Aliya menutup matanya, fokus pada benaknya yang terhubung dengan satu energi asing yang samar terasa olehnya.Seolah itu adalah tamu yang sedang mengetuk pintunya, Aliya membukakan pintu dan mempersilakan masuk.“Kau… Elemen Angin? Siapa kau?” Aliya memulai perkataan dalam pikirannya.“Saya Delia. Delia Livana. Terima kasih telah memanggil saya dan membiarkan saya terhubung.” Delia, seorang Elemen Angin yang kini hadir dalam pikiran Aliya terdengar lembut namun penuh misteri, seperti angin yang berhembus pelan di tepi lautan."Apakah kau yang mencari-cari ku sejak kemarin?" Aliya memulai percakapan dengan nada tenang namun penuh kehati-hatian.Suara Delia terdengar, lembut dan sedikit sensual, menyusup di antara pikiran Aliya. "Saya.”“Apa yang kau perlukan?”“Apakah Anda... teman dekat Kang Saif? Atau…"Aliya terdiam sejenak, mencoba menangkap maksud dari pertanyaan Delia.Keheningan mengisi ruang di antara mereka, namun Aliya tetap tenang. "Ya... aku cukup dekat dengan Saif," jawabny
20.53 WIB, Villa Jayagiri."Aku... luar biasa idiot, bukan?"Agni menatap Elang prihatin.Ia tidak bisa menemukan respon yang tepat untuk perkataan Elang itu. Agni sejak tadi memperhatikan wajah muram Elang.Agni sudah tahu, bahwa saat itu Elang tengah ‘mendengar’ beberapa kalimat yang berasal dari Aliya yang tengah melakukan kontak jarak jauh dengan Delia."Dia benar. Dia tidak akan pergi dariku, andai aku tidak meninggalkannya," ujar Elang lagi."Bang....""As Delia said, kami pasangan yang serasi. Weren't we, Agni?" (Seperti yang Delia katakan - Bukankah begitu?)Agni menghela napas. "Iya Bang. Dulu kalian pasangan yang serasi."Elang terdiam sejenak."Dan kini, Dean dan Aliya adalah pasangan sempurna," sambung Elang."Bang....""It's ok Agni. Kenyataannya demikian," Elang menunduk. "I could feel how happy she is when she's with Dean." (Aku bisa merasakan betapa bahagianya ia saat bersama Dean)"Belum pernah sebelumnya aku mendengar tawa yang begitu lepas seperti itu, saat dia mas
Benar dugaannya, Dean ikut merasakan kegundahan hati Aliya saat ini, tapi tidak mengusiknya dengan pertanyaan yang serupa interogasi seperti yang tadi ia lakukan pada pria itu saat menanyai tentang Delia.Dean: [Tapi kalau mau banyak, aku bisa melakukannya. Tentu dengan cara yang ‘menyenangkan’]Sudut bibir Aliya terangkat tipis. Dean memang selalu memiliki cara untuk menghibur dirinya. Ia tahu, Dean sengaja menggunakan tanda petik pada kalimat menyenangkan, untuk menggoda Aliya.Wanita muda itu menarik napas dalam-dalam.Aliya: [Kau merasakanku kah?]Dean: [Apa yang sedang kau rasakan, Sayang? Kau ingin menceritakannya padaku?]Aliya termenung beberapa detik. Sesungguhnya ia tidak sampai hati harus mengungkapkan bahwa dirinya ikut sedih karena merasakan kesedihan Elang, pada Dean.Namun satu sisi, dirinya juga yakin, Dean adalah orang paling tepat untuk ia berbagi rasa.Dean orang yang selalu paling mempercayainya dan memberikan kebebasan pilihan padanya, meski dengan ketentuan khusu
21.37 WIB, vila Jayagiri.Suasana dingin terasa di udara.Lampu-lampu spot light lembut menerangi tepian dinding luar vila. Sementara lampu temaram di ruang tamu, memberikan nuansa hangat di dalam vila.Pintu terbuka saat Agni menyambut kedatangan Agung, Guntur, dan Iyad yang baru saja tiba.Agung masih berdiri di ambang pintu, berbicara sebentar dengan Agni, sementara Guntur dan Iyad melangkah masuk.Elang yang duduk di ruang tengah terkejut melihat dua orang teman elemen yang pernah menjadi bawahannya itu.Tatapannya berhenti pada Iyad dan Guntur, lalu sejenak ia menoleh ke arah pintu, berharap melihat sosok lain yang ternyata tidak datang.Ketegangan tipis terlihat di wajah Elang, meski ia berusaha menyembunyikannya.“Iyad, Guntur, kalian datang,” ujar Elang dengan suara yang dalam. “Sudah larut, ada apa?”Iyad tersenyum kecil, sedikit canggung. “Maaf, kang Einhard. Kami mengganggu di mal
