Home / Young Adult / Ratu Indigo VS Bad Boy / Bab 1. Si Murid Baru

Share

Ratu Indigo VS Bad Boy
Ratu Indigo VS Bad Boy
Author: Dewiluna

Bab 1. Si Murid Baru

Author: Dewiluna
last update Last Updated: 2024-11-12 09:21:22

“Nama gue, Raga Kendrick Wijaya. Panggil aja Raga!"

Kelas XI-A kedatangan murid baru. Namanya Raga. Dia pindahan dari Bellva School. 

Suasana di dalam kelas mendadak ricuh. Sepertinya, Raga berhasil mencuri perhatian seluruh penghuni kelas, terkecuali seorang siswi yang duduk di samping jendela baris pertama, tepat di depan meja guru. 

Siswi itu bernama Amira Putri. Dia adalah murid beasiswa yang menjabat sebagai ketua kelas. 

“OMG! Dia ganteng banget!”

"Mukanya cute kayak oppa-oppa Korea!

"Astaga! Bibirnya tebal dan sangat seksi!”

"Dia tinggi. Raga pantes jadi kapten basket sekolah!"

Amira mendengar celoteh kekaguman dari beberapa siswi. Mungkin saja, Raga akan menjadi siswa terganteng di sekolahnya, Laveire.

Sebenarnya, Amira pun mengakui. Semua orang bersemangat menyambut Raga, kecuali dia sendiri. 

“Raga, kamu duduk di samping Amira, ya!"

Sayangnya, takdir suka bercanda. Amira tidak tertarik pada Raga, tapi cowok itu justru duduk di sampingnya. 

“Ibu harap, kamu bisa bantu Raga ya, Amira!"

Wajah Amira berubah berhiaskan senyum. Dia mengangguk patuh. “Iya, Bu.”

Saat bel berbunyi nyaring, Sonya segera mengakhiri pelajaran. “Kalian bisa terus kenalan dengan Raga. Kita lanjutkan pelajaran di minggu depan." Dia merapikan buku-buku di atas meja. 

Amira beranjak saat melihat Sonya kesusahan membawa buku tugas para murid. 

“Biar saya bantu, Bu!” Amira mengajukan diri. Dia dengan cepat mengangkat semua buku lalu mengikuti Sonya ke ruang guru.

“Makasih, Amira.” Sonya duduk di kursinya. "Kamu selalu bisa diandalkan.”

Amira mengangguk puas. “Sama-sama, Bu.” 

“Sebentar!” Sonya meminta Amira mendekat. “Ibu titip ini untuk Raga.”

Amira mengangguk. Ia berjalan keluar. “Kasih sekarang? Apa nanti aja?”

Amira tersenyum simpul. “Kalau bisa nanti, kenapa harus sekarang?” 

Lagipula, Raga bukan termasuk orang yang menjadi prioritas utama Amira. Jadi, dia tidak begitu peduli. 

Amira tersenyum lebar. “Lebih baik aku makan," katanya, penuh semangat.

Amira memilih membelokkan kaki ke kantin. Ia menghabiskan waktu selama setengah jam untuk mengisi perutnya di sana.

Saat kembali ke kelas, Amira terkejut dengan tempat duduknya yang ramai luar biasa. 

“Ada apa?” Amira mendekat. “Apa yang terjadi?” 

Sebagai ketua kelas, Amira sudah memikirkan tentang tanggung jawab. Dia tidak boleh lalai. 

“Kenapa?” Amira mendapati Rachel tersungkur dari kursinya. “Siapa yang ngelakuin ini?” 

Suasana kelas menjadi hening. Tidak ada seorangpun yang menjawab Amira. 

Karena tidak ada yang mau membuka mulut, Amira memilih langsung bertanya pada Rachel. 

Rachel menatap Amira. “Aku nggak apa-apa. Cuma jatuh aja, kok.” Gadis itu kabur setelah menyeka air matanya.

Amira masih menatap tidak percaya saat Rachel pergi begitu saja. “Kok bisa jatuh?” 

Tangan Amira memeriksa kursi yang sebelumnya diduduki Rachel, kursi miliknya. 

“Enggak ada yang rusak, tuh.” 

