Home / Young Adult / Ratu Indigo VS Bad Boy / Bab 3. Lari dan Sembunyi

Share

Bab 3. Lari dan Sembunyi

Author: Dewiluna
last update Last Updated: 2024-11-12 09:24:36

Raga membiarkan Amira menariknya. Mereka berlari tanpa arah sebelum akhirnya Amira melihat sebuah jalan kecil.

“Lewat sini!” Amira berteriak sambil menunjuk ke sisi kiri. Dia menyempatkan diri menoleh ke belakang, hanya untuk mendapati jika mobil hitam yang mengejar mereka semakin dekat. 

Mobil itu telah berhenti sempurna di jalan. Lima orang berpakaian hitam lengkap turun dari mobil dan mulai mengejar.

“Cepat!” pekik Amira. Dia membuat kedua kakinya melaju lebih kencang. 

Raga menoleh ke belakang. Kali ini ia melihat dengan kedua matanya sendiri jika nemang ada gerombolan yang mengejar mereka. 

“Sembunyi!” Raga tidak ragu lagi setelah melihat bukti. Kali ini dia yang menarik Amira.

Amira tidak protes saat Raga memimpin dan menariknya melewati jalan kecil berkelok. Dia tahu jika Raga sedang mencoba untuk membuat mereka terbebas dari pengejaran. 

“Naik!” Perintah Raga membuat Amira melotot. 

Amira menatap pagar di depannya. Tidak tinggi tapi cukup untuk membuatnya meloncat. Masalahnya Amira ini memakai rok. 

Melihat keraguan Amira, Raga memilih untuk bergerak duluan. Ia melompat ke sisi seberang lalu memberikan uluran tangan. 

“Cepet!” Seruan Raga membuat Amira tidak berpikir lagi. Dia menerima bantuan Raga.

Amira meloncat. Gadis itu mendarat lembut dalam pelukan Raga. 

Raga mengulurkan tangan menghentikan pagar yang bergetar. Dia gegas menarik Amira untuk bersembunyi di balik rimbunan pohon.

“Jangan bersuara.” Raga menutup mulut Amira dengan sebelah tangan. Dia mendorong Amira ke sudut, menutupi tubuh Amira dengan tubuhnya sendiri. 

Amira mencoba mengatur nafasnya yang tersengal. Kakinya terasa lemas. Andai saja Raga tidak mengajaknya bersembunyi, mungkin Amira sudah terjatuh karena kehabisan tenaga. 

“Dimana dia?” Terdengar suara berisik. 

Amira memejamkan mata erat. Dia menahan nafas karena takut suara mereka terdengar. Derap langkah kaki semakin dekat, membuat Amira panik dan tanpa sadar memegang ujung seragam Raga kencang.

“Cari ke sebelah sana! Cepat! Jangan sampai lolos!”

Kedua mata Amira terasa panas. Dia susah payah menahan tangis. Amira menutup mulut, tidak bersuara. Sampai keadaan aman, sampai semua derap langkah terdengar menjauh dan benar-benar menghilang. 

Perhatian Raga teralih pada Amira yang masih berdiri kaku di depannya. Gadis itu terpaku dengan tubuh gemetar. 

Raga menunduk, menyamakan tinggi dengan Amira. Dia menatap wajah ketakutan gadis itu. “Elo enggak papa?”

Amira terkejut. Dia mendorong Raga menjauh. Amira menyempatkan diri menghapus air mata yang penuh di pelupuk. “Gue enggak papa.”

Raga berdecak kesal sesaat. Meski Amira mengatakan jika dia tidak apa-apa, Raga yakin gadis itu tidak baik-baik saja. 

“Kita harus cepat pergi dari sini.” Raga meraih ponselnya dari saku. Dia menekan satu nomor kontak yang langsung tersambung. “Jemput gue sekarang!”

Pelan Raga melangkah. Dia keluar dari tempat persembunyian, mencoba mengecek situasi. “Aman,” ucapnya kemudian.

Amira menyambut tangan Raga untuk kedua kalinya. Dia membiarkan cowok itu membantu sekali lagi untuk melompati pagar rumah entah milik siapa. Keduanya kembali menyusuri jalan. 

