Beranda / Young Adult / Ratu Indigo VS Bad Boy / Bab 3. Lari dan Sembunyi

Share

Bab 3. Lari dan Sembunyi

Penulis: Dewiluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-12 09:24:36

Raga membiarkan Amira menariknya. Mereka berlari tanpa arah sebelum akhirnya Amira melihat sebuah jalan kecil.

“Lewat sini!” Amira berteriak sambil menunjuk ke sisi kiri. Dia menyempatkan diri menoleh ke belakang, hanya untuk mendapati jika mobil hitam yang mengejar mereka semakin dekat. 

Mobil itu telah berhenti sempurna di jalan. Lima orang berpakaian hitam lengkap turun dari mobil dan mulai mengejar.

“Cepat!” pekik Amira. Dia membuat kedua kakinya melaju lebih kencang. 

Raga menoleh ke belakang. Kali ini ia melihat dengan kedua matanya sendiri jika nemang ada gerombolan yang mengejar mereka. 

“Sembunyi!” Raga tidak ragu lagi setelah melihat bukti. Kali ini dia yang menarik Amira.

Amira tidak protes saat Raga memimpin dan menariknya melewati jalan kecil berkelok. Dia tahu jika Raga sedang mencoba untuk membuat mereka terbebas dari pengejaran. 

“Naik!” Perintah Raga membuat Amira melotot. 

Amira menatap pagar di depannya. Tidak tinggi tapi cukup untuk membuatnya meloncat. Masalahnya Amira ini memakai rok. 

Melihat keraguan Amira, Raga memilih untuk bergerak duluan. Ia melompat ke sisi seberang lalu memberikan uluran tangan. 

“Cepet!” Seruan Raga membuat Amira tidak berpikir lagi. Dia menerima bantuan Raga.

Amira meloncat. Gadis itu mendarat lembut dalam pelukan Raga. 

Raga mengulurkan tangan menghentikan pagar yang bergetar. Dia gegas menarik Amira untuk bersembunyi di balik rimbunan pohon.

“Jangan bersuara.” Raga menutup mulut Amira dengan sebelah tangan. Dia mendorong Amira ke sudut, menutupi tubuh Amira dengan tubuhnya sendiri. 

Amira mencoba mengatur nafasnya yang tersengal. Kakinya terasa lemas. Andai saja Raga tidak mengajaknya bersembunyi, mungkin Amira sudah terjatuh karena kehabisan tenaga. 

“Dimana dia?” Terdengar suara berisik. 

Amira memejamkan mata erat. Dia menahan nafas karena takut suara mereka terdengar. Derap langkah kaki semakin dekat, membuat Amira panik dan tanpa sadar memegang ujung seragam Raga kencang.

“Cari ke sebelah sana! Cepat! Jangan sampai lolos!”

Kedua mata Amira terasa panas. Dia susah payah menahan tangis. Amira menutup mulut, tidak bersuara. Sampai keadaan aman, sampai semua derap langkah terdengar menjauh dan benar-benar menghilang. 

Perhatian Raga teralih pada Amira yang masih berdiri kaku di depannya. Gadis itu terpaku dengan tubuh gemetar. 

Raga menunduk, menyamakan tinggi dengan Amira. Dia menatap wajah ketakutan gadis itu. “Elo enggak papa?”

Amira terkejut. Dia mendorong Raga menjauh. Amira menyempatkan diri menghapus air mata yang penuh di pelupuk. “Gue enggak papa.”

Raga berdecak kesal sesaat. Meski Amira mengatakan jika dia tidak apa-apa, Raga yakin gadis itu tidak baik-baik saja. 

“Kita harus cepat pergi dari sini.” Raga meraih ponselnya dari saku. Dia menekan satu nomor kontak yang langsung tersambung. “Jemput gue sekarang!”

Pelan Raga melangkah. Dia keluar dari tempat persembunyian, mencoba mengecek situasi. “Aman,” ucapnya kemudian.