Amira masih mencoba mencari akar masalah, tapi kursinya baik-baik saja. Kondisinya masih sama seperti saat ia pergi tadi. Namun yang berbeda, hanya kaki Raga yang memanjang sampai ke kaki kursi Amira. 

“Lo dorong Rachel?” tanya Amira, curiga.

Raga bersandar di kursi. Dia menjawab dengan malas, “Enggak. Dia jatuh sendiri.” 

Amira menatap Raga lekat. “Masa, sih?” 

Tanpa disadari, Amira dan Raga mulai beradu argumen. Amira mencurigai Raga. Sedangkan Raga merasa tertuduh dan dia tidak terima.

Raga emosi. “Lo nuduh gue?!"

Amira mengelak. "Nggak, gue cumaー"

Amira belum selesai bicara, tetapi Raga menyelanya. Suasana di dalam kelas memanas.

"Lo tau, nggak? Nuduh tanpa bukti termasuk tindakan kriminal. Gue bisa nuntut lo, kasus pencemaran nama baik.”

Amira berjengit. Raga tiba-tiba saja mengancam padahal ia belum sampai menuduh. Jadi, daripada masuk ke dalam masalah, lebih baik Amira mengalah. 

“Ini badge lo,” ucap Amira, mengalihkan topik. “Titipan Bu Sonya.”

Raga mengambil badge dengan wajah datar. Amira yang gemas meledeknya dengan sebuah ucapan nyaring, “Sama-sama!” 

Bukannya sadar dan mengucap terima kasih, Raga sibuk memainkan handphone. Amira tidak ingin ambil pusing. Dia berbalik dan berjalan menuju papan tulis. 

Amira memilih untuk menulis tugas yang sebelum ini dititipkan guru padanya. Papan tulis mulai penuh dengan tulisan Amira. Dia meminta teman-temannya untuk mengerjakan tugas matematika. 

Selesai menuliskan soal di papan, Amira kembali ke kursinya sendiri. Ia pun mulai mengerjakan soal seperti teman-temannya yang lain. Tapi soal matematika yang sangat sulit membuat Amira frustasi. Penghapus yang sebelumnya ia pegang ikut melarikan diri ke sisi Raga, jauh di sudut. 

Raga memang duduk di pojok, bersebelahan langsung dengan tembok. Sementara Amira sendiri memilih duduk di pinggir, tentu saja agar ia bisa lebih mudah keluar. 

“Duh!” Amira mengeluh keras. Ia malas beranjak. “Tolong ambilin, dong!”

Raga berdecak, tapi tetap mengambilkan penghapusnya. Tangan Raga yang terulur, tak sengaja bersentuhan dengan tangan Amira.

“Hah?!” Amira melototi Raga. 

Amira tersentak sesaat. Ia tertegun selama beberapa detik. Sikapnya itu membuat Raga menepis tangan Amira dengan kesal.

“Nggak usah modus!” Raga mengibaskan tangannya, memalingkan wajah. 

Amira masih menatap Raga dengan seluruh perhatian yang ia punya. “Lo punya musuh?”

Raga yang sebelumnya cuek pun menoleh. “Bukan urusan lo.” 

Amira mengangguk membenarkan. Intuisinya selama ini tidak pernah salah. Dia bertanya lagi, “Lo punya musuh yang jahat banget, nggak? Yang ngincer nyawa lo?”

Raga mendengus. “Gue cuma dorong kursi doang. Kenapa lo bawa-bawa nyawa gue?”

Amira sudah menduga jika dugaannya benar. Raga yang membuat Rachel terjatuh. Sayangnya, bukan hal itu yang membuat Amira penasaran. 

“Ada orang yang ngincer lo. Coba inget-inget, dosa apa yang udah lo lakuin?!"