“Pegang tangan gue!” Raga menuntut tangan Amira. Dia menariknya tanpa menunggu Amira yang meragu. “Jangan sampe kepisah.” 

Amira mengikuti langkah Raga. Mereka menyusuri jalan kecil. Terus berjalan tanpa menoleh. Sayangnya, gerakan mereka terendus. 

“Akh!” Pekik Amira keras. Dia menabrak Raga yang tiba-tiba saja berhenti di depannya. “Kenapa?” 

Raga memutar tubuh. “Lari!”

Amira melihat bayangan para penculik itu. Mereka ketahuan. Keduanya mulai berlari lagi. Kali ini lebih cepat dari sebelumnya.

“Sial!” Pekik Amira kesal. “Kata lo tadi, elo enggak punya musuh!” 

Raga menggeleng. “Emang enggak! Gue juga enggak tau mereka siapa!”

“Terus kenapa ngejar elo? Mereka mau apa?!” Amira ngotot ingin dijawab, tapi Raga sendiri tidak tahu jawabannya. 

Amira menggerutu. Dia mulai menyesali keputusannya. “Harusnya gue enggak usah bantuin lo! Percuma! Semuanya bakalan tetep terjadi!” 

Andai saja Amira tidak peduli seperti biasanya. Dia seharusnya sudah ada di rumah dan bersantai di atas kasur. Bukannya ikut kejar-kejaran bersama para penculik ini!

“Berisik!” Raga menarik tangan Amira lebih keras. Dia harus mempercepat langkah jika tak ingin ditangkap. “Lari lebih cepet lagi! Pakai kaki lo, bukan mulut!”

Amira mendengus. Apa yang Raga katakan memang benar. Dia harusnya lari, bukan mengeluh. Penyesalan tidak akan berguna sekarang. 

Beruntung gang kecil itu berakhir. Sekarang jalan utama yang menyapa. 

“Di sini!” Raga melambaikan tangan. Di kejauhan, terlihat sebuah mobil berwarna silver yang mendekat. 

Mobil itu berhenti tepat di depan Raga dan Amira. Pintunya terbuka, dan Raga langsung mendorong Amira masuk ke dalam. Mobil pun melaju cepat. 

“Itu tadi hampir,” gumam Raga lelah. Dia mengatur nafasnya yang tersengal.

“Kaki gue rasanya mau copot.” Amira tanpa sadar bersandar pada Raga, melepaskan lelahnya. 

“Lain kali gue enggak mau nolongin orang lagi,” keluh Amira. “Untungnya buat gue apaan?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Yu.Az.
Aku yang ngos-ngosan wkkwwk
goodnovel comment avatar
Alusha Veyya
Wah, siapa yang ngejar anjir
goodnovel comment avatar
Wi2t(MACAN)
Q penasaran siapa raga sbnrnya, dan mngapa dia dikejar orang2 itu. smg dg adanya Amira di sisinya bisa mmbantu nya lepas dr jerat yg membahayakan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 4. Memori Buruk

    Saat ini, Raga dan Amira sedang duduk di kursi belakang. Keduanya ada di dalam mobil Raga yang tengah melaju di jalan. Suasana hening beberapa detik sebelum akhirnya Amira membuka mulut. “Enggak punya musuh kepala lo!” Cemooh Amira. “Tadi semuanya ngejar kita!”Raga menanggapi Amira santai. Dia bersandar di kursi mobil nyaman, memandang Amira dengan tatapan datar. “Ya mana gue tau. Gue nggak kenal mereka siapa,” jawab Raga jujur. Raga meraih handphone dari saku. Tangannya mengangkat benda itu tinggi, menunjukkan layar yang menyala di depan Amira. “Ini gue baru mau bilang ke bokap gue. Biar dia yang urus. Tapi ….”Ucapan Raga terhenti sesaat. Wajahnya kini menoleh ke Amira, menatap penuh curiga. “Lo sendiri gimana bisa tau kalau ada yang ngejar gue?”Amira mengalihkan pandang, menghindar dari tatapan menyudutkan Raga. Tapi tetap saja, Amira tidak bisa lepas dari cowok itu. “Kok lo bisa tau? Gue penasaran.”Raga terus membuat Amira terdesak. Amira jadi menyesal. Berada di dalam sa

