-Pembalasan Azka dimulai. Lastri sudah keluar dari rumah Ayra, ia membawa serta koper dan semua barangnya. Tanpa izin tanpa pamit dan terima kasih pada sang pemilik rumah ia menaiki taksi dan segera menuju hotel tempat dimana suaminya menunggu. Sedangkan Romi saat ini sedang dalam posisi terduduk dengan tangan yang terikat. Ia menatap tajam orang-orang yang saat ini di depannya. "HEH KACUNG, KITA SATU LAWAN SATU JANGAN MAIN KEROYOK BEGINI!! DASAR B**G**T." Romi meneriaki lelaki yang sudah dua kali memukulinya hingga tenaganya hampir habis karena sudah tak mampu melawan."Oke kalau itu yang kamu mau, lepaskan dia," ucap Sandi menyuruh anak buahnya untuk melepaskan Romi. Saat ini Romi dan Sandi sudah berhadapan, perkelahian sangat sengit bahkan darah menghiasi keduanya. Romi bahkan hampir kehabisan tenaga melawan Sandi yang begitu kuat, dalam keadaan normal saja takkan mungkin Romi mampu melawan lelaki di depannya ini. Sandi memiliki tubuh yang tinggi dan kekar, ototnya sangat kuat
-POV SANDI Aku mendapat tugas dari Azka untuk terus mengawasi keluarga angkatnya yang ternyata gila semua. Bagaimana mungkin mereka semua tega membuat seorang Ibu hamil kesusahan. Ayra adalah istri dari sahabatku, mana mungkin aku membiarkan mereka begitu saja setelah memperlakukannya seenaknya.Aku sudah mengantongi Info tentang Ibu angkat Azka beserta Kakak dan suami kakaknya. Tinggal satu orang lagi yaitu Ayu.Aku melihat seorang gadis yang bertubuh ideal sedang berjalan ke arah hotel. Dia sangat manis saat tersenyum, rambutnya yang ikal selalu diikat agar tak berhamburan. Entah kenapa setelah sekian lama, kini aku melihatnya lagi dengan rasa yang berbeda.Aku memang sering melihatnya dulu waktu aku masih rutin main ke rumah Azka, namun semenjak Ayah angkat Azka meninggal aku sudah tak pernah kesana lagi karena Ibunya selalu menatapku dengan pandangan tak suka. Aku turun dari mobil dan terus mengikutinya, namun betapa terkejutnya aku saat melihat ia berdandan dan mengganti pakai
-Sandi menyelamatkan Ayu. Di sebuah bangunan yang didominasi warna putih sedang duduk dengan anggun seorang wanita berusia empat puluh tahunan, ia beberapa kali terdengar bersenandung menikmati suguhan teh manis sambil melihat satu pasang suami istri yang saat ini sudah hampir tak berwujud. Dona wanita itu adalah Dona Meylisa. Seorang wanita yang hidup dengan bergelimangan harta, dan terus melipat gandakan uang dengan mengambil untung dari orang yang sangat membutuhkan bantuannya. Lastri datang dua tahun yang lalu dengan tangisan pilu, beralasan bahwa ia butuh uang untuk pengobatan sang Ayah. Dona yang merasa iba memberikan pinjaman berbunga padanya, awal pembayaran lancar namun dua bulan kemudian dia hilang tanpa jejak dan saat Sandi memberitahu keberadaannya, jelas saja senyum mengembang terus terlihat di bibir tipisnya. "Rudi, aku ingin melihat bagaimana dia kehabisan nafas dalam air namun jangan buat dia mati dulu, aku hanya ingin melihat bagaimana jika itu hampir terjadi pada
-Sandi mengaku Lastri sudah sampai di sebuah alamat yang diberikan oleh Ibunya, dia mengerutkan keningnya."Tempat apa ini?" Lastri bertanya dalam hati sambil terus melangkahkan kakinya mencari keberadaan Ajeng.Di sebuah rumah kecil di ujung jalan terlihat Ajeng sedang duduk lemas sendirian, Lastri mempercepat langkahnya. "Ibu ngapain disini? Ayu kemana?" Lastri bertanya pada Ajeng yang terlihat penuh kemarahan. "Ayu pergi bersama lelaki yang mengaku sebagai Ayah dari bayi yang dikandung olehnya." Jawab Ajeng, jelas saja hal itu membuat Lastri kaget. "Bagaimana mungkin? Ayu sendiri yang mengatakan kalau ia tidur dengan beberapa lelaki dalam satu minggu, ia bahkan tak tau siapa Ayah dari bayinya," sahut Lastri, ia sangat mengingat jelas apa yang dikatakan oleh Adiknya itu. "Tapi lelaki itu sangat percaya diri mengatakan bahwa Bayi itu adalah Bayinya, bahkan ia mengancam akan melaporkan Ibu ke polisi. Ayu memanfaatkan keadaan dan ikut bersama lelaki itu, bahkan ia tak peduli saat