Amira yakin, Raga telah melakukan sebuah kesalahan besar. Kalau tidak, mana mungkin Amira melihat bayangan Raga yang bersimbah darah?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Yu.Az.
Wih murid baru
goodnovel comment avatar
Khairani -
tanpa basa basi amira lgsg to the point aja ...
goodnovel comment avatar
Alusha Veyya
Heh, bibirnya tebal dan seksi, jadi pengen tium tuamiku ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 2. Penglihatan Amira

    "Gue enggak punya musuh.” Raga berucap sinis. “Tapi lo bisa jadi salah satunya kalau mau.”Amira menggeleng. “Enggak, makasih.” Dia memilih untuk kembali pada tugas matematikanya. Amira berusaha berkonsentrasi di kursinya sendiri. Tapi itu tidak bertahan lama.“Gue enggak mungkin salah,” gumam Amira pelan. “Gue enggak pernah salah.”Selama dua tahun, apa yang Amira lihat hanya kenyataan. Tidak pernah ada pengecualian.Amira memang bisa melihat masa depan. Entah itu adalah anugerah atau kutukan. Semua berawal saat Amira kehilangan sang nenek, Ida, di usianya yang ke-16. “Nenek ….” Amira menangis pilu. “Kenapa nenek meninggalkan Amira juga? Ayah dan ibu sudah tidak ada. Nenek juga pergi. Amira sama siapa sekarang?”Sebuah kecelakaan membuat Amira menjadi yatim piatu. Amira pun tinggal bersama dengan sang nenek. Tapi sekarang Ida meninggalkannya juga. “Kenapa kalian pergi? Bawa aku juga …. Aku mau ikut bersama kalian ….” Ya, Amira pernah merasa ingin mati saja. Dia tidak peduli dengan

    Last Updated : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 3. Lari dan Sembunyi

    Raga membiarkan Amira menariknya. Mereka berlari tanpa arah sebelum akhirnya Amira melihat sebuah jalan kecil.“Lewat sini!” Amira berteriak sambil menunjuk ke sisi kiri. Dia menyempatkan diri menoleh ke belakang, hanya untuk mendapati jika mobil hitam yang mengejar mereka semakin dekat. Mobil itu telah berhenti sempurna di jalan. Lima orang berpakaian hitam lengkap turun dari mobil dan mulai mengejar.“Cepat!” pekik Amira. Dia membuat kedua kakinya melaju lebih kencang. Raga menoleh ke belakang. Kali ini ia melihat dengan kedua matanya sendiri jika nemang ada gerombolan yang mengejar mereka. “Sembunyi!” Raga tidak ragu lagi setelah melihat bukti. Kali ini dia yang menarik Amira.Amira tidak protes saat Raga memimpin dan menariknya melewati jalan kecil berkelok. Dia tahu jika Raga sedang mencoba untuk membuat mereka terbebas dari pengejaran. “Naik!” Perintah Raga membuat Amira melotot. Amira menatap pagar di depannya. Tidak tinggi tapi cukup untuk membuatnya meloncat. Masalahnya

    Last Updated : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 4. Memori Buruk

    Saat ini, Raga dan Amira sedang duduk di kursi belakang. Keduanya ada di dalam mobil Raga yang tengah melaju di jalan. Suasana hening beberapa detik sebelum akhirnya Amira membuka mulut. “Enggak punya musuh kepala lo!” Cemooh Amira. “Tadi semuanya ngejar kita!”Raga menanggapi Amira santai. Dia bersandar di kursi mobil nyaman, memandang Amira dengan tatapan datar. “Ya mana gue tau. Gue nggak kenal mereka siapa,” jawab Raga jujur. Raga meraih handphone dari saku. Tangannya mengangkat benda itu tinggi, menunjukkan layar yang menyala di depan Amira. “Ini gue baru mau bilang ke bokap gue. Biar dia yang urus. Tapi ….”Ucapan Raga terhenti sesaat. Wajahnya kini menoleh ke Amira, menatap penuh curiga. “Lo sendiri gimana bisa tau kalau ada yang ngejar gue?”Amira mengalihkan pandang, menghindar dari tatapan menyudutkan Raga. Tapi tetap saja, Amira tidak bisa lepas dari cowok itu. “Kok lo bisa tau? Gue penasaran.”Raga terus membuat Amira terdesak. Amira jadi menyesal. Berada di dalam sa

    Last Updated : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 5. Diantar Pulang