    Last Updated : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 5. Diantar Pulang

    Amira terkejut. Dia tidak suka keputusan Raga untuk mengantar. Amira bergerak gelisah di kursinya, di dalam mobil Raga yang masih melaju cepat di jalan.“Enggak!” Amira menggeleng kuat. “Turunin aja gue di sini. Gue bisa pulang sendiri!”Penolakan yang Amira katakan terdengar aneh di telinga Raga. Kenapa cewek itu mati-matian menolaknya? Padahal ada banyak perempuan yang rela mengantri untuk diantar pulang oleh Raga. Amira tegas menggeleng. Berulang kali dia mengucapkan tidak. Kedua tangannya memegang handle pintu mobil Raga kuat-kuat. “Berhenti! Berhenti di sini!”Raga menyerah dengan teriakan Amira. Dia menuruti Amira dengan meminta supirnya untuk menepi.“Buka pintunya, Raga!” Mohon Amira.Tapi kali ini Raga mengatakan tidak. Dia membuat Amira menoleh, menatapnya.“Kalo lo enggak mau gue anterin, kasih nomor lo.” Raga menyodorkan handphone miliknya. “Gue mau pastiin lo aman sampe di rumah.”Amira menatap lama sebelum dia menerima handphone milik Raga. Jarinya mengetikkan nomor di

    Last Updated : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 6. Mencari Petunjuk

    Keesokan harinya sebelum bel berbunyi, kelas XI-A di Laveire masih sepi. Hanya ada beberapa siswa yang sedang mengobrol atau sekedar bermain handphone di kursi mereka masing-masing. Diantara beberapa siswa itu, ada Raga. Raga sengaja datang lebih awal hari ini. Dia menunggu seseorang. Siapa lagi kalau bukan Amira. “Hai!” Raga menyapa Amira di kursinya. Amira terkejut mendapat sapaan pagi dari Raga. Dia sempat memicing sesaat untuk kemudian menoleh ke belakang. Siapa tahu sapaan itu bukan untuk Amira, tapi untuk orang lain. “Gue ngomong sama elo. Emang siapa lagi?” Raga jadi kesal sendiri. Belum-belum Raga sudah naik darah. Dia sudah cukup diabaikan oleh Amira. Semua panggilan juga pesan singkat yang dikirim Raga sejak kemarin tidak berbalas sama sekali. Sampai seperti itu Amira menghindar darinya. “Itu kuping masih ada, kan?” Sindir Raga. Padahal Raga sudah menurunkan sedikit kadar egonya untuk menyapa Amira duluan, tapi cewek itu malah tidak menggubrisnya sama sekali.

    Last Updated : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 7. Cowok Genit

    Saat kembali ke kelas XI-A, Amira melirik ke sudut ruangan. Di tempat duduknya, Raga tampak kesal dengan bibir berkerut sempurna. Amira melangkah masuk. Dia berjalan ke tempat duduknya santai. Amira pura-pura tidak melihat wajah Raga yang cemberut. Dia cuek saja mendengar Raga yang menggerutu di sampingnya. Bel sudah berbunyi sejak tadi. Amira memang sengaja datang bersamaan dengan guru yang masuk ke kelas. “Buka buku kalian!” Guru di depan kelas memberi perintah. Perintah yang menjadi bencana untuk Amira.“Liat, dong! Gue kan belum punya buku!” Nah, ini bencananya. Raga.Raga si murid baru yang belum punya buku. Raga ingin Amira berbagi. Dia dengan sengaja mendekat, membuat kursinya dengan kursi Amira tidak berjarak. Raga memepet Amira, membuat Amira jadi keki sendiri. Andai tidak ada guru di depan sana, dia ingin menempeleng Raga. Puas sekali Raga saat mendengar Amira berdecak kesal. Dia berbohong dengan mengatakan kalau dirinya tidak punya buku. Dia cuma ingin Amira tidak men

    Last Updated : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 8. Indra Keenam