Amira menyambut tangan Raga untuk kedua kalinya. Dia membiarkan cowok itu membantu sekali lagi untuk melompati pagar rumah entah milik siapa. Keduanya kembali menyusuri jalan. 

“Pegang tangan gue!” Raga menuntut tangan Amira. Dia menariknya tanpa menunggu Amira yang meragu. “Jangan sampe kepisah.” 

Amira mengikuti langkah Raga. Mereka menyusuri jalan kecil. Terus berjalan tanpa menoleh. Sayangnya, gerakan mereka terendus. 

“Akh!” Pekik Amira keras. Dia menabrak Raga yang tiba-tiba saja berhenti di depannya. “Kenapa?” 

Raga memutar tubuh. “Lari!”

Amira melihat bayangan para penculik itu. Mereka ketahuan. Keduanya mulai berlari lagi. Kali ini lebih cepat dari sebelumnya.

“Sial!” Pekik Amira kesal. “Kata lo tadi, elo enggak punya musuh!” 

Raga menggeleng. “Emang enggak! Gue juga enggak tau mereka siapa!”

“Terus kenapa ngejar elo? Mereka mau apa?!” Amira ngotot ingin dijawab, tapi Raga sendiri tidak tahu jawabannya. 

Amira menggerutu. Dia mulai menyesali keputusannya. “Harusnya gue enggak usah bantuin lo! Percuma! Semuanya bakalan tetep terjadi!” 

Andai saja Amira tidak peduli seperti biasanya. Dia seharusnya sudah ada di rumah dan bersantai di atas kasur. Bukannya ikut kejar-kejaran bersama para penculik ini!

“Berisik!” Raga menarik tangan Amira lebih keras. Dia harus mempercepat langkah jika tak ingin ditangkap. “Lari lebih cepet lagi! Pakai kaki lo, bukan mulut!”

Amira mendengus. Apa yang Raga katakan memang benar. Dia harusnya lari, bukan mengeluh. Penyesalan tidak akan berguna sekarang. 

Beruntung gang kecil itu berakhir. Sekarang jalan utama yang menyapa. 

“Di sini!” Raga melambaikan tangan. Di kejauhan, terlihat sebuah mobil berwarna silver yang mendekat. 

Mobil itu berhenti tepat di depan Raga dan Amira. Pintunya terbuka, dan Raga langsung mendorong Amira masuk ke dalam. Mobil pun melaju cepat. 

“Itu tadi hampir,” gumam Raga lelah. Dia mengatur nafasnya yang tersengal.

“Kaki gue rasanya mau copot.” Amira tanpa sadar bersandar pada Raga, melepaskan lelahnya. 

“Lain kali gue enggak mau nolongin orang lagi,” keluh Amira. “Untungnya buat gue apaan?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Yu.Az.
Aku yang ngos-ngosan wkkwwk
goodnovel comment avatar
Alusha Veyya
Wah, siapa yang ngejar anjir
goodnovel comment avatar
Wi2t(MACAN)
Q penasaran siapa raga sbnrnya, dan mngapa dia dikejar orang2 itu. smg dg adanya Amira di sisinya bisa mmbantu nya lepas dr jerat yg membahayakan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 4. Memori Buruk

    Saat ini, Raga dan Amira sedang duduk di kursi belakang. Keduanya ada di dalam mobil Raga yang tengah melaju di jalan. Suasana hening beberapa detik sebelum akhirnya Amira membuka mulut. “Enggak punya musuh kepala lo!” Cemooh Amira. “Tadi semuanya ngejar kita!”Raga menanggapi Amira santai. Dia bersandar di kursi mobil nyaman, memandang Amira dengan tatapan datar. “Ya mana gue tau. Gue nggak kenal mereka siapa,” jawab Raga jujur. Raga meraih handphone dari saku. Tangannya mengangkat benda itu tinggi, menunjukkan layar yang menyala di depan Amira. “Ini gue baru mau bilang ke bokap gue. Biar dia yang urus. Tapi ….”Ucapan Raga terhenti sesaat. Wajahnya kini menoleh ke Amira, menatap penuh curiga. “Lo sendiri gimana bisa tau kalau ada yang ngejar gue?”Amira mengalihkan pandang, menghindar dari tatapan menyudutkan Raga. Tapi tetap saja, Amira tidak bisa lepas dari cowok itu. “Kok lo bisa tau? Gue penasaran.”Raga terus membuat Amira terdesak. Amira jadi menyesal. Berada di dalam sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 5. Diantar Pulang

