Share

Bab 52. Cek Terus

Penulis: Dewiluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-04 18:33:51

Hari masih pagi, tapi Amira sudah resah. Sejak kemarin dia tidak menghubungi Raga lagi. Untuk kesekian kalinya mereka berdebat tanpa ada ujung.

“Dia bakal masuk sekolah, kan?” Gumam Amira pada dirinya sendiri.

Berbagai macam dugaan masuk ke dalam benak Amira. Mulai dari mereka yang saling membuang muka, atau Raga tidak datang ke sekolah sama sekali.

“Mikirin gue, ya?”

Belaian lembut di puncak kepala Amira membuat gadis itu mendongak. Dia mendapati wajah Raga yang tersenyum ke arahnya.

“Enggak,” bantah Amira singkat.

Amira sengaja mengubah ekspresi menjadi datar. Dia menatap lurus ke arah Raga, menunjukkan kalau dia serius. Amira tidak mau Raga menyadari jika jantungnya sedang berdegup kencang sekarang.

“Percaya,” sahut Raga.

Raga mengambil tempat untuk duduk di samping Amira. Dia menatap Amira yang sibuk mengalihkan pandang.

“Liat apa?” Raga memanjangkan tangan, melambai di depan Amira.

Amira terpaksa menoleh saat wajah Raga muncul di depannya.

“Jam kerja lo udah mulai,” ujar Raga.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 53. Gandengan Tanpa Status

    Amira berjalan di lorong sekolah. Langkahnya semakin lama semakin cepat. Di belakang Amira, ada Raga yang mengejar. “Ih! Jangan ngikutin melulu, kenapa sih?” Gerutu Amira.Belum sehari berlalu, tapi rasanya Amira sudah tidak kuat. Permintaan Raga untuk mengecek apa yang terjadi di masa depan sejam sekali, membuat Amira jengah. Raga terus saja mengulurkan tangan, di sepanjang pelajaran, di jam istirahat, di setiap hela napasnya. “Berhenti!” Amira berseru keras. Dia berbalik dan mendapati Raga di depannya. “Jangan ikutin gue lagi!” Raga hanya angkat bahu. Dia menatap sok bingung. “Kenapa? Kan gue cuma mau mempermudah tugas lo?”Amira menghentakan kakinya kesal. Rasanya percuma saja bicara pada Raga. Cowok itu akan terus berpura-pura polos sambil mengikuti langkahnya. Hanya ada satu tempat di mana Amira bisa bebas dari Raga. Brak! Amira masuk ke dalam satu ruangan, lalu menutup pintunya keras. Di tempat ini, Raga tak akan berani mengganggu. Toilet perempuan adalah tempat paling aman

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 54. Kabur dari Pandangan

    Hari masih pagi, tapi suasana sudah panas. Di kantin Laveire yang sepi, Amira tampak panik. Dia tidak bisa menghindari tatapan Michelle yang tertuju lurus padanya.“Serius, lo enggak pacaran sama dia?” Tanya Michelle penasaran.Amira tahu jika kedekatannya dengan Raga pasti akan membuat asumsi seperti itu. Padahal, dia tidak memiliki hubungan apapun dengan Raga. “Enggak,” jawab Amira singkat. Dia terus membantah.Namun, Michelle juga sama. Dia tidak menyerah, malah melanjutkan pertanyaannya.“Tapi elo sama dia terus? Sambil gandengan juga?”Dahi Amira mengernyit. Dia berpikir keras, mencoba mencari jawaban yang sekiranya tak akan membuat dirinya semakin dicurigai. “Kita cuma teman sebangku aja, kok. Tadi pas dateng, kebetulan aja bareng,” sahut Amira sekenanya. Meski sudah mendengar jawaban, Michelle masih menatap Amira lekat. Jelas terlihat jika gadis itu belum puas dengan apa yang Amira katakan.“Gandengannya?” Tanya Michelle lagi. Terus saja Michelle penasaran dengan gandengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 55. Drama, Siapa Takut?