    Di dalam ruang perpustakaan Laveire, ada Raga yang berjalan tanpa arah. Dia menoleh ke kanan kiri, mencari sosok Amira. “Kemana dia?” Raga mengomel kesal. “Dimana cewek itu?”Mulut Raga menggerutu tanpa henti, sementara kedua kakinya terus melangkah berkeliling. Sudah dua kali Raga mencari di dalam ruang perpustakaan yang besar ini, tapi hasilnya nihil. Amira tidak ada dimanapun!“Amira?” Panggil Raga sambil berbisik. Raga tidak bisa berteriak. Baru saja dia ditegur petugas perpustakaan karena suaranya terlalu keras.“Amira? Lo dimana, sih?” Lelah karena hanya dijawab oleh hening, Raga memilih untuk duduk. Merasa terlanjur, Raga pun memilih beberapa buku yang dia lihat di atas meja di depannya. “Apaan nih?” Tangan Raga meraih satu buku yang memiliki cover berwarna biru tua mencolok. Dia menarik buku tersebut lalu membaca judulnya sekilas. “Indra keenam?” Seketika dahi Raga berkerut. Kedua alisnya kini saling tertaut hampir menyatu. Rasa penasaran membuat Raga membuka sampul buk

    Last Updated : 2024-11-15
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 9. Kuis Dadakan

    Kemarin Raga tidak berhasil mendapatkan informasi apapun dari Amira. Amira terus saja menghindar dan kabur darinya sampai bel pulang sekolah berbunyi. Tapi tentu saja hal itu tidak menyurutkan semangat Raga. Semalam, dia sudah membaca tuntas semua buku yang dia pinjam. Jadi sekarang, Raga siap jika Amira meninggalkan satu saja petunjuk untuk dirinya. “Dari semua kemampuan pemilik indra keenam, gue yakin Amira itu bisa melihat masa depan.”Raga bergumam sendiri. Dia berucap sambil menunjuk dinding polos di depannya. “Yang perlu gue tau, kapan dan bagaimana caranya.” Raga melipat kedua tangan. Dia mengerutkan dahi, mencoba berpikir lebih dalam. “Tapi gue juga penasaran, seberapa jauh masa depan yang bisa Amira liat.” Sekarang tangan Raga sudah berpindah. Dia mengelus dagu, bergaya layaknya seorang detektif. “Apa jauh di depan? Atau cuma yang deket-deket aja?” Gumam Raga terhenti saat dia mendengar sebuah bentakan. “Minggir!” Seru Amira. Dia menunjuk kaki Raga yang menghalangi k

    Last Updated : 2024-11-15
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 10. Jawaban Kuis

    Amira merasa gerah meski pendingin ruangan sudah menyala. Kelas XI-A terasa seperti sauna, udara pun berat, dengan setiap siswa yang menahan nafas dalam ketegangan. Semua karena kuis dadakan ini!“Waktunya tinggal lima belas menit lagi, ya,” ucap Sonya mengingatkan.Peringatan dari Sonya membuat Amira semakin panik. Amira memandang kertas soalnya kesal. Padahal hanya ada lima soal, tapi rasanya seperti seratus. Tidak mau kebingungan sendiri, Amira melirik ke arah Raga. Dia melihat Raga duduk tenang, tidak seperti dirinya. Bahkan Raga tampak asyik dengan pena, menuliskan jawaban dalam kalimat yang panjang. “Mau ngapain?” Tegur Raga.Raga menangkap basah Amira yang sedang menatap lembar jawabannya. “Jangan ngintip! Tar gue laporin ke guru!”Raga mengancam sambil menunjuk. Tangannya bergerak menutupi jawaban sampai Amira tidak bisa melihatnya lagi.“Ngintip apanya? Pede banget lo!”Amira langsung membuang muka. Dia menggerutu tanpa suara. Sementara Raga menahan tawa puas. Mencemooh Am

    Last Updated : 2024-11-16
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 11. Tebakan Raga

