-Mas Azka berubah.Aku bangun dengan perasaan tak bersemangat hari ini, membayangkan kegaduhan yang tadi malam terjadi di luar kamar membuatku menebak bagaimana keadaan rumahku sekarang. Aku membuka pintu kamar dengan pelan, dan ternyata apa yang terjadi lebih parah dari apa yang kubayangkan. Piring, gelas, dan mangkuk kotor masih berada di meja makan. Penggorengan bekas mereka memasak pun masih bertengger di kompor tak dibersihkan, baju kotor yang mereka kenakan waktu datang kesini sudah bertumpuk di keranjang cucian. Aku mengusap kasar wajahku, ingin rasanya saat ini aku berteriak sekeras-kerasnya. Hatiku sangat kesal rumahku yang bersih dan rapi kini dengan sekejap berubah menjadi kapal pecah berserakan dan yang membuatku semakin kesal adalah karena sang pembuat onar sedang tidur dengan nyenyaknya. Tapi aku tak ingin menjadi babu mereka lagi, ini rumahku dan ini istanaku. Bagaimana mungkin ratu diperlakukan layaknya pembantu di istana mereka sendiri. Aku tersenyum manis lalu mel
-Kedatangan Keluarga Ayra "Ayra yakin besok gak papa di rumah dengan para monster di luar?" Azka nampak ragu ketika akan pergi ke kantor, sebenarnya dia sangat enggan meninggalkan Ayra, namun rapat besok sangat penting dan dia harus menghadirinya tanpa bisa diwakilkan."Insyaa Allah nggak apa Mas, lagian mereka bukan kanibal kan?" Ayra berusaha meyakinkan Azka bahwa dia akan baik-baik saja, namun jauh di lubuk hatinya ia merasa sangat takut. "Ayra ikut Mas aja ke kantor ya? Mas cuma sebentar aja," pinta Azka, ia masih merasa tak tenang. "Mas nggak liat perut Ayra dah segede ini, capek Mas kalau kesana kesini. Ayra nggak apa kok, yakin deh! Kalau ada apa-apa Ayra janji langsung menghubungi Mas," jawab Ayra menangkup kedua pipi suaminya itu dan menciumnya dengan sayang. Azka mengalah dan mereka pun mulai tidur. Sementara di luar kamar, ketiga trio lampir sedang berdebat tentang siapa yang tidur di luar. Kipas angin yang berada di kamar mereka sudah dipindahkan oleh Azka ke gudang,
-Ajeng dilabrak. Ajeng sedang berada di rumah Ilham sepupunya, dia menceritakan segalanya pada Ilham dengan wajah memelas dan tangis yang tersedu-sedu mengharapkan iba. Ilham merasa sedih mendengar cerita Ajeng. Ia pun mengusap punggung Ajeng lembut. "Yang sabar ya Mbak, Aku nggak nyangka Azka bisa berbuat seperti itu sama Mbak dan anak-anak," ucap Ilham membuat Ajeng merasa berhasil memainkan triknya. "Surat tanahnya nggak usah Mbak gadai ke aku, uangnya nanti sore aku transfer ya." Ilham berpikir akan meminjamkan uang pada Ajeng karena merasa kasihan padanya. "Makasih ya Ham, Mbak janji kalau tanah yang di kota sudah laku Mbak pasti langsung bayar hutang Mbak ke kamu," ucap Ajeng sembari mengusap air mata buayanya. "Nggak usah dipikirin Mbak, kapan Mbak ada uang aja gantinya," jawab Ilham, ia tersenyum hangat pada Ajeng. Ting, bunyi notifikasi Wa masuk.[Sayang, kapan kita melepas rindu? Aku sudah menunggu di tempat biasa.]Senyum Ajeng mengembang, kekasihnya yang merupakan s