    Di lorong sekolah, Amira membuat Michelle menunduk dalam. Pertanyaan Amira sanggup membuat Michelle tersedu.“Ck!” Amira berdecak kesal. “Jangan nangis di sini!” Bel masuk sebentar lagi berbunyi, membuat lorong sekolah cukup ramai. Amira tidak mungkin membuat Michelle menjadi tontonan.“Kita ke toilet dulu,” sambung Amira kemudian. Amira menggandeng Michelle masuk ke dalam toilet perempuan yang tak jauh dari mereka. Di dalam ruang bernuansa putih dengan wastafel berjajar itu, Amira menenangkan Michelle.“Udah, jangan nangis,” ucap Amira lembut.Kedua tangan Amira terulur mengusap pelan lengan Michelle, tapi sepertinya gadis itu belum puas menangis. “Emang lo diapain aja sama mereka?”Amira tidak tahu apa yang terjadi pada Michelle sebelum ini. Mungkin begitu buruk, sampai-sampai Michelle menangis pilu hanya di saat Amira menyinggungnya sedikit. “Udah enggak apa-apa. Kan sekarang elo sama gue ….”Amira terkejut sendiri dengan ucapannya. Tidak, harusnya dia tidak mengucapkan kalimat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 56. Teman Baru, Masalah Baru

    Amira memandang sinis. Kali ini, dia tidak repot-repot mengulurkan tangan. “Gue Amira!” Suara Amira menggema di lorong sekolah, membuat beberapa siswa yang sedang melintas sampai menoleh. Satu-persatu bahkan berhenti dan mendekat karena penasaran. Jam masuk sekolah yang sebentar lagi dimulai, membuat lorong jadi ramai.“Ish! Suara lo kenceng banget, sih!” Salah satu dari tiga perempuan itu menggerutu kesal. Perempuan itu tidak nyaman karena mereka sudah menjadi pusat perhatian sekarang. Sementara itu, Amira tidak peduli sama sekali. Kenapa harus takut? Dia kan cuma menyebutkan nama saja. “Suara gue emang kenceng. Terus kenapa? Gue sengaja, biar lo denger. Lo kan tadi budek. Gue udah bilang mau makan sama Michelle, masih aja maksa!” Senyum Amira mengembang sinis. Dia semakin senang saat melihat banyak siswa yang berkumpul.“Butuh apaan sih dari temen gue? Maksa banget!”Ketiga perempuan itu kesal sendiri. Mereka resah dengan tatapan dari siswa yang mengerubungi. “Apa lo mau ikut

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 57. Teman yang Salah

    Di kantin sekolah, sekali lagi Raga menghadapi Amira yang sedang sibuk bertengkar. Padahal di waktu istirahat ini, mereka bisa makan berduaan. Namun, Amira memilih untuk mencari masalah daripada kedamaian. “Temen mata lo!” Amira berteriak marah. Raga yang ada di sebelahnya hanya bisa menghela. Tangannya terulur menarik Amira mundur. “Biarin aja, sih,” sinis Raga. “Dia juga yang mau, kok.” Meski Raga sudah mengatakan hal seperti itu, Amira tidak bisa mundur. “Gara-gara lo!” Bentak Amira pada Raga yang menariknya. Heran sekali jadi Raga yang disalahkan, padahal dia itu memberikan saran yang baik. “Kenapa jadi gue, sih?” Balas Raga jengkel. Dia tak terima ditunjuk begitu. Yang buat masalah kan Michelle, bukan dirinya. “Ya gara-gara elo, gue jadi peduli lagi sama orang lain!” Padahal sebelum bertemu Raga, Amira sudah dalam tahap nyaman dengan hidupnya. Meski tanpa teman, atau siapapun yang dekat dengannya. Amira tidak memiliki masalah sama sekali. Sekolahnya baik, nilainya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 58. Korban, Bukan Teman