    Raga memekik kesal. Bel istirahat sudah berbunyi tapi dia masih betah duduk di kursinya tanpa beranjak. “Bisa-bisanya! Kertas dia bahkan lebih kosong dari gue tadi!”Seberapa keras pun Raga berpikir, dia tetap terjebak dalam kebingungan. Kertas kosong Amira berubah menjadi penuh dalam waktu sekejap. Seperti sulap saja. “Memangnya itu masuk akal?”Raga menatap kursi Amira yang kosong. Amira sudah pergi sejak bel istirahat berbunyi, seperti biasa. Amira memang seringkali menjadi yang pertama keluar kelas jika jam istirahat tiba. “Mumpung Amira lagi enggak ada.”Tanpa izin, Raga memeriksa tempat Amira. Dia memeriksa meja Amira, tapi tak ada petunjuk apapun di sana.“Di laci?”Raga pun melongok isi laci Amira. Dia meneliti benda yang ada di dalamnya. Raga mendengus frustasi. Dia tidak menemukan apapun yang bisa memberikannya jawaban.“Enggak ada apa-apa!”Semua yang Raga periksa bersih. Tidak ada apapun. Hanya tersisa tas Amira yang belum dia geledah. “Tapi tadi Amira enggak megang ta

    Last Updated : 2024-11-16

Latest chapter

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 262. Awal Baru

    “Gue enggak ngerasa ini beneran,” ucap Amira. Setelah Amira dinyatakan benar-benar sembuh, Raga mengajaknya masuk ke dalam kediaman keluarga Wijaya. Raga tidak membiarkan Amira berhenti di depan pintu. Dia menarik Amira masuk ke dalam. Kali ini, tangan Amira tak terlepas dari genggaman. “Udah gue bilang, kan? Lo percaya aja sama gue,” sahut Raga sombong. Gavin dan Andini datang kemudian. Mereka menyambut Amira. “Kamu langsung bersiap saja.” Andini mendorong Amira masuk ke dalam salah satu ruangan. Di sana, sudah ada penata rias lengkap dengan para pelayan yang membantunya bersiap. Amira terus-menerus curiga, tapi tidak ada yang terjadi. Bahkan dia sudah mengecek masa depan dengan memegang semua orang, dan hasilnya sama. Tak akan terjadi apa pun. Semuanya berjalan lancar seperti seharusnya. “Sudah selesai.” Ucapan penata rias itu membuat Amira tertegun sesaat. Dia menghadap cermin lalu mendapati pantulan dirinya di sana. “Apa ada yang mau diperbaiki?” Penata rias it

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 263. Terima Kasih dan Selamat Tinggal

    “Pergi, dulu.” Setelah meminta izin pada Gavin, Andini, dan Heri, Raga dan Amira diantar oleh Ken. Alex sedang cuti untuk sementara waktu.Di asrama, Dika dan Dina menyambut Amira. Memang sedang libur semester, jadi suasana sekolah sepi. “Kak Amira mau pindah ke mana?” Dika bertanya penasaran. Amira tidak bisa memikirkan jawaban, jadi Raga yang mewakili.“Apartemen,” jawab Raga singkat. “Di sini ternyata enggak aman.”Amira tidak membantah. Dia biarkan saja Raga semaunya merangkai kebohongan tentang status juga tempat tinggal mereka.Terdengar hela kecewa dari mulut Dika. Meski begitu, Dika tetap membantu Amira berkemas. Dina pun melakukan hal yang sama. Dia tidak masalah di mana pun Amira tinggal, selama hubungan mereka baik.“Hati-hati di jalan ya!” Dina dan Dika melambai bersamaan. Kedua bersaudara itu mengantar Amira sampai ke depan gerbang. Amira memang tidak membawa semua barangnya. Dia cuma mengambil baju dan barang-barang penting. Sisanya bisa diambil nanti. “Dah!” Amira

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 261. Jawaban untuk Pemenang