-Ayu hamil.Ajeng merasakan gemetar di seluruh tubuhnya, untuk pertama kalinya ia dibawa ke kantor polisi dengan kasus yang sangat memalukan. Ratih tak berhenti mencaci makinya, Pandi sangat lemah, ia hanya diam dan tak mampu mengatakan apa-apa sehingga Ajeng merasa semakin terpojokkan. Ketika diminta menghubungi keluarga untuk mendampingi, Ajeng bingung ingin menelpon siapa tak mungkin ia menelpon kedua putrinya, karena jika mereka tau maka mereka akan marah besar padanya. Pikiran Ajeng sangat kalut sampai ia tak sadar bahwa dia memanggil nomor Azka. Azka mengerutkan keningnya karena ia tau saat ini Ajeng sedang berada di Kantor polisi, lalu apa tujuan Ibu angkatnya itu menelpon? "Assalamualaikum," ucap Azka, ia akhirnya memilih untuk mengangkat bukan karena ia ingin, tapi karena ia penasaran. "Ka kamu harus bantu saya." Tanpa menjawab dan basa basi Ajeng langsung meminta, emm lebih tepatnya memerintahkan Azka untuk membantunya. "Maaf? Saya nggak salah dengar? Apa Ibu barusan me
-Romi menggila. Ajeng sudah buntu pikirannya, ia tak tau harus meminta tolong pada siapa,ia berkali-kali mengusap kasar wajahnya. "Ibu." panggilan dari seseorang yang sangat ia kenali mengalihkan pandangannya. Benar saja Ayu dan Lastri datang menemuinya, entah dari mana mereka tahu tentang keberadaannya saat ini. "Ini semua pasti ulah Azka" Ajeng membatin penuh marah. "Ibu kenapa bisa kayak gini sih?" tanya Ayu, ia nampak kesal namun juga khawatir pada Ajeng. "Kalian tau dari mana kalau Ibu ada disini?" tanya Ajeng, ia sengaja mengalihkan pembicaraan mereka. "Dari video yang sudah tersebar luas, Ibu bener-bener bikin malu," sahut Lastri ketus, ia merasa paling dirugikan dan malu karena ulah Ibunya itu."Kalau Ibu kalian tau malu, dia tak akan mungkin mengencani suami sahabatnya sendiri," ucap Ratih yang mendengar percakapan Ajeng dan kedua putrinya, mereka bertiga menoleh secara bersamaan, Ayu dan Lastri sangat mengenal Ratih, karena Ratih adalah sahabat Ajeng sejak lama. "Tak
-Ayra ….Mama, Papa dan Kakak Ayra datang dengan wajah yang sangat tegang mereka sangat khawatir terhadap kondisi Ayra. Mala mendekati Azka yang saat ini tertunduk lemah Azka merasa seolah-olah hidupnya telah hancur ia tak mampu menahan tangisnya. Mala mengusap pelan punggung menantunya sedangkan air matanya pun tak henti mengalir, ia berdo'a dalam hati tanpa henti agar Ayra selamat dan mampu melewati ini semua. Ayu menangis di ujung koridor ruangan, ia meratapi nasibnya yang sangat mengenaskan saat ini. Video viral Ibunya semakin banyak penontonnya, dan yang paling parah banyak netizen yang mengatakan bahwa Ibu dan anak sama-sama Menjual diri untuk kepuasan semata. Lastri datang tergopoh-gopoh mencari Ayu setelah mendapat telepon darinya. Lastri khawatir terhadap keadaan Ayu, dia belum mengetahui semuanya karena yang ia dengar dari telepon adalah Ayu ada di rumah sakit karena Ayra. Hatinya mendidih ia berpikir bahwa Ayra sudah mencelakakan adiknya. PLAK Lastri yang baru sampai me
-Ayra kembali Lastri menuju arah sebuah cafe di mana Romi menunggunya, saat dia baru keluar dari rumah sakit Romi menelponnya dan mengatakan ingin menemuinya.Lastri bergegas menyusulnya, dan ketika sampai ia melihat suaminya itu sedang terduduk lemas, ia pun menepikan motornya dan menghampiri Romi. "Mas, kamu ngapain disini?" tanya Lastri memegang pundak Romi. "Lastri …." Romi memeluknya dengan erat. Lastri kaget karena sudah lama sekali rasanya ia tak merasakan pelukan Romi. "Mas kenapa?" Lastri kembali menatap Romi dengan tatapan khawatir. "Hidupku hancur Dek, aku tau saat ini adikmu dan adik iparmu sedang gencar memfitnahku. Mereka sangat tak ingin aku kembali bersamamu," ucap Romi sembari menampilkan raut wajah sedihnya, membuat Lastri bingung. "Ini maksudnya gimana sih Mas?" tanya Lastri, ia semakin tak mengerti. "Aku datang ke rumah Azka dengan maksud mencarimu, aku ingin meminta maaf karena sudah mempermalukanmu di depan umum. Saat itu aku hanya sangat kesal pada keadaa