    Amira terkejut. Dia tidak suka keputusan Raga untuk mengantar. Amira bergerak gelisah di kursinya, di dalam mobil Raga yang masih melaju cepat di jalan.“Enggak!” Amira menggeleng kuat. “Turunin aja gue di sini. Gue bisa pulang sendiri!”Penolakan yang Amira katakan terdengar aneh di telinga Raga. Kenapa cewek itu mati-matian menolaknya? Padahal ada banyak perempuan yang rela mengantri untuk diantar pulang oleh Raga. Amira tegas menggeleng. Berulang kali dia mengucapkan tidak. Kedua tangannya memegang handle pintu mobil Raga kuat-kuat. “Berhenti! Berhenti di sini!”Raga menyerah dengan teriakan Amira. Dia menuruti Amira dengan meminta supirnya untuk menepi.“Buka pintunya, Raga!” Mohon Amira.Tapi kali ini Raga mengatakan tidak. Dia membuat Amira menoleh, menatapnya.“Kalo lo enggak mau gue anterin, kasih nomor lo.” Raga menyodorkan handphone miliknya. “Gue mau pastiin lo aman sampe di rumah.”Amira menatap lama sebelum dia menerima handphone milik Raga. Jarinya mengetikkan nomor di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 6. Mencari Petunjuk

    Keesokan harinya sebelum bel berbunyi, kelas XI-A di Laveire masih sepi. Hanya ada beberapa siswa yang sedang mengobrol atau sekedar bermain handphone di kursi mereka masing-masing. Diantara beberapa siswa itu, ada Raga. Raga sengaja datang lebih awal hari ini. Dia menunggu seseorang. Siapa lagi kalau bukan Amira. “Hai!” Raga menyapa Amira di kursinya. Amira terkejut mendapat sapaan pagi dari Raga. Dia sempat memicing sesaat untuk kemudian menoleh ke belakang. Siapa tahu sapaan itu bukan untuk Amira, tapi untuk orang lain. “Gue ngomong sama elo. Emang siapa lagi?” Raga jadi kesal sendiri. Belum-belum Raga sudah naik darah. Dia sudah cukup diabaikan oleh Amira. Semua panggilan juga pesan singkat yang dikirim Raga sejak kemarin tidak berbalas sama sekali. Sampai seperti itu Amira menghindar darinya. “Itu kuping masih ada, kan?” Sindir Raga. Padahal Raga sudah menurunkan sedikit kadar egonya untuk menyapa Amira duluan, tapi cewek itu malah tidak menggubrisnya sama sekali.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 7. Cowok Genit

    Saat kembali ke kelas XI-A, Amira melirik ke sudut ruangan. Di tempat duduknya, Raga tampak kesal dengan bibir berkerut sempurna. Amira melangkah masuk. Dia berjalan ke tempat duduknya santai. Amira pura-pura tidak melihat wajah Raga yang cemberut. Dia cuek saja mendengar Raga yang menggerutu di sampingnya. Bel sudah berbunyi sejak tadi. Amira memang sengaja datang bersamaan dengan guru yang masuk ke kelas. “Buka buku kalian!” Guru di depan kelas memberi perintah. Perintah yang menjadi bencana untuk Amira.“Liat, dong! Gue kan belum punya buku!” Nah, ini bencananya. Raga.Raga si murid baru yang belum punya buku. Raga ingin Amira berbagi. Dia dengan sengaja mendekat, membuat kursinya dengan kursi Amira tidak berjarak. Raga memepet Amira, membuat Amira jadi keki sendiri. Andai tidak ada guru di depan sana, dia ingin menempeleng Raga. Puas sekali Raga saat mendengar Amira berdecak kesal. Dia berbohong dengan mengatakan kalau dirinya tidak punya buku. Dia cuma ingin Amira tidak men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 8. Indra Keenam