    Amira terkejut. Dia tidak suka keputusan Raga untuk mengantar. Amira bergerak gelisah di kursinya, di dalam mobil Raga yang masih melaju cepat di jalan.“Enggak!” Amira menggeleng kuat. “Turunin aja gue di sini. Gue bisa pulang sendiri!”Penolakan yang Amira katakan terdengar aneh di telinga Raga. Kenapa cewek itu mati-matian menolaknya? Padahal ada banyak perempuan yang rela mengantri untuk diantar pulang oleh Raga. Amira tegas menggeleng. Berulang kali dia mengucapkan tidak. Kedua tangannya memegang handle pintu mobil Raga kuat-kuat. “Berhenti! Berhenti di sini!”Raga menyerah dengan teriakan Amira. Dia menuruti Amira dengan meminta supirnya untuk menepi.“Buka pintunya, Raga!” Mohon Amira.Tapi kali ini Raga mengatakan tidak. Dia membuat Amira menoleh, menatapnya.“Kalo lo enggak mau gue anterin, kasih nomor lo.” Raga menyodorkan handphone miliknya. “Gue mau pastiin lo aman sampe di rumah.”Amira menatap lama sebelum dia menerima handphone milik Raga. Jarinya mengetikkan nomor di

    Last Updated : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 6. Mencari Petunjuk

    Keesokan harinya sebelum bel berbunyi, kelas XI-A di Laveire masih sepi. Hanya ada beberapa siswa yang sedang mengobrol atau sekedar bermain handphone di kursi mereka masing-masing. Diantara beberapa siswa itu, ada Raga. Raga sengaja datang lebih awal hari ini. Dia menunggu seseorang. Siapa lagi kalau bukan Amira. “Hai!” Raga menyapa Amira di kursinya. Amira terkejut mendapat sapaan pagi dari Raga. Dia sempat memicing sesaat untuk kemudian menoleh ke belakang. Siapa tahu sapaan itu bukan untuk Amira, tapi untuk orang lain. “Gue ngomong sama elo. Emang siapa lagi?” Raga jadi kesal sendiri. Belum-belum Raga sudah naik darah. Dia sudah cukup diabaikan oleh Amira. Semua panggilan juga pesan singkat yang dikirim Raga sejak kemarin tidak berbalas sama sekali. Sampai seperti itu Amira menghindar darinya. “Itu kuping masih ada, kan?” Sindir Raga. Padahal Raga sudah menurunkan sedikit kadar egonya untuk menyapa Amira duluan, tapi cewek itu malah tidak menggubrisnya sama sekali.

    Last Updated : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 7. Cowok Genit

    Saat kembali ke kelas XI-A, Amira melirik ke sudut ruangan. Di tempat duduknya, Raga tampak kesal dengan bibir berkerut sempurna. Amira melangkah masuk. Dia berjalan ke tempat duduknya santai. Amira pura-pura tidak melihat wajah Raga yang cemberut. Dia cuek saja mendengar Raga yang menggerutu di sampingnya. Bel sudah berbunyi sejak tadi. Amira memang sengaja datang bersamaan dengan guru yang masuk ke kelas. “Buka buku kalian!” Guru di depan kelas memberi perintah. Perintah yang menjadi bencana untuk Amira.“Liat, dong! Gue kan belum punya buku!” Nah, ini bencananya. Raga.Raga si murid baru yang belum punya buku. Raga ingin Amira berbagi. Dia dengan sengaja mendekat, membuat kursinya dengan kursi Amira tidak berjarak. Raga memepet Amira, membuat Amira jadi keki sendiri. Andai tidak ada guru di depan sana, dia ingin menempeleng Raga. Puas sekali Raga saat mendengar Amira berdecak kesal. Dia berbohong dengan mengatakan kalau dirinya tidak punya buku. Dia cuma ingin Amira tidak men

    Last Updated : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 8. Indra Keenam

    Di dalam ruang perpustakaan Laveire, ada Raga yang berjalan tanpa arah. Dia menoleh ke kanan kiri, mencari sosok Amira. “Kemana dia?” Raga mengomel kesal. “Dimana cewek itu?”Mulut Raga menggerutu tanpa henti, sementara kedua kakinya terus melangkah berkeliling. Sudah dua kali Raga mencari di dalam ruang perpustakaan yang besar ini, tapi hasilnya nihil. Amira tidak ada dimanapun!“Amira?” Panggil Raga sambil berbisik. Raga tidak bisa berteriak. Baru saja dia ditegur petugas perpustakaan karena suaranya terlalu keras.“Amira? Lo dimana, sih?” Lelah karena hanya dijawab oleh hening, Raga memilih untuk duduk. Merasa terlanjur, Raga pun memilih beberapa buku yang dia lihat di atas meja di depannya. “Apaan nih?” Tangan Raga meraih satu buku yang memiliki cover berwarna biru tua mencolok. Dia menarik buku tersebut lalu membaca judulnya sekilas. “Indra keenam?” Seketika dahi Raga berkerut. Kedua alisnya kini saling tertaut hampir menyatu. Rasa penasaran membuat Raga membuka sampul buk