-Perpecahan Trio Lampir"AYU ... AYU … AYU ...." Lastri berteriak seperti orang kesetanan. Ajeng yang saat ini sedang menonton di ruang tengah pun menoleh dibuatnya. "Apa-apaan kamu Lastri berteriak kaya lagi dalam hutan" sahut Ajeng menghampiri Lastri sambil memarahinya. "Mana Ayu Bu, biar ku beri pelajaran dia," tanya Lastri, ia terlihat sangat murka dan beranjak ke dalam kamar tamu dimana Ayu berada, tapi bertepatan dengan itu Ayu keluar. "Ini dia nih si B**G**T," ucap Lastri, ia maju dan menjambak rambut Ayu. Ajeng kaget lalu menarik Lastri. "Kamu apa-apaan Lastri, sama Adekmu kok begitu?" tanya Ajeng melindungi Ayu. "Adek apaan? Adek mana yang tega fitnah suami Kakaknya sendiri? Supaya apa AYU? supaya ada yang bertanggung jawab pada BAYIMU yang tak tau siapa AYAHNYA itu?" Lastri berteriak dan menunjuk keras wajah Ayu. "Bayi, bayi apa? Ini maksudnya apa?" Ajeng kaget, ia bingung apa yang dimaksud Lastri. Ia menuntut jawaban dari kedua putrinya yang saat ini saling tatap deng
-Azka mulai ragu.Dua hari berlalu, Ayra akhirnya sudah lebih sehat dan diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Setelah sampai di rumah orang tuanya, Ayra langsung melepaskan rindunya pada Reyhan.“Maafin Umi ya sayang, Umi sudah ninggalin ade lama banget,” ucap Ayra menyesal, untung saja Ayra memang selalu memperhatikan kebutuhan putranya sehingga stok ASIPnya terpenuhi hingga satu minggu kedepan dan ia tak perlu mengkhawatirkan itu.“Ra, coba kamu lihat ini,” ucap Rafi, ia menunjukkan sebuah foto dimana terlihat Azka dan Keisha yang sedang duduk berdampingan di sebuah sofa yang terletak di sebelah ranjang Lastri.“Bukankah ini wanita yang dulu sempat mencari masalah padamu dan juga Azka, kenapa dia bisa kembali dekat dengan Azka? Apa sebenarnya tujuan Azka dan wanita ini?” tanya Ayah Ayra yang terlihat sudah semakin muak dengan menantunya itu.“Nggak ada tujuan atau masalah apa pun Pa, Keisha hanya membantu Kak Lastri saja,” ucap Ayra berusaha membela suaminya.“Jangan terus-terusan
-Ayra dipindahkan “A, Ayra mau sama Mas Azka. Kenapa Ayra harus dipisahkan dari Mas Azka?” ucap Ayra, ia terus menangis di samping Rafi yang menemaninya dalam mobil ambulance.Ayra dipindahkan di rumah sakit pusat kota dekat dengan rumah Rafi, orang tua Ayra sengaja memindahkannya agar mempersulit pertemuan antara Ayra dan Azka.“Azka harus diberi pelajaran atas segala yang sudah dia lakukan padamu Ra,” jawab Rafi, ia memilih untuk tak menatap ke arah adik semata wayangnya karena ia tak tahan melihat kesedihan Ayra.“Tapi...”“Ibu jangan banyak pikiran dulu ya, lebih baik istirahat agar tenaganya tak terkuras dan bisa cepat pulih,” ucap perawat yang mendampingi mereka.Ayra hanya diam dan terus menangis dalam diam, Rafi sesekali menoleh pada Ayra dan menghela nafasnya pelan, karena ia juga merasakan kesedihan yang dirasakan adiknya itu.‘Maaf Ra, tapi ini adalah hal yang harus kami lakukan agar Azka tak melakukan perbuatan yang sama lagi nantinya’ batin Rafi.***“Umi, Umi di mana?”