    “Gimana keadaan Bapak?” Tanya Amira saat menjenguk Reynald. Amira langsung menyeret Raga ke ruang rawat Reynald setelah tahu gurunya sudah sadar. Reynald tersenyum. “Baik.”Febby yang kemudian mewakili Reynald bicara lebih banyak. “Keadaannya udah stabil, jadi lo enggak perlu khawatir lagi.”Dia menepuk lengan Amira lembut. “Jangan merasa bersalah lagi, ya,” sambungnya. Amira mengangguk pelan. Melihat Febby yang tak lagi menangis membuat Amira merasa lega. “Mending lo istirahat, sana.” Febby membalikkan badan Amira. Dia menunjuk pintu keluar. “Tidur di atas kasur.”Amira menggeleng–menolak, tapi Febby memaksa. “Harus!”Perintah itu akhirnya dituruti Amira. Dia dibimbing Raga kembali ke dalam ruang rawatnya. Di sana, Raga langsung menyuruh Amira berbaring. “Akhirnya!” Raga ikut naik ke atas ranjang, berbaring di samping Amira. “Gue bisa tidur juga.”“Raga! Turun, ih!” Pekik Amira.Amira berusaha mendorong Raga menjauh, tapi pacarnya itu tidak bergerak. “Raga, gue tendang ya!” An

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 260. Harapan dan Doa

    “Pendarahannya parah,” gumam Febby, dengan suara putus asa. Amira menarik napas dalam, mencoba meredam rasa bersalah yang menyesakkan. Namun, dia tahu jika ini bukan waktunya untuk lemah, apalagi mengeluh.“Ayo kita berdoa, Kak. Gue yakin, Pak Reynald pasti bisa melalui ini semua.”Febby hanya mengangguk dengan tatapan kosong. Dia tidak ingin berharap, tapi hanya harapan yang tersisa untuknya. Amira ikut berdoa dalam hati. Dia sungguh tidak bisa membayangkan jika Reynald benar-benar pergi. Amira tak mampu hidup dalam rasa bersalah.“Amira,” panggil Raga lembut. Raga duduk di samping Amira, menemaninya. “Sini, deketan sama gue,” ucap Raga seraya memberikan satu bahunya agar Amira bisa bersandar.“Gue enggak ngantuk,” jawab Amira, keras kepala.Amira mungkin mengatakan jika dia tidak lelah, tapi wajahnya sudah kusut dan kedua matanya hampir terpejam.Hanya butuh beberapa menit sebelum akhirnya Amira be

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 259. Bertahan Bersama

    “Bangkeee!” Evan menjulurkan tangan, ingin menempeleng Raga. Namun, luka di tangannya membuat dia mengurungkan niat. Michelle sampai membantu Evan duduk kembali dengan tenang di kursinya. “Elo serius enggak punya rencana apa-apa?!” Evan memekik tak percaya. Padahal lagak Raga tadi sudah seperti orang serius. “Ada,” jawab Raga singkat. “Ini Amira lagi ngeliat rencana gue.” Amira yang mewakili Evan menyikut Raga. Dia juga kesal pada sikap pacarnya yang seenak udel begini. “Ngomongnya mau bikin perusahaan saingan. Hampir aja gue percaya!” Evan misuh-misuh. Sementara Raga, masih santai di samping Amira. Dia cuma mengangkat bahu sambil menjawab tenang. “Ya bagus, kan! Artinya tampang gue meyakinkan.” Raga menggampangkan masalah yang dia buat. Evan sudah sibuk mengomel. Michelle pun sama. Keduanya menatap Raga tak percaya. Mereka tidak pintar, tapi juga tidak bodoh untuk menyadari jika Raga hanya melakukan tindakan impulsif tanpa persiapan.“Terserah lo aja, deh!” Evan jadi lelah s

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 258. Keluar dari Garis Keluarga

    “Raga!” Heri akhirnya berteriak menghentikan Raga. Padahal, saat itu Raga baru mengambil dua langkah. Ternyata, cepat juga.“Ya?” Raga menoleh tanpa berbalik. Raga mengira Heri akan menyerah, tapi kakeknya itu tak mengiyakan. “Sembuhkan dulu lukamu.”Raga menggeleng kecewa. “Jawaban yang salah.” Kali ini Raga tidak menunggu lagi. Dia mendahului Evan, berdiri tepat di samping mobil temannya itu. Evan pun menyusul langkah Raga bersama Michelle. Terlihat wajah ayah Evan yang kebingungan. Meski begitu, pria paruh baya itu tetap mengikuti anaknya. “Berhenti!” Tangan Heri menghalangi Raga yang hendak membuka pintu mobil.Raga menoleh. Dia bisa melihat wajah Heri yang masam menahan amarah. Heri terlihat sangat tidak senang kali ini. “Apa, Kek?” Raga menggeleng sekilas. Dia memperbaiki kalimatnya kemudian. “Ada apa Tuan Heri Wijaya?” Tanya Raga, tanpa rasa bersalah. Heri menggeram. Dia