    Last Updated : 2024-11-15
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 9. Kuis Dadakan

    Kemarin Raga tidak berhasil mendapatkan informasi apapun dari Amira. Amira terus saja menghindar dan kabur darinya sampai bel pulang sekolah berbunyi. Tapi tentu saja hal itu tidak menyurutkan semangat Raga. Semalam, dia sudah membaca tuntas semua buku yang dia pinjam. Jadi sekarang, Raga siap jika Amira meninggalkan satu saja petunjuk untuk dirinya. “Dari semua kemampuan pemilik indra keenam, gue yakin Amira itu bisa melihat masa depan.”Raga bergumam sendiri. Dia berucap sambil menunjuk dinding polos di depannya. “Yang perlu gue tau, kapan dan bagaimana caranya.” Raga melipat kedua tangan. Dia mengerutkan dahi, mencoba berpikir lebih dalam. “Tapi gue juga penasaran, seberapa jauh masa depan yang bisa Amira liat.” Sekarang tangan Raga sudah berpindah. Dia mengelus dagu, bergaya layaknya seorang detektif. “Apa jauh di depan? Atau cuma yang deket-deket aja?” Gumam Raga terhenti saat dia mendengar sebuah bentakan. “Minggir!” Seru Amira. Dia menunjuk kaki Raga yang menghalangi k

    Last Updated : 2024-11-15

Latest chapter

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 260. Harapan dan Doa

    “Pendarahannya parah,” gumam Febby, dengan suara putus asa. Amira menarik napas dalam, mencoba meredam rasa bersalah yang menyesakkan. Namun, dia tahu jika ini bukan waktunya untuk lemah, apalagi mengeluh.“Ayo kita berdoa, Kak. Gue yakin, Pak Reynald pasti bisa melalui ini semua.”Febby hanya mengangguk dengan tatapan kosong. Dia tidak ingin berharap, tapi hanya harapan yang tersisa untuknya. Amira ikut berdoa dalam hati. Dia sungguh tidak bisa membayangkan jika Reynald benar-benar pergi. Amira tak mampu hidup dalam rasa bersalah.“Amira,” panggil Raga lembut. Raga duduk di samping Amira, menemaninya. “Sini, deketan sama gue,” ucap Raga seraya memberikan satu bahunya agar Amira bisa bersandar.“Gue enggak ngantuk,” jawab Amira, keras kepala.Amira mungkin mengatakan jika dia tidak lelah, tapi wajahnya sudah kusut dan kedua matanya hampir terpejam.Hanya butuh beberapa menit sebelum akhirnya Amira be

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 259. Bertahan Bersama

    “Bangkeee!” Evan menjulurkan tangan, ingin menempeleng Raga. Namun, luka di tangannya membuat dia mengurungkan niat. Michelle sampai membantu Evan duduk kembali dengan tenang di kursinya. “Elo serius enggak punya rencana apa-apa?!” Evan memekik tak percaya. Padahal lagak Raga tadi sudah seperti orang serius. “Ada,” jawab Raga singkat. “Ini Amira lagi ngeliat rencana gue.” Amira yang mewakili Evan menyikut Raga. Dia juga kesal pada sikap pacarnya yang seenak udel begini. “Ngomongnya mau bikin perusahaan saingan. Hampir aja gue percaya!” Evan misuh-misuh. Sementara Raga, masih santai di samping Amira. Dia cuma mengangkat bahu sambil menjawab tenang. “Ya bagus, kan! Artinya tampang gue meyakinkan.” Raga menggampangkan masalah yang dia buat. Evan sudah sibuk mengomel. Michelle pun sama. Keduanya menatap Raga tak percaya. Mereka tidak pintar, tapi juga tidak bodoh untuk menyadari jika Raga hanya melakukan tindakan impulsif tanpa persiapan.“Terserah lo aja, deh!” Evan jadi lelah s