    Raga tak bisa menutupi wajah kesalnya. Dia memicing penuh permusuhan. Raga tak peduli jika siswa di dalam kantin mulai berbisik. Dia memang sudah terkenal bersikap kasar. “Gue mau ngomong sama Amira. Gue perlu minta maaf,” ucap Michelle lirih. Michelle sudah berhati-hati dalam berucap, tapi Raga tetap tidak merasa senang. Cowok itu melengos keras. Namun, Michelle tidak menyerah. “Gue tau gue salah. Amira pasti kecewa banget sama gue.” Michelle menatap Raga dengan air mata yang menggantung di pelupuk. Meski begitu, dia menunjukkan tekadnya. “Terserah,” ucap Raga pada akhirnya. Raga menyerah. Dia memilih untuk kembali ke kelas. Biarkan Michelle yang memutuskan mau mengikutinya atau tidak. Di dalam kelas XI-A, langkah Michelle berubah canggung. Meski dia masuk bersama Raga, Michelle tak bisa berhenti memandang sekitar. Dia merasa tidak nyaman dengan tatapan yang dia dapatkan. “Amira?” Panggil Raga sambil menyenggol lengan Amira pelan. “Mau makan dulu, gak?” Amira langsung

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 59. Teman, atau Lebih?

    Di kelas XI-A, suara batuk Amira menggema. Amira merasa tenggorokannya terkoyak saking kerasnya dia terbatuk.“Minum lagi,” ucap Raga sambil menyodorkan botol yang terbuka. Amira pun refleks menyambut botol dan langsung meminumnya. Sebelum Amira sadar, jika dirinya jatuh ke dalam lubang yang sama. Ya, Amira minum dari botol Raga lagi. Cepat-cepat, dia meletakkan botol itu.“Lanjut aja kalau masih haus,” ucap Raga memperbolehkan.Jelas Amira tidak mau. Tatapannya tertuju pada dua botol yang ada di hadapan. Satu botol kosong milik Amira yang memang sudah tamat isinya, sementara satu lagi botol milik Raga yang masih menyisakan jus. “Enggak papa. Nanti gue beli lagi,” sambung Raga santai. Tapi Amira tidak bisa, dia menunjuk Raga kesal.“Kenapa lo enggak bilang dari tadi kalo itu punya lo!” Amira menggerutu. Raga hanya angkat bahu menanggapi. “Lo enggak nanya,” jawabnya enteng.Amira menggeleng keras. Ini bukan hal yang bisa dianggap ringan olehnya. Itu botol Raga. Mereka minum dari te

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 60. Si Miskin dan Si Kaya

    Keesokan hari, Raga sedang duduk di kursinya, di dalam kelas. Pelajaran selesai, dan bel istirahat telah berbunyi. Guru baru saja beranjak keluar kelas, tapi Michelle sudah menunggu di depan pintu. “Jangan pergi,” ucap Raga saat Amira menoleh padanya. Kedua mata Raga memandang penuh harap pada Amira. Tentu saja Raga juga sudah melihat sosok Michelle yang menunggu Amira. Dia juga tahu, jika setelah ini Amira pasti akan langsung menghampiri Michelle. Karena itulah, barusan Amira menoleh padanya, seolah meminta izin. “Jangan tinggalin. Temenin gue aja,” sambung Raga dengan suara lirih. Amira langsung menautkan alis. Dia merasa geli sendiri mendengar Raga yang memohon manja padanya. “Elo mabok?” Ledek Amira. Amira merasa aneh mendapati wajah memelas Raga. Biasanya kan cowok itu hobi marah-marah dan memaksa. “Gue cuma mau ke kantin,” sambung Amira kemudian. Memang benar, Amira hanya ingin menghabiskan waktu istirahat bersama Michelle di kantin Laveire, bukannya mau pergi ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08