-Pejuang Restu Ajeng dan Lastri sampai di rumah Ilham mereka masuk setelah mengucapkan salam. "Ada perlu apa Mbak?" Ilham langsung menanyai tujuan kedatangan kakak sepupunya itu. "Aku mau jual surat tanah Ham," jawab Ajeng, ia langsung mengatakan apa yang diinginkannya."Surat tanah yang mana Mbak?" Ilham melihat Ajeng mengeluarkan sertifikat tanah yang ia bawa. "Tapi ini bukannya surat tanah yang akan diberikan pada Azka?" Ilham melihat semua keterangan dalam sertifikat, ia mengingat Almarhum Cipto pernah mengatakan padanya kalau tanah di pinggir kota akan diberikan pada Azka. "Siapapun pemiliknya yang jelas surat ini masih atas nama suamiku, dan aku yang masih memiliki surat kuasa atasnya," jawab Ajeng, ia mulai geram karena Ilham sepertinya sudah mulai enggan membantunya. "Maaf Mbak, kalau Mbak menawarkan tanah yang lain saya mungkin akan memikirkannya, namun kalau tanah ini saya jelas menolak karena saya tak ingin ada masalah dikemudian hari," jawab Ilham, ia menolak dengan
-Persiapan Aqiqah Reyhan. POV AYRASatu minggu sudah berlalu besok adalah hari dimana acara akikah Reyhan akan dilaksanakan, Mama Papa dan keluargaku sudah berkumpul di rumah. Aku melihat Ayu sedikit canggung sehingga dia sering mengunci diri di kamar. Tok tok tok.. Aku mengetuk pintu kamar Ayu pelan. Karena tak ada jawaban aku membuka pintu yang ternyata tak dikunci, kulihat Ayu sedang duduk sendirian di kursi dekat jendela dan sangat terlihat wajah sendu yang mengartikan kesedihannya. "Ayu kenapa?" Aku mendekatinya dan mengelus pundaknya pelan, Ayu hanya menggeleng namun nampak jelas bekas air mata yang baru saja di usapnya. "Nggak papa Kak." Ayu menjawab namun tak berani menatapku, aku menarik tangannya dan mengelusnya pelan. "Cerita sama aku, ada yang kamu pikirin?" tanyaku lembut, aku berusaha membujuk Ayu, aku tak ingin ia memiliki beban sendirian. "Nggak papa kok Kak, aku cuma ngerasa nggak enak aja berada di antara kalian. Selama ini aku terlalu jahat sama kakak dan kak
-Acara berlangsung Hari ini adalah Aqiqah Anak pertama Azka dan Ayra, semua acara sudah dipersiapkan dengan sangat matang. Cattering, dekorasi, semua sudah tertata rapi. Saat ini Ayra sedang berada di dalam kamar, ia di dandani oleh Tari kakak iparnya yang merupakan MUA terkenal. Tari sangat piawai dalam melukis wajah seseorang, seperti saat ini, Ayra terlihat sangat cantik dengan Make up natural yang membuat wajahnya semakin cantik dan berseri.Ayra keluar setelah bersiap-siap, banyak tamu undangan yang sudah hadir. Tak sedikit yang membicarakan kecantikannya bahkan Azka sampai tak mampu mengalihkan pandangan dari Istrinya itu. "Woy, diem aja lu." Sandi membuat Azka tersadar namun bukannya menanggapi apa yang dikatakan Sandi, Azka malah berlalu menuju ke arah Istrinya berada. "Kau cantik hari ini dan aku suka," ucap Azka berbisik pada Ayra membuatnya sedikit geli. "Abi apaan sih?" Ayra mendorong pelan lengan Azka, jelas terlihat rona merah di pipinya yang menandakan ia sedang m
-Dendam Dona Ajeng bersiap-siap untuk pergi menemui Ayu kini ia berada di ruang tengah rumah mereka, Romy dan Lastri sedang asyik dengan handphone mereka masing-masing."Ibu mau pergi dulu," ujar Ajeng, Romi hanya menoleh sesaat begitu juga Lastri namun tiba-tiba suara gedoran pintu terdengar sangat jelas dan keras, mereka semua saling bertatapan lalu menuju pintu utama.Seorang wanita dengan penampilan yang sangat glamor berdiri di depan pintu bersama dengan dua bodyguardnya."Selamat pagi, hari ini cerah sekali dan udaranya sangat segar, hmm apa kalian tahu hari ini hari apa?" Dona menatap Lastri dengan senyum yang mengerikan, membuat Lastri kembali merasa kehilangan nyawanya. Ajeng yang tak mengerti apa-apa menatap bingung pada wanita yang kini berada di hadapannya. "Siapa kamu? Ada urusan apa ke rumah saya?" tanya Ajeng dengan angkuhnya. "Perkenalkan nama saya adalah Dona, saya adalah teman baik Putri anda, bukankah begitu mbak Lastri?" Dona menatap tajam Lastri yang saat ini h