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 257. Sekarang atau Tidak Sama Sekali

    “Kakek lama sekali!” Keluh Raga. Dia menyambut Heri yang datang bersama banyak pengawal di belakang. “Akhirnya ….” Amira menghela lega.Senjata yang sebelum ini selalu dia pegang erat, akhirnya terlepas. Amira terhuyung ke belakang. “Amira!” Raga menangkap Amira tepat sebelum pacarnya itu terjatuh. “Sorry, gue lemes banget,” ucap Amira penuh penyesalan. Dia mencoba berdiri, tapi kakinya terasa lembek layaknya jelly.“Udah jangan dipaksa.” Raga membawa Amira ke dalam pangkuan. “Pegangan.” Raga berdiri dengan Amira di kedua tangannya. Amira menurut. Dia melingkarkan kedua tangannya di leher Raga, membiarkan sang pacar menggendongnya. Heri tidak bisa menegur Raga saat itu. Dia sedang sibuk menatap Vivian yang menangis sambil memohon. Suara sirine memecah keheningan. Mobil polisi, juga ambulans datang berturut-turut. Lalu, satu mobil mewah menyusul di belakang.“Evan!” Se

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 256. Serangan Balik Seorang Bocah

    “Tuan Raga! Awas!” Alex berusaha untuk mencegah Raga yang ikut campur dalam pertarungannya. Namun, tuan mudanya itu begitu keras kepala ingin membantu.Buk!Raga menendang Charly sekeras yang dia bisa. Tendangannya tepat mengenai perut pria itu. Namun, Charly tidak bergerak sama sekali.“Gelinya,” sindir Charly pada Raga. Dia meledek tendangan Raga yang menurutnya lembut seperti bantal bulu angsa. “Biar aku ajari cara menendang yang baik.” Charly menggerakkan kakinya. Raga melompat mundur, tapi dia tetap tidak bisa menghindar.“Argh!” Raga terpental. Dia berguling kesakitan di atas tanah yang keras.Alex langsung berdiri. Dia berlari menghampiri Raga. “Tuan!” Alex panik memeriksa keadaan Raga. Dia membantu Raga bangkit. “Gue enggak apa-apa,” ucap Raga, berusaha menenangkan Alex. Raga menunjuk ke arah Charly kemudian. “Fokus aja kalahin dia. Secepatnya.”Alex mengangguk patuh. Dia menunggu sampai Raga berdiri tegak sebelum memasang kuda-kuda untuk menyerang. Buk!Alex mencoba m

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 255. Lebih Jahat

    “Raga!” Amira tidak bisa menghentikan langkah Raga. Pacarnya itu langsung pergi berlalu. Memang, hanya tinggal Charly yang tersisa. Seluruh anak buahnya sudah tumbang. Meski begitu, seorang Charly mungkin saja mampu melenyapkan mereka semua. Alex dan Evan terluka, tersisa Raga. Amira dan Michelle mungkin tidak masuk hitungan jika harus menghadapi lelaki dengan tubuh raksasa, lengkap dengan kemampuan profesional dalam menggunakan senjata.Charly, memang bukan lawan yang mudah. Bahkan untuk seorang Alex. “Enggak. Gue harus cari cara lain.” Amira menggumam pelan. Saat itulah, dia mendengar suara grasak-grusuk dari kegelapan. Sosok Vivian tertangkap dalam penglihatannya. “Benar juga.” Amira mengangguk puas. “Gue bisa pakai dia, kayak dia pakai gue!”Vivian menculik Amira untuk menarik Raga keluar. Jadi tidak salah jika Amira menyandera Vivian untuk membuat Charly tidak berdaya.“Itu rencana bagus,” ucap Amira pada dirinya sendiri. Dengan senjata di tangan, Amira mendekat. Dia haru

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status