Bab terbaru

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 190. Tidak Ada yang Bisa Sendirian

    Setelah acara makan mereka selesai, Amira membereskan sisa makanan. Michelle dan Febby pun ikut membantu. Belum juga meja di depan mereka bersih, Raga sudah menarik tangan Amira. “Ikut gue,” ujar Raga, dengan nada memerintah. Evan berdiri, hendak menyela. Namun, Amira mencegahnya. Raga berdiri tepat di depan Evan. “Jangan ganggu.” Dia memberikan peringatan. “Gue pingin pacaran.”Amira bisa mendengar decak kesal dari Evan. Meski begitu, Evan tidak mengejar sama sekali. “Kita cari tempat yang lebih tenang,” sambung Raga. “Biar bisa ngomong, tanpa gangguan.”Amira mengangguk pelan, meskipun matanya tampak ragu. Mereka berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah yang sepi, langkah kaki keduanya bergema di sepanjang jalan. Beberapa siswa lain sudah kembali ke kelas, membuat lorong menjadi lebih lengang.Raga berhenti di sebuah lorong yang jarang dilalui, jauh dari ruang kelas dan sudut sekolah yang biasanya ramai. “Di sini aja.” Raga memilih sudut lorong. “Gak bakal ada yang lewat.”Amir

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 189. Teman Sejati

    “Kak Dina enggak begitu!” Dika akhirnya membuka suara. Dia tidak bisa terus melihat kakaknya disudutkan. Dika melihat sendiri bagaimana Dina berusaha. Dina secara teratur membersihkan makam keluarga Amira. Dia tidak pernah absen. Bahkan, untuk bisa sekolah di Laveire, Dina sampai membantah kedua orang tua mereka. Dina bersikeras ingin pergi meski ayah dan ibu mereka tak mengizinkan. Bahkan, Dina sampai nekat untuk masuk ke Laveire meski hanya berbekal beasiswa. “Kalian enggak tau apa yang Kak Dina lakukan biar bisa ketemu sama Kak Amira!”Evan mendelik. Dia melipat kedua tangannya sambil memicing tak percaya. “Coba bilang, apa aja yang udah dia lakuin.”Evan, Michelle, dan Febby sudah siap menyimak. Mereka mengharapkan jawaban yang memuaskan. Namun, belum juga Dika menjawab, Dina sudah menghentikannya. “Aku akan buktikan.” Dina tak ingin kedatangannya sia-sia. Dia sudah sejauh ini. “Coba aja,” jawab Evan, menantang. “Buktiin kalau lo bisa lebih baik dari kita sebagai teman Amira!

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 188. Arti Sebuah Maaf

    “Lo … mau apa?” Hidup Amira sudah nyaman di sini. Dia tidak peduli lagi dengan masa lalu. Apa pun yang terjadi pada kampung halaman atau orang-orang di sana, Amira tak ingin tahu. “Apa tujuan lo? Kenapa ganggu gue?”Dina hanya tersenyum mendengar pertanyaan Amira. Perangainya tenang, bibirnya terbuka pelan, memberikan alasan. “Karena aku menyesal,” jawab Dina. “Aku menyesal karena belum sempat meminta maaf ke kamu.”Amira menatap tak percaya. Dia menilik wajah Dina, mencoba mencari setitik saja kebohongan yang nyatanya tidak bisa dia temukan. “Aku minta maaf buat semua tuduhan yang dulu tertuju ke kamu.” Dina menjelaskan apa yang terjadi setelah Amira pergi. Pencuri uang sudah ditemukan. Begitu juga dengan Anto, pria yang dahulu menuduh Amira sebagai perayu. Sudah terbukti, Anto sendiri yang adalah seorang hidung belang. “Aku harusnya percaya sama kamu. Kamu selama ini enggak pernah sekali pun bohong sama kita.” Dina memandang Amira penuh penyesalan. “Aku tidak sempat minta ma