    Di dalam ruang perpustakaan Laveire, ada Raga yang berjalan tanpa arah. Dia menoleh ke kanan kiri, mencari sosok Amira. “Kemana dia?” Raga mengomel kesal. “Dimana cewek itu?”Mulut Raga menggerutu tanpa henti, sementara kedua kakinya terus melangkah berkeliling. Sudah dua kali Raga mencari di dalam ruang perpustakaan yang besar ini, tapi hasilnya nihil. Amira tidak ada dimanapun!“Amira?” Panggil Raga sambil berbisik. Raga tidak bisa berteriak. Baru saja dia ditegur petugas perpustakaan karena suaranya terlalu keras.“Amira? Lo dimana, sih?” Lelah karena hanya dijawab oleh hening, Raga memilih untuk duduk. Merasa terlanjur, Raga pun memilih beberapa buku yang dia lihat di atas meja di depannya. “Apaan nih?” Tangan Raga meraih satu buku yang memiliki cover berwarna biru tua mencolok. Dia menarik buku tersebut lalu membaca judulnya sekilas. “Indra keenam?” Seketika dahi Raga berkerut. Kedua alisnya kini saling tertaut hampir menyatu. Rasa penasaran membuat Raga membuka sampul buk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 9. Kuis Dadakan

    Kemarin Raga tidak berhasil mendapatkan informasi apapun dari Amira. Amira terus saja menghindar dan kabur darinya sampai bel pulang sekolah berbunyi. Tapi tentu saja hal itu tidak menyurutkan semangat Raga. Semalam, dia sudah membaca tuntas semua buku yang dia pinjam. Jadi sekarang, Raga siap jika Amira meninggalkan satu saja petunjuk untuk dirinya. “Dari semua kemampuan pemilik indra keenam, gue yakin Amira itu bisa melihat masa depan.”Raga bergumam sendiri. Dia berucap sambil menunjuk dinding polos di depannya. “Yang perlu gue tau, kapan dan bagaimana caranya.” Raga melipat kedua tangan. Dia mengerutkan dahi, mencoba berpikir lebih dalam. “Tapi gue juga penasaran, seberapa jauh masa depan yang bisa Amira liat.” Sekarang tangan Raga sudah berpindah. Dia mengelus dagu, bergaya layaknya seorang detektif. “Apa jauh di depan? Atau cuma yang deket-deket aja?” Gumam Raga terhenti saat dia mendengar sebuah bentakan. “Minggir!” Seru Amira. Dia menunjuk kaki Raga yang menghalangi k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 10. Jawaban Kuis

    Amira merasa gerah meski pendingin ruangan sudah menyala. Kelas XI-A terasa seperti sauna, udara pun berat, dengan setiap siswa yang menahan nafas dalam ketegangan. Semua karena kuis dadakan ini!“Waktunya tinggal lima belas menit lagi, ya,” ucap Sonya mengingatkan.Peringatan dari Sonya membuat Amira semakin panik. Amira memandang kertas soalnya kesal. Padahal hanya ada lima soal, tapi rasanya seperti seratus. Tidak mau kebingungan sendiri, Amira melirik ke arah Raga. Dia melihat Raga duduk tenang, tidak seperti dirinya. Bahkan Raga tampak asyik dengan pena, menuliskan jawaban dalam kalimat yang panjang. “Mau ngapain?” Tegur Raga.Raga menangkap basah Amira yang sedang menatap lembar jawabannya. “Jangan ngintip! Tar gue laporin ke guru!”Raga mengancam sambil menunjuk. Tangannya bergerak menutupi jawaban sampai Amira tidak bisa melihatnya lagi.“Ngintip apanya? Pede banget lo!”Amira langsung membuang muka. Dia menggerutu tanpa suara. Sementara Raga menahan tawa puas. Mencemooh Am