Sebelum Ayra di bawa ke rumah sakit.“Ajeng sudah keluar semenjak enam bulan yang lalu, bahkan kata petugas sipir tempat ia ditahan, Ajeng sudah sembuh dari penyakit menularnya,” ucap Aril yang merupakan kaki tangan Sandi dalam mencari informasi.“Apa kamu sudah menemukan informasi tentang siapa yang membantu perawatan dan mengeluarkannya dari tahanan?” tanya Sandi, terlihat ia mengerutkan keningnya karena sedang berpikir keras.“Sepertinya ia memiliki sedikit kekuasaan yang lebih besar dari kita sehingga agak sulit menembus info dari dalam, bahkan aku menawarkan uang yang lebih banyak tapi mereka tetap memilih menutup mulut dan tak mengatakan apa pun,” jawab Aril yang akhirnya diangguki oleh Sandi.‘Harusnya semua ini ku diskusikan bersama Azka, karena biar bagaimanapun jika aku dan Azka bekerja sama maka masalah yang kami lalui akan lebih cepat terselesaikan’ batin Sandi.***Sandi yang memang mencurigai gerak-gerik Keisha memilih untuk tak segera meninggalkan rumah sakit tepat sete
Ayra sudah di pindahkan di ruang perawatan VIP rumah sakit, dehidrasi yang dialaminya sungguh sangat berat sehingga agak sulit untuknya cepat pulih selain itu luka yang terdapat di tubuh Ayra juga memperburuk keadaannya.Ayu dan Sandi terus berada di sisi Ayra, mereka memendam kekesalan yang sama karena sudah seharian Azka tak kunjung datang padahal Ayu dan Sandi sudah mengirimkan banyak pesan untuknya.“Keterlaluan sekali Azka,” geram Sandi, Ayu yang mendengarnya juga ikut merasa marah.“Aku nggak ngerti otak Kak Azka dia taro di mana?” ucap Ayu menimpali.“Otaknya pindah ke dengkul Yank, sudah kebanyakan di cuci sama kedodolannya,” jawab Sandi sambil terus menatap kosong ke arah Ayra yang kini terbaring dengan lemah.“Kasian banget Kak Ayra,” ucap Ayu sedih.“Reyhan sama Aldi kasian kalau terlalu lama ditinggal Yank, apa aku hubungi saja keluarganya Kak Ayra?” tanya Ayu sambil menatap lurus pada suaminya.“Apa nggak nambah masalah kalau kita melibatkan mereka Yank?” tanya Sandi ragu
“Maaf Sus, pasien di kamar ini dipindahkan ke ruangan mana ya?” tanya Sandi saat mengetahui bahwa Lastri dan Azka tak berada di ruang VIP tempat Lastri harusnya dirawat.“Ibu Lastri sedang menjalani operasi kedua Pak, dan saat ini beliau ada di ruang operasi lantai tiga rumah sakit,” jawab Perawat wanita yang kebetulan sedang lewat, Sandi mengucapkan terima kasih lalu segera menuju lift untuk mencari Azka yang ia yakin berada di sana.Pintu lift terbuka Sandi mempercepat langkahnya namun ia sangat terkejut melihat Azka yang sedang terlelap di pundak seorang wanita yang saat ini sedang menatap Azka dengan penuh cinta, Sandi meradang dan menghampiri mereka dengan amarah yang membuncah.“Bangun Ka!” teriak Sandi, membuat Azka dan Keisha terkejut.“Apa-apaan sih Ndi?” tanya Azka sedikit kesal, ia mengucek matanya yang memang masih terasa panas karena sangat mengantuk.“Kamu yang apa-apan?” sanggah Sandi sembari menatap tajam pada keduanya.“Maksud kamu apa Ndi?” tanya Azka yang mulai ikut