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 187. Keinginan Sudut Hati

    “Pelan-pelan,” keluh Michelle saat Amira menarik tangannya kencang. “Emang udah laper banget?” Amira baru melepaskan Michelle saat mereka sampai di kantin. Dia menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Ayo cari tempat duduk,” ujar Amira, dengan senyum terpaksa di wajah. Mereka berkeliling kantin sebelum akhirnya menemukan tempat yang cocok. Ada satu meja besar–yang cukup untuk mereka semua, tepat di sudut kantin Laveire. “Kak Amira, seneng bisa ketemu Kakak lagi!” Dika tak mau membuang kesempatan untuk berbincang dengan Amira. Dia langsung menyapa di detik pertama mereka duduk. Terlihat jelas jika Raga memberikan tatapan sinis pada sapaan Dika. Dia merasa terancam. Tangan Raga bergerak meraih tangan Amira mendekat, menunjukkan kepemilikannya. “Iya,” sahut Amira. “Gue juga enggak nyangka kalian pindah ke sekolah ini.”Lebih tepatnya, Amira tidak mengerti. Apa tujuan Dika dan Dina pindah ke Laveire? “Iya, Kak Dina yang ajak!” Seru Dika jujur. Dia berucap riang d

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 186. Dua Saudara

    “Hai,” ucap Amira dengan senyum di wajah. Amira berusaha untuk menepikan sementara rasa tidak suka yang dia miliki. Untuk sementara saja, karena Sonya dan Reynald menatapnya sekarang. “Silakan lanjutkan pelajarannya,” ucap Reynald seraya berpamitan. Sonya mengangguk sopan. Dia mengantar Reynald sampai ke pintu kelas sebelum kembali pada murid-muridnya. “Sampai di mana tadi?” Sonya mencoba mengingat materi yang tengah dia berikan. “Ah ya, soal.”Tangan Sonya meraih kembali spidol di tangan. Kali ini, dia benar-benar menuliskan soal. Saat Sonya sudah sibuk, Raga menyenggol lengan Amira pelan. Tangan Raga menyodorkan buku tulisnya sendiri. Buku yang sudah dia tulis dengan sebuah kalimat untuk Amira. [Lagi kesel?]Amira hanya melengos. Dia tidak membalas, hanya mendorong kembali buku Raga kepada sang pemilik. Raga tidak menyerah. Dia menulis kalimat lain di atas bukunya, lalu mendorong buku itu kembali pada Amira. [Kesel sama cewek itu? Dia siapa? Beneran temen?]Raga ingin menuli

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 185. Kejutan untuk Amira

    “Anak-anak, duduk di tempat kalian!” Sapaan dari Sonya, membuat siswa kelas XI duduk.Amira menoleh sekilas ke belakang. Dia memastikan teman-teman sekelasnya sudah duduk, sebelum memimpin salam. “Terima kasih, Amira,” ucap Sonya kemudian. “Ibu sebelumnya bingung memilih ketua kelas untuk kelas gabungan baru ini,” aku Sonya, jujur. “Tapi sekarang Ibu bisa lega. Sepertinya Amira yang akan menjadi ketua kelas.”Tatapan Sonya tertuju ke seluruh siswa yang duduk di depannya, memastikan. “Apa ada yang keberatan jika Amira yang menjadi ketua kelas?”Terdengar hening. Tidak ada suara sama sekali. Sepuluh orang yang ada di dalam kelas tidak mengeluarkan suara. Sonya mengangguk kemudian. Dia juga sama tidak keberatannya seperti siswa yang ada di dalam kelas. Sonya sangat setuju. Amira bertanggung jawab dan mampu memimpin kelas dengan baik seperti yang sudah-sudah. “Baiklah. Ibu anggap kalian setuju. Untuk selanjutnya, Amira yang akan menjadi ketua kelas. Lalu ….” Sonya mengangkat daftar ab