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 258. Keluar dari Garis Keluarga

    “Raga!” Heri akhirnya berteriak menghentikan Raga. Padahal, saat itu Raga baru mengambil dua langkah. Ternyata, cepat juga.“Ya?” Raga menoleh tanpa berbalik. Raga mengira Heri akan menyerah, tapi kakeknya itu tak mengiyakan. “Sembuhkan dulu lukamu.”Raga menggeleng kecewa. “Jawaban yang salah.” Kali ini Raga tidak menunggu lagi. Dia mendahului Evan, berdiri tepat di samping mobil temannya itu. Evan pun menyusul langkah Raga bersama Michelle. Terlihat wajah ayah Evan yang kebingungan. Meski begitu, pria paruh baya itu tetap mengikuti anaknya. “Berhenti!” Tangan Heri menghalangi Raga yang hendak membuka pintu mobil.Raga menoleh. Dia bisa melihat wajah Heri yang masam menahan amarah. Heri terlihat sangat tidak senang kali ini. “Apa, Kek?” Raga menggeleng sekilas. Dia memperbaiki kalimatnya kemudian. “Ada apa Tuan Heri Wijaya?” Tanya Raga, tanpa rasa bersalah. Heri menggeram. Dia

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 257. Sekarang atau Tidak Sama Sekali

    “Kakek lama sekali!” Keluh Raga. Dia menyambut Heri yang datang bersama banyak pengawal di belakang. “Akhirnya ….” Amira menghela lega.Senjata yang sebelum ini selalu dia pegang erat, akhirnya terlepas. Amira terhuyung ke belakang. “Amira!” Raga menangkap Amira tepat sebelum pacarnya itu terjatuh. “Sorry, gue lemes banget,” ucap Amira penuh penyesalan. Dia mencoba berdiri, tapi kakinya terasa lembek layaknya jelly.“Udah jangan dipaksa.” Raga membawa Amira ke dalam pangkuan. “Pegangan.” Raga berdiri dengan Amira di kedua tangannya. Amira menurut. Dia melingkarkan kedua tangannya di leher Raga, membiarkan sang pacar menggendongnya. Heri tidak bisa menegur Raga saat itu. Dia sedang sibuk menatap Vivian yang menangis sambil memohon. Suara sirine memecah keheningan. Mobil polisi, juga ambulans datang berturut-turut. Lalu, satu mobil mewah menyusul di belakang.“Evan!” Se

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 256. Serangan Balik Seorang Bocah

    “Tuan Raga! Awas!” Alex berusaha untuk mencegah Raga yang ikut campur dalam pertarungannya. Namun, tuan mudanya itu begitu keras kepala ingin membantu.Buk!Raga menendang Charly sekeras yang dia bisa. Tendangannya tepat mengenai perut pria itu. Namun, Charly tidak bergerak sama sekali.“Gelinya,” sindir Charly pada Raga. Dia meledek tendangan Raga yang menurutnya lembut seperti bantal bulu angsa. “Biar aku ajari cara menendang yang baik.” Charly menggerakkan kakinya. Raga melompat mundur, tapi dia tetap tidak bisa menghindar.“Argh!” Raga terpental. Dia berguling kesakitan di atas tanah yang keras.Alex langsung berdiri. Dia berlari menghampiri Raga. “Tuan!” Alex panik memeriksa keadaan Raga. Dia membantu Raga bangkit. “Gue enggak apa-apa,” ucap Raga, berusaha menenangkan Alex. Raga menunjuk ke arah Charly kemudian. “Fokus aja kalahin dia. Secepatnya.”Alex mengangguk patuh. Dia menunggu sampai Raga berdiri tegak sebelum memasang kuda-kuda untuk menyerang. Buk!Alex mencoba m