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 11. Tebakan Raga

    Raga memekik kesal. Bel istirahat sudah berbunyi tapi dia masih betah duduk di kursinya tanpa beranjak. “Bisa-bisanya! Kertas dia bahkan lebih kosong dari gue tadi!”Seberapa keras pun Raga berpikir, dia tetap terjebak dalam kebingungan. Kertas kosong Amira berubah menjadi penuh dalam waktu sekejap. Seperti sulap saja. “Memangnya itu masuk akal?”Raga menatap kursi Amira yang kosong. Amira sudah pergi sejak bel istirahat berbunyi, seperti biasa. Amira memang seringkali menjadi yang pertama keluar kelas jika jam istirahat tiba. “Mumpung Amira lagi enggak ada.”Tanpa izin, Raga memeriksa tempat Amira. Dia memeriksa meja Amira, tapi tak ada petunjuk apapun di sana.“Di laci?”Raga pun melongok isi laci Amira. Dia meneliti benda yang ada di dalamnya. Raga mendengus frustasi. Dia tidak menemukan apapun yang bisa memberikannya jawaban.“Enggak ada apa-apa!”Semua yang Raga periksa bersih. Tidak ada apapun. Hanya tersisa tas Amira yang belum dia geledah. “Tapi tadi Amira enggak megang ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16

Bab terbaru

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 230. Jarak yang Terasa

    “Enggak,” jawab Raga. Tentu saja Amira bisa menebak jika itu adalah jawaban yang akan Raga berikan. “Kalau begitu … kasih tau gue batasnya.” Raga mencoba mengalah. Di saat kesabaran Amira hampir habis, akhirnya cowok itu sadar dan peka. Amira menjawab dengan sebuah tatapan lekat. “Sewajarnya, Raga. Mungkin kayak dulu ke mantan-mantan lo sebelumnya?”Pastinya Raga lebih tahu, karena cowok itu pernah punya pacar. Tidak seperti Amira. “Jangan terlalu deket pokoknya. Gue risih!” Tukas Amira. Amira memilih untuk menyudahi pembicaraan dan mulai menyiapkan makanan dari Raga. “Ayo makan dulu.” Dia mengucapkan terima kasih, lalu mulai melahap. Keduanya tidak bicara lagi setelahnya.Raga hanya menunggu Amira bersiap. Mereka kemudian berjalan ke kelas bersama-sama, sementara Alex menunggu di luar gedung utama.Peraturan Laveire tetap sama. Supir dan pengantar menunggu di tempat yang dite

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 229. Temenan Aja

    “Bantu apa?” Tanya Dina penasaran. Dika pun ikut menyimak. “Isi acara. Gue yakin kalian pasti bisa ngelakuin itu.”Amira duduk mendekat. Dia membisikkan permintaannya pada kakak beradik itu. “Mulai besok bisa, kan?” Tanya Amira dengan kedua mata penuh pengharapan. Dika dan Dina saling pandang. Mereka tampak ragu. “Memangnya enggak apa-apa? Orang-orang kan enggak suka sama kita.” Dina tidak mau mempermalukan Amira, juga dirinya sendiri.“Ngomong apa sih? Gue minta karena gue suka,” sahut Amira. “Lagian juga beda bukan berarti benci, kan?”Amira mencoba meyakinkan keduanya, sampai mereka mengucapkan kata iya. Dika yang mengangguk pertama. “Kalau Kak Amira yang nyuruh, aku mau.”Amira tersenyum senang. “Bagus! Besok kalian ikut sama gue.”Ketiganya berbincang tentang kegiatan esok sampai akhirnya Amira berpamitan. Camilan mereka sudah habis, dan hari sudah malam.

