dari rumah Ayra, ia membawa serta koper dan semua barangnya. Tanpa izin tanpa pamit dan terima kasih pada sang pemilik rumah ia menaiki taksi dan segera menuju hotel tempat dimana suaminya menunggu. Sedangkan Romi saat ini sedang dalam posisi terduduk dengan tangan yang terikat. Ia menatap tajam orang-orang yang saat ini di depannya. "HEH KACUNG, KITA SATU LAWAN SATU JANGAN MAIN KEROYOK BEGINI!! DASAR B**G**T." Romi meneriaki lelaki yang sudah dua kali memukulinya hingga tenaganya hampir habis karena sudah tak mampu melawan."Oke kalau itu yang kamu mau, lepaskan dia," ucap Sandi menyuruh anak buahnya untuk melepaskan Romi. Saat ini Romi dan Sandi sudah berhadapan, perkelahian sangat sengit bahkan darah menghiasi keduanya. Romi bahkan hampir kehabisan tenaga melawan Sandi yang begitu kuat, dalam keadaan normal saja takkan mungkin Romi mampu melawan lelaki di depannya ini. Sandi memiliki tubuh yang tinggi dan kekar, ototnya sangat kuat