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 255. Lebih Jahat

    “Raga!” Amira tidak bisa menghentikan langkah Raga. Pacarnya itu langsung pergi berlalu. Memang, hanya tinggal Charly yang tersisa. Seluruh anak buahnya sudah tumbang. Meski begitu, seorang Charly mungkin saja mampu melenyapkan mereka semua. Alex dan Evan terluka, tersisa Raga. Amira dan Michelle mungkin tidak masuk hitungan jika harus menghadapi lelaki dengan tubuh raksasa, lengkap dengan kemampuan profesional dalam menggunakan senjata.Charly, memang bukan lawan yang mudah. Bahkan untuk seorang Alex. “Enggak. Gue harus cari cara lain.” Amira menggumam pelan. Saat itulah, dia mendengar suara grasak-grusuk dari kegelapan. Sosok Vivian tertangkap dalam penglihatannya. “Benar juga.” Amira mengangguk puas. “Gue bisa pakai dia, kayak dia pakai gue!”Vivian menculik Amira untuk menarik Raga keluar. Jadi tidak salah jika Amira menyandera Vivian untuk membuat Charly tidak berdaya.“Itu rencana bagus,” ucap Amira pada dirinya sendiri. Dengan senjata di tangan, Amira mendekat. Dia haru

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 254. Lanjutkan Sampai Tuntas

    “Amira!” Raga mendorong Amira menjauh. Mereka terguling di atas tanah yang keras diiringi suara letusan. “Kenapa lo malah nyamperin?! Bukannya kabur!” Raga mengomel kesal.Dia menarik Amira menjauh, menghindar dari tembakan beruntun yang tertuju pada mereka.“Pistolnya!” Amira memekik karena senjata yang dia bawa terjatuh. Sekarang, mereka tidak memegang apa pun. Bagaimana caranya bisa selamat?!“Jangan keluar!” Raga menarik Amira bersembunyi di belakang pohon. “Kita bisa mati!”Amira menggeleng. “Terus kalau di sini, gimana caranya kita kabur?!”Suara letusan kembali terdengar. Kali ini disusul dengan suara teriakan Alex. “Kita enggak bisa terus di sini, Raga! Kita harus bantuin Pak Alex!” Amira berujar panik. Jika Raga tidak memegangi Amira, gadis itu pasti sudah berlari keluar dari persembunyian mereka.“Cari sesuatu!” Tangan Raga menyambar apa pun yang bisa dia temukan di atas

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 253. Bidikan di Tengah Kegelapan

    “Ck!” Evan mengeluh saat tembakannya meleset. Dua pengawal sudah semakin dekat ke arah mereka. Mereka juga menembak tanpa henti, membuat Evan dan Michelle terpaksa mundur mencari tameng untuk berlindung dari peluru. “Bentar!” Michelle mengumpulkan batu yang ada di dekatnya. Malam memang sangat gelap, lemparannya mungkin akan meleset. Namun, lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali.Buk!Satu lemparan Michelle mengenai kaki musuh. Dia menggeram kesal. “Gue meleset!” Michelle mengeluh. Mereka terpaksa mundur dan bersembunyi sesaat. Michelle pun mencoba lagi setelahnya. Kali ini, dia berdoa sebelum melempar. ‘Kalau lemparan ini kena, nanti gue bakal nyatain perasaan gue ke Evan!’Dia melempar. Buk!Kali ini, doa Michelle terkabul. Batu besar yang dia lempar mengenai kepala salah satu pengawal.Pengawal itu terhuyung, memegangi kepalanya yang mengeluarkan darah.

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 252. Harus Punya Nyali

    “Cepat!” Teriakan Vivian membuat para pengawal kembali bergerak.Sekarang, hanya tersisa lima pengawal. Ada Charly dan satu pengawal lain yang berjaga di sisi Vivian. Lalu, ada dua orang pengawal lain yang mengawasi Amira, Febby, dan Reynald. Sementara satu pengawal mengambil tali untuk mengikat mereka. “Andai saja kamu tidak tampan, maka aku tidak akan sesabar ini!” Vivian kembali menjerit. Namun, anehnya Raga tidak berjengit sama sekali. Seolah keberadaan Vivian memang tidak terlihat baginya. “Cepat ikat mereka! Langsung masukkan saja ke dalam mobil!” Perintah Vivian. Saat itu, Amira menghela lega. Setidaknya di saat ini, satu kenyataan sudah berubah. Febby, tidak membuat Vivian marah, dan temannya itu masih hidup. Tinggal menunggu rencana selanjutnya.Amira tersentak saat pengawal yang membawa tali itu mendekat padanya. Dia hampir saja menjerit jika tidak menyadari kalau itu adalah Alex. Sepertinya, semua berjala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status