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 228. Rekonsiliasi Malam Ini

    “Mau apa?” Amira bertanya bingung. Dilihatnya Raga mengambil handphone dan malah sibuk sendiri. Tak lama, Amira merasakan getaran dari ponselnya. Dia mengeluarkan handphone dari saku dan melihat kontak yang menghubungi. “Ngapain lo nelpon gue?!” Amira menunjukkan layar handphone miliknya yang menyala. Tertulis kontak Raga di sana.Amira tak mengerti. Untuk apa Raga menghubungi dia? Mereka kan saling berhadapan begini. “Jangan tutup telepon dari gue,” ancam Raga saat cowok itu berpamitan. “Pokoknya jangan matiin sampai lo tidur.”“Hah?” Amira mengernyit bingung. Dia tidak mengerti. “Hari pertama lo di tempat baru. Gue enggak mau sampai terjadi apa-apa sama pacar gue.”Amira menilik wajah Raga. Dia menarik tangan cowok itu penasaran. Seketika, sekelebat bayangan masa depan terlihat dalam benaknya. “Lo cemburu?” Amira menghela. “Mau tau gue ngapain aja?” Raga cuma menunjukkan satu jari. “Ha

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 227. Markas Baru

    “Siapa?” Raga ikut melongok keluar, dan dia mendapati Dika dan Dina di pintu masuk. Seketika, tatapan Raga berubah tajam. Dia mendelik tidak suka. “Kalian ngapain di sini?” Tanya Raga, sinis. Dika dan Dina saling pandang. Mereka malah menunjuk kamar Amira. “Murid yang mau tinggal di sini itu kamu?” Tanya Dina tak percaya. Dina melihat kamar yang terbuka, dan dia langsung tahu jika dugaannya benar. “Wah, keren! Kak Amira tinggal sama kita!” Seru Dika, sangat bersemangat. Sebaliknya, Raga langsung menarik Amira. Dengan sengaja, Raga menyembunyikan Amira di balik badannya. “Enggak,” ucap Raga sambil menggeleng. “Kita mau pergi.”Namun, Amira tidak menurut. Dia dengan sengaja melepaskan tangannya dari Raga. “Gue tinggal di sini, kok.” Amira berdiri di samping Raga, membiarkan dirinya terlihat oleh Dika dan Dina. Raga tidak bisa membantah lagi. Dia membiarkan Amira bicara.

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 226. Berdiri Sejajar

    “Mau nyaingin lo,” jawab Amira. Raga memasang wajah bingung. Dia tidak mengerti. Menyaingi apa? Kenapa mereka harus bersaing?Amira tidak sabar melihat ekspresi Raga yang bingung. Dia mengulurkan tangan, mengambil garpu yang ada di atas mangkuk mi. Raga menggeleng saat Amira menunggu mulutnya terbuka untuk menyuapkan makanan. “Enggak,” tolak Raga. “Jawab dulu.”Amira bergeming. “Makan atau gue colok ke hidung lo.”Ancaman itu membuat Raga berdecak. Mau tak mau dia membuka mulutnya. Amira mengangguk puas saat Raga mulai mengunyah. “Gue enggak mau kalah sama lo.”“Masa pacar gue pewaris, gue cuma meringis? Enggak lucu, kan?” Amira meminta Raga untuk memahami keadaannya. “Gue enggak mau jadi orang enggak pantes berdiri di samping lo.”Mungkin Raga tidak merasa ada masalah, tapi Amira tak bisa begitu. Dia tidak mau malu dan memalukan. “Tapi gue–” Amira kembali menyuapkan ma

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 225. Lima Tahun

    “Lo gila?!” Raga terkejut saat Amira menampar pipinya. Tangan Amira membuat bekas merah berdenyut. “Astaga!” Raga mengaduh sambil mengusap pipi yang terasa perih. “Sakit tau!”Amira tidak merasa bersalah. Dia malah balas melotot. “Habisnya lo ngajak gue check in!”Seruan Amira membuat Raga tersadar kemudian. Dia tertawa keras. “Apaan? Kenapa malah ketawa?” Amira memicing sinis. Bukannya minta maaf, Raga malah menertawakan dirinya. Apa yang lucu, coba? “Lo mikir apaan?” Raga menyindir Amira dengan tatapan. “Mikir jorok, ya?”Seketika wajah Amira memerah. Dia langsung sadar jika dirinya pasti sudah salah paham. “Terus ngapain lo ngajak gue ke hotel? Mau ngapain di sana?”Raga terkekeh sesaat. “Sekarang gue sama keluarga sementara tinggal di sana.”“Jadi gue pikir lo mau mampir. Hotel tempat gue tinggal juga deket sama mal,” sambung Raga. Amira berdecak kesal. Harusnya Rag