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 184. Kelas Baru

    “Akhirnya!” Michelle berseru senang. Tangannya menyenggol Amira, sambil menunjuk ke arah panggung yang ada di depan mereka. “Kita masuk sekolah lagi!” Seru Michelle senang. Entah sudah berapa kali gadis itu mengatakannya. Amira bahkan sudah tidak menghitung. Sejak pertama Amira masuk ke wilayah Laveire, dia sudah melihat Michelle, menunggunya di lorong.Michelle langsung mengambil alih Amira yang memang datang ke sekolah bersama Raga. Dia memonopoli Amira sampai mereka duduk di aula. “Ini emang lama begini?” Raga yang sedari tadi sudah menahan diri, akhirnya mengomel juga. “Mau kasih pengumuman apa sih?” Tanya Raga, tidak sabar. Mereka diminta berkumpul di aula sejak tadi, tapi tidak ada yang terjadi. “Enggak tau,” jawab Michelle sambil mengangkat bahu. “Tadi Evan bilang dia juga lagi sibuk siapin pengumuman.”Akhirnya, Raga hanya bisa mengeluh. Apa yang dia lakukan, tak jauh berbeda dengan murid lain yang duduk di aula. Memang tidak ada banyak murid yang kembali masuk ke Lavei

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 183. Foto dan Kebersamaan

    “Kita belum pernah foto bareng!” Amira tertawa. Dia mengikuti langkah Raga, masuk ke dalam kotak photobox bersama. “Padahal kita ketemu hampir setiap hari. Kenapa ya?” Tanya Amira sambil berkedip tak percaya. Raga menyambut dengan senyum lebar. Dia menghampiri mesin photobox dan mulai menekan beberapa tombol. Amira, yang memang tidak pernah menggunakan mesin seperti itu, membiarkan Raga yang mengambil alih. “Di sini,” ucap Raga setelah dia selesai dengan mesinnya. Raga meminta Amira mendekat padanya. Jarinya menunjuk ke arah layar besar di depan mereka. “Liat ke kamera.”Tampilan wajah Amira dan Raga terlihat jelas di depan keduanya. Sekarang, Amira jadi malu sendiri melihat wajah mereka. “Senyum, dong.” Raga menoleh ke arah Amira yang tegang. Raga menggerakkan tangannya, mencubit pipi Amira gemas. “Lo lebih cantik kalau senyum.”Amira sedikit terkejut saat tangan Raga merangkulnya. Dia sampai menoleh, menatap dengan tatapan protes. Timer di mesin menyala. Hitungan mundur dimu

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 182. Arcade

    “Kok enggak bangunin gue?” Gerutu Raga, kesal.Dia baru membuka mata saat lampu menyala. Tempat duduk di dalam studio bioskop bahkan hampir kosong. Tersisa tak lebih dari tujuh orang, selain Amira, Raga dan Alex. “Lo pasti capek.” Amira berdiri duluan. Dia mengulurkan tangan, mengajak Raga ikut berdiri. “Lagian filmnya juga enggak seru-seru amat,” kilah Amira. Amira tidak salah. Di matanya, film itu tidak seru, karena dia lebih fokus memandangi Raga. Namun, bagi Raga tidak begitu. Dia berdecak keras, wajahnya menunjukkan kecewa. “Balikin waktu dua jam gue! Ulang!”Amira tertawa. Dia menarik Raga mendekat. “Jangan marah-marah. Masih banyak waktu.”Raga tidak menolak saat Amira mengajaknya masuk ke arcade di dalam mall. Di sana, Raga bisa melihat ada deretan mesin permainan, photobox, bahkan roller coaster kecil yang melintas di atas kepala mereka. “Mau naik itu, enggak?” Ajak Amira sambil menunjuk. Mungkin mereka memang tidak bisa pergi ke taman bermain yang sebenarnya. Amira memp

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status