Rabu, 11 Januari 202307.30 WIBAliya datang ke kantor kecamatan untuk mengikuti memenuhi panggilan dari kasi PMD di Rabu pagi itu.Namun situasi belum ramai dan kasi PMD masih belum datang. Aliya melihat Intan yang juga sudah datang, lalu mengajak Intan untuk menunggu di dekat aula.Aliya mengobrol sebentar bersama Intan dan satu orang teman kantor lainnya yang juga hadir pada hari itu. Membahas beberapa pekerjaan mereka dan beberapa permasalahan dalam pekerjaan mereka di lapangan.Aliya pamit pada kedua temannya untuk menuju ruang Kasi PMD, setelah melihat aparat kecamatan tersebut datang.Pak Camat dan pak Kasi tengah berbicara lalu kemudian menyapa Aliya dan mempersilakan Aliya mengikuti mereka ke dalam ruang kantor Camat. Aliya pun terlibat beberapa pembahasan seputar verifikasi data yang dibutuhkan pihak kecamatan.---09.15 WIBCRV Prestige putih masuk ke pelataran kantor kecamatan. Dean memarkirkan mobilnya di de
Elang segera menundukkan kepalanya, meraih ponsel dan berpura-pura sibuk membaca sesuatu.Sementara itu, Dean keluar dari mobil, untuk membukakan pintu bagi Aliya.Dari sudut matanya, Elang bisa melihat dari spion di kirinya, Aliya yang menatap Dean dan berterima kasih padanya sebelum masuk ke dalam mobil.Elang masih bisa melihat Aliya, sampai Aliya duduk tepat di belakangnya. Kini sosok Aliya tak bisa terlihat lagi olehnya.Elang tersenyum getir dalam hati.Ia sangat paham, mengapa Aliya memilih duduk tepat di belakang dirinya, bukan di belakang Dean.Ini semua agar Aliya terhindar dari pandangan Elang.Lamunan Elang buyar, ketika Dean memasuki mobil kembali dan mulai menyalakan mesin.Perlahan, mobil itu melaju beserta tiga penumpang di dalamnya dalam kondisi canggung.* * *Kantor Cabang Utama suatu Bank Swasta.Proses pemindahbukuan berjalan lancar dan cukup cepat.Aliya menghela napas lega. Ia
Aliya berdiri lalu mengambil barang-barang miliknya tersebut dari tangan Elang, membuat kepala pria itu mendongak kembali.“Sudah semua kan?” tanya Aliya yang kemudian dijawab anggukan Elang.“Ayo, pulang,” sahut Aliya lagi.“Ok,” jawab Elang singkat.Dean berdiri dan berjalan di belakang Aliya dengan Elang yang mengikutinya.Satpam khusus yang berjaga di ruang tersebut mengantarkan mereka bertiga hingga mencapai pintu utama.Dean berpaling pada Aliya lalu mengatakan bahwa ia akan mengambil mobilnya dulu, serta meminta Aliya dan Elang menunggu di lobby tersebut.Aliya melangkah menjauh dari Elang sambil memainkan ponselnya. Dalam hati ia berharap Dean segera datang, agar ia tak perlu merasa canggung berdua bersama Elang di tempat itu.Ketika akhirnya mobil itu tiba, Elang hendak membukakan pintu untuk Aliya, namun Aliya telah mendahuluinya dan membuka pintu sendiri.Elang menarik napas, lalu memutar langkahnya menuju pintu depan mobil.Mereka bertiga akhirnya berada dalam satu mobil l
Siang menjelang sore itu Aliya tiba kembali ke Kantor Kecamatan. Setelahnya, Dean dan Elang kembali ke basecamp di Cikahuripan.Menurut Dean, Elang akan bertolak ke Bogor, membawa CRV putih, kendaraan operasional Dean dan kawan-kawan, setelah berpamitan pada mereka semua dan pada Nawidi di basecamp.Aliya tidak mendengar kabar lagi tentang Elang, saat ia telah kembali ke rumahnya. Aliya tiba dengan merasakan badannya yang terasa pegal-pegal dan kepala yang agak berat.Ia menghela napas berulang kali.Entah bagaimana, dadanya masih terasa sesak dan berat. Seolah ada sesuatu yang besar yang mengganjal dalam hatinya.Aliya memejamkan mata, lalu duduk di meja kerjanya dan menyalakan laptop miliknya.Sejak Elang menangis di pundaknya, Aliya mengalami trespassing pada pikiran Elang.Ia menerobos pikiran yang telah ditutup rapat oleh Elang, lalu melihat dan mendengar hal-hal yang Elang lihat, katakan dan pikirkan dalam beberapa hari ini.Meski tidak semua hal, karena sebagian besar adalah te