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 224. Pacar Mesum

    “Lo nanti bakal capek banget kalau harus tampil lima kali. Latihannya juga pasti lama.”Ternyata Raga memikirkan posisi Amira yang nantinya akan menjadi vokalis. Amira jadi tidak bisa kesal lagi pada Raga. Cowoknya itu hanya membelanya. “Ya tapi ngomongnya biasa aja ke Evan, enggak usah ngegas,” tuduh Amira. Seketika, Raga berpaling–menunjukkan jika apa yang Amira tuduhkan benar. Rupanya kedua cowok itu memang bertengkar karena Raga yang mulai duluan. “Kita omongin lagi baik-baik pas mereka balik,” sambung Amira. Seolah tahu apa yang terjadi, tiba-tiba saja Evan dan Michelle kembali masuk ke ruang OSIS. “Nah, pas banget,” ucap Amira. Amira mengamati Evan yang masih merengut di kursinya. Meski cemberut, cowok itu tidak pergi dan tetap mendengarkan. “Gue udah ngomong sama Raga.” Amira memulai pembicaraan. Dia langsung mendapatkan perhatian dari Evan dan Michelle. “Gue setuju sama dia.”Evan menghel

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 223. Ambisi Amira

    Reynald mengangguk, seolah sudah menduganya. “Duduk dulu, Amira.” Sepertinya mereka perlu berbicara lebih banyak kali ini. “Saya senang memberikan beasiswa untuk siswa seperti kamu.”Amira memang sudah mendapatkan beasiswa sejak pertama masuk ke Laveire. Tapi semenjak kepengurusan berpindah tangan, dia harus memastikan beberapa hal. “Beasiswa kamu akan tetap sama seperti yang sebelumnya kamu dapatkan. Saya berjanji akan membebaskan kamu dari biaya apa pun selama kamu bersekolah di Laveire.”Amira mengangguk lalu mengucapkan terima kasih. “Saya juga sudah menawarkan pekerjaan yang mungkin untuk kamu kerjakan.”Memang, Amira jujur semalam jika dia mungkin membutuhkan uang tambahan. Dia tak malu-malu pada Reynald. Terlebih, dia memang butuh izin dari pihak sekolah jika ingin melakukan pekerjaan sambilan. “Apa masih kurang? Kenapa kamu ingin tinggal di asrama? Kamu kan sudah punya tempat tinggal.”Reynald ingin tahu alasan Amira. Apa benar semua ini dilakukan hanya demi bisa lanjut b

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 222. Keputusan Baru

    “Berapa nomor rekening lo?”Raga tertegun. Dia sangat bingung dengan pertanyaan Amira. Amira baru saja bangun tidur di kamarnya sendiri. Namun, tak ada angin tak ada hujan, Amira langsung menanyakan nomor rekening. Padahal mereka tidak membicarakan tentang uang tadi. “Buat apa? Mau ngapain?” Terdengar jelas kebingungan Raga, tapi Amira mengabaikannya. Raga terus bertanya sampai akhirnya Amira lelah, lalu membuka mulutnya sendiri. “Gue mau ngembaliin uang yang dikasih Kakek.” Amira pun jujur. Dia terus-menerus merasa tidak enak sejak Heri menyebut-nyebut masalah bayaran sebelum ini. “Gue enggak mau jadi pegawai yang makan gaji buta.” Amira menggeleng kemudian. “Salah. Gue enggak mau jadi pegawai. Gue kan pacar lo. Gue enggak mau terima bayaran buat ngelindungin orang yang gue sayang.”Raga menoleh sebentar. Dia harus mengalihkan pandangan dari Amira sampai wajahnya tidak terasa panas.Setiap kali Amira mengucapkan kata sayang, Raga selalu salah tingkah. Dia masih belum terbiasa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status