Ajeng menatap nanar ke sebuah ruangan tempat putrinya berada, ia merasakan penyesalan yang begitu mendalam karena sudah membuat Lastri terluka.“Maaf Bu,” kata seorang perawat yang tak sengaja menabraknya, Ajeng segera menarik pashmina yang ia pakai untuk menutupi wajahnya dan berlalu dari sana untuk menghindari tatapan Azka yang menoleh ke arah mereka.“Ibu Lastri sekarang dalam keadaan kritis dan karena ada pendarahan saat operasi kedua, dia membutuhkan lebih banyak darah. Stok darah AB di rumah sakit ini sedang kosong, jadi tolong carikan pendonor untuk Bu Lastri secepatnya,” ucap Dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi, Azka mengangguk dan segera menghubungi beberapa teman, rekan, dan anak buahnya agar menemukan pendonor yang cocok untuk Kakaknya.“Yu, golongan darahmu apa?” tanya Azka saat telepon sudah tersambung.“Aku B kak, kenapa?” jawab Ayu khawatir.“Kak Lastri butuh pendonor Yu, golongan darahnya AB dan rumah sakit tak memiliki stok. Coba kamu tolong hubungi teman-
“Kenapa kamu kirim alamat ke Kak Lastri, Yank? Kenapa kamu bisa seceroboh itu sih?” teriak Ayu pada Sandi yang kini hanya mampu terdiam menunduk karena rasa bersalah. Ayu menyusul mereka semua setelah mendapat kabar dari Sandi.Sandi mengakui segalanya pada Ayu, Ayra, dan Azka namun hanya Ayu yang memaki suaminya dengan penuh amarah. Azka tak mampu mengatakan apapun lagi, ia sibuk menenangkan dirinya sendiri dan juga menenangkan Ayra yang terus saja menangis.“Kita harus apa Bi? Kita harus apa sekarang?” tanya Ayra yang merasa tubuhnya semakin melemah.“Sabar Mi, kita pasrahkan semuanya sama Allah semoga Allah memberikan keselamatan pada Kak Lastri,” jawab Azka, ia mengusap pelan punggung istrinya, ia pun tak henti mengusap air matanya yang juga ikut mengalir karena perasaan bersalah.“Maafin aku Yank,” ucap Sandi lirih.“Maaf kamu bilang? Maaf kamu apa bisa menyelamatkan Kak Lastri? Maaf kamu apa bisa membuat Kak Lastri sadar?” teriak Ayu, ia sangat murka terhadap apa yang sudah dila
-Ajeng dan KeishaAyra sedang berada di sebuah minimarket untuk berbelanja bulanan, ia pergi setelah menitipkan Reyhan pada Lastri. Ayra tak henti tersenyum karena ia berencana untuk menjodohkan Lastri dengan Rafi. Ia baru tahu bahwa Kakaknya itu memiliki perasaan pada Lastri. Setelah membayar semua belanjaannya Ayra keluar dan akan segera pulang, namun sebuah mobil hitam menghalangi pandangannya.Tiba-tiba seorang lelaki menghampirinya dan merangkulnya, membuat Ayra merasa terkejut namun sebuah benda tajam terasa menusuk di pinggangnya. “Diam dan jangan coba berteriak!” ancam lelaki itu dengan berbisik. Ayra dibawa ke sebuah gedung tua dalam kondisi pingsan karena saat di jalan ia disuntik obat penenang oleh orang suruhan Keisha, Keisha sendiri sudah menunggu kedatangan mereka bersama dengan Ajeng yang saat ini memakai kaca mata hitam, ia sangat tak sabar menunggu kedatangan mantan menantunya itu walaupun sebenarnya ia tak pernah menganggap Ayra sebagai seseorang yang menjadi bag
-Lastri resmi bercerai.Surat gugatan cerai sudah keluar, kini Lastri dan Romi sudah resmi berpisah. Lastri sekarang sudah jauh lebih baik bahkan terlihat sangat baik dan terurus, tubuhnya yang dulu sangat kurus kini sudah berisi. dan satu hal perubahan yang paling mencolok darinya adalah kini ia memakai hijab dan pakaian longgar, terlihat sangat sederhana namun juga sangat anggun. "Cantik," ucap Ayra memuji kakak iparnya yang saat ini sedang bersiap menuju rutan tempat mantan suaminya ditahan."Iss, apaan sih Ra? Lebay tau nggak?" jawab Lastri, ia tersipu malu karena Ayra terlalu sering memujinya semenjak ia memutuskan menutup auratnya."Seriusan Kak, aku yakin deh lelaki baik akan segera melamar kakak," ucap Ayra tersenyum sangat manis. "Aamiin ya Allah," jawab Lastri sembari mengangkat kedua tangannya, ia meng aamiini doa Ayra dengan hati yang penuh harap. "Bu Ibu, dah selesai belum ngobrolnya? Soalnya aku bisa telat meeting nih," ucap Azka yang mengetuk pintu kamar